Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 22 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irfan Wahyudi
"Tujuan: Mencari nilai ambang (cut-off value) rasio kadar prostate-specific antigen (PSA) terhadap volume zone transisional prostat (PSA-ZT) yang optimal dalam mendeteksi karsinoma prostat serta membandingkan sensitivitas dan spesifisitas PSA-ZT dan prostate-specific antigen density (PSAD) dalam mendeteksi karsinoma prostat. Metode: Studi cross sectional dengan subjek pasien yang dirujuk ke unit USG prostat, subbagian Urologi, RS Hasan Sadikin, Bandung, untuk deteksi karsinoma prostat atau persiapan operasi prostat, dengan nilai PSA> 4 ng/ ml dan menjalani pemeriksaan USG prostat transrektal menggunakan probe biplanar 7,5 MHz. Konfirmasi kelainan patologi prostat berdasarkan hasil biopsi atau operasi (TUR prostat atau prostatektomi terbuka). Hasil: Didapatkan 223 subjek yang memenuhi kriteria, 39 pasien dengan karsinoma prostat dan 184 pasien tanpa karsinoma prostat. Nilai median dan rentang PSA-ZT pada pasien dengan karsinoma prostat dan tanpa karsinoma prostat masing-masing 1,999 (0,150-56,170) dan 0,353 (0,009-6,290) Berdasarkan analisis dengan kurva receiver operating characteristic (ROC), didapatkan nilai ambang yang optimal untuk PSA-ZT adalah 0,40 dengan sensitivitas 88,5% dan spesifisitas 57,8%, lebih baik dibandingkan PSAD (menggunakan nilai ambang 0,25), yaitu 88,5% dan 53,1%. Nilai prediksi positif PZA-ZT juga lebih tinggi dibandingkan PSAD (77,78% dibandingkan 71,31%). Kesimpulan: Rasio kadar PSA terhadap volume zone transisional prostat (PSA ZT) mempunyai nilai spesifisitas dan nilai prediksi positif yang sedikit lebih baik dibandingkan PSAD. PSA-ZT berpotensi digunakan dalam mendeteksi karsinoma prostat."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T58450
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harris Mustafa Banadji
"Peningkatan PSA dapat ditemukan pada semua kelainan terkait prostat, baik keganasan kanker prostat maupun non-keganasan prostatitis . Terdapat hipotesis bahwa pemberian antibiotik diperkirakan dapat menurunkan kadar PSA. Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh pemberian antibiotik terhadap penurunan kadar PSA pada pasien yang menderita LUTS yang memiliki kadar PSA tinggi. Penelitian ini menggunakan metode randomisasi-terkontrol yang dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok yang mendapat terapi antibiotik dan kelompok yang mendapat plasebo diberikan selama 2 minggu. Nilai PSA diperiksa saat awal dan saat selesai obat. Biopsi prostat dilakukan pada saat selesai konsumsi obat. Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara penggunaan antibiotik dengan penurunan kadar PSA pada penderita LUTS.

To see the effect of antibiotic administrations on PSA level reduction in patients with LUTS who have high PSA level, subjects were collected from urology outpatient clinic of Cipto Mangunkusumo National Hospital using consecutive sampling. Patients who have LUTS went through a selection process using inclusion and exclusion criteria. Selected patients were randomized into two different groups control who receive antibiotics and placebo group. Both groups were then given two weeks length of therapy, assessments for PSA levels before and after drug administrations, and a prostate biopsy at the end of drug administrations.There is no significant association between antibiotic and PSA level reduction in LUTS patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adenia Gita Dianty
"Oksigen dengan kemurnian yang tinggi dapat dimanfaatkan untuk berbagai hal. Metode pemurnian oksigen yang akan diaplikasikan pada penelitian ini adalah teknik Pressure Swing Adsorption PSA . Adsorben yang akan digunakan adalah zeolit alam, yaitu ZAL Zeolit Alam Lampung . Zeolit alam memiliki sifat non-polar, sehingga akan mengadsorpsi gas dengan momen quadrupol tinggi, yaitu nitrogen. Variabel bebas pada penelitian ini adalah ukuran adsorben dan konsentrasi aktivator asam H2SO4. Ukuran adsorben yang digunakan adalah 18-35 mesh, 35-60 mesh, dan 60-100 mesh. Konsentrasi aktivator asam H2SO4 yang digunakan adalah 1M, 2M dan 3M. Adsorben diaktivasi dengan aquademin, H2SO4, NaOH, dan kalsinasi. Selain itu, akan dilakukan modifikasi pada ZAL dengan teknik impregnasi basah menggunakan larutan AgNO3, dengan -loading nominal 1 -berat. Adsorben dikarakterisasi menggunakan BET, FTIR, XRF, XRD dan SEM-EDX Adsorben 35-60 mesh 1M menunjukkan hasil adsorpsi terhadap molekul nitrogen yang paling tinggi, dengan peak terendah sebesar 60356 V. Didapatkan juga bahwa ZAL-lah yang memiliki peran utama dan dominan dalam mengadsorpsi nitrogen, sementara AgxO tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada kinerja adsorben.

High purity oxygen can be used for various things. Oxygen purification method to be applied on this research is the Pressure Swing Adsorption PSA technique. The adsorbent that would be used is a natural zeolite, namely ZAL Zeolit Alam Lampung . Natural zeolite has non polar properties, so it will adsorb gas with high quadrupole moment, which is nitrogen. The varied variable is the size of adsorbent and the concentration of H2SO4. The sizes are 18 35 mesh, 35 60 mesh, and 60 100 mesh. While the H2SO4 concentration are 1M, 2M and 3M. The The adsorbent will be activated in aquademine, H2SO4, NaOH, and through a calcination process. Moreover, ZAL will also be modified by wet impregnation technique using AgNO3 solution with 1 wt loading nominal. The adsorbents were characterized using BET, FTIR, XRF, XRD and SEM EDX. ZAL 35 60 mesh 1M showed the best performance on adsorbing nitrogen, with its lowest peak at 60356 V. The result of this research suggested that ZAL itself has the main role on adsorbing nitrogen, while AgxO did not give any significant effect."
2017
S67680
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Hutauruk, Eric Sibastian
"Pendahuluan: Kanker prostat adalah keganasan terbanyak pada pria, penyebab kematian kedua terbesar akibat keganasan. Colok dubur adalah pemeriksaan dasar dan deteksi dini untuk mendiagnosis kanker prostat. Saat ini pemeriksaan Prostate-Specific Antigen (PSA) dianggap sebagai tumor marker yang paling bermanfaat untuk mendeteksi kanker prostat. The American Cancer Society dan American Urologic Association merekomendasikan penyaringan kanker prostat setiap tahun dengan pemeriksaan colok dubur dan PSA.
Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pemeriksaan colok dubur dan nilai PSA pada pasien kanker prostat di RSUP DR Sardjito Yogyakarta periode Januari 2011 sampai Desember 2011.
Metode Penelitian: Penelitian ini adalah kasus kontrol. Data dikumpulkan secara retrospektif dari catatan medis RSUP DR Sardjito pada pasien dengan colok dubur yang abnormal atau colok dubur normal dengan nilai PSA ≥ 10 ng/dl selama periode Januari 2011 sampai Desember 2011. Hasil pemeriksaan colok dubur dan nilai PSA didapatkan pada saat kunjungan pertama pasien ke rumah sakit. Analisis data nominal menggunakan Chi Square dengan SPSS 18.
Hasil: Terdapat 87 pasien yang berhasil dikumpulkan selama periode Januari 2011 sampai Desember 2011 yang memiliki hasil pemeriksaan colok dubur abnormal atau colok dubur normal dengan nilai PSA ≥ 10 ng/dl. Pasien memiliki usia rata-rata 70 tahun, nilai median PSA 10,9 ng/dl. Pada pasien ini ditemukan colok dubur abnormal 43 (49,4%), colok dubur normal 44 (50,6%), PSA ≥ 10 ng/dl 69 (79,3%) dan PSA < 10 ng/dl 18 (20,7%). Pemeriksaan colok dubur dan PSA dinilai signifikan secara statistik untuk mendeteksi kanker prostat, hasil secara berurutan 67,2% vs 32,8% (p < 0,001) and 71,9% vs 28,1% (p = 0,002. Semua pasien dengan colok dubur abnormal dan PSA ≥ 10 ng/dl terdiagnosis kanker prostat (p < 0,001).
Simpulan: Pemeriksaan colok dubur dan Prostate Specific Antigen (PSA) adalah prediktor terbaik untuk kanker prostat.

Introduction: Prostate cancer is the most frequent form of cancer in males, being also second cause of death by cancer. Digital Rectal Examination (DRE) is the basic examination and early diagnosis for prostate cancer. The Prostate-Specific Antigen (PSA) assay is currently considered the most useful tumor marker for detecting prostate cancer. Both the American Cancer Society and American Urologic Association recommended annual cancer screening with both Digital Rectal Examination (DRE) and PSA.
Objective: The objective of this study is to understand the correlation between DRE and PSA level in prostate cancer at Sardjito General Hospital Yogyakarta during januari 2011 until december 2011.
Research Method: This is a case control study. The data were retrospectively collected from medical record in sardjito general hospital who had abnormal DRE or normal DRE with PSA ≥ 10 ng/dl during januari 2011 until December 2011. The DRE and PSA value were examined in the first time they came to the hospital. A chi-square was performed to analyzed the nominal data with SPSS 18.
Result: There are 87 patients were collected during januari 2011 until December 2011 who had abnormal DRE or normal DRE with PSA ≥ 10 ng/dl. The median age was 70 years, median PSA level was 10,9 ng/dl. Of these patient, we found abnormal DRE in 43 (49,4%), normal DRE in 44 (50,6%), PSA ≥ 10 ng/dl was 69 (79,3%) and PSA < 10 ng/dl was 18 (20,7%). Digital Rectal Examination and PSA was statistically significant to detected prostate cancer, 67,2% vs 32,8% (p < 0,001) and 71,9% vs 28,1% (p = 0,002), respectively. All patient who had abnormal DRE and PSA ≥ 10 ng/dl were diagnosed with prostate cancer (p < 0,001).
Conclusion: Digital Rectal Examination (DRE) and Prostate Specific Antigen (PSA) are the best predictor for prostate cancer.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rylis Maryana
"ABSTRAK
Karsinoma prostat adalah kanker yang sering ditemukan pada stadium lanjut.Masalah ekonomi menjadi penyebab utama sulitnya pemberian terapi luteinizinghormone releasing hormone LHRH dan menjadikan operatif sebagai pilihanuntuk ablasi androgen yang terjangkau. Penelitian ini dilakukan untuk mengkajiefektivitas operasi orkidektomi subkapsular bilateral sebagai pilihan terapipaliatif. Penelitian ini deskriptif analitik retrospektif pada kasus karsinoma prostatstadium lanjut pasien RSCM mulai Januari 1999 hingga Juni 2015. Data yangdikumpulkan adalah usia, ukuran tumor klasifikasi TNM, nodul, volume prostat,PSA pre- dan pascaoperasi, skor Gleason, lokasi metastasis tumor, komplikasi,dan lama perawatan. Hasil penelitian pada 48 pasien karsinoma prostat yangmemenuhi kriteria memiliki rerata usia 66,6 8,3 tahun. Keluhan LUTS dijumpaipada 42 87,5 subjek, ukuran tumor terbanyak adalah T2 37,5 , nodul padaprostat ditemukan pada 36 75 subjek, rerata volume prostat adalah55,59 30,16 gram, dengan metastasis terbanyak ke tulang 85,4 , dan gambaranhistopatologi tersering adalah adenokarsinoma prostat berdifferensiasi buruk 87,5 . Terdapat penurunan bermakna nilai PSA sebelum operasi dengan nilaiPSA tiga bulan pascaoperasi p= 0,005 . Besarnya penurunan PSA dipengaruhioleh banyaknya titik metastasis dan adanya nodul pada pemeriksaan prostat.Ablasi androgen operatif ini sangat baik pada volume prostat yang besar. Semakinbesar volume prostat, maka nilai PSA yang turun semakin banyak.Kata kunci: karsinoma prostat stadium lanjut, orkidektomi subkapsular bilateral,paliatif, penurunan PSA.

ABSTRACT
Prostate carcinoma mostly founded at advanced stage. Economic be the mainproblem of the Luteinizing Hormone Releasing Hormone LHRH therapy andmake operative androgen ablation as an affordable treatment. This researchevaluated the efficacy of bilateral subcapsular orchiectomy as a palliativetreatment in advanced prostate carcinoma. This is a retrospective analyticdescriptive study using medical records from January 1999 to June 2015 in CiptoMangunkusumo General Hospital. Data collected are age, tumor size accordingTNM classification, nodules, prostate volume, PSA pre and post operation,Gleason score, metastasis location, complications, and length of stay. There were48 patients with mean age 66.6 8.3 years old, LUTS found in 42 87.5 subject,most of size tumor is T2 37.5 , nodules found in 36 75 prostate, prostatevolume mean is 55.59 30.16 grams, most have bone metastasis 85.4 . There isa significant decrease between preoperative and post operative PSA in threemonths after operation p 0.005 . Decreasing of PSA value affected by numbersof metastasis point, and the presence nodules in prostate examination. Bilateralsubcapsular orchiectomy is suitable for large prostate. Larger prostate volume,than larger level of PSA decrease."
2015
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faisal Adi Jatmoko
"Lapangan gas X merupakan lapangan produksi gas alam yang memiliki produk samping berupa CO2. Dikarenakan sifatnya yang korosif dan dapat menurunkan nilai jual gas, gas tersebut umumnya akan dibuang ke atmosfer. Akan tetapi CO2 sebenarnya memiliki nilai ekonomis yang tinggi jika dapat dimanfaatkan untuk Enhanced Oil Recovery (EOR). Pada proses injeksi EOR untuk lapangan minyak Y, dibutuhkan CO2 dengan tingkat kemurnian lebih dari 95 %. Tingkat kemurniaan CO2 sangat berperan dalam menentukan banyaknya minyak yang yang dapat dipulihkan sedangkan CO2 dari lapangan gas X hanya memiliki tingkat kemurnian sebesar 76,2 % dengan kandungan air mencapai 16,5 %. Oleh karena itu dibutuhkan proses tambahan untuk dapat menaikkan tingkat kemurnian CO2. Pressure Swing Adsorption (PSA) dan Triethylene Glycol (TEG) Absorption dapat digunakan untuk menghilangkan kandungan air yang terkandung dalam CO2. Setelah dimurnikan, CO2 akan ditransmisikan untuk kemudian digunakan untuk injeksi CO2 sehingga didapat rancangan fasilitas integrasi CO2-EOR yang utuh.
Berdasarkan hasil analisa ekonomi diperoleh penggunaan PSA pada fasilitas integrasi memiliki nilai NPV sebesar 349.376.372,23 USD, IRR sebesar 19,87 % , dengan biaya investasi sebesar 214.918.114 USD . Sedangkan penggunaan TEG memiliki nilai NPV sebesar 390.869.013,8 USD, IRR sebesar 20,37 %, dan biaya investasi sebesar 240.111.000 USD. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan penggunaan PSA dan TEG meskipun memiliki nilai investasi yang besar diperoleh hasil yang paling optimal dari segi net present value (NPV) sebesar 423.392.895,6 USD, Internal return rate (IRR) sebesar 20,71 %, dan payback periode selama 4,06 tahun. Selanjutnya dengan membandingkan skema PSC dan gross split pada penggunaan PSA dan TEG dapat diketahui bahwa gross split lebih optimal dengan nilai NPV sebesar 155 juta USD dan sebesar 19,68 % dibandingkan PSC dengan NPV sebesar 60,53 juta USD dan IRR sebesar 14,32 %. Faktor lain adalah ketahanan terhadap laju produksi minyak dan perubahan harga minyak gross split lebih baik dibanding PSC. Sehingga rancangan fasilitas integrasi CO2-EOR yang paling layak adalah dengan penggunaan Pressure Swing Adsorption (PSA) dan Triethylene Glycol (TEG) Absorption sebagai unit pemurnian CO2 dengan mengunakan skema keekonomian gross split.

The X gas field is a natural gas production field that has a CO2 product. Due to its corrosive nature and can reduce the selling value of gas, the gas will generally be discharged into the atmosphere. But CO2 actually has a high economic value if it can be used for Enhanced Oil Recovery (EOR). In the EOR injection process for the Y oil field, CO2 is needed with a purity of more than 95%. The level of purity of CO2 plays an important role in determining the amount of oil that can be recovered while CO2 from the gas field X only has a purity level of 76.2% with a water content reaching 16.5%. Therefore an additional process is needed to be able to increase the CO2 purity level. Pressure Swing Adsorption (PSA) and Triethylene Glycol (TEG) Absorption can be used to eliminate the water content contained in CO2. Once purified, CO2 will be transmitted and then used for CO2 injection so that a complete design of CO2-EOR integration facilities is obtained.
Based on the results of economic analysis obtained the use of PSA at the integration facility has an NPV value of 349,376,372.23 USD, an IRR of 19.87%, with an investment cost of 214,918,114 USD. Whereas the use of TEG has an NPV value of 390,869,013.8 USD, an IRR of 20.37%, and an investment cost of 240,111,000 USD. Based on the results of the analysis that has been carried out using PSA and TEG even though having a large investment value, the most optimal results obtained in terms of net present value (NPV) of 423,392,895.6 USD, Internal return rate (IRR) of 20.71%, and payback period of 4.06 years. Furthermore, by comparing the PSC and gross split schemes on the use of PSA and TEG, it can be seen that gross split is more optimal with NPV value of 155 million USD and 19.68% compared to PSC with NPV of 60.53 million USD and IRR of 14.32% . Another factor is the resistance to the rate of oil production and the change in gross split oil prices better than the PSC. So that the most feasible design of CO2-EOR integration facilities is to use Pressure Swing Adsorption (PSA) and Triethylene Glycol (TEG) Absorption as CO2 purification units using gross split economic schemes.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T51906
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prima Ciko Ade Putra
"ABSTRAK
Untuk mengidentifikasi faktor prediktor seperti PSA, usia, volume prostat, dan densitas PSA (PSAD) sebagai indikasi untuk melakukan biopsi prostat yang dipandu dengan TRUS dalam mengurangi biopsi yang tidak perlu dan meningkatkan tingkat deteksi. Sebanyak 1232 sampel didapatkan dari rekam medis pasie yang dilakukan biopsiprostat dari Januari 2008 sampai Desember 2013 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. Diantara 1232 pasien, 33,5% memiliki hasil biopsi yang positif. Nilai median dari usia dan PSA (68 tahun dan 57,45 ng/ml) pada grup dengan biopsi positif lebih tinggi dari grup biopsi negative (65 tahun dan 11,69 ng/ml), p< 0,001. PSAD pada pasien dengan PSA 4-10 ng/ml, 10-20 ng/ml, dan 20 ng/ml (0.20, 0.35, 2.05) pada grup positif lebih tinggi dari grup negative (0.14, 0.24, 0.53), p < 0,001. Hasil pada grup dengan hasil biopsi positif memiliki volume prostat yang lebih rendah (42 ml), dibandingkan pada grup biopsi yang negative (55,4 ml), p < 0,001. Pada kurva ROC, PSAD memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang paling tinggi (81.4% dan 82.0%) dengan cut-off point 0,43, p < 0,001. Insidensi PCa meningkat dengan nilai PSA yang lebih tinggi, usia yang lebih tua, dan volume prostat yang lebih kecil. Penggunaan PSAD 0,17 ng/ml sebagai cut-off point pada pasien dengan tingkat PSA antara 4-10 ng/ml direkomendasikan untuk meningkatkan deteksi PCa pada laki-laki di Indonesia

ABSTRACT
To identify the predictor factors such as PSA, age, prostate volume (PV), and PSA Density (PSAD) as indications to perform TRUS guided prostate biopsy in reducing unnecessary biopsies and improving detection rate. 1232 samples were obtained from the medical records of patients underwent prostate biopsy from January 2008 to December 2013 in Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta. Statistical analysis was performed with Mann-Whitney test and unpaired t test for the quantitative variables. Chi-square test was used for qualitative variables. This study also conducted Receiver Operating Characteristic (ROC) curve to determine the cut-off point and the optimum specificity and sensitivity for each variable. Among 1232 patients, 33.5% had positive biopsy result. The median age and PSA (68 years and 57.45 ng/ml) in positive biopsy group was higher than negative group (65 years and 11.69 ng/ml), p < 0.001. PSAD in patients with PSA 4-10 ng/ml, 10-20 ng/ml, and 20 ng/ml (0.20, 0.35, 2.05) in positive group was higher than negative group (0.14, 0.24, 0.53), p < 0.001. Positive biopsy result has lower PV (42 ml) compared to negative biopsy (55.4 ml), p < 0.001. In ROC curve, PSAD had the highest sensitivity and specificity (81.4% and 82.0%) with cut-off point 0.43, p <0.001. The Incidence of PCa increased with higher PSA level, older age and lower PV. Utilization of PSAD 0.17 ng/ml/ml as cut-off point in patients with PSA level between 4 -10 ng/ml is recommended to improve PCa detection in Indonesian men."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58566
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sigit Pramono
"

Kota Palu sebagai bagian Provinsi Sulawesi Tengah secara tektonik berada dekat dengan sumber gempa aktif crustal, yaitu sesar segmen Sulawesi Tengah. Sesar tersebut terdiri dari banyak segmen, diantaranya yang sudah dikenal adalah Sesar Besar Palu-Koro memanjang dari utara ke selatan. Di ujung selatan terhubung sesar Matano dan di utara terhubung dengan subduksi Utara Sulawesi (North Sulawesi Subduction) dan Selat Makasar bagian utara. Pembangunan infrastruktur berbasis mitigasi kegempaan di Indonesia merujuk Peraturan Bangunan Tahan Gempa berdasarkan Peta Bahaya Gempabumi SNI 1726 Tahun 2019. Kota Palu dan wilayah sekitar sesar segmen Sulawesi Tengah menjadi wilayah yang perlu dilakukan penelitian dengan mempertimbangkan efek kondisi site lokal. Parameter kondisi lokal meliputi jenis situs tanah, periode dominan tanah metode Horizontal to Vertical Spectral Ratio (HVSR) dan estimasi kedalaman bedrock menggunakan metoda Spatial Autocorrelation (SPAC) menjadi bagian parameter studi karakteristik ground motion di Kota Sulawesi Tengah. Penelitian ini menggunakan parameter gempa magnitudo gempa ML 1,5-6,5. Pengolahan data ground motion menggunakan data hasil observasi sinyal 5 sensor Jaringan Strong motion Nasional BMKG sampling 100Hz, 5 sensor  jaringan strong motion terpasang sementara sampling 100Hz dan 25 sensor Jaringan Array Velocity Broadband dengan sampling 250 Hz. Jaringan khusus array ini hasil kerjasama BMKG dengan ANU (Australian National University) yang dipasang di sekitar Kota Palu dan dekat sesar segmen Sulawesi Tengah dalam durasi 3 bulan. Tujuan dalam studi ini adalah untuk mengkaji karakteristik dan pembangunan model ground motion segmen fault Sulawesi Tengah. Karakteristik ground motion model yang dibangun dikaji dari uji model regional dan lokal dengan katalog gempa utama (independent) dan gempa gabungan foreshock,mainshock dan aftershock (dependent). Hasilnya menunjukkan karakteristik ground motion hasil dependent mempunyai nilai hasil model yang lebih rendah dibandingan independent, fitting model regional menunjukkan hasil bervariasi tingkat kecocokannya terhadap data observasi masing-masing fault yaitu dengan melihat hasil garis korelasi terhadap data observasi dan hasil residualnya. Model tersebut diuji menggunakan data observasi gempa merusak 29 Mei 2017 Mw 6,6 dan gempa merusak 2018 magnitudo 7,4. Hasilnya menunjukkan model GMPE dependent mempunyai nilai estimasi GM-PGA model yang berada pada distribusi data observasi, sedangkan hasil model independent mempunyai tingkat kecocokan berada di atas sebaran data observasi. Sedangkan pengujian GMSA median M=3-4 dan M=4-5 model dependent dan independent terhadap dari data observasi M=3-4 dan M=4-5 di luar data pembangun model, menunjukkan hasil korelasi yang cukup baik terhadap dua model tersebut. Pemahaman kondisi site lokal menjadi sangat penting dan menjadi bagian dalam perhitungan GM-PGA dan dipertimbangkan dalam penentuan nilai estimasi tingkat goncangan dalam bagian desain infrastruktur mitigasi bencana gempa bumi.     

 


Palu City in one major city in Indonesia which has administratively is the part of Central Sulawesi Province. It has the potential to develop the big infrastructure which has to consider mitigation aspect, due to tectonically it has located close to earthquake active source, particularly segments crustal zone of Central Sulawesi. Central Sulawesi fault has the many faults segmentation, it is called The Active Major Fault System of Central Sulawesi, as well known Palu Koro Fault System zone. It was along the north to southward close to Palu Valley. Development of infrastructure with earthquake hazard mitigation accordance to SNI 1726:2019. Local site classification parameters using the dominant period HVSR (Horizontal Vertical Spectral Ratio), estimation deep of engineering bedrock using SPAC method (Spatial Auto Correlation) as well done. The understanding of the local seismic condition and seismotectonic mechanism based on seismicity data are significantly contributing to know earlier the possibility of the amplification, which have related PGA value with the distance. In this study used 5 National Strong motion Network Station of  BMKG in Palu, 25 Array Network Broadband Velocity Temporarily Station of BMKG-ANU and 5 Regional Strong motion Network Temporarily Station along the Palu-Koro fault and short period for the mini regional network. The purpose of this research to study the characteristics of the local ground motion GM-PGA model from multi fault in Central of Sulawesi, with considered the local site effect.  All these parameters contribute to play roles within the form of the GMPE model.The characteristics of ground motion in this research using independent (mainshock)-independent (foreshock, mainshock, aftershock) regional and local earthquake catalog. The result showed characteristics of ground motion dependent has the calculated value is lower than independent, and the regional model showed the fitting variated to micro fault observed data. It can be seen using correlated regression and residuals. Moreover, when compared with two devastating earthquakes, 29th May 2017 Mw 6.6 and Palu earthquake Mw 7.4 showed that the dependent model is fitted well with distribution of observed data, while for the independent model is overestimated. Meanwhile to calibrate GMSA has used Median GMSA for M=3-4 and M=4-5 to GMSA data observed of M=3-4 and M=4-5. The results showed that the well correlated between of Median GMSA to data observed distribution. The Understanding of local seismic is very important to asses the related PGA value with the distance in GM-PGA and GMSA in GMPE. The GMPE model could be used to be considered in detail engineering design process to determine the level of potential shaking when implement development mitigation based.    

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>