Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sembiring, Eva Maria
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S6032
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zakina
Abstrak :
Penelitian ini menemukan bahwa expertise paling banyak digunakan di putarankedua Pilkada DKI Jakarta, sedangkan rewarding paling banyak digunakan diputaran pertama. Punishing paling sedikit digunakan di kedua putaran tersebut.Rewarding, expertise, dan moral persuasion terbukti berpengaruh terhadappreferensi pemilih. Ketiga strategi ini signifikan pengaruhnya bagi seluruhpasangan di putaran pertama dan signifikan pula pengaruhnya hanya bagipasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno di putaran kedua.Punishing di putaran pertama hanya signifikan pengaruhnya terhadap peluangmemilih bagi pasangan Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saeful Hidayat tetapitidak untuk kedua pasangan penantang lainnya. Dan, di putaran kedua tidakterbukti pengaruhnya terhadap preferensi pemilih bagi penantang maupunkompetitor.Variabel kontrol berupa pemimpin non muslim cukup baik menjelaskan peluangmemilih Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saeful Hidayat di putaran keduaPilkada DKI Jakarta 2017.Kata Kunci: Compliance Gaining, Pemasaran Politik, Rewarding, Punishing,Expertise, Moral Persuasion, dan Preferensi Pemilih. ......The Jakarta Regional Head Election This research result reveals that expertise was most used in the second round ofDKI Jakarta Election, meanwhile rewarding was mostly used in the first roundelection. Punishing is the least used in both round elections. Rewarding,expertise, and moral persuasion had been proven to have an effect on voterpreferences.The three of those strategies have significant influence to all the candidates in thefirst round election and they have also significant influence to Anies Baswedan Sandiaga Uno in the second round election. Punishing in the first round election had only significant effect on opportunity ofvoting behavior for the pair candidate, Basuki Tjahaja Punama Djarot SaefulHidayat but it is no longer for two other candidates pairs.The non Moeslem Leader as control variable is more reasonable to explain thevoting opportunities of Basuki Tjahaja Purnama Djarot Saeful Hidayat in thesecond round of 2017 Jakarta Election.Key Words Compliance Gaining, Political Marketing, Rewarding, Punishing,Expertise, Moral Persuasion, and Voter Preferences.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
D2338
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Suryo Prabandono
Abstrak :
Tesis ini bertujuan untuk meneliti intercandidate agenda-setting di media sosial pada Pilkada provinsi DKI Jakarta 2017 pada masa kampanye putaran pertama dan kedua. Teori yang mendasari penelitian adalah teori agenda-setting dan agenda building. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode analisis isi. Pengumpulan data dilakukan dengan mengunduh cuitan dari akun Twitter @AhokDjarot n=1013 dan @JktMajuBersama n=1613 selama masa kampanye pada kedua putaran. Cuitan tersebut dibagi ke dalam empat periode bulan untuk keseluruhan masa kampanye, tiga periode bulan untuk masa kampanye putaran pertama, dan empat periode minggu untuk masa kampanye putaran kedua. Dengan menggunakan korelasi Spearman dan Rozelle-Campbell Baseline, hasil penelitian yang didapatkan menunjukan bahwa ditemukan hubungan intercandidate agenda-setting pada putaran pertama meski korelasinya tidak sekuat di putaran kedua. ...... This thesis aims to examine the Intercandidate Agenda Setting in the elections of DKI Jakarta province 2017 during the first and second round campaign. The underlying theory of research is the agenda setting theory and the agenda building. This research is quantitative research with content analysis method. The data collection is done by downloading the Tweets from Twitter account AhokDjarot n 1013 and JktMajuBersama n 1613 during the campaign period on both rounds. Tweets is divided into four month periods for the entire campaign period, three month periods for the first round campaign period, and four weeks period for the second round of campaigning. By using Spearman and Rozelle Campbell Baseline correlations, the results obtained show that intercandidate agenda setting relationships are found in the first round although the correlation is not as strong as in the second round.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
T50202
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Rahayu
Abstrak :
Penelitian ini berupaya menggambarkan perbedaan pemberian dukungan di tubuh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) pada Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta tahun 2017. Dengan menggunakan metode kualitatif, penelitian ini menunjukkan bahwa perbedaan pemberian dukungan antara pengurus dengan keputusan partai menunjukkan terjadinya konflik internal di PKB. Hal ini merujuk pada teori konflik Maswadi Rauf yang menyatakan bahwa salah satu bentuk konflik adalah konflik lisan berupa perbedaan pendapat, persaingan, dan pertentangan antara individu dengan individu, kelompok dengan kelompok, individu dengan kelompok yang masing-masing mempunyai kepentingan yang berbeda.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melisa Indriana Putri
Jakarta: Komisi Pemberantasan Korupsi, 2017
364 INTG 3:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rana Anis Baswedan
Abstrak :
Skripsi ini akan membahas tentang bagaimana peran media sosial khusunya akun media sosial resmi Facebook, Twitter, dan Instagram tim Ahok-Djarot dan Anies-Sandi pada Pilkada DKI Jakarta 2017 putaran kedua, dengan menggunakan teori web campaigning serta konsep politik, media, dan demokrasi modern melalui metode penelitian kualitatif. Skripsi ini dimulai dengan memperlihatkan bahwa penggunaan media sosial dalam kampanye politik sudah menjadi fenomena new politics di banyak negara terutama di Amerika Serikat dan saat ini Indonesia sedang menuju arah yang sama. Dinamika perubahan regulasi pemilihan kepala daerah di Indonesia, yang salah satunya diterapkan oleh KPU dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 diantaranya batasan pemasangan iklan bagi pasangan calon di media mainstream dan hal itu berdampak pada pasangan calon untuk meningkatkan intensitas turun langsung ke masyarakat di setiap daerah pemilihan, tentunya hal itu membutuhkan peningkatan anggaran dan waktu yang cukup besar. Dengan kondisi tersebut kampanye politik melalui media sosial terutama media sosial resmi yang didaftarkan ke KPU Jakarta, dikatakan berperan secara signifikan menjadi instrumen penting dalam memperkuat strategi politik tim sukses melalui pembangunan citra pasangan calon, mensosialisasikan visi, misi, dan program kerja, serta melakukan mapping isu yang menguntungkan pasangan calon melalui ketiga jenis media sosial resminya yaitu Facebook, Twitter, dan Instagram. ...... This thesis will discuss about the role of social media especially official social media account Facebook, Twitter, and Instagram Ahok Djarot and Anies Sandi team in the second round election of DKI Jakarta 2017, using web campaigning theory and political, media and modern democracy concept through qualitative research methods. This thesis begins with the use of social media in politics that became a new political phenomenon in the United States and currently Indonesia is heading in the same direction. The dynamics of regulatory changes in local elections in Indonesia, conducted by KPU in the elections of DKI Jakarta 2017 limits of advertising in the mainstream media and that matter impact for the increase and decrease in electoral elections, of course it requires an increase in budget and time is quite large. With the condition, political campaign through of social media especially the official social media which register to KPU Jakarta, used as a big one becomes an important instrument in producing political strategies of candidate team for image development, socialize vision, mission,and program, along do mapping issue profitable to candidate through every types of official sosial media accounts Facebook, Twitter, and Instagram.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arfianto Purbolaksono
Abstrak :
Penggunaan media sosial, khususnya facebook sebagai alat kampanye marak dilakukan pada Pemilu di era Reformasi. Pada putaran kedua Pilkada DKI Jakarta 2017, kedua kandidat yang bersaing yaitu pasangan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Djarot Saiful Hidayat dan pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno sama-sama menggunakan facebook sebagai salah satu alat kampanyenya. Tujuannya sebagai upaya menjangkau pemilih khususnya pemilih muda. Dengan demikian, penelitian ini ingin mengetahui dan menjelaskan problematik penggunaan Facebook sebagai alat kampanye oleh dua pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur dalam mempengaruhi preferensi pemilih pemula pada putaran kedua Pilkada DKI Jakarta 2017. Untuk menjelaskan pengaruh media sosial terhadap preferensi pemilih pemula, penelitian ini menggunakan Media System Dependancy Theory atau teori sistem ketergantungan media. Beberapa temuan dalam penelitian ini yaitu pertama, terkait penggunaan facebook sebagai alat kampanye dapat dilihat dengan menggunakan manajemen kampanye. Manajemen kampanye yang baik dilakukan sesuai dengan perencanaan, dilaksanakan secara konsisten dan secara berkala dilakukan proses evaluasi. Kedua, model pengemasan pesan kampanye di facebook harus disesuaikan dengan tujuan dari kampanye yaitu untuk memobilisasi dukungan untuk kandidat. Ketiga, pemilih muda lebih banyak menggunakan platform media sosial Instagram dibandingkan Facebook. Keempat, facebook dan platform media sosial lainnya tidak menjadi faktor utama terhadap pembentukan preferensi bagi pemilih pemula pada Pilkada DKI Jakarta 2017 di putaran kedua. Faktor lainnya adalah saluran informasi lain seperti media televisi, youtube, berita online. Kemudian selain itu terdapat juga faktor lingkungan seperti teman, keluarga, dan Gerakan Bela Islam 212.
The use of social media, especially Facebook as a campaign tool, is rampant during the Elections in the Reformation era. In the second round of the 2017 DKI Jakarta Pilkada, the two competing candidates, namely the Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) -Djarot Saiful Hidayat pair and the Anies Baswedan-Sandiaga Uno pair both used Facebook as one of their campaign tools. The aim is to reach out to voters, especially young voters. Thus, this study wants to find out and explain the problematic use of Facebook as a campaign tool by two pairs of candidates for governor and deputy governor in influencing the preferences of novice voters in the second round of the 2017 DKI Jakarta elections. To explain the effect of social media on the preferences of novice voters, this study uses The Media System Dependency Theory. Some of the findings in this study are first, related to the use of Facebook as a campaign tool that can be seen using campaign management. Good campaign management is carried out according to plan, carried out consistently and the evaluation process is carried out periodically. Second, the model of packaging campaign messages on Facebook must be adapted to the purpose of the campaign to mobilize support for candidates. Third, young voters use the Instagram social media platform more than Facebook. Fourth, Facebook and other social media platforms are not a major factor in the formation of preferences for novice voters in the second round of the 2017 DKI Jakarta elections. Another factor is other information channels such as television media, youtube, online news. Then besides that, there are also environmental factors such as friends, family, and the Islamic Defending Movement 212.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T54783
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rike Elviera
Abstrak :
Tesis ini dibuat dengan tujuan untuk meneliti bagaimana bentuk collective audience gatekeeping di media online Tribunnews.com dalam mengemas dan menyajikan berita pada saat Pilkada DKI Jakarta 2017. Pemberitaan yang dipilih dalam penelitian ini adalah pemberitaan tentang Pilkada DKI Jakarta 2017 yang ada di Tribunnews.com pada periode 1-18 April 2017. Era digital telah mengubah banyak teori dalam dunia jurnalistik. Collective audience gatekeeping sendiri adalah bentuk baru dari teori gatekeeping yang dulu digunakan dalam media massa konvensional. Pada saat ini, teori gatekeeping sudah tidak relevan lagi digunakan, mengingat audiens telah memiliki akses dan perangkat untuk bisa langsung berpartisipasi dalam publikasi sebuah informasi atau peristiwa sehingga menjadi berita dan ini menunjukkan dominasi media massa dalam penentuan topik sudah berkurang. Collective audience gatekeeping menjadi bentuk baru teori gatekeeping di mana audiens ikut berpartisipasi dalam proses pencarian topik hingga publikasi suatu berita. Penelitian menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, dengan metode studi kasus. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: dokumentasi, wawancara, dan pengamatan langsung. Dari hasil penelitian, didapatkan bentuk format dari collective audience gatekeeping dan bentuk partisipasi audiens dalam proses pemberitaan di media online Tribunnews.com. Tribunnews.com telah mempraktikkan collective audience gatekeeping dengan memberikan ruang yang luas kepada audiens untuk berpartisipasi dalam topik pemberitaan di Tribunnews.com; dan penentuan topik yang dipublikasikan berdasarkan minat audiens - yang diamati dari analytic tools. Artinya, ada pergeseran pola dari praktik jurnalisme klasik, di mana setiap berita yang akan dipublikasikan, diputuskan dalam rapat redaksi terlebih dahulu. Praktik di Tribunnews.com sebagai portal mediaberita, redaksi tidak lagi sepenuhnya mendominasi keputusan penentuan topik berita. ...... This thesis is written to research on the forms of collective audience gatekeeping inpackaging and serving news in the Tribunnews.com during the gubernatorial election period in DKI Jakarta in 2017. The selected news articles in this research are those in the period of 1 18 April 2017. The digital era has changed a lot of theories in journalism. Collective gatekeeping is a new form of gatekeeping theory that has been used in conventional mass media. Nowadays, gatekeeping theory is no longer relevant since the audience has access and tools to directly participate in publishing information or events as news, and this means that the domination of the mass media in defining topics has been eroded. Collective audience gatekeeping has emerged to become a new form of gatekeeping where the audience participates in the process of searching for topics all the way to publishing them as news. The research utilizes quantitative research approach with case study method. The technique for data collection is documentation, interview, and direct observation. From the result of the research, the form of collective audience gatekeeping and of the participation of the audience in the process of online media publication in Tribunnews.com is found. Tribunnews.com has practiced collective audience gatekeeping by providing expansive space to the audienceto participate in the news topics in Tribunnews.com and in the decision on the topics tobe published based on the interests of the audience - observed through the analytic tools. This means that there has been a shift in the pattern from classical journalism practice, where each news article to be published was decided in the editorial meeting, the practice in Tribunnews.com as news media portal is that the editors have no domination over the decision on the news topic any longer.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
T49760
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fikri Ibrahim Arif
Abstrak :
Pilkada DKI Jakarta di tahun 2017, cukup berbeda dengan pemilihan lain di banyak daerah. Dengan adanya kandidat yang dipromosikan oleh partai politik daripada kader partai dan juga status DKI Jakarta sebagai ibu kota negara dan memiliki masyarakat yang heterogen membuat pemilihan DKI Jakarta menjadi perhatian bagi seluruh rakyat Indonesia. Untuk partai politik nasional besar, pemilihan DKI Jakarta jelas merupakan target yang harus dimenangkan. Pemilihan DKI Jakarta tahun 2017 juga digunakan oleh parpol sebagai ajang 'pemanasan' menjelang Pemilihan Umum 2019. Pencalonan Basuki Tjahaya Purnama cukup kontroversial karena awalnya Basuki tidak mau bergabung dengan parpol karena menurut dia selalu ada mas kawin, serta memberikan sinyal ke depan secara mandiri. Penolakan di internal PDIP terasa dengan kader kader terutama dari dewan DPD PDIP DKI Jakarta. Juga, dugaan korupsi dan reklamasi  juga menjadi kontroversi. Karena keputusan PDIP untuk mendukung Basuki Tjahaya Purnawa menjadi fokus utama, para peneliti ingin tahu bagaimana konflik politik partai PDI-P dan juga apa faktor di balik PDI Perjuangan membawa Basuki Tjahaya Purnama sebagai calon Gubernur di Jakarta 2017 Jakarta Pemilihan. Sumber data penelitian ini dengan pengumpulan data primer dan sekunder. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung melalui wawancara. Data sekunder yang digunakan sendiri dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh secara tidak langsung seperti dokumen, media atau literatur sesuai dengan tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah wawancara mendalam dan studi pustaka. Informan yang menjadi sasaran peneliti untuk melihat dinamika yang terjadi di internal PDIP adalah pengurus DPP, pengurus DPD dan pihak yang keluar dari PDI Perjuangan. Untuk menyeimbangkan informasi, peneliti juga mencari informasi dari beberapa media (cetak atau elektronik) yang terkait dengan diskusi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa telah terjadi dinamika politik internal yang disebabkan oleh Basuki Tjahaya Purnama, khususnya DPD DKI yang menginginkan kader yang menjadi calon peserta lomba dalam pemilihan DKI Jakarta, Basuki juga memiliki karakter keras dan menganggap partai politik tidak penting. , kebijakan buruk dan komunikasi yang buruk, juga tidak mau ikut seleksi oleh DPD DKI Jakarta. Rekrutmen Basuki adalah dominan, dimana pengusungan Basuki merupakan hak prerogatif dari Megawati Soekarno Putri, meskipun terdapat achievement oriented.
The DKI Jakarta Pilkada in 2017 is quite different from other elections in many regions. The presence of candidates promoted by political parties rather than party cadres as well as the status of DKI Jakarta as the capital city of the country and having heterogeneous communities makes the election of DKI Jakarta a concern for all the people of Indonesia. For large national political parties, the election of DKI Jakarta is clearly a target that must be won. The election of DKI Jakarta in 2017 is also used by political parties as a 'warming up' event ahead of the 2019 General Election. Basuki Tjahaya Purnamas candidacy is quite controversial because Basuki initially did not want to join political parties because according to him there were always dowry, as well as independently providing forward signals. The internal PDIP rejection was felt with cadre cadres, especially from the council of the DKI Jakarta PDIP. Also, allegations of corruption and reclamation have also been controversial. Because the PDIP's decision to support Basuki Tjahaya Purnawa was the main focus, the researchers wanted to know how the political conflict of the PDI-P party and also the factors behind PDI Perjuangan brought Basuki Tjahaya Purnama as the Governor candidate in Jakarta 2017 Jakarta Election. The source of this research data is by collecting primary and secondary data. Primary data, namely data obtained directly through interviews. Secondary data used alone in this study are data obtained indirectly such as documents, media or literature in accordance with the research objectives. Data collection techniques used by researchers are in-depth interviews and literature studies. The informants who were the target of the researchers to see the dynamics that occurred inside the PDIP were DPP administrators, DPD administrators and those who left PDI Perjuangan. To balance information, researchers also seek information from several media (print or electronic) related to the discussion. The results of this study indicate that there has been an internal political dynamics caused by Basuki Tjahaya Purnama, especially the DKI DPD who wants cadres who are candidates in the DKI Jakarta election contest, Basuki also has a strong character and considers political parties not important. , bad policies and poor communication, also do not want to participate in the selection by the DKI Jakarta DPD. Basuki Recruitment is a dominant Ascrieptive Style, where Basukis support is a prerogative of Megawati Soekarno Putri, even though there is achievement oriented.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Wahyu Widyawati
Abstrak :
ABSTRAK
Pemilukada DKI Jakarta 2017 diwarnai dengan pertarungan wacana antara wacana pro kebinekaan dengan wacana anti kebinekaan. Penelitian ini memetakan wacana kebinekaan yang hadir pada saat pemilukada DKI Jakarta 2017 dalam rangka menggali strategi berkampanye pasangan Basuki-Djarot. Melalui penelitian ini, wacana kebinekaan dilihat sebagai suatu bentuk perlawanan terhadap wacana anti kebinekaan yang muncul di masyarakat Jakarta selama momen pemilukada DKI Jakarta 2017. Penelitian ini menggunakan teori wacana oleh Michael Foucault untuk membongkar bagaimana objek bekerja membentuk wacana dan bagaimana wacana tersebut dilatarbelakangi oleh sebuah ideologi. Hasil dari penelitian ini adalah adanya persamaan dan perbedaan dalam kedua genre kampanye Basuki-Djarot wayang kulit dan flash mob . Kesamaan dua genre itu terdapat dalam latar belakang ideologi yang diangkat yaitu ideologi nasional dimana menonjolkan persatuan dan kesatuan sedangkan perbedaannya terdapat pada bentuk, penggunaan bahasa, sasaran audiens , dan isu yang diangkat. Wayang kulit mengangkat isu Islam universal sebagai strategi melawan wacana anti kebinekaan. Di sisi lain flash mob menyuarakan aspirasi pendukung Basuki-Djarot melalui partisipasi massa yang mencerminkan pendukung yang solid.
ABSTRACT
2017 Jakarta SCR Gubernatorial Election was full of controversy between kebinekaan and anti kebinekaan discourse. This research focuses on kebinekaan discourse in the 2017 Jakarta SCR Gubernatorial Election as a part of the campaign strategy. Through this research, kebinekaan is shown as a strategy against anti kebinekaan discourse which was spread among the people of Jakarta during the Election time. The research uses discourse theory by Michael Foucault, to show how object works on forming the discourse and the ideology that works as background. This research reveals that there are both similarities and differences between the puppet performance and flash mob as the campaign strategy from Basuki Djarot rsquo s side. The similarities can be found in the ideological background, in this case, the nationalism and the unity in diversity notion, while the differences are shown in the use of language, audience, and issue they want to show. The main issue found in the Puppet performance is Islam universalism that is used against anti kebinekaan issue. On the other hand the flash mob articulates the aspiration of Basuki Djarot rsquo s supporters through mass participation that reflects a solid supporter.
Depok: Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 2018
T50277
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>