Industri telekomunikasi telah bersiap mengimplementasikan teknologi 5G secara komersil, dimana teknologi 5G digadang-gadang sebagai evolusi dari teknologi telekomunikasi yang makin memperkuat ekosistem digital saat ini. Di tengah tekanan dari layanan digital seperti layanan over the top (OTT), operator telekomunikasi diuntungkan dengan implementasi teknologi 5G melalui dukungannya terhadap ekosistem Internet of Things (IoT). Namun bagi penyedia menara, evolusi teknologi yang terjadi tidak berdampak apapun secara langsung dan bahkan berpotensi mengancam profitabilitas perusahaan. Oleh karena itu tesis ini akan membahas mengenai strategi penyedia menara dalam memasuki era IoT. Penelitian mengambil studi kasus dari PT. Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) dengan menggunakan Kerangka Perumusan Strategi yang telah disesuaikan, antara lain Matriks Evaluasi Eksternal, Matriks Evaluasi Internal, Matriks SWOT, Matriks Internal Eksternal, Matriks Grand Strategy, dan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). Hasilnya dari dua alternatif strategi yang paling sesuai dengan kondisi Mitratel saat ini adalah “Memperkuat dan fokus pada bisnis menara yang sudah dimiliki dengan tidak menjadi penyedia layanan IoT. Strategi dilaksanakan melalui: a). penetrasi dan pengembangan pasar kepada pelanggan yang sudah dimiliki maupun pelanggan potensial, b). Integrasi horizontal yaitu dengan akuisisi perusahaan menara lain.”
The telecommunications industry has been preparing to implement commercial 5G technology, where 5G technology is predicted as an evolution of telecommunications technology that is increasingly strengthening the current digital ecosystem. Amid pressures from digital services such as over the top (OTT) services, telecommunications operators benefit from the implementation of 5G technology through their support of the Internet of Things (IoT) ecosystem. But for tower providers, the evolution of technology that occurs has no direct impact and even has the potential to threaten company profitability. Therefore, this thesis will discuss the strategy of tower providers in entering the IoT era. The research took a case study from PT. Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) using the adjusted Strategy Formulation Framework, including the External Evaluation Matrix, Internal Evaluation Matrix, SWOT Matrix, External Internal Matrix, Grand Strategy Matrix, and Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). The results of the two alternative strategies that are most suitable for Mitratel's current conditions are "Strengthen and focus on existing tower businesses by not becoming an IoT service provider. The strategy is implemented through: a). market penetration and development to existing customers and potential customers, b). Horizontal integration is the acquisition of another tower company."
"Dengan berkembangnya industri jasa pelayaran dan bongkar muat kapal yang dikarenakan semakin banyaknya kebutuhan kegiatan pengiriman kargo/hasil tambang antar pulau melalui transportasi laut pastinya akan bertambah juga jumlah Perusahan kompetitor penyedia jasa angkutan laut. Oleh karena itu agar usaha tetap bisa berkembang suatu Perusahaan perlu merencanakan strategi-strategi yang dapat membantu Perusahaan dalam bersaing dan mengembangkan bisnisnya Dalam mengembangkan bisnisnya, Perusahaan perlu memutuskan langkah strategis, tentunya pengambilan keputusan strategi tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor, baik secara internal maupun eksternal. Penelitian ini bertujuan untuk merancang strategi alternatif yang dapat membantu Perusahaan penyedia jasa pelayaran angkutan laut kargo/hasil tambang dalam mengembangankan bisnisnya dan cocok untuk diterapkan pada kondisi lingkungan internal dan eksternal Perusahaan saat ini. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi dari analisis SWOT, Analytic Hierarchy Process (AHP), dan Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM). Metode analisis SWOT digunakan untuk mengidentifikasi faktor internal dan eksternal Perusahaan, yang kemudian dapat dikelompokkan menjadi faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman Perusahaan. Kemudian, sub-faktor dari faktor SWOT tersebut digunakan untuk Menyusun strategi alternatif pengembangan bisnis menggunakan analisis matriks TOWS. Pendekatan AHP digunakan untuk mendapatkan bobot faktor dan sub-faktor SWOT perusahaan dan QSPM dilakukan untuk memperoleh total nilai ketertarikan strategi berdasarkan faktor dan subfaktor SWOT terbobot. Dari penelitian ini menunjukkan bahwa, strategi ST1 (Memenuhi permintaan kebutuhan jasa angkutan kargo dan hasil tambang dari perusahaan holding dan BUMN) memiliki nilai Total TAS (Total Attractivenes Score) yang paling besar dengan nilai 3,14. Hal ini juga menunjukkan bahwa strategi ST1 dapat mencapai sasaran faktor yang paling mempengaruhi perusahaan dan terdapat hubungan yang kuat antara kepentingan key factor Perusahaan dengan karakteristik strategi ST1.