Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Silitonga, Baldwin M
Abstrak :
ABSTRAK
Usaha memahami kepentingan khalayak pendengar radio semakin perlu dilakukan oleh setiap pengelola lembaga penyiaran radio, sebagai dampak perubahan perubahan yang terjadi. Pengelola radio penyiaran berusaha membentuk kelompok-kelompok pendengar, sambil memantau, memahami dan memberikan apa yang diharapkan pendengar. Perilaku mendengar dan kepuasan pendengar kini menjadi saiah satu fokus perhatian setiap pengelola radio penyiaran yang ingin tetap bertahan dan unggul dalam persaingan menggaet pendengar.

PERJAN RRI yang melakukan kegiatan usaha jasa penyiaran Tadio berusaha meningkatkan mutu pemberian pelayanan (service delivery) dalam usaha meningkatkan jumlah pendengamya. Adanya kecenderungan polarisasi di kalangan kelompok pendengarnya merupakan hal pertarna yang perlu diketahui kebenarannya. Setelah dipastikan adanya. kelompok pendengar yang dikategorikan sering dan yang jarang mendengar, RRI ingin mengetahui faktor-faktor citra pelayanannya yang membedakan kedua kategori perilaku mendengar audience tersebut.

Data diperoleh dari pendengar RRI melalui penyebaran angket kepada 174 responden. Responden adalah sampel yang diampil menggunakan teknik random atas dasar starata proporsional (proporsional stratified random sampiling) dari Populasi yang berjumlah 872 orang, yaitu anggota Kelompok PaguyupanPendengar{PAP) RRI.

Data diproses dengan menggunakan alat bantu program SPSS versi 9.01 for Windows dengan bantuan beberapa buku penuntun penggunaan SPSS dalam Pengoiahan Statistik. Alat bantu statistik yang digunakan untuk menganalisis data adalah Analisis Diskriminan.

Ditemukan, ,dari total 174 responden terdapat 100 res ponden adalah pendengar yang sering mendengar RRI dan 74 responden adalah yang jarang mendengar RRI Jakarta. Dari 10 atribut citra pelayanan RRI Jakarta terdapat 4 atribut yang jelas membedakan kedua kelompok pendengar RRI, yailu Frekuensi Gelombang, Mutu suara, Musik, Siaran-Siaran promosi dan partisipasi audience dalam siaran. Dari 4 faktor tersebut Frekuensi Gelombang adalah faktor yang paling dominan membedakan (discriminates the most) sering mendengar atau jarang mendengar RRI jakarta. Faktor Mutu Suara dan musik merupakan faktor pembeda berikutnya. Sedangkan pembeda yang terkecil (discriminates the least) adalah Siaran Promosi & Partisipasi Audience dalam siaran. Fenomena dan hasil temuan ini tentu akan menjadi bukti dan masukan bagi manajemen pengelola radio, khususnya pihak RRI Jakarta.
ABSTRACT
Attempts to understand the need of radio listening to be done more and more by all the executive of the radio broadcasting institution, as the effect of the changings happened. The radio broadcasting executive try to make the group of listeners at the some times they are observing, understanding and giving what the listener's need. To day listening behaviour and the listener's satisfactory becomes the attention focus af the radio broadcasting executive waho want to stay alive and excellent in audience attract competition.

PERJAN RRI who makes service in radio broadcastin try to encrease the quality of the service delivery. The polarisation tendency in the audience group is the most important thing should be known. After getting the category of the people who often on rarely listen to the radio, RRI want to know the factors of service quality that can make them differ.

The data is found from RRI audience bay making questionaries to 174 respondens. The respondens are the sample taken by using the proporsional stratified random sampiling from 872 person, they are the members of listeners Kelompok Paguyupan Pendengar (PAP) RRI.

The data is processed with the aid of SPSS program version 9.01 for Windows with the help of SPSS guidance books in stattistic process. Statistic aid used to analysis is discriminant analysis.

A mong the 174 respondens, there are 100 respondens who often listen to RRI and 7 4 respondents listen rarely. Among the 10 attributs of Jakarta RRI service image qquality there are 4 atrributs which discriminate the two RRI listeners group : they are wave frequency, sound quality, music, promotion broadcast and audience participation in broadcast. From the 4 mentioned factors the wave frequency discriminates the most. The next are sound quality factor and music. Promotion broadcast and audience participation in broadcast discriminate the least The phenomena and the result founded becomes the prove and input for the radio executive- especiaii for RRI, Jakarta Institution (Station).
2002
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Juditha, Christianya
Abstrak :
Radio Republik Indonesia (RRI) merupakan media informasi strategis karena jangkauan siarannya sampai ke wilayah perbatasan dengan negara tetangga. Namun banyak persoalan yang timbul di wilayah perbatasan ini di antaranya soal kedaulatan, keamanan, serta kekhawatiran lunturnya rasa nasionalisme masyarakat yang berdampak pada keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). RRI diharapkan menjadi ujung tombak penyebaran informasi yang dapat mengatasi persoalan tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang strategi programming RRI Jayapura dan RRI Merauke dalam penguatan NKRI di wilayah perbatasan. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam terhadap informan seperti kepala stasiun RRI, pemerhati perbatasan dan KPID. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa RRI Jayapura dan RRI Merauke dalam menjalankan strategi programing berupaya menyusun program siaran yang disesuaikan (compability) dengan kebutuhan masyarakat di wilayah perbatasan. Keduanya juga berupaya membangun kebiasaan (habit formation) pendengar bahwa ada program acara tentang nasionalisme yang bisa didengarkan pada waktu-waktu tertentu. RRI juga masih menjadi sumber informasi terpercaya masyarakat, sehingga untuk memaksilkan jumlah pendengar (control of audience flow) tidak sulit dilakukan. Ketersediaan materi dan sumber daya lainnya (conservation of program resources) juga tetap menjadi bagian yang diperhitungkan keduanya. Termasuk mengemas program acara yang menarik serta mengakomodir minat (bredth of appeal) pendengar.
Kementerian Komunikasi dan Informatika RI. Badan Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia, 2016
384 JPKOP 20:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Bambang Purwanto
Abstrak :
Promosi kesehatan di RS mulai dikampanyekan oteh WHO sejak tabun 1997. Harapannya agar RS tidak menfokuskan pada individunya tetapi juga mengarah pada sikap untuk mecegah , mengurangi kesakitan dan meningkatkan derajat kesehatan. Sehingga RS memiliki paradigma baru yaitu rnenjadi tempat untuk menciptakan kesehatan, promotif dan preventif bukan hanya melayani orang saldt saja. Kerja sama yang baik perlu diciptakan antara petugas di ruang perawatan di RSt karena informasi yang kurang dan tidak baik tentang interaksi obat dan makanan yang diminum pasien dalam terapinya, dapat memperpanjang kesembuhan dan masa perawatan serta menimbulkan kejadian keracunan, aler,gi atau internksi obat, kurang gizi, hingga menimbulkan kematian pasien. Ini terlihat dari masih tingginya angka kejadian interaksi obat dan alergi (30,39 %) pada pasien di RRl BPD RSCM. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku perawat dalam memberikan infonnasi cara minum obat (ICMO) kepada pasien di ruang rawat inap Bagian Pcnyakit Dalam (RRI BPD) RSCM Jakarta tahun 2007. Dari teori model Gibson dan diperkuat dengan teori Gillies, Hasibuan dan Siagian. maka peneliti membuat sebuah kerangka konsep peneiitian. Kerangka konsep ini akan diuji lmbungan antara variabel yang mempengaruhi perilaku perawat. Dalam penelitian ini, peneliti akan mengukur hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku perawat dalam memberikan ICMO kepada pasien di RRI BPD P.SC:>-1 Jakarta lahun 2007. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional. Populaslnya adalah pcnmrat yang tedibat langsung dalam pemberian IC?-.10 pada pasien di RRI BPD. Sampel adalah perawat yang bekerja d1 RRl BPD d!pilih secara acak mewakili petugas di RRI BPD. Penentuan jumlah responden ditetapkan secara acak atau sample random sampling. Karena 2 proporsi petugas yang memberikan dan yang tidak memberikan infonnasi minum obat maka jumlah seluruh sampel adalah sebanyak I 16 perawat. Dari analisis multivariat regresi logistik ganda di dapatkan model terakhir pada penelitian ini adalah : variabel Pengetahuan (p value 0~558; 95 % CI 0~536- 3,171, OR: 1,304), Sikap (p value 0,137; 95% Cl 0,194- 1,253, OR: 0,493) dengan dikontrol variabel konfonding : Pendidikan (p value 0,005; 95 % CI 0,113 -0,683,0R: 0,277) dan Sanksi (pvalue0,003; 95 %CI1,617- 9,770, OR : 3,974). Artinya bahwa responden yang memiliki sanksi yang ketat dl RR1 BPD RSCM mempunyai peluang 4 kali untuk memberikan ICMO kepada pasien dibandingkan dengan responden yang memiliki sanksi longgar. Kesimpulan adalah : Perawat yang memberikan lCMO sebanyak 32,8 %, tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan periiaku perawat dalam pemberian ICMO. Tidak ada hubungan antara sikap dengan perilaku perawat dalam pemberian ICMO, Tidak ada hubungan antara pengetahuan dan sikap, Hasil analisa uji multivariat regresi logistik ganda menunjukkan bahwa model terakhir dari penelitian ini adalah pengetahaun dan sikap perawat dikontrol dengan variabel pendidikan dan sanksi dapat mempengaruhi pemberian ICMO. Artinya pengetahuan dan sikap perawat yang dikontrol dengan sanksi yang ketat di RRl BPD RSCM mempunyai peluang 4 kali untuk memberikan ICMO kepada pasien dibandingkan dengan responden yang memiliki sanksi longgar. Saran : sebaiknya pengetahuan perawat tentang penyebab, tanda-tanda bahaya yang ditimbulkan dan cara pencegahan keracunan atau aJergi obat perlu ditingkatkan, agar kejadian keracunan atau alergi oba.t di RR1 BPD dapat dihindari atau dapat diminimalisasi. Peningkatan pengetahuan ini bisa disampaikan pada saat pergantian shift kerja, saat ronde dengan dokter~pertemuan mingguan dengan kepala ruangan dan manajer atau menyelenggarakan workshop. Sebaiknya perawat diberikan kesempatan untuk melihat atau mengunjungi RS lain yang telab memiliki program promosi kesehatan khususnya tentang ICMO. Sebaiknya pibak manajemen RSCM memasang spanduk atau poster di ruang praktek dokter, apotek, ruang tunggu pasien, loket pendaftaran, RRl dan di lingkungan RS yang mudah lihat pasien dan keluarganya. Sebaiknya petugas medis dan keperawatan yang tidak sempat memberikan ICMO kepada pasien dan keluarganya dapat memberikan selebaran atau flyer. Akan baik lagi kalau manajemen RSCM menyediakan ruang khusus untuk mendapatkan ICMO atau konsultasi ten tang obat di setiap RRI RSCM.
Health promotion in hospitals has been campaigned for by the WHO since 1997. Its intention is so that hospitals are not focusing on individuals hut also directing their focus onto attitude to prevent, decrease morbidities and increase the degree of health. As such, hospitals have a new paradigm which is to be a place to create health- involved in promotion and prevention- not only caring for the sick. Good cooperation needs to be built among staff in the hospital in-patlem unit. Lack or bad information regarding drug interaction and food consumed by patients during their therapy, could prolong their recovery and duration of treatment as well as Inducing toxicity, allergy or drug interaction, malnutrition, causing mortality in patients. This can be seen from the high occurrence of drug interaction and allergy (30.39%) in patients in the internal medicine in-patient unit inRSCM. The main objective of this study is to determine the association between knowledge and attitude with nurses~ behavior in providing information on methods of drug administration to patients in the internal medicine in~ patient unit in RSCM Jahrta in the year of2007. From the theoretical model of Gibson and strengthened by theory from Gillies, Hasibuan and Siagian, the researcher made a frame of concept for this research. Tnis frame of concept will test the association between a variabel that influences nurses' behavior. This study makes use of cross-sectional method. The study population {;consist of nurses who are directly involved in providing information regarding methods of drug administration in the internal medicine in-patient unit in RSCM Jakarta in the year of 2007. Study samples are nurses who work in the internal medicine in-patient unit and are randomly selected to repre...<::ent the staff in rhe internal medicine in-patient unit. The required numbers of respondents are assigned randomly or by simple random sampling. Because there are 2 proportions of staff) those who provide and those who do not provide information on methods of drug administration, therefOre the total numbers of samples are 116 nurses. From multivariate analysis of matched logistic regression, a final model for this research is obtained as follow: knowledge variable (p-value 0.558~ 95% Cl 0.536-3.171, OR: 1.304), attitude (p-value 0.137; 95% Cl 0.194-1.253, OR: 0.493) controlled for confounding variables: education (p-value 0.005; 95% CJ 0.113-0.683, OR: 0.277) and punishment (p-value 0.003; 95% CI 1.6!7-9.770, OR: 3.974). This means that respondents with tighter/stricter punisment in the internal medicine in-patient unit RSCM have 4 times more chances of providing information on methods of drug administration to patients compared to those with more lenient punishment The conclusion as such is: there are 32.8% nurses who provide information on methods of drug administration; there is no association between knowledge and nurses' behavior in providing information on methods of drug administration; there is no association between attitude and nurses? behavior in providing information on methods of drug administration; there is no association between knowledge and attitude. Advice: It's better to enhance the nurses· knowledge about causes~threatening signs that can be induced and methods of prevention of drug toxicity or allergy, so that drug toxicity and allergy occurrences in the internal medicine inpatient unit can be avoided or minimized. This knowledge enhancement can be conveyed during the change of shift hour, during rounds with doctors! weekly meetings with the head and manager of the unit ·or by holding a workshop, It's preferred that the nurses are given the chance to see or visit other hospitals which already have health promotion program especially about information on methods of drug administration, It's best that RSCM management put up banners or posters which are easily visible to the: patients and their families in the doctors examination rooms, pharmacies, patients' waiting rooms, registration booths, inpatient units and the hospital's surroundings. It'd be favorable if medical staff and nurses, are able to give out leaflets or flyers. It's even more desirable if RSCM management can allocate a special room whereby patients can obtain information on methods of drug administration and have a consultation regarding drugs in all.
Depok: Universitas Indonesia, 2007
T32504
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
S4882
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kendari: Kantor Bahasa Provinsi Sulawesi Tenggara, 2009
499.221 07 IND k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Ndolu, Frederik
Abstrak :
Radio Republik Indonesia (RRI) sering diidentikan sebagai "Radio Perjuangan", karena peran sertanya dalam perjuangan pergerakan kemerdekaan, hingga proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia memang dibacakan lewat corong RRI ke seluruh Indonesia dan dunia pada 17 Agustus 1945. Sejak itu hingga masa pemerintahan Orde Baru, RRI tergolong ke dalam radio pemerintah RI. Gerakan reformasi yang menjatuhkan Rezim Orde Baru pada 21 Mei 1998, berkelanjutan dengan dibubarkannya Departemen Penerangan pada masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid. RRI yang berada di bawah lembaga itu sebagai unit pelaksana teknis, akhirnya pindah ke bawah Departemen Keuangan dengan keluarnya Peraturan Pemerintah No. 37/2000, dengan status badan hukum Perusahaan Jawatan. PP ini sekaligus mulai menyebut-nyebut RRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik. Disahkannya UU Penyiaran No 32 tahun 2002, menyatakan secara eksplisit bahwa RRI de Jure ditetapkan sebagai Lembaga Penyiaran Publik, kendati secara de facto pelaksanaannya masih tertatih-tatih. Hingga saat ini RRI belum mendapat kepastian tentang badan hukumnya sesuai dengan UU Penyiaran, karena masih harus menunggu keluarnya Peraturan Pemerintah tentang Lembaga Penyiaran Publik sebagai turunan Undang-Undang Penyiaran. Penelitian ini ingin mencoba mencoba melihat sisi de facto atau tataran empirik dari RRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik, dengan secara lebih khusus memilih manajemen berita RRI Jakarta sebagai obyek penelitian. Jurnalisme merupakan suatu bidang yang amat mendapat perhatian dari Lembaga Penyiaran Publik di banyak negara di dunia. Penelitian ini bersifat kualitatif, dan secara parsial mencoba melakukan pendekatan grounded research. Peneliti langsung "terjunn ke lapangan dan melakukan wawancara untuk mengetahui bagaimana praktisi penyiaran di RRI Jakarta mengonstruksi realitasnya tentang wacana Lembaga Penyiaran Publik, dan lebih khusus lagi tentang berita yang berkualitas serta praktek-praktek di RRI Jakarta dengan status resminya sebagai Lembaga Penyiaran Publik. Hasil penelitian ini antara lain menunjukkan bahwa sebagian besar jurnalis, redaktur, dan praktisi media di ruang redaksi RRI Jakarta belum memiliki pemahaman yang memadai tentang wacana Lembaga Penyiaran Publik, apalagi terhadap konsep-konsep key performance indicators-nya. Hal ini mengakibatkan mereka merasa bahwa belum terdapat arah yang jelas soal petunjuk pelaksanaan yang praktis di lapangan mengenai status baru RRI sebagai Lembaga Penyiaran Publik. Di samping manajemen yang tidak berjalan efisien dan efektif, terutama karena kurangnya pendanaan yang memadai dan tidak dijalankannya dengan baik fungsi perencanaan dan pengawasan, terdapat pula aspek kurangnya kepemimpinan yang membantu mengarahkan mereka pada masa transisi empirik ini.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2004
T13912
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Myrna Laksman-Huntley
Abstrak :
ABSTRAK
Sejak diputuskan bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan pada tanggal 28 Oktober 1928 di Jakarta, para ahli bahasa sibuk membenahi dan mengembangkan norma-norma bahasa tersebut. keputusan untuk menentukan cara penulisan, tata bahasa dan perbendaharaan kata muncul pada Kongres Bahasa Indonesia tahun 1938 di Solo (Java Tengah). Bahasa Indonesia lebih terpacu untuk berkembang pada masa penjajahan Jepang karena bahasa ini merupakan satu-satunya cara untuk berkomunikasi dan akhirnva menjadi lambang kesatuan nasional Bahasa Indonesia memiliki peran yang penting sebagai lambang kesatuan nasional. Sejak dibentuk Komisi Bahasa Indonesia pada tanggal 20 Oktober 1942. penyempurnaan bahasa terutama normalisasi tata bahasa selalu dilaksanakan. Berkat komisi ini juga pada akhir penjajahan Jepang tahun 1945 bahasa Indonesia diperkaya dengan sekitar 7.000 istilah haru (St. T. Alisjahbana, 1983: 15).

Komisi kerja yang di bentuk pada 18 Juni 1945 berhasil menyelesaikan istilah-istilah ilmiah dan teknik serta mencatat 5.000 kata-kata baru. Setelah perpindahan/serah terima teknik serta mencatat 5.000 kata-kata baru. Setelah perpindahan/serah terima kekuasaan pekerjaan di atas dilanjutkan oleh Komisi Istilah T'eknik yang bertugas menyusun kamus baru dan menyempurnakan yang sudah ada untuk pengajaran.
Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 1993
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
PATRA 13 (1-4) 2012
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>