Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bani Nurainu
"Dalam suatu proses pendidikan, guru merupakan faktor penting sebab guru adalah pelaksana kegiatan secara langsung di dalam kelas yang mengajarkan materi kepada siswa (Suharto, 2000). Guru antara lain berperan sebagai pemimpin, dimana guru memperlihatkan pentingnya suatu pelajaran dan niat untuk belajar melalui sikap yang positif dan antusiasme pada pelajaran yang diberikannya kepada siswa agar siswa dapat terpicu untuk memberikan sikap dan antusiasme yang sama seperti yang ditunjukkan oleh gurunya (Sergiovanni & Starrat, 1993). Dengan demikian sikap seorang guru mempengaruhi pembentukan sikap para siswanya sehlngga diharapkan guru memiliki sikap yang positif terhadap pelajaran yang diberikan.
Selain itu, guru juga berperan sebagai eksekutif, dimana guru bertugas membuat keputusan yang tepat dalam pengajaran dengan terlebih dalulu membuat suatu rencana eksekutif pengajaran yang mencakup pembuatan analisis materi pelajaran. Di sini guru bertugas menjabarkan kurikulum dengan menguraikan pokok bahasan untuk menentukan isi materi pelajaran yang mengacu pada tujuan pembelajaran. Seorang guru juga harus memiliki kompetensi profeslonal yang telah ditetapkan oleh Depdikbud (1985), diantaranya adalah mengetahui pokok bahasan dan menguasai materi pelajaran, mampu mengelola program belajar dan mengelola kelas serta mengenai fungsi layanan bimbingan dan penyuluhan (Suryosubroto, 1997).
Highet (dalam Lenny, 1990) berpendapat bahwa penguasaan materi pelajaran dari seorang guru merupakan faktor utama dan paling dibutuhkan dalam menilai kualitas seorang guru, ia menambahkan bahwa seorang guru tidak hanya cukup mengetahui pokok bahasan/menguasai materi pelajaran yang diajarkannya, tetapi diharapkan juga menyukai atau menaruh minat terhadap pelajaran yang akan diberikan kepada siswanya agar merasa nyaman ketika membahas pelajaran. Salah satu pendidikan yang sedang dikembangkan oleh Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) adalah pendidikan seks, yang rencananya akan dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan nasional pada tahun 2003 mendatang dan akan diberikan mulai di jenjang pendidikan menengah, yaitu mulai sejak SLTP (Suharto, 2000).
Dalam kurikulum nasional, istilah pendidikan seks telah diganti menjadi pendidikan reproduksi remaja (PRR) karena banyak pendidik dan para pembuat keputusan dalam bidang pendidikan dihantui efek negatif yang ditimbulkan oleh istilah pendidikan seks (Suharto, 2000). Karena tidak adanya guru khusus bidang studi PRR, maka tenaga pendidik PRR jni direncanakan melibatkan guru biologi, bimbingan konseling (BK), pendidikan jasmani dan kesehatan (penjaskes) dan agama. Secara umum PRR diartikan sebagai pendidikan yang membantu remaja untuk mempersiapkan diri menghadapi permasalahan kehidupan yang bersumber pada naluri seksual, yang terjadi dalam beberapa bentuk di dalam perkembangan pengalaman setiap manusia, dengan kehidupan yang normal (Kllander, 1971).
Pokok bahasan PRR yang berkaitan dengan masalah seksuaiitas dan reproduksi tampak sangat sensitif dan kadangkala serlng diangggap tabu untuk kepentingan pendidikan sekalipun. Tidak semua orang dewasa, termasuk guru, dapat membicarakan masalah tersebut secara terbuka kepada remaja karena rasa malu dan khawatir yang berlebihan (Rice, 1996). Oleh karena Itu diduga terdapat perbcdaan sikap (dalam hal ini setuju atau tidak setuju) di antara para guru terhadap pendidikan seks yang akan dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan nasional (Republika, 27 Agustus 2000).
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui mengenal sikap para guru SLIP (bidang studi biologi, BK, penjaskes dan agama) yang akan mengajarkan PRR terhadap pokok bahasan PRR yang akan dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan nasional. Penelitian ini melibatkan 74 subyek dari beberapa guru SLTP Negeri di Jakarta. Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian deskriptif. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan alat ukur berupa kuesioner berbentuk skala sikap yang diolah secara kuantitatif dengan menggunakan statistik desriptif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sikap guru SLTP (bidang studi agama, biologi, BK dan penjaskes) yang mengajarkan PRR terhadap pokok bahasan PRR yang akan dimasukkan ke dalam kurikulum nasional adalah positif. Penelitian Ini juga mengungkapkan sikap guru berdasarkan jenis kelamin, status pernikahan, pendidikan serta pengalaman mengikuti kegiatan yang berkaitan dengan pendidikan seks/reproduksi. Dalam penelitian ini ditemukan perbedaan sikap guru laki-laki dalam menjelaskan PRR kepada murid laki-laki dan murid perempuan. Selain itu juga ditemukan hubungan antara umur guru dengan sikap terhadap pokok bahasan PRR."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S2874
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi tingkat keterlibatan guru dan untuk mengetahui sikap(respon) guru terhadap supervisi yang kooperatif
.."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Seta Ariawuri Wicaksana
"ABSTRAK
Mutu pendidikan di Indonesia sampai saat ini masih harus diperbaiki agar
ketertinggalan dari bangsa-bangsa lain tidak semakin jauh. Lebih penting lagi adalah
agar bangsa Indonesia mampu mengatasi persaingan ketat dalam era globalisasi
yang sedang dan akan dirasakan pengaruhnya (Djojonegoro dalam Widiasih, 2001).
Usaha peningkatan mutu pendidikan seharusnya dimulai dari sekolah, tempat proses
belajar-mengajar berlangsung. Tanpa mempertiatikan kebutuhan proses belajarmengajar
yang berlangsung di dalam kelas, usaha peningkatan mutu pendidikan
tidak akan memiliki dampak bagi perbaikan pendidikan nasional (dalam Kompas,
2002).
Untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional di Indonesia tiap kali ada
pergantian kurikulum (pergantian kurikulum di Indonesia yang terjadi berdasarkan
arahan kebijakan dalam Garis Besar Haluan Negara (GBHN)). Selama 20 tahun
terakhir saja paling tidak sudah empat jenis kurikulum yang diberlakukan, yakni
Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994 dan Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) yang akhir-akhir ini dikenal dengan kurikulum 2004.
Keberhasilan suatu kurikulum ditentukan beberapa faktor, salah satu yang
utama adalah guru. Guru yang berkualitas baik dapat melaksanakan tuntunan
kurikulum secara maksimal, bahkan guru dapat mengembangkan kurikulum itu lebih
baik daripada yang tertulis. Ketersediaan guru yang mampu melaksanakan program
pengajaran yang sesuai dengan tuntutan kurikulum sangatlah besar peranannya
dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah digariskan (Suwandi, 1995).
Pada tahun 2005, KBK akan dilaksanakan secara serentak agar KBK dapat
berjalan dengan baik diharapkan guru memiliki sikap yang baik terhadap KBK karena
sikap merupakan faktor utama dalam menju profesionalisme guru dalam mengajar
khususnya dalam pelaksanaan KBK (Maister dalam Hasan, 2003). Melihat
pentingnya sikap guru terhadap KBK, peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran
sikap guru SD Negeri (guru bidang studi / kelas) terhadap KBK yang akan
diaplikasikan tahun 2005 yang akan datang.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik skala sikap Likert untuk
mengetahui gambaian sikap guru SDN terhadap KBK. Menurut Edwards (1957),
skala sikap adalah alat yang mudah, tidak rumit, cepat dan dapat mencakup
sejumi jn responden sekaligus. Skala sikap memungkinkan untuk mengetahui derajat
perasaan responden terhadap obyek sikap. Penelitian yang dilakukan merupakan
penelitian deskriptif. Menurut Hyman (dalam Koentjaraningrat, 1994) penelitian
deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat individu, keadaan,
gejala atau kelompok tertentu untuk menentukan frekuensi atau penyebaran suatu
gejala atau adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dengan gejala lainnya
dalam masyarakat. Dalam penelitian ini melibatkan 53 guru di empat SDN di Jakarta antara lain
SD Negeri 01 Kelapa Gading, SD Negeri 05 Pegangsaan Dua, SD Negeri 07
Pegangsaan Dua, dan SD Negeri 011 Pondok Labu, yang telah mendapatkan
penataran atau sosialisasi mengenai KBK. Di dapatkan hasil bahwa sikap guru-guru
di keempat SDN tersebut memiliki sikap positif terhadap KBK.
Disarankan pada penelitian selanjutnya untuk memperdalam dan
memperkaya hasil penelitian ini dapat dilakukan tidak hanya dengan menggunakan
metoda kuantitatif tetapi dilengkapi juga dengan metode kualitatif, misalnya dengan
wawancara mendalam atau Focus Group Discussion (FGD), agar diperoleh alasan
yang lebih lengkap mengenai pandangan dari masing-masing guru."
2004
S3332
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Emilio
"Perubahan adalah suatu kepastian. Selama beribu-ribu tahun lamanya hingga sekarang pernyataan tersebut masih menemukan relevansinya. Di dunia ini segala sesuatunya berubah, tidak ada yang abadi kecuali perubahan itu sendiri, la terjadi di mana-mana dan terus berlangsung kapan pun. Satu-satunya hal yang membedakannya adalah kecepatannya. Perubahan dapat berjalan dengan cepat, maupun berjalan dengan lambat. Pada abad modern sekarang ini, perubahan berjalan dengan sangat cepat. Hal ini beriringan dengan peningkatan mobilitas arus informasi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesatnya, sehingga terjadi pula perubahan pada tatanan sosial, ekonomi, politik dan budaya di masyarakat. Tema perubahan tidak hanya terjadi pada masyarakat dalam arti luas, namun juga terjadi pada masyarakat dalam arti yang lebih sempit yaitu : organisasi.
Organisasi tidak luput dari perubahan. Lingkungan yang terus berubah merupakan salah satu faktor yang menyebabkan suatu organisasi berubah. Hal ini disebabkan organisasi merupakan suatu sistem terbuka dimana ia bukan hanya dipengaruhi oleh lingkungannya tapi lebih dari itu, ia juga tergantung kepada lingkungannya (Hoy & Miskel, 2001). Ketergantungan ini membuat suatu organisasi tidak bisa memisahkan diri dari lingkungan. Oleh karena itu, suatu organisasi idealnya mampu untuk terus melakukan penyesuaian di tengah-tengah kondisi lingkungan yang berubah. Penyesuaian perlu dilakukan oleh suatu organisasi sehingga ia tidak hanya bertahan, namun juga mampu untuk tumbuh dan berkembang di tengah-tengah perubahan.
Namun demikian, sejumlah temuan dalam penelitian menyebutkan bahwa perubahan dalam organisasi bukanlah merupakan hal yang sederhana dan mudah dilaksanakan. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Mourier & Smith (2001) yang menyimpulkan bahwa 70 sampai 75 persen dari organisasi yang melakukan perubahan pada akhirnya menemui kegagalan. Salah satu penyebab kegagalan dari suatu organisasi untuk berubah adalah karena individu di dalamnya menolak untuk melakukan perubahan. Oleh karena itu, sikap individu adalah salah satu faktor yang penting untuk dipertimbangkan dalam setiap perubahan organisasi.
Dalam hal ini, sikap individu dapat dipengaruhi oleh banyak hal, salah satunya adalah iklim organisasi. Iklim organisasi didefinisikan sebagai gambaran umum mengenai kualitas lingkungan organisasi yang dipersepsikan secara kolektif dan selanjutnya akan mempengaruhi bagaimana individu berperilaku dan bersikap.
Penelitian ini mencoba untuk membuktikan hubungan antara iklim organisasi dengan sikap terhadap perubahan. Responden penelitian adalah guru yang bekerja di sekolah menengah umum negeri di Jakarta. Data yang dapat digunakan adalah sebanyak 68 responden dengan teknik pengambilan sampel non-probability sampling yaitu purposive sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner, dan diolah dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.
Hasil dari penelitian ini didapatkan korelasi yang positif dan signifikan antara skor skala iklim organisasi dengan skor skala sikap terhadap perubahan. Artinya terdapat hubungan yang signifikan antara bagaimana guru mempersepsikan lingkungan kerjanya dengan sikapnya terhadap perubahan. Pada subyek yang mempersepsikan iklim organisasinya sebagai positif, maka sikapnya terhadap perubahan juga cenderung menerima perubahan. Demikian pula sebaliknya. Selain itu, pada data analisis data tambahan, didapatkan perbedaan yang signifikan antara responden yang berjenis kelamin pria dengan responden yang berjenis kelamin perempuan dalam mempersepsikan iklim organisasi sekolahnya. Artinya, jenis kelamin turut berkontribusi dalam pembentukan persepsi terhadap iklim organisasi."
Depok: Universitas Indonesia, 2004
S3335
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lucia Retno Mursitolaksmi
"Guru merupakan tulang punggung dalain proses belajar mengajar. 0leh karenanya, guru haruslah dapat inelakukan pengajaran yang efektif, serta meniilikj karakteristjjç yang positif agar dapat meinperlancar proses belajar niengajar. Penelitian ini berusaha menjawab pertanyaan seberapa eratkah hubungan antara harga diri guru dan sikap guru terhadap siswa dengan keefektifan luengajarnya. Diharapkan dari penelitian mi dapat ditanik nianfaat deini peningkatan kualitas guru.
Pengainbilan data dilakukan dengan inenyebarkan tiga alat ukur, yaitu untuk Inengukur keefektjfan guru, harga dirt guru dan sikap guru terhadap siswa. Penanikan sampel dilakukan secara insidental yaitu terhadap guruguru di bawah naungan Perkuinpulan Strada, Jakarta dan dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 1994. Data penelitian yang terkuinpul dianalisis dengan analisis statistik korelasi régresi.
Dari kedua hipotesis yang diajukan, terdapat satu hipotesis yang diteniina dan satu hipotesis yang ditolak. Hipotesa yang diterima adalah hipotesa yang mnyatakan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara harga diri guru dengan keefektifan guru. Hipotesa yang ditolak adalah hipotesa yang inenyatakan bahwa ada huburigan yang positif dan signifikan sikap guru terhadap siswa dengan keefektifan guru.
Perbedaan yang signifikan antara variabel harga diri guru dengan keefektjfan guru niuncul karena apabila guru ineiniliki harga din tinggi, niaka akan inenilai dirinya positif dan inenasa puas dengan keadaan dirinya. Akibatnya, dalam pelaksanaan tugas-tugas mengajarnya Ia dapat inelakukan dengan baik dan berprestasi.
Tidak terdapatnya hubungan yang signifikan antara sikap terhadap siswa dengan keefektif an guru lebi.h dikarenakan oleh di dalain kelas seorang guru dapat bersikap rasional dan tidak dipengaruhi oleh perasaan-perasaannya terhadap siswa tertentu yang tidak disukainya. Apabila terlihàt guru iuenunjukkan sikap kurang Inenyenangkan pada siswa-siswa tertentu, ternyata sikap mi tidak nieinpengaruhi cara iuengajarnya. Selain itu, sampel yang diainbil adalah guru Sekolah Dasar, diinana keinungkinan meréka banyak rneinakluini tingkah laku siswa yang kurang nienyenangkan.
Untuk penélitian selanjutnya disarankan beberapa perbaikan antara lain inenggunakan subyek penelitian dari sekolah-sekolah yang berasal dari berbagai instansi. Selain itu dilakukan pula Icontrol terhadap variabel-variabel usia guru, lamanya pengalainan dikontrol. Penelitian seinacain mi juga dapat dilakukan pada guru jenjang pendidikan SLTP atau .SLTA. Libatkan siswa atau guru lain da1ain ineniiai guru.
Saran untuk instrumen antara lain sebaiknya item-item dalain alat ukur guru efektif perlu ditaxnbah dan diperluas. Cara pengainbilan data diperbaiki niisalnya dengan inetode wawancara, atau observasi. Uji coba alat sebaiknya juga dilakukan."
Depok: Universitas Indonesia, 1995
T38454
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riri Marjani Qalbi
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara sikap guru terhadap pendidikan inklusif dengan peer acceptance siswa reguler terhadap anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusif negeri. Sikap guru pada konteks pendidikan inklusif didefinisikan sebagai kecenderungan dalam memberikan respon terhadap anak berkebutuhan khusus baik secara kognitif, afektif, dan perilaku (Mahat, 2008). Peer acceptance didefinisikan sebagai sejauh mana individu mampu diterima secara sosial oleh kelompok teman sebayanya (Berk, 2007).
Penelitian ini dilakukan pada 11 sekolah dasar inklusif negeri di sekitar Jakarta, Depok, dan Bogor. Total responden penelitian ini adalah 50 guru dan 482 siswa reguler laki-laki dan perempuan kelas 4, 5, dan 6 SD.
Penelitian ini menggunakan alat ukur Multidimentional Attitudes Towards Inclusive Education versi Indonesia (MATIES-VI) dari Mahat (2008) dan Peer Acceptance Scale (PAS) dari Piercy, Wilto dan Townsend (2002, dalam Jenkins & Lloyd, 2010). Teknik unit analisis kelas digunakan dalam penelitian ini dengan merata-ratakan skor siswa reguler dan mengorelasikannya dengan skor guru.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara sikap guru terhadap pendidikan inklusif dengan peer acceptance siswa reguler terhadap anak berkebutuhan khusus di sekolah dasar inklusif negeri (r=-0.196, p<0,05). Artinya, sikap guru yang positif tidak selalu diikuti oleh penerimaan teman sebaya oleh siswa reguler yang positif terhadap siswa berkebutuhan khusus.

This research was conducted to find the relationship between teacher`s attitude towards inclusive education with regular student`s peer acceptance towards student with special needs in inclusive public primary school. The teacher`s attitude in the context of inclusive education is defined as a tendency to respond to children with special needs both cognitive, affective, and behavioral (Mahat, 2008). Peer acceptance is defined as a degree to which an individual is able to be accepted socially by a group of peers (Berk, 2007).
This study was conducted in 11 inclusive public primary schools in Jakarta, Depok, and Bogor. Total respondents of this study were 50 teachers and 482 regular students boys and girls grade 4th, 5th, and 6th.
This study uses Multidimentional Attitudes Towards Inclusive Education Indonesian version (MATIES-VI) by Mahat (2008) and Peer Acceptance Scale (PAS) by Piercy, Wilto and Townsend (2002, in Jenkins & Lloyd, 2010). Unit analysis of class is used in this study by averaging the scores of regular student`s score and correlate it with the teacher`s scores.
The results showed that there was no significant relationship between the teacher`s attitudes towards inclusive education with regular students peer acceptance of children with special needs in inclusive public primary schools (r = -0196, p <0.05). It means, positive teacher`s attitude is not always following by positive regular student`s peer acceptance towards student with special needs.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S63675
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noorfazly Oktaviani
"Pendidikan inklusi memberikan kesempatan kepada siswa berkebutuhan khusus untuk menerima kualitas pendidikan yang sama dengan siswa reguler pada umumnya. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya masih terdapat beberapa hambatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara sikap guru dan peer acceptance siswa reguler terhadap siswa berkebutuhan khusus di Sekolah Dasar Inklusif Swasta. Penelitian diikuti oleh guru kelas (N=45) dan siswa reguler (N=294) kelas 4, 5 dan 6. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Multidimentional Attitude toward Inclusive Education (MATIES) dan Peer Acceptance Scale (PAS).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara sikap guru dan peer acceptance siswa reguler terhadap siswa berkebutuhan khusus di Sekolah Dasar Inklusif Swasta. Namun, ditemukan bahwa dari sikap guru komponen kognitif memiliki hubungan yang signifikan dengan peer acceptance siswa reguler terhadap siswa berkebutuhan khusus di Sekolah Dasar Inklusif Swasta. Juga, tidak ditemukan perbedaan sikap guru antara guru yang memiliki pengalaman mengajar kurang dari 6 tahun dan guru yang memiliki pengalaman mengajar lebih dari 6 tahun.

Inclusive education provides the opportunity for students with special needs to receive the same quality of education to regular students in general. However, in practice there are still some obstacles. This study aims to determine the relationship between teacher attitude and peer acceptance of regular students towards student with special needs in inclusive private primary school. The study followed by classroom teachers (N = 45) and regular students (N = 294) of grade 4, 5 and 6. The measuring instrument used in this study is Multidimentional Attitude toward Inclusive Education (MATIES) and Peer Acceptance Scale (PAS).
The results showed that there was no significant relationship between teacher attitude and peer acceptance of regular students towards student with special needs in Inclusive Private Primary School. However, it was found that the cognitive component of teacher attitudes have a significant relationship with peer acceptance of regular students towards student with special needs in Inclusive Private Primary School. As well, there was no difference in the attitudes of teachers among teachers who have teaching experience less than 6 years and teachers who have teaching experience more than 6 years.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S65266
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sulfani Nur Mawaddah
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara teacher efficacy dan dimensi teacher efficacy dengan sikap guru terhadap pendidikan inklusif di sekolah dasar inklusif negeri. Instrumen yang digunakan untuk mengukur teacher efficacy adalah Teachers? Sense of Efficacy Scale sedangkan untuk mengukur sikap guru terhadap pendidikan inklusif digunakan Multidimensional Atitude toward Inclusive Education Scale (MATIES). Subjek dari penelitian ini adalah guru-guru di sekolah dasar inklusif negeri (N=100).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara teacher efficacy dan sikap guru terhadap pendidikan inklusif. Dengan kata lain, ketika guru memiliki skor teacher efficacy yang tinggi, guru tersebut cenderung memiliki sikap yang positif terhadap pendidikan inklusif. Sebaliknya, ketika guru memiliki skor teacher efficacy yang rendah, maka guru tersebut cenderung memiliki sikap yang negatif terhadap pendidikan inklusif.
Hasil penelitian yang berkaitan dengan dimensi teacher efficacy ditemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan pada dimensi instructional strategies & student engagement dengan sikap guru terhadap pendidikan inklusif di sekolah dasar inklusif negeri. Sebaliknya, untuk dimensi classroom management ditemukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan sikap guru terhadap pendidikan inklusif di sekolah dasar inklusif negeri. Untuk meningkatkan teacher efficacy yang dimiliki oleh guru di sekolah dasar inklusif negeri, pihak sekolah dapat menyediakan fasilitas seperti alat peraga dan guru pendamping khusus serta membatasi jumlah siswa di tiap kelas.

This research is conducted to find about the relationship between teacher efficacy and dimensions of teacher efficacy with attitude toward inclusive education in public inclusive elementary school. The instruments of this study were Teachers? Sense of Efficacy Scale (to measure teacher efficacy) and Multidimensional Atitude toward Inclusive Education Scale (MATIES) (to measure attitude teacher toward inclusive education). Participants of this study were teacher in public inclusive elementary school (N=100).
The result of research showed that there is a positive significant correlation between teacher efficacy and attitude toward inclusive education in public inclusive elementary school. This finding suggests when teachers have high score in teacher efficacy, they tend to have positive attitude toward inclusive education. On the contrary, when teachers have low score in teacher efficacy, they tend to have negative attitude toward inclusive education.
The results of research related to dimensions of teacher efficacy found that there is positive significant correlation between efficacy in student engagement and efficacy in instructional strategies dimensions with teacher attitude toward inclusive education in public inclusive elementary school. In the other hand, efficacy in classroom management dimension showed there is no positive significant correlation with attitude toward inclusive education in public inclusive elementary school. In order to increase teacher efficacy in public inclusive elementary school, schools can provide facilities such as property to teach, shadow teachers and also to limit the number of student in each class.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S65377
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>