Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rizky Amalia Jamil
"Studi empiris menunjukkan bahwa ritual keluarga memiliki efek tidak langsung yang positif terhadap kualitas interaksi dan organisasi sistem yang mengarah ke keberfungsian keluarga. Penelitian ini bertujuan mengetahui kontribusi ritual keluarga dalam membedakan kadar keberfungsian keluarga berdasarkan persepsi anak, khususnya yang berusia remaja. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan desain komparatif. Sampel yang digunakan berjumlah 231 orang siswa kelas II/III SMA yang tinggal bersama orang tua di Kota Makassar yang diperoleh berdasarkan teknik area stratified random sampling. Instrumen yang digunakan adalah McMasterFamily Assessment Device (FAD) dan Family Ritual Questionnaire (FRQ). Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik discriminant function analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya terdapat tiga setting ritual keluarga yang paling baik dalam membedakan kadar keberfungsian keluarga, yaitu liburan keluarga, waktu makan, dan tradisi budaya (canonical correlation 0,549: Sig. X2 0,000: kontribusi 30%). Dengan demikian, penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat kontribusi ritual keluarga dalam membedakan tinggi rendahnya keberfungsian keluarga."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan Ikatan Psikologi Sosial-HIMPSI, 2019
150 JPS 17:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Luh Putu Sri Mahayani
"ABSTRAK
Masa remaja merupakan suatu masa yang penting dalam periode
perkembangan manusia. Pada masa ini, remaja mengalami suatu periode peralihan
{transition) dari masa kanak-kanak, yang ditandai dengan adanya kebutuhan
untuk bergantung pada orang lain {dependent), menuju masa kedewasaan yang
ditandai dengan adanya keinginan untuk bebas dari campur tangan orang lain
{independent).
Periode peralihan ini juga ditandai dengan adanya perubahan-perubahan
baik secara fisik, kognitif, maupun psikologis. Perubahan psikologis yang paling
menonjol ditandai dengan perubahan emosi, baik emosi positif maupun emosi
negatif, ketika menghadapi berbagai persoalan baik yang datangnya dari
lingkungan keluarga, lingkungan pergaulan, maupun lingkungan sekolah.
Pada masa ini peran keluarga sangat penting, karena keluarga memiliki
pengaruh terhadap pengalaman emosi remaja. Kesadaran emosi pada masa remaja
membantu remaja untuk tumbuh dan berkembang menjadi individu yang sehat
secara fisik dan psikologis. Keluarga harus bisa menyediakan lingkungan yang
postif, yang baik bagi kesehatan mental remaja. Untuk itu keluarga harus bisa
menciptakan keseimbangan dalam komunikasi, kohesivitas atau kedekatan dan
fleksibilitas dalam keluarga.
Dari fenomena diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui, apakah remaja
yang keluarganya memiliki keseimbangan yang bagus dalam hal komunikasi,
kohesivitas, dan fleksibilitas, memiliki pengalaman emosi positif. Sebaliknya,
apakah remaja yang keluarganya tidak memiliki keseimbangan dalam tiga hal
tersebut, memiliki pengalaman emosi negatif. Kemudian bagaimana perbandingan
kesiapan aksi antara pengalaman emosi positif dan negatif, yang ditimbulkan oleh
peristiwa-peristiwa dalam keluarga.
Untuk mendukung penelitian ini, peneliti memilih murid SMU kelas 1
sebagai subjek penelitian. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah purposive sampling (bertujuan). Penelitian ini menggunakan
empat buah alat pen^uran, yaitu Family Assessment dari Herbert Lingren untuk
melihat gambaran sistem keluarga subjek. Alat kedua digunakan untuk
memancing perasaan subjek berkaitan dengan hubungan dalam keluarganya. Pada
alat ketiga, subjek diminta untuk menceritkan peristiwa keluarga, baik yang
menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan. Terakhir adalah kuesioner
emosi untuk memperoleh gambaran tentang pengalaman emosi yang berkaitan
dengan peristiwa keluarga dan kesiapan aksi.
Basil yang didapat dari alat pertama adalah keadaan keluarga subjek
sebagian besar dapat digolongkan sebagai keluarga yang memiliki komunikasi,
kohesivitas dan fleksibilitas yang cukup baik, namun masih diperlukan usahausaha
lebih lanjut untuk bisa mempertahankan kebersamaan dalam keluarga.
Dari hasil perhitimgan korelasi, didapat bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara sistem keluarga (komunikasi, kohesivitas dan fleksibilitas)
dengan pengalaman emosi baik yang positif maupun yang negatif. Tidak adanya
hubungan antar keduanya kemungkinan disebabkan karena subjek memiliki
kecenderungan untuk menampilkan apa yang seharusnya dimiliki oleh sebuah
keluarga dan bukan berdasarkan apa yang sebenamya dimiliki oleh keluarga
subjek. Selain itu kesulitan dalam memahami istilah-istilah emosi juga dapat
mempersulit penelitian emosi.
Dengan menggunakan perhitungan t-test, terlihat adanya perbedaan
kesiapan aksi pengalaman emosi positif dan emosi negatif, yang dimunculkan
oleh peristiwa dalam keluarga dalam hal: keinginan untuk menghindar, keinginan
untuk menghapus atau menghilangkan peristiwa, keinginan untuk melakukan atau
mengatakan sesuatu yang menyakitkan, keinginan untuk merusak sesuatu,
keinginan untuk menangis, perasaan santai atau tenang, perasaan tak berdaya,
keinginan untuk melawan, keinginan untuk dapat meluruskan masalah, keinginan
untuk menghilang, keinginan melarutkan diri dalam kesedihan.
Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengalaman emosi,
tetapi tentu saja dengan menggunakan alat yang lebih sederhana dan tidak ambigu
agar dapat lebih mudah dipahamai dan dimengerti oleh subjek. Kemudian hasil
dari penelitian ini diharapkan dapat diaplikasikan untuk memberdayakan para
remaja, orang tua dengan anak remaja, dan juga dapat memberikan sumbangan
bagi ilmu psikologi, terutama untuk memperbanyak konseling untuk remaja."
2001
S2857
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sakuntala K.E. Imma
"Dari sekian banyak masalah yang ada di Jepang dan dari berbagai macam judul yang diajukan, saya merasa tertarik akan masalah, Perubahan Sosial Dan Ijime yang merupakan suatu kajian budaya tentang dampak perubahan sistem keluarga dan sistem pendidikan bagi gejala penyimpangan prilaku remaja Jepang masa kini, yang telah saya tetapkan sebagai tema penulisan skripsi. Apa yang dimaksud dengan penyimpangan prilaku remaja Jepang-khususnya anak-anak di bawah umur 15 tahun adalah suatu kasus perbuatan-perbuatan keji yang banyak dilakukan oleh anak-anak muda Jepang masa kini, yang dikenal dengan ijime. Ijime, bila diartikan secara harafiahnya mengandung arti penyiksaan, penganiayaan, yang kemudian saya definisikan sebagai: masalah kenakalan anak-anak Sekolah Tingkat Pendidikan Dasar & Menengah, berupa penganiayaan, panghinaan, penyiksaan baik di segi mental maupun fisik, yang mereka lakukan di antara mereka sendiri. Masalah ijime di Jepang dewasa ini merupakan masalah yang cukup rumit, karena menyangkut jiwa seseorang banyak kasus bunuh diri di kalangan anak muda Jepang diakibatkan masalah ijime sehingga pemerintah Jepang mulai menggalak-kan tindakan-tindakan pencegahan, terutama di sekolah-_sekolah. Dengan adanya masalah ini, timbul pertanyaan-perta_nyaan seperti: apakah yang melatar belakangi hingga timbul masalah ini? Apakah anak-anak itu yang harus dipersa_lahkan? Atau adakah penyebab lain yang mempengaruhi mereka hingga mereka melakukan hal tersebut? Masih banyak pertanyaan yang tidak terungkapkan di sini, tetapi saya akan mencoba membahas dan menjawab per_tanyaan-pertanyaan di atas sesuai dengan kemampuan saya di dalam penulisan skripsi ini."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1987
S13882
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library