Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siti Rahmi Farhatani
"Diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relative. Laporan akhir studi kasus ini bertujuan memberikan gambaran asuhan keperawatan pada pasien DM dengan gejala xerosis yang menerapkan perawatan kulit pemberianminyak zaitun selama 5 hari, dengan frekuensi 2x setiap harinya. Pasien mengeluh gatal, kulit terasa sangat keringdan bersisik pada kulit, hal tersebut dikarenakan adanya neuropati perifer yang menyebabkan terjadinya penurunan kelenjar keringat dalam tubuh sehingga menyebabkan kulit menjadi kering. Penggunaan minyak zaitun merupakan salah satu penatalaksanaan yang dapat digunakan untuk perawatan kulit diabetes pada pasien yang mengeluhkan pruritus, xerosis dan bersisik. Disarankan kepada perawat agar memberikan edukasi pada klien serta libatkan keluarga klien dalam menjaga kelembaban kulityang bertujuan untuk mengurangi pruritus dan xerosis. Hasil evaluasi didapatkan adanya peningkatan kelembapan pada kulit pasien dan struktur kulit yang semula tampak mengeras dan menghitam menjadi lembut.

Diabetes mellitus is a collection of symptoms that arise in a person caused by an increase in blood sugar (glucose) levels due to lack of insulin both absolute and relative. The final report of the case study aims to provide an overview of nursing care for DM patients with symptoms of xerosis who apply olive oil skin care for 5 days, with a frequency of 2x per day. The patient complains of itching, the skin feels very dry and scaly on the skin, this is due to the presence of peripheral neuropathy which causes a decrease in sweat glands in the body causing dryness of the skin. The use of olive oil is one of the treatments that can be used for diabetes skin care in patients who complain of pruritus, xerosis and scaly. It is recommended to nurses to provide education to clients and involve the client's family in maintaining skin moisture which aims to reduce pruritus and xerosis. The evaluation results found an increase in moisture on the patient's skin and the structure of the skin that originally seemed hardened and blackened to soft."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hanifia Wulandari
"Modifikasi perlu dilakukan pada CNT agar dapat digunakan dalam aplikasi penghantar obat. Modifikasi permukaan CNT dilakukan dengan surfaktan CTAB dan minyak zaitun. Tahapan modifikasi CNT melalui sonikasi, pencucian, pengeringan, hingga karakterisasi. Variasi yang digunakan pada CNT-CTAB adalah 100mg CNT dengan penambahan 80, 90, 100, 110, dan 120mg CTAB. Sedangan variasi untuk CNT-minyak zaitun adalah 100mg CNT dengan 60, 80, 100, 120, dan 140ml minyak zaitun. Setelah tahap sonikasi, kecenderungan CNT untuk beragregasi dapat menurun dan mampu terdispersi lebih stabil.
Hal ini ditunjukkan dari hasil Zeta Potensial (ZP) CNT-CTAB dan CNT-minyak zaitun yang memiliki nilai ZP lebih tinggi dari CNT murni. CNT-CTAB dan CNTminyak zaitun juga dapat terdispersi 68 jam lebih stabil dibandingkan CNT murni. Setelah sampai pada tahap akhir modifikasi, melalui uji SEM dihasilkan CNTCTAB dan CNT-minyak zaitun dengan morfologi permukaan yang tidak mengalami kerusakan secara struktural dan telah berhasil memecah partikel CNT hingga memiliki ukuran diameter 31% lebih kecil.
Berdasarkan hasil EDX, CNTCTAB dan CNT-minyak zaitun menunjukkan sifat hidrofilik dengan meningkatnya persentase massa unsur O sebesar 137%. Selain itu, unsur Ni sebagai pengotor yang bersifat toksik juga mengalami penurunan rata-rata 68%. Interaksi antara gugus kepala surfaktan CTAB (N+) dengan permukaan CNT yang terjadi pada panjang gelombang 1221 cm-1 (C-N). Sedangkan gugus hidroksil muncul pada CNT-minyak zaitun pada 2340 cm-1. Kondisi optimum untuk modifikasi dengan CTAB adalah CNT-110mg CTAB dan untuk minyak zaitun adalah CNT-120ml minyak zaitun.

Modification is needed on CNTs to be used in drug delivery applications. CNT surface modification with CTAB surfactant and olive oil. Stages of CNT modification through sonication, washing, drying, to characterization. The variation used in CNT-CTAB is 100mg CNT with the addition of 80, 90, 100, 110, and 120mg CTAB. The variation for CNT-olive oil is 100mg CNT with 60, 80, 100, 120, and 140ml olive oil. After the sonication stage, tendency of CNTs to aggregate may decrease and be dispersed more stable.
The result of Zeta Potensial (ZP) CNT-CTAB and CNT-olive oil which has a higher ZP value than pristine CNT. CNT-CTAB and CNT-olive oil can also dispersed 68 hours more stable than pristine CNT. At the final stages of modification, SEM tests are produced by CNT-CTAB and CNT-olive oils with undamaged surface morphology and have succeeded in breaking CNT particles into 31% smaller diameter sizes than pristine CNT.
Based on the EDX results, CNT-CTAB and CNT-olive oil exhibit hydrophilic properties with the mass saving element of 137% O. In addition, the Ni element as a continuous toxic impurities also decreases 68%. The interaction between the CTAB surfactant head group (N +) with the CNT surface occurring at a wavelength of 1221 cm-1 (C-N). While the hydroxyl group appears on the CNTolive oil at 2340 cm-1. The optimum condition for modification with CTAB is CNT-110mg CTAB and for olive oil is CNT-120ml olive oil.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T47964
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Iswara
"Asam azelat (1,7-heptanedicarboxilix acid, AZA) adalah suatu asam dikarboksilat yang memiliki aktivitas anti-rosacea dan anti-jerawat, contoh sediaannya FINACEA yang mengandung 15% AZA. Penelitian ini dilakukan untuk memformulasikan asam azelat dalam bentuk sediaan mikroemulsi menggunakan pembawa olive oil dan palm olein. Asam azelat diformulasikan dalam sediaan mikroemulsi dengan konsentrasi 1% menggunakan pembawa olive oil dan palm olein dengan konsentrasi 3%. Ukuran partikel mikroemulsi AZA dalam pembawa olive oil adalah 15,08 nm, nilai indeks polidispersitas 0,345 dan pada pembawa palm olein adalah 19,59 nm, indeks polidispersitas 0,282 dan zeta poensial -15,6 mV dan -11 mV. Uji stabilitas fisik mikroemulsi AZA dilakukan pada tiga suhu yang berbeda, yaitu pada suhu rendah (4±2oC), suhu ruang (29±2oC) dan suhu tinggi (40±2oC). Uji stabilitas fisik mikroemulsi AZA dalam pembawa olive oil dan palm olein tidak menunjukkan pemisahan fase pada setiap suhu penyimpanan. Jumlah kumulatif asam azelat yang terpenetrasi dalam formulasi mikroemulsi dengan pembawa olive oil adalah 6457,94±0,75% μg.cm-2 dan palm olein adalah 5399,57±2,32% μg.cm-2. Fluks dari mikormeulsi AZA dalam pembawa olive oil dan palm olein secara berturut-turut adalah 807,24±0,74% μg.cm-2.jam dan 674,95±2,32% μg.cm-2.jam. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sediaan mikroemulsi dengan menggunakan pembawa olive oil bepernetrasi lebih banyak dibandingkan dengan mikroemulsi AZA dengan pembawa palm olein

Azelic acid (1,7-heptanedicarboxilix acid, AZA) is a dicarboxylic acid which has anti-rosacea and anti-acne activity, for example the preparation is FINACEA which contains 15% AZA. This research was conducted to formulate azelic acid in the form of a microemulsion dosage using olive oil and palm olein as a carrier. Azelic acid is formulated in a microemulsion preparation with a concentration of 1% of the carrier olive oil and palm olein with a concentration of 3%. The particle size of AZA microemulsion in olive oil carrier was 15.08 nm, the polydispersity index value was 0.345 and in the palm olein carrier was 19.59 nm, the polydispersity index was 0.282 and the zeta potential of -15.6 mV and -11 mV. The physical stability test of AZA microemulsion was carried out at three different temperatures, namely at low temperature (4±2o C), room temperature (29±2oC) and high temperature (40±2oC). The physical stability test of AZA microemulsion in olive oil and palm olein carriers did not show phase separation at any storage temperature. The cumulative amount of azelic acid penetrated in the microemulsion formulation with olive oil as a carrier was 6457,94±0,75% μg.cm-2 and palm olein was 5399,57±2,32% μg.cm-2. The flux of AZA micormeulsion in olive oil and palm olein carriers was 807,24±0,74% μg.cm-2.h and 674,95±2,32% μg.cm-2.h, respectively. Based on these results, it can be neglected that the microemulsion preparation with olive oil as the carrier penetrated more than the AZA microemulsion with palm olein as the carrier."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vicky Indrafusa
"Kemampuan inhibisi korosi senyawa fenolik minyak zaitun pada baja API 5L Grade B di lingkungan NaCl 3,5 % diinvestigasi dengan menggunakan pengujian Tafel polarisasi dan Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS). Senyawa fenolik minyak zaitun yang berperan dalam menginhibisi korosi diinvestigasi dengan pengujian FTIR. Senyawa oleuropein dalam minyak zaitun berperan dalam menginhibisi korosi pada sistem dengan tipe mixed inhibitor. Efisiensi inhibisi optimal terjadi pada konsentrasi 1 ml minyak zaitun/100 ml NaCl. Efisiensi inhibisi akan menurun seiring dengan kenaikan temperatur. Senyawa oleuropein menginhibisi korosi dengan cara adsorpsi fisika (interaksi elektrostatis) pada permukaan logam membentuk lapisan tunggal yang akan menghambat transfer muatan dan massa. Adsorpsi senyawa fenolik minyak zaitun pada permukaan logam terjadi spontan mengikuti Langmuir adsorpsi isoterm. Adsorpsi senyawa fenolik minyak zaitun akan meningkatkan energi aktivasi proses korosi. Hasil pengujian menunjukkan bahwa senyawa fenolik minyak zaitun dapat digunakan sebagai alternatif inhibitor ramah lingkungan pada baja API 5L Grade B di lingkungan NaCl 3,5 %.

Corrosion inhibition ability of olive oil phenolic compounds on API 5L Grade B steel in 3.5% NaCl environment was investigated using Tafel polarization and Electrochemical Impedance Spectroscopy (EIS) test. Olive oil phenolic compounds that acts for inhibit corrosion process was investigated by FTIR test. Oleuropein compounds in olive oil acts for inhibit corrosion process in the system with mixed type inhibitors. Optimal inhibition efficiency occurs at a concentration 1 ml olive oil/100 ml NaCl. Inhibition efficiency decreases with increasing temperature. Oleuropein compounds inhibit corrosion by physisorption (electrostatic interactions) on the metal surface to form a single layer that will inhibit the charge and mass transfer. Adsorption of olive oil phenolic compounds on the metal surface occurs spontaneously follow the Langmuir adsorption isotherm. Adsorption of olive oil phenolic compounds will increase the activation energy of the corrosion process. The results showed that olive oil phenolic compounds can be used as an alternative green corrosion inhibitor on API 5L Grade B steel in 3.5% NaCl environment."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
T36077
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Saragih, Betty Luinta
"Nyeri dan kekakuan sendi merupakan gejala utama pada pasien Osteoarthritis (OA) lutut. Terapi komplementer dan alternatif diperlukan untuk menurunkan nyeri dan kekakuan sendi pada OA lutut tanpa efek samping. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi efektivitas Extra Virgin Olive Oil (EVOO) topikal terhadap nyeri dan kekakuan sendi pada pasien OA lutut di RS St Carolus Jakarta. Desain penelitian menggunakan quasi-experimental menggunakan pre-test and post-test. Jumlah sampel terdiri dari 15 responden pada masing-masing kelompok intervensi (EVOO topikal) dan kelompok kontrol (placebo) dengan teknik consecutive sampling. Uji statistik dilakukan menggunakan uji parametrik dan uji non parametrik sesuai hasil uji normalitas. Hasil penelitian menunjukkan terdapat efektivitas EVOO topikal menurunkan nyeri bangun pagi pada hari ke-7 (p 0,001) dan hari ke-14 (p 0,000), nyeri beraktivitas pada hari ke-7 (p 0,022) dan hari ke-14 (p 0,004), serta menurunkan kekakuan sendi pada hari ke-14 (p 0,040). Placebo efektif dalam menurunkan nyeri beraktivitas dan kekakuan sendi pada hari ke-7 dan hari ke-14. Namun, tidak efektif dalam menurunkan nyeri bangun pagi pada hari ke-14. Selisih nilai perubahan nyeri bangun pagi antara kedua kelompok secara signifikan menunjukkan ada efektivitas EVOO topikal dalam menurunkan nyeri dibandingkan placebo pada hari ke-14 (p 0,0002). EVOO topikal menunjukan sedikit lebih berefek dalam menurunkan nyeri beraktivitas dan kekakuan sendi pada hari ke-7 dan hari ke-14 dibandingkan placebo. Hasil ini menunjukkan bahwa EVOO topikal efektif secara bertahap menurunkan nyeri dan kekakuan sendi pada OA lutut. Oleh karena itu, EVOO topikal direkomendasikan sebagai terapi komplementer yang aman tanpa efek samping pada pasien OA lutut

Joint pain and stiffness are the main symptoms in knee osteoarthritis (OA) patients. In order to avoid side effect, complementary and alternative therapies are needed to ease joint pain and stiffness. This study aims to identify the effectiveness of topical Extra Virgin Olive Oil (EVOO) against joint pain and stiffness in knee OA patients at St Carolus Hospital Jakarta. The research design uses quasi-experimental using pre-test and post-test. The total sample consisted of 15 respondents in each intervention group (topical EVOO) and control group (placebo) with consecutive sampling techniques. Statistical tests are carried out using parametric tests and non-parametric tests compliant to the results of normality tests. The results reveal there is an effectivity of topical EVOO in reducing the initial pain when waking up in the morning on the 7th day (p 0.001) and the 14th day (p 0.000), the highest pain (activity) occurs on the 7th day of smearing (p 0.022) and the 14th day (p 0.004), as well as reducing joint stiffness on the 14th day of smearing (p 0.040). Placebo also has the highest effectiveness in lowering pain during activities and joint stiffness on the 7th and 14th day of smearing. However, it is not effective in lowering the early pain when waking up early on the 14th day of smearing. When the value differences of pain during waking up in the morning are compared between two groups, it is revealed that topical EVOO is effective effectiveness in reducing the early pain compared to placebo on the 14th day of smearing (p 0.0002). In contrary with placebo, topical EVOO reveals slight effect in reducing the highest pain (activity) and joint stiffness on the 7th and day 14th day of smearing. The results of this study have shown that topical EVOO is effective in gradually lowering joint pain and stiffness in knee OA patients. Therefore, topical EVOO is recommended as a complementary therapy and safer alternative without side effects in knee OA patients"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Gambir diketahui telah lama digunakan sebagai antioksidan karena
mengandung senyawa flavonoid. Senyawa ini dapat mencegah pembentukan
radikal bebas yang menyebabkan terjadinya penuaan dini. Pada penelitian
ini, gambir pada konsentrasi 1% diformulasikan dalam sediaan sabun padat
dengan bahan dasar minyak zaitun dan minyak kelapa murni yang
direaksikan dengan natrium hidroksida. Formula sabun dengan bahan dasar
minyak zaitun dibandingkan terhadap formula sabun dengan bahan dasar
minyak kelapa murni. Formula sabun dievaluasi berdasarkan ketentuan
dalam SNI 06-3532-1994, yaitu kadar air, jumlah asam lemak, asam
lemak/alkali bebas, lemak yang tidak tersabunkan, dan minyak mineral.
Evaluasi lainnya meliputi organoleptis, pH, stabilitas fisik dan tinggi busa. Uji
stabilitas fisik dilakukan dengan penyimpanan pada suhu kamar dan 40±2°C.
Semua formula sabun memenuhi syarat SNI 06-3532-1994 dan sabun C dan
D menunjukkan ketidakstabilan fisik berupa perubahan warna selama
penyimpanan."
Universitas Indonesia, 2007
S32398
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Putri Sela Aksad
"Jerawat merupakan penyakit kulit yang sering terjadi pada usia remaja terutama dibagian wajah yang dapat menyebabkan kepercayaan diri seseorang berkurang. Oleh sebab itu, dibutuhkan pengobatan yang tepat untuk menghambat pertumbuhan jerawat. Secara klinis zat aktif asam azelat telah terbukti efektif sebagai anti jerawat yang dapat menghambat bakteri Propionibacterium acnes sehingga menurunkan produksi protein yang dibutuhkan bakteri untuk bertahan hidup. Untuk mencapai efek terapi yang baik, asam azelat memiliki keterbatasan dalam kemampuan penetrasi ke kelenjar sebasea di dermis kulit. Maka dari itu, untuk mengatasi keterbatasannya diformulasikan dalam bentuk mikroemulsi dengan minyak pembawa olive oil yang dibandingkan dengan palm oil dalam meningkatkan penetrasi, masing-masing konsentrasi yang digunakan sebesar 3%. Metode yang digunakan dengan cara di homogenizer dan dilakukan optimasi formulasi smix (surfaktan dan kosurfaktan) dengan konsentrasi (8:1) untuk mendapatkan formulasi mikroemulsi yang jernih dan stabil. Untuk uji penetrasi obat jumlah kumulatif pada formulasi olive oil yang berpenetrasi adalah 6457,94 μg/cm2 ± 0,75% dan formulasi palm oil adalah 5597,44 μg/cm2 ± 1,86%. Sedangkan, jumlah fluks yang didapatkan pada formulasi olive oil adalah 807,24 μg/cm2.jam ± 0,74% dan formulasi palm oil adalah 669,68 μg/cm2.jam ± 1,82%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua formulasi mikroemulsi tetap stabil secara fisik selama penyimpanan dan pada formulasi yang menggunakan minyak pembawa olive oil memberikan penetrasi sediaan lebih banyak dibandingkan dengan formulasi palm oil.

Acne is a skin disease that often occurs in adolescence, especially on the face, which can cause a person's confidence to decrease. Therefore, it takes the right treatment to inhibit acne growth. Clinically, the active substance of azelaic acid has been shown to be effective as an anti-acne agent that can inhibit the Propionibacterium acnes bacteria, there by reducing the production of protein needed by bacteria to survive. To achieve a good therapeutic effect, azelaic acid has limited penetration of the sebaceous glands in the dermis of the skin. Therefore, to overcome its limitations it is formulated in the form of a microemulsion with olive oil as a carrier oil compared to palm oil to increase penetration, each concentration used by 3%. The method used was homogenizer and optimization of the smix formulation (surfactant and cosurfactant) with a concentration (8: 1) to obtain a clear and stable microemulsion formulation. For the drug penetration test, the cumulative amount of the olive oil formulation with penetration was 6457.94 μg/cm2 ± 0.75% and the palm oil formulation was 5597.44 μg/cm2 ± 1.86%. Meanwhile, the amount of flux obtained in the olive oil formulation was 807.24 μg/cm2.hour ± 0.74% and the palm oil formulation was 669.68 μg/cm2.hour ± 1.82%. The results showed that the two microemulsion formulations remained physically stable during storage and the formulations using olive oil as a carrier oil provided more penetration than the palm oil formulations."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sofyan Dwi Fathurrahman
"Chronic kidney disease (CKD) yang prevalensinya meningkat dalam beberapa tahun terakhir, seringkali berdampak pada penurunan sensasi, edema, anemia, hingga penurunan kesadaran atau koma. Kondisi-kondisi tersebut meningkatkan risiko terjadinya pressure ulcer. Selain merugikan bagi health outcome pasien, kejadian pressure ulcer juga memberikan dampak negatif dari aspek costeffectivenes dan mutu pelayanan rumah sakit. Oleh karena itu, diperlukan upaya pencegahan terjadinya pressure ulcer, salah satunya dengan penerapan topikal ekstra virgin olive oil (EVOO) pada area-area yang berisiko tinggi pressure ulcer. Penulisan ini bertujuan untuk menggambarkan penerapan EVOO untuk mencegah pressure ulcer, khususnya pada area sakrum, regio trokanter, dan tumit. Pada karya ilmiah ini, pasien dirawat selama enam hari. Hasil pengkajian menunjukan pasien berisiko tinggi mengalami risiko gangguan integritas kulit dengan faktor risiko adanya edema, anemia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, penurunan sensasi, dan imobilitas. Intervensi keperawatan yang dilakukan antara lain, evaluasi berkala integritas kulit dan reposisi dua jam sekali. Selain itu, diaplikasikan juga EVOO sebanyak dua kali sehari selama lima hari dan dilakukan setiap kali pengaplikasian. Hasil evaluasi pressure ulcer mampu dicegah pada sebagian besar area yang diintervensi, sehingga penerapan EVOO secara topikal dapat menjadi salah satu pilihan bagi perawat sebagai intervensi keperawatan mandiri untuk mencegah terjadinya pressure ulcer.

Chronic kidney disease (CKD), whose prevalence has increased in recent years, often results in decreased sensation, edema, anemia, and loss of consciousness or coma. These conditions increase the risk of pressure ulcers. In addition to being detrimental to the health outcomes of patients, the incidence of pressure ulcers also has a negative impact from the aspects of cost-effectivenes and quality of hospital services. Therefore, efforts are needed to prevent the occurrence of pressure ulcers, one of which is by applying topical extra virgin olive oil (EVOO) to areas at high risk of pressure ulcers. This paper aims to describe the effectiveness of EVOO application to prevent pressure ulcers, especially in the sacrum area, trochanter region, and heel. In this scientific work, the patient was treated for six days. Assessment results showed that the patient was at high risk of skin integrity impairment with risk factors for edema, anemia, fluid and electrolyte imbalance, decreased sensation, and immobility, electrolytes, decreased sensation, and immobility. Nursing interventions that carried out include periodic evaluation of skin integrity and repositioning every two hours. In addition, EVOO was also applied twice a day for five days and done every time the five days and was done every time the application was done. The evaluation results showed that pressure ulcers prevented in most of the intervened areas, so topical application of EVOO can be an option for nurses as an independent nursing intervention to prevent pressure ulcers."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Agetha Lautania Harsono
"Minyak zaitun merupakan minyak yang termasuk ke dalam asam lemak rantai sedang (medium-chain triglycerides (MCT)). Minyak ini dapat digunakan untuk pembuatan mikroemulsi dan menghasilkan mikroemulsi yang lebih jernih, lebih stabil, dan ukuran partikel lebih kecil jika dibandingkan dengan asam lemak rantai panjang (long-chain triglyserides (LCT)). Tujuan dari ulasan ini adalah untuk melihat potensi minyak zaitun yang digunakan sebagai pembawa mikroemulsi dalam penghantaran obat transdermal. Terdapat data perbandingan evaluasi minyak zaitun terhadap beberapa minyak nabati lainnya dalam pembuatan mikroemulsi. Dari data tersebut minyak zaitun memiliki kelarutan yang lebih tinggi dibanding minyak yang lain, serta penetrasi dari mikroemulsi yang mengandung minyak zaitun lebih efektif untuk penghantaran obat secara transdermal.

Olive oil is the oil that belongs to the medium-chain triglycerides (MCT). The oil can be used to make microemulsions and produce more transparent microemulsions, more stable and smaller particle size than long-chain triglycerides (LCT). The purpose of this review is to see the potential of olive oil as a microemulsion carrier in transdermal drug delivery. There was a comparative data evaluation of olive oil to several other vegetable oils in making microemulsions. From those data, olive oil has a higher solubility than other oils, and the penetration of microemulsions which contain olive oil is more effective for transdermal drug delivery."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahayu Eka Susilarini
"Dalam penelitian ini, dilakukan sintesis minyak terozonasi (Oleozon®) dari minyak zaitun dan minyak bunga matahari dengan cara ozonasi secara semi kontinu selama 42-84 jam. Ozonasi dilakukan pada suhu 15 - 22°C menggunakan ozonator rancangan sendiri yang dapat beroperasi ±13 jam. Kedua jenis Oleozon® tersebut dianggap memiliki efikasi sebagai disinfektan untuk bakteri Staphylococcus aureus. Ozonasi akan dilakukan pada minyak zaitun, bunga matahari, dan campurannya yang ekivolum yang bertujuan untuk memecah ikatan rangkap C=C dan menghasilkan ozonida yang bertindak sebagai disinfektan. Kualitas Oleozon® ditentukan dengan sejumlah analisis seperti uji bilangan iod, bilangan asam, dan pengukuran pH produk samping (air). Analisis FT-IR juga digunakan untuk melihat perubahan konsentrasi ikatan-ikatan yang berhubungan dengan pembentukan ozonida. Secara sederhana, efikasi Oleozon® diujikan pada bakteri Staphylococcus aureus. Hasil yang didapat adalah minyak zaitun dan campuran minyak zaitun-matahari terozonasi memiliki efek antiseptik yang sebanding.

In this study, synthesis of ozonized oil (Oleozon®) from olive oil and sunflower oil is carried out by means of semi-continuous ozonation for 42-84 hours. Ozonation is performed at 15-22 ° C using own design ozonator that can operate ± 13 hours. Both types of oil are considered have efficacy as an antiseptic for bacteria Staphylococcus aureus. Ozonation of olive oil, sunflower, and mixtures olive-sunflower will break the C = C double bond and produce ozonide which acts as an antiseptic. Oleozon® quality is determined by numbers of analysis such as iodine number, acid number, and pH measurements of byproducts (water). FT-IR analysis was also used to look at changes in the concentration of bonds associated with the formation of ozonida. In short, the efficacy Oleozon® tested to grampositive bacteria Staphylococcus aureus. The result is mixed olive-sunflower oil and olive oil have a comparable disinfection effect.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54860
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>