Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 38 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Kharis Mustofa
"Praktek Kerja Profesi Apoteker di RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo memiliki 3 tujua yaitu yang pertama memahami peranan, tugas dan tanggung jawab apoteker di rumah sakit sesuai dengan ketentuan dan etika pelayanan farmasi khususnya dan pelayanan kesehatan umumnya, serta melakukan praktek pelayanan kefarmasian sesuai dengan ketentuan dan etika yang berlaku; yang kedua adalah agar memiliki wawasan, ketrampilan, dan pengalaman praktis untuk melakukan praktek kefarmasian di rumah sakit; dan yang ketiga adalah agar memiliki gambaran nyata tentang permasalahan praktek kefarmasian serta mempelajari strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan praktek kefarmasian di rumah sakit. Dalam pelaksanaan praktek kerja profesi apoteker ini dilakukan penulisan tugas khusus dengan judul 'Validasi dan pembuatan guideline kuesioner survei kepuasan pelanggan eksternal RSUPN DR. Cipto Mangunkusumo'. Tujuan dari penulisan tugas khusus ini adalah untuk memastikan apakah kuesioner yang akan dipakai untuk mengukur variabel sudah valid, jelas dan dapat dipahami serta dapat membuat guideline yang dapat dipahami oleh peneliti selanjutnya.

Internship at the Dr. Cipto Mangunkusumo National General Hospital has 3 main purposes, first is to understand the duties and responsibilities of pharmacists in hospital pharmaceutical care activities accordance with statutory provisions and ethics. Second is to earn knowledge, skills, professional behaviors and the real experiences to carry out pharmacist practices in the hospital. And the third purpose is to learn about the strategy to develop pharmaceutical care activities, and also have a real picture about problem solving activities inside hospital. Given special assignment entitled 'Validation and making guideline of questionnaire survey external customer satisfaction rsupn dr. Mangunkusumo'. The purpose of the special task is to ascertain whether the questionnaire to be used for measuring variable is valid, clear and can understand and can make guideline prophethood next researchers."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2017
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Haznim Fadhli
"ABSTRAK
Latar belakang: Nilai normal Kecepatan Hantar Saraf KHS pada saraf perifer, dipengaruhi oleh faktor-faktor fisiologis, antara lain usia, tinggi badan dan indeks massa tubuh, dan faktor non fisiologis seperti teknik pengukuran dan suhu. Referensi nilai normal tiap laboratorium elektrofisiologi berbeda-beda, sehingga dibutuhkan penelitian untuk memperoleh referensi nilai normal KHS yang sesuai dengan populasi di Indonesia, khususnya di RSUPN dr. Cipto Mangukusumo Jakarta..Metode:Penelitian ini merupakan penelitian prospektif. Responden sehat didapatkan sesuai kriteria inklusi dan eksklusi diambil secara concecutive, usia 18-60 tahun sebanyak 210 subyek. Dilakukan penapisan neuropati perifer dengan wawancara dan kuesioner Brief Peripheral Neuropathy Screening Tool BPNS Tool . Subyek yang memenuhi persyaratan dilakukan pemeriksaan Kecepatan Hantar Saraf KHS motorik dan sensorik pada ekstremitas atas dan bawah, meliputi n.medianus, n.ulnaris, n.radialis, n.peroneus, dan n.suralis. Hasil:Didapatkan sebanyak 210 dari 215 subyek yang memenuhi kriteria inklusi. Subyek penelitian terdiri dari 91 sampel ekstremitas laki-laki dan 119 sampel perempuan. Subjek diambil pada usia dewasa rentang 18-60 tahun, dengan nilai tengah 33 tahun. Subyek terbanyak usia 31-40 tahun, sebanyak 68 sampel 32,4 , jenis kelamin wanita sebanyak 119 sampel 56,7 . Usia subyek dengan nilai tengah 33 22,0-53,4 tahun, dengan tinggi badan subyek 1,6 1,49;1,74 m, dan nilai tengah indeks massa tubuh IMT 24.84 18,5- 31,3 kg/m2.Nilai kecepatan hantar saraf KHS digunakan nilai tengah, dengan batas bawah persentil lima dan batas atas persentil sembilan puluh lima. Nilai KHS motorik pada n.medianus 60 50;73,2 m/det, n.ulnaris 66,6 53;80 m/det, pada n.radialis 67 48,1; 81,8 m/det. n.peroneus 55 39,6;69,8 m/det, n.tibialis 59,5 46,5;75 m/det. Hasil pemeriksaan sensorik, didapatkan KHS sensorik pada n.medianus 66,3 49,6;83 m/det, n.ulnaris 52 41,5;70 m/det, n.radialis 46,7 38,4: 59 m/det. n.peroneus superfisialis 62 44;82 m/det, pada n.suralis 62 48;79 m/det. Kesimpulan:Nilai normal kecepatan hantar saraf motorik pada n.medianus ge;50 m/det, n.ulnaris ge;53 m/det, n.radialis ge;48 m/det, n.peroneus ge;40 m/det, n.tibialis ge;46 m/det. Nilai normal kecepatan hantar saraf KHS pada saraf sensorik pada n.medianus ge; 50 m/det, n.ulnaris ge; 41 m/det, n.radialis ge;38 m/det, n.peroneus superfisialis ge;44 m//det, n.suralis ge;48 m/det.

ABSTRACT<>br>
Background The normal value of nerve conduction velocity NCV in peripheral nerves, is influenced by physiological factors, including age, height and body mass index, and non physiological factors such as measurement and temperature techniques. Reference to the normal values of each electrophysiological laboratory is different, so research is needed to obtain references to normal NCV values that are appropriate to the population in Indonesia, especially in dr. Cipto Mangunkusumo Hospital Jakarta. Method This research is a prospective study. Healthy respondents were obtained according to the inclusion and exclusion criteria were taken concecutive, aged 18 60 years as many as 210 subjects.Peripheral neuropathy screening was performed by interview and questionnaire of the Brief Peripheral Neuropathy Screening Tool BPNS Tool . Subjects meeting the requirements were examined for motor and sensory velocity NCV at the upper and lower extremities, including n.medianus, n.ulnaris, n.radialis, n.peroneus, and n.suralis. Result There were 210 out of 215 subjects who met the inclusion criteria. The subjects consisted of 91 samples of male limbs and 119 female samples. Subjects were takenat an adult age range of 18 60 years, with a median of 33 years. Most subjects aged 3140 years, as many as 68 samples 32.4 , gender of women as much as 119 samples 56.7 . Age of subjects with a mean of 33 22.0 53.4 years, with a subjectheight of 1.6 1.49, 1.74 m, and a median body mass index IMT of 24.84 18.5 31.3 kg m2.The value of nerve conduction velocity NCV is used in the middle value, with thelower limit of the fiveth percentile and the upper limit of the ninety five percentile.The value of motor KHS at n.medianus 60 50 73,2 m s, n.ulnaris 66.6 53 80 m s, on n.radialis 67 48,1,81,8 m det. n.peroneus 55 39,6,69,8 m s, n.tibialis 59,5 46,5,75 m s. The results of sensory examination, obtained sensory KHS atn.medianus 66.3 49.6 83 m s, n.ulnaris 52 41,5 70 m s, n.radialis 46,7 38.4 59 m s. n.peroneus superfisialis 62 44 82 m s, on n.suralis 62 48 79 m s. Conclusion The normal value of motor neural conduction velocity in n.medianus ge 50 m s, n.ulnaris ge 53 m s, n.radialis ge 48 m s, n.peroneus ge 40 m s, n.tibialis 46 m s. In the sensory nerves is obtained nerve velocity n.medianus ge 50 .m s, n.ulnaris ge 41 m s, n.radialis ge 38 m s, n.peroneus superfisialis ge 44 m s, n.suralis ge 48 m s. "
2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mustafa Kamal
"Infeksi nosokomial adalah infeksi yang khas terjadi atau didapat di Rumah Sakit. Faktor risiko yang berhubungan dengan infeksi nosokomial di Ruang Perawatan RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo belum diketahui. Periode pengumpulan data dilakukan sejak tanggal 1 Juli 1996 sampai dengan 30 Juni 1997 dengan menggunakan desain kasus kontrol. Jumlah sampel kasus penelitian adalah 210 pasien dan jumlah kontrol 420 pasien. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa rata-rata usia pasien yang terkena infeksi nosokomial lebih tua daripada rata-rata pasien yang tidak terkena infeksi dan perbedaan ini secara statistik bermakna (P = 0,0079). Rata-rata lama hari rawat pasien yang terinfeksi lebih lama daripada pasien yang tidak terinfeksi dan perbedaan ini secara statstik bermakna (P = 0,0122). Kelas III lebih berisiko terkena infeksi nosokomial dibanding kelas I dan II (OR = 1,12, P = 0,6968). Komplikasi dan penyakit penyerta lebih berisiko terkena infeksi nosokomial dibanding tanpa komplikasi dan penyakit penyerta (OR = 1,37, P = 0,0805). Lama tindakan infus yang menggunakan waktu lebih lama lebih berisiko terkena infeksi nosokomial (OR > 3 hari. = 1,85 P = 0,0038). Tindakan operasi yang lamanya lebih dari satu jam lebih berisiko terkena infeksi nosokomial dibanding yang iamanya kurang atau sama dengan satu jam (OR>1 jam = 1,20, p = 0,3897). Tindakan kateter yang membutuhkan waktu lebih lama (lebih 3 hari) berisiko terkena infeksi nosokomial dibanding yang waktunya lebih singkat (kurang atau sama 3 hari) (OR > 3 hari = 2,77, P = 0,0000). Janis tindakan kateter lebih berisiko terkena infeksi nosokomial dibanding tidak dilakukan tindakan kateter (OR = 1,74, P = 0,0020). Pasien yang mendapat banyak tindakan ( > 3 tindakan) lebih berisiko terkena infeksi nosokomial dibanding kurang dari 3 tindakan (OR 3 tindakan = 1,5, P = 0,0329). Pada pemakaian antibiotika yang tidak sesuai dengan hasil kultur (OR = 5,53, P = 0,5186), pemakaian antibiotika irrasional (OR = 3,07, P = 0,0000) dan pemakaian satu/dua jenis antibiotika (0R = 148,8 / 99,46, P = 0,0000) lebih berisiko terkena infeksi nosokomial dibanding antibiotika yang sesuai, antibiotika rasional dan tanpa antibiotika. Faktor-faktor lainnya yang berefek kepada kejadian infeksi nosokomial adalah tindakan infus yang lebih lama, jenis tindakan kateter dan pemakaian antibiotika tidak sesuai dengan hasil kultur. Secara multivariat efek positif tertinggi terdapat pada pemakaian antibiotika tidak sesuai dengan hasil kultur (OR = 6,1848, P - 0,0332) dan efek negatif tertinggi pada pemakaian satu jenis antibiotika (OR.= 0,0095, P = 0,0000). Terdapat interaksi antara lama tindakan lain-lain dengan jenis tindakan kateter (OR = 0,2226, P = 0,0538), interaksi, antara lama tindakan lain-lain dengan pemeriksaan kultur (OR = 0,0209, P = 0,0264), interaksi antara jenis tindakan kateter dengan pemeriksaan kultur (OR. = 0,1353, P = 0,0224). Prevalensi infeksi nosokomial 4,65% sedangkan prevalensi .jenis infeksi luka infus 4,63%, perlu mendapatkan perhatian khusus tentang faktor risiko infeksi nosokomial.

Nosocomial Infection is an infection that specifically occurs or is found in hospitals. The risk factors related to nosocomial infection in the wards of RSUPtk Dr. Cipto Mangunkusumo are not yet known. Data was collected from 1 July 1996 up to 30 June 1997 using the control case design. 210 patients were used as case samples for the research and 420 patients for control. The results of the research show that average age of patients who were nosocomially infected is older than the average age of patients who were not infected and this difference is statistically significant (P = 0,0079i. The average length of stay of infected patients is longer than patients not infected and this difference is statistically significant (P = 0,0122). Class III patients have a higher risk of being infected nosocomially than Class I and II (OR = 1,12, P = 0,6968). Patients with Complications and other side effect diseases have a higher risk of getting infected compared to those without complication or side -- effect (OR = 1,37. A longer use of infusion procedures increases the risk of nosocomially infection (OR ) 3 days = 1,65, P = 0,0038). Operation of longer than one hour cause a higher risk of nosocomial infection compared to operations of one hour or less OR > 1 hour = 1,20, P = 0,3897). The extended use of a catheter (longer than 3 days) increases the risk of nosocomial infection compared to cases in which a chateter is not used (less than or equal to 3 days) (OR > 3 days = 2,77, P = 0,0000). Treatment using a chateter increases the risk of nosocomial infection compared to treatment not using a chateter (OR = 1,74, P = 0,0020). Patients who are treated with several different treatment c> 3 treatments) run a higher risk of getting nosocomial infection compared to those receiving less than 3 treatments (OR 3 treatments = 1,5, F' = 0,0329). The use of unsuitable antibiotics for the culture result (OR = 5,53. F' = 0,5186). an irrational use of antibiotics (OR= 3,07, P = 0,0000) or the use of one or two different antibiotics (OR = 146,8 / 99,46, P = 0,0000) increase the risk of nosocomial infection compared to the use of suitable, rational or no use of infusion, use of catheter and the use of unsuitable antibiotics for culture results. Other factors that influence the occurrence of nosocomial infection are longer use of infusion, use of catheter and the use of unsuitable antibiotics for culture result. In terms of multi-variant the highest positive effect occurs in the use of antibiotics that are not suitable for the culture result (OR = 6.1848,?P = 0,0332) and the highest negative effect is the use of one kind of antibiotic OR = 0,0095, P = 0,0000). There is an interaction between the duration of other treatments and the use of catheter (OR = 0,2228, P = 0,0538), an interaction between the duration of other treatment and culture examinations (OR = 0,0209, P = 0,0264), the interaction between treatment using a catheter and culture examinations (OR = 0,1353, P = 0,0224). The prevalence of nosocomial infection of 4.65% compared to the prevalence of infection caused by wounds induced by infusion needles of 4.63%, shows that special attention should be paid to nosocomial infection risk factors.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adiningsih Srilestari
"Latar belakang: Diabetes Melitus merupakan salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Berbagai upaya penanggulangan dilakukan terutama untuk mencegah komplikasi yang sering berakibat fatal. Salah satu cara penanggulangan yang dapat dilakukan adalah cara tradisional pijat refleksi, namun efektifitas cara ini belum pernah dilaporkan.
Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas pijat refleksi terhadap penderita Non Insulin Dependen Diabetes Melitus (NIDDM) terkendali.
Metode penelitian: Uji klinik ini dilakukan secara acak, tersamar tunggal ("single blind, randomized clinical trial pada 66 penderita rawat jalan di Poliklinik Endokrin RSUPN. Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta. Penderita adalah pasien NIDDM yang terkendali ( kadar glukosa darah stabil selama 2 bulan terakhir ) dengan Obat Hipoglikemik Oral, diet dan latihan jasmani, namun kadar glukosa darah belum dapat diturunkan sampai batas normal. Penderita dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok intervensi mendapat regimen pengobatan yang selama ini didapat, ditambah dengan tindakan pijat refleksi pada area pankreas yang terletak di telapak tangan dan telapak kaki. Kelompok kontrol mendapat regimen yang sama ditambah dengan pijat refleksi bukan pada area pankreas, yaitu pada bagian lateral kaki. Pijat refleksi dilakukan dengan alat khusus dari tembaga berujung tumpul. Tekanan diberikan sebesar 3 kg/cm2 untuk telapak tangan dan 5 kg/cm2 untuk telapak kaki.
Hasil penelitian: Dari penelitian didapat bahwa pada kelompok intervensi setelah mendapat pijat refleksi 5 kali, kadar glukosa darah puasa menurun sebesar 11,7 mg % (116,2 mg % menjadi 104,8 mg %), sedangkan pada kelompok kontrol meningkat 8,6mg % (113,0 mg % menjadi 121,6 mg %) ; perbedaan tersebut bermakna (p<0,005). Kadar gukosa darah posprandial setelah pijat refleksi 5 kali, pada kelompok intervensi menurun 3 mg % (144,8 mg % menjadi 141,7 mg %), sedangkan pada kelompok kontrol meningkat 17,7 mg % (145,4 mg % menjadi 163,1 mg %) ; perbedaan tersebut bermakna (p<0,005). Kadar glukosa darah puasa setelah pijat refleksi 10 kali pada kelompok intervensi menurun 21,3 mg % (116,2 mg % menjadi 94,9 mg %), sedangkan pada kelompok kontrol meningkat 2,3 mg % (113,0 mg % menjadi 115,3 mg %) ; perbedaan tersebut bermakna (p<0,005). Hadar glukosa darah posprandial setelah pijat refleksi 10 kali pada kelompok intervensi menurun 15 mg % (144,8 mg % menjadi 129,7 mg %), sedangkan pada kelompok kontrol meningkat 13,0 mg % (145,4 mg % menjadi 158,4mg %) ; perbedaan tersebut bermakna (p<0,005).
Kesimpulan: Disimpulkan bahwa pijat refleksi pada area pankreas dapat menurunkan kadar glukosa darah secara bermakna dibandingkan dengan pijat refleksi di luar area pankreas pada penderita NIDDM terkendali. Metode ini dapat digunakan sebagai pengobatan alternatif tambahan pada pasien NIDDM terkendali, disamping pengobatan baku yang diberikan."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T8334
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Desi Imastuti
"Praktik kerja profesi di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Periode Bulan Oktober-November Tahun 2018 bertujuan untuk  memahami tugas dan tanggung jawab apoteker di Rumah Sakit sesuai dengan ketentuan dan etika yang berlaku, memiliki wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman praktis untuk melakukan praktik kefarmasian di Rumah Sakit, memiliki gambaran nyata tentang permasalahan praktik kefarmasian serta strategi dan kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan dalam rangka pengembangan praktik kefarmasian.
Pelaksanaan praktik kerja profesi ini berlangsung selama dua bulan dengan tugas khusus yaitu Peran Apoteker Dalam Mencegah Medication Error Akibat LASA di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Periode Bulan Mei-September Tahun 2018. Tujuan tugas khusus ini adalah mengetahui persentase medication error akibat LASA,  persentase fase dan tipe medication error akibat LASA, dan persentase peran apoteker dalam penyelesaian medication error akibat LASA di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo periode Mei-September 2018.

The aims of internship held in RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo in October-November 2018  are to understand the duties and responsibilities of pharmacists at the hospital in accordance with applicable laws and ethics, have the insight, knowledge, skills and practical experience to undertake pharmaceutical practices in hospital, have the insight of pharmaceutical practice issues and learn strategies and activities that can be undertaken in the course of pharmaceutical practice development.
This internship was conducted for two month with a special assignment The Role of Pharmacists in Preventing Medication Errors due to LASA in RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Period May-September 2018. The purpose of this special assignment is to know the percentage of medication error due to LASA, the percentage of phase and type of medication errors due to LASA, and the percentage of pharmacist role in solving medication errors due to LASA at RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo May-September 2018.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Indra Dewi
"Praktek Kerja Profesi Apoteker dilaksanakan di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo Jl. Pangeran Diponegoro Nomor 71, Jakarta Pusat dari tanggal 2 Agustus hingga 28 September 2018. Kegiatan PKPA bertujuan agar mahasiswa memahami tugas dan tanggung jawab apoteker di rumah sakit melakukan praktek pelayanan kefarmasian sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan, serta pengalaman praktis untuk melakukan praktek kefarmasian di Rumah Sakit. Kegiatan yang dilakukan selama PKPA yaitu: Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai (BMHP) meliputi pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, pemusnahan dan penarikan, serta administrasi; dan dalam kegiatan pelayanan farmasi klinik yang meliputi pengkajian dan pelayanan resep, riwayat penggunaan obat, rekonsiliasi obat, pelayanan informasi obat (PIO), konseling, visit, pemantauan terapi obat (PTO), evaluasi penggunaan obat (EPO), dan monitoring efek samping obat (MESO). Selain itu, memahami peran dan tugas di unit produksi dan aseptik dispensing dan Instalasi sterilisasi Pusat. Tugas khusus yang diberikan berjudul pemantauan terapi obat pada pasien anak pneumonia nosokomial di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Tujuan dari tugas khusus agar mahasiswa mampu memahami tugas dan tanggung jawab apoteker dalam praktek pemantauan terapi obat (PTO), mengetahui kerasionalan terapi pada pasien pneumonia nosokomial selama perawatan, dan menganalisis masalah terkait obat yang terjadi pada pasien selama dirawat di ruang rawat inap Gedung A RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.

Pharmacist internship working program at the National Center General Hospital Dr. Cipto Mangunkusumo on Pangeran Diponegoro Street Number 71, Central Jakarta from August 2 to September 28 2018. The purpose of internship working program aims to understand the duties and responsibilities of pharmacist in hospitals to practice pharmacy services in accordance with applicable regulations, and improve knowledge, skills, and practical experience to practice pharmacy at the Hospital. Activities carried out during pharmacist internship are Management of pharmaceutical preparations, medical devices and consumable medical materials covering the selection, planning of needs, procurement, receipt, storage, distribution, control, extermination, and administration; and in clinical pharmacy service activities which include assessment and prescription services, medical history taking, drug reconciliation, drug information services, counseling, visite, therapeutic drug monitoring, evaluation of drug use, and monitoring of drug side effects. In addition, understanding the roles and tasks in the production and aseptic dispensing units and the Central Sterilization Installation. Special assignment given was entitled monitoring drug therapy in pediatric nosocomial pneumonia patients at Dr. RSUPN. Cipto Mangunkusumo. The purpose of this special assignment is that students are able to understand the duties and responsibilities of pharmacists in the practice of therapeutic drug monitoring, know the therapeutic rationality of nosocomial pneumonia patients during treatment, and analyze drug-related problems that occur in patients while being treated in the inpatient building Building A RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2018
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Dina Prarika
"ABSTRAK
Praktek Kerja Profesi Apoteker di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Puskesmas Kecamatan Jatinegara, dan Apotek Prima Sehat Periode Juli-November 2019

ABSTRACT
Internship at Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital, Puskesmas Kecamatan Jatinegara, and Apotek Prima Sehat Period July-November 2019
"
2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Ulya Qoulan Karima
"Kanker payudara merupakan jenis kanker terbanyak diantara wanita Indonesia. Pada tahun 2013, belum diketahui faktor apa yang berhubungan dengan kanker payudara pada pasien di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) dr. Cipto Mangunkusumo. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor apa saja yang berhubungan dengan kanker payudara. Desain studi yang digunakan adalah kasus kontrol. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang diambil dari pasien rawat jalan RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo khususnya dari poli bedah. Sampel terdiri dari 117 kasus kanker payudara dan 119 kontrol (pasien lain di poli bedah yang tidak menderita kanker payudara). Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan risiko kanker payudara pada umur 35-44 tahun (OR=3,370, 95% CI=1,390-8,170), dan 45-54 tahun (OR= 3,690, 95% CI=1,558-8,739) dibandingkan umur <35 tahun, umur menarche <12 tahun (OR=2,962, 95% CI=1,352-6,488) dibandingkan ≥12 tahun, adanya riwayat keturunan kanker payudara (OR=3,035, 95% CI=1,286-7,165) dan adanya keluarga tingkat 1 yang menderita kanker payudara (OR=3,854, 95% CI= 1,031-14,411) dibandingkan tidak ada riwayat keturunan kanker payudara sama sekali. Sementara itu efek protektif yang signifikan melindungi kanker payudara adalah menyusui anak selama ≥6 tahun (OR= 0,419, 95% CI=0,202-0,868) dibandingkan menyusui anak selama <2 tahun. Perlu adanya peningkatan promosi kesehatan mengenai faktorfaktor yang berhubungan dengan kanker payudara kepada masyarakat.

Breast cancer is the most common cancer among women in Indonesia. In 2013,it remains unknown factors that cause breast cancer on patients of Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) dr. Cipto Mangunkusumo. The purpose of this study is to determine what factors are associated with breast cancer. Study design was case-control. Data were collected using questionnaires from the unhospitalized patients RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo especially in Department of Surgery. Sample of 117 breast cancer cases and 119 control (other unhospitalized patients in Department of Surgery does not have breast cancer) were recruited. The results found increasing risk due to age of 35-44 (OR=3,370,95% CI=1,390-8,170), and age of 45-54 (OR= 3,690, 95% CI=1,558-8,739) compared to age of <35, age at menarche of <12 (OR=2,962, 95% CI=1,352-6,488) compared to age at menarche of ≥12, family history of breast cancer(OR=3,035, 95% CI=1,286-7,165) and family history of breast cancer in first degree relatives (OR=3,854, 95% CI= 1,031-14,411) compared to them with no family history of breast cancer. Meanwhile the significant protective effect that protect breast cancer is breastfeeding for ≥6 years (OR= 0,419, 95% CI=0,202-0,868) compared to breastfeeding for <2 years.There is need to increase health promotion regarding the factors associated with breast cancer to the public.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45737
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>