Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sakinah
Abstrak :
Kemajuan di bidang ekonomi dan teknologi di negara maju maupun negara berkembang menyebabkan terjadinya transisi pola gaya hidup termasuk pola makan. Hal ini juga berdampak pada meningkatnya masalah gizi lebih yang pada akhimya akan semakin meningkatkan kejadian penyakit degeneratif. Penelitian yang dilakukan oleh Riana (2004) pada- siswi Jakarta memperlihatkan bahwa prevalensi gizi lebih sebesar 25,3%. Hasil yang harnpir sama juga diperoleh oleh Arnaliah (2005) pada siswa SMA di Jakarta yang rnenunjukkan angka prevalensi gizi lebih sebesar 25,5%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran IMT (Indeks Massa Tubuh/Body Mass Index) pada remaja SMA sebagai variabel dependen _dan variabel independen seperti jenis kelamin, frekuensi konsumsi fast food, banyalawa jenis konsumsi fast food, konsumsi sayur, konsumsi energi dan lemak, dan aktifitas fisik. Selain itu, penelitian ini juga ingin melihat bagaimana hubungan antara IMT dengan variabel-variabel independen tersebut dan mencari variabel yang paling dominan berhubungan dengan INTT menurut umur. Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Labschool Rawamangun Jakarta Tirnur dengan sampel sebesar 204 responden. pengambilan data dilakukan pada akhir bulan Mei 2007. Analisis yang digunakan yaitu analisis uvariat, bivariat, dan multivariat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi gizi lebih (overweight) di SMA Labschool Rawarnangun Jakarta Timur sebesar 27.9%. Sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara konsumsi fast food, konsumsi energi dan lemak dengan 11VIT menurut umur. Setelah dilakukan analisis multivariat, diperoleh hasil bahwa konsumsi energi merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan 1MT menurut umur. Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian ini, disarankan untuk dilakukan pencegahan sercara dini dalam mengendalikan kecenderungan peningkatan kejadian gizi lebih pada remaja. Kegiatan yang dapat dilakukan diantaranya penilaian status gizi dengan melakukan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan secara rutin sebulan sekali. Selain itu, pemberian pengetahuan gizi kepada siswa dan orang tua siswa mengenai konsumsi energi dan hubungannya dengan gizi lebih menjadi salah satu bentuk upaya pencegahan terjadinya gizi lebih. ......The advancement of economy and technology within both developed and developing countries is resulting in life style alteration, which include meal pattern. This alteration also influences the escalation of malnutrition which finally lead to degenerative diseases. Riana's study (2004) shows 25% high school students are overweight. Similar result are shown by AmaIiah (2005) which prevaiens of overweight is 25.3%. This research aimed to capture the outline of IIVIT as dependent variable compare to independent variables; namely sex, fast food consumption, vegetables intake, fat intake, and physical activity. Besides that, we also want to observe the relation between [MT and all the independent variables and to find the most dominant independent variable to DAT according age group. This is a quantitative research in which using cross sectional design study. The research, which was conducted in Labschool Senior High School Jakarta, is followed by 204 respondents. Data collection occurred in May 2007. As for data analysis, we employ univariate, bivariate, and multivariate. This research documented that the prevalence of overweight amongst students of Labschool Senior High School is 27.9%. To be notice, most of our respondents are female students. Bivariate analysis showed that there is a significant relation between fast food intake, many of fast food, energy, and fat intake with IMT according age group. Afterward, multivariate analysis took place. It showed that energy intake is the most dominant factor that influences IMT. Based on the result of this research, it is necessary to perform an early prevention from overweight status in order to reduce the event amongst young people. Nutritional assessment using MIT indicator can be taken as a committed routine action by school providers. Besides, nutritional education to students and their parents considers as mutual step of prevention deed of the event. We can provide information of the importance of controlling dietary intake on young people, notably energy intake to them. It is not the only responsibility of school providers to prevent the event from emerging, but it is our responsibility as parents and as part of education system also. Together we can help our young generation from outrageous nutritional status.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34318
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Penyalahgunaan narkoba telah menjadi masalah sosial yang menimpa semua kelompok umur dari anak-anak sampai dewasa.Siswa/siswi sekolah lanjutan, dari berbagai hasil penelitian menjadi kelompok umur dominan yang banyak menyalahgunakan narkoba....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Indira R.
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini ingin melihat naskah kognitif siswa-siswi SMU kelas I dari dua sekolah yang memiliki indikasi terjadi peristiwa gencet-gencetan. Naskah kognitif dapat mempengaruhi kesiapan seseorang untuk melakukan tindakan agresif (Huesmann, 1998) termasuk juga gencet-gencetan. Seseorang yang memiliki naskah kognitif mengenai gencet-gencetan akan cenderung melakukan perilaku tersebut dibandingkan yang tidak mempunyai naskah kognitif ini. Naskah kognitif adalah skema mengenai sebuah peristiwa (Schank & Abelson; Abelson, dalam Agoustinous & Walker, 1995), sedangkan gencet-gencetan adalah perilaku agresif yang ditandai dengan adanya ketidakseimbangan kekuasaan antara pelaku dan korban. Gencet-gencetan bisa disamakan dengan perilaku bullying karena melibatkan perilaku agresif dan terjadinya ketidaseimbangan kekuasaan antara pelaku dan korban. . Naskah kognitif mengenai gencet-gencetan akan terdiri dari orang-orang yang terlibat, urutan kejadian dan perilaku dari orang-orang yang terlibat, waktu dan tempat peristiwa, dan aturan berperilaku yang dimiliki seseorang mengenai peristiwa tersebut. Naskah kognitif siswa-siswi dilihat melalui kuesioner yang dikonstruk berdasarkan hasil elisitasi dengan siswa-siswi SMU dan literatur mengenai bullying. Subyek diambil dari dua sekolah dimana ada indikasi terjadinya peristiwa gencet-gencetan. Kedua sekolah juga berbeda dalam jenis kelamin siswa-siswinya. SMU P merupakan sekolah dengan siswi perempuan semua, sedangkan SMU M merupakan sekolah dengan siswa laki-laki semua. Dari hasil penghitungan chi-square terlihat ada beberapa perbedaan yang signifikan antara naskah kognitif subyek-subyek dari SMU M dengan subyek dari SMU P, perbedaan ini wajar karena mereka berasal dari lingkungan yang berbeda, sehingga mempelajari naskah yang berbeda. Gencet-gencetan merupakan perilaku agresif, sehingga perilaku yang terdapat di dalam naskah kebanyakan akan berupa perilaku agresif. Bentuk perilaku agresif yang ditunjukkan oleh seseorang dipengaruhi gendernya. Remaja laki-laki cenderung lebih banyak menggunakan perilaku agresif kontak fisik dibandingkan dengan remaja perempuan. Kedua kelompok subyek mempunyai gender yang berbeda, sehingga ada perbedaan dalam perilaku agresif dalam naskah mereka, hasil penghitungan menunjukkan ada perbedaan yang signifikan dalam perilaku agresif fisik, verbal, dan non-verbal. Perbedaan dalam perilaku agresif verbal berlawanan dengan penelitian-penelitian sebelumnya mengenai gender dan perilaku agresif dimana remaja laki-laki dan perempuan dalam banyaknya perilaku agresif verbal yang digunakan. Dengan mengetahui naskah kognitif para subyek, diharapkan dapat membantu dalam program intervensi terhadap perilaku ini di sekolah-sekolah. Intervensi dapat dilakukan dengan mengubah naskah yang mereka miliki atau menggunakan naskah mereka sebagai panduan untuk menghentikan perilaku ini. Penggunaan naskah sebagai panduan misalnya diketahui dalam naskah subyek SMU P gencet-gencetan terjadi saat istirahat dan dilakukan secara berkelompok oleh siswi yang lebih senior, ada kemungkinan para subyek (saat mereka sudah mempunyai kekuasaan) akan menggencet dengan cara tersebut, sehingga saat seorang guru melihat sekelompok siswi senior sedang mengelilingi salah seorang siswi junior saat istirahat guru tersebut dapat langsung menghentikan peristiwa ini karena ada kemungkinan besar sedang terjadi gencet-gencetan.
2004
S3319
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vigy Ayu Tantri Soetopo
Abstrak :
ABSTRAK
Pada masa sekarang, komputer telah mulai menjadi alat untuk menyampaikan bahan-bahan pelajaran. DI dalam komputer bahan-bahan pelajaran disampaikan dalam bentuk, yang disebut, program ajar (courseware). Program ajar dapat berupa teks-teks bacaan, gambar-gambar diam maupun bergerak, suara maupun kombinasi atau gabungan dari semua unsur-unsur diatas. Sebagai alat penyampai program ajar yang berupa teksteks bacaan, komputer memiliki keterbatasan, yaitu dalam hal banyaknya karakter (huruf, simbol-simbol lain) yang dapat ditampilkan dalam satu layar tampllan. DIsebutkan bahwa kepadatan teks seharusnya tidak meleblhi 60 % dari keseluruhan layar komputer. Kepadatan tampllan teks 25 % diasumsikan merupakan kepadatan yang paling ideal untuk terjadinya proses pengolahan informasi secara mendalam. Hal ini disebabkan karena dengan kepadatan yang demikian, teks bacaan tidak dipenuhi oleh terlalu banyak ide sekunder. Dengan demikian, pengguna (user) program ajar diharapkan akan mudah menemukan ide utama dari teks bacaan yang ditampilkan pada layar. Dan selanjutnya dapat meningkatkan kemungkinan {possibility) ide utama tersebut diolah secara lebih mendalam. Namun demikian, pembatasan tampilan teks tersebut menyebabkan program ajar terpenggal-penggal ke dalam sekian kali tampilan teks. Maka, terdapdt kemungkinan bahwa seorang pengguna akan "tersesat" di dalam teks-teks bacaan. maupun kesulitan dalam mencari teks-teks yang ingin dibacanya. Adanya kedua pemyataan yang saling tidak mendukung tersebut menimbulkan pertanyaan apakah yang sebenamya terjadi dalam proses pengolahan Informasi tersebut diatas. Apakah kepadatan tampilan teks berperan dalam mendorong digunakannya strategl mendalam pada keglatan membaca ? Seseorang dianggap menggunakan strategl mendalam ketika membaca bila la melakukan pengolahan terhadap teks bacaan sampai ke tahap melakukan Interpretasi. Untuk dapat mengetahui apakah seorang melakukan pengolahan informasi secara mendalam atau tidak adalah dengan melakukan analisa terhadap proses penelusuran informasi atau terhadap proses berpikir orang tersebut selama membaca teks-teks yang berbeda dalam hal kepadatan tampilannya. Selain itu juga dengan melakukan analisa terhadap faktor-faktor lain yang diasumsikan mempengaruhi cara seseorang melakukan pengolahan informasi. Penelitian Inl secara khusus difokuskan pada siswa-siswi SMU yang berusia 15-16 tahun. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasikan strategi mendalam yang digunakan siswa-siswi SMU ketika membaca program ajar yang kepadatan tampilannya 25 % dan 60 %. Selain itu penelitian ini juga bertujuan untuk menelaah faktorfaktor lain yang menyebabkan seseorang menggunakan atau tidak menggunakan strategi pengolahan yang mendalam. Yaitu dengan melihat peran Locus of Control, Kemampuan Umum dan Pengetahuan Terdahulu terhadap pola penggunaan strategi mendalam. Penelitian ini melibatkan 37 orang siswa dan siswi salah satu SMUdi Jakarta. Ke-37 siswa-siswi tersebut dibagi ke dalam dua kelompok dan diberikan program ajar (yang berupa teks bacaan) dengan kepadatan yang berbeda. Satu kelompok diberi teks dengan kepadatan tampilan 25 % dan kelompok yang lain diberi teks denga kepadatan tampilan 60 /o. Agar dapat ditelusuri proses berpikirnya selama menggunakan program ajar tersebut. mereka diminta untuk mengungkapkan semua yang ada dalam pikirannya selama mengeijakan tugas tersebut. Metode ini dikenal sebagal metode think-aloud (berpikir keras). Sedangkan alat untuk mengukur LOG yaitu menggunakan skala Nowicki-Strickland Internal External Control, dan untuk mengukur Kemampuan Umum digunakan Tes Standard Progressive Matrices. Pengetahuan terdahulu siswa-siswl diidentiflkasi dengan menggunakan serangkalan pertanyaan esai yang mencakup keseluruhan teks bacaan. Penelltian ini berhasil mengidentifikasi 5 macam strategi mendalam. yaitu Strategi Penyimpulan, Strategi Verifikasi, Strategi Elaborasi, Strategi Pembayangan dan Strategi Problem Hipotesa. Hampir semua siswa menggunakan strategi mendalam ketika membaca teks yang diberikan, hanya 2 orang yang terlihat tidak melakukan pengolahan secara mendalam. Dalam penelltian ini, variasi kepadatan tampilan teks ditemukan tidak menimbulkan perbedaan dalam pola penggunaan strategi mendalam. Namun faktor lain yaitu pengetahuan terdahulu Justru berperan dalam menimbulkan pola pengolahan yang berbeda. Penelitian lanjutan kiranya perlu dilakukan, namun dengan menggunakan sampel yang lebih banyak. Disamping itu program ajar yang akan diberikan pada siswa hendaknya disusun secara lebih seksama dengan menggunakan teknik-teknik penyusunan tampilan teks yang telah ada.
1997
S2725
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Martha Yulia W. S.
Abstrak :
ABSTRAK
Keputusan karir remaja merupakan masalah penting dan perlu diperhatikan. Erikson mengatakan bahwa kemampuan memilih dan menentukan keputusan karir pada masa remaja merupakan pemecahan masalah identitas remaja sehingga ketidakmampuan memilih dan menentukan karir dapat menganggu perkembangan diri remaja (dalam Seligman, 1994). Remaja yang mampu membuat keputusan karir pada masa ini ternyata cenderung memiliki keberhasilan akademik yang lebih tinggi daripada remaja yang tidak membuat keputusan karir (Seligman, 1994). Remaja yang tidak mampu membuat keputusan karir dengan mantap dapat mengalami berbagai kesulitan pada saat mereka terjun di dunia kerja antara lain: cemas dan tidak yakin menghadapi dunia kerja, ketidakpuasan kerja bahkan mengalami kegagalan (Mappiare, 1992). Untuk meningkatkan daya saing angkatan kerja Indonesia dalam menghadapi era globalisasi, potensi karir individu sebelum masuk ke dunia kerja perlu ditingkatkan sejak awal antara lain sejak masa remaja. Masa remaja merupakan saat penting dalam perkembangan karir karena merupakan masa persiapan terakhir individu sebelum memasuki dunia kerja. Berbeda dengan masa perkembangan sebelumnya, pada masa ini remaja dituntut untuk membuat keputusan karir yang akan menentukan arah kehidupan berikutnya. Bila remaja mampu membuat keputusan karir dengan baik, hal ini dapat meningkatkan keberhasilan mereka dalam menghadapi dunia kerja dan memperkecil kemungkinan mereka mengalami kegagalan. Penelitian Tumer & Helms (1995), Zanden (1993), dan Grotevant & Durret (dalam Papalia & Olds, 1993) menunjukkan gejala-gejala adanya remaja yang mengalami kesulitan dalam menentukan keputusan karir. Banyak yang mengalami kebimbangan dan tidak mampu memilih karir kemudian menunda keputusan karir mereka, sampai pada saatnya mereka harus memilih mereka tidak memiliki cukup waktu untuk memilih dengan baik. Sampai saat ini tampaknya belum ada data yang sistematis mengenai status keputusan karir remaja di Indonesia. Untuk meningkatkan potensi remaja dalam memilih dan menentukan karir, orangtua perlu meningkatkan keterlibatan mereka dalam perkembangan karir remaja (Palmer & Cochran, 1991). Walaupun dalam kehidupan remaja orangtua tidak lagi menjadi tokoh sentral, namun, sehubungan dengan merencanakan karir remaja masih membutuhkan nasehat dan saran-saran dari orangtua khususnya mengenai masalahmasalah keuangan, pendidikan, dan rencana karir (Papalia & Olds, 1992) Beberapa penelitian terdahulu (Palmer & Cochran, 1988; Papalia & Olds 1993; Blustein, 1991) mengungkapkan pendingnya dukungan orangtua terhadap perkembangan karir remaja namun ada pula gejala-gejala yang menunjukkan bahwa keterlibatan (dukungan) orangtua dalam karir remaja justru mempersulit posisi remaja dalam menentukan depan mereka. Berdasarkan hal-hal tersebut, peneliti ingin melihat (a) gambaran status keputusan karir remaja, (b) gambaran dukungan orangtua terhadap keputusan karir remaja, (c) apakah ada hubungan antara dukungan orangtua terhadap keputusan karir dengan status keputusan karir remaja, dan (d) bentuk dukungan yang paling berperan terhadap status keputusan karir remaja. Penelitian ini bersifat deskriptif dan dilakukan pada 184 murid kelas III SMUK III, Jakarta Pusat. Dalam penelitian ini ada dua instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data. Instumen pertama untuk mengukur status keputusan karir remaja (Skala Keputusan Karir) dan instrumen yang kedua untuk mengukur dukungan orangtua terhadap keputusan karir remaja (Skala Dukungan Orangtua). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa subyek penelitian ini telah memiliki keputusan karir dengan taraf keyakinan tergolong cukup yang berarti subyek penelitian cukup yakin bahwa keputusan karir yang dipilih sesuai dengan keadaan dirinya. Secara umum subyek menilai orangtua mereka telah memberikan dukungan terhadap keputusan karir remaja dengan baik. Penelitian ini juga mengungkapkan adanya hubungan yang signifikan antara dukungan orangtua terhadap keputusan karir dengan status keputusan karir remaja. Semakin tinggi dukungan orangtua yang diterima subyek maka semakin tinggi pui a status keputusan karir subyek, sebaliknya semakin rendah dukungan orangtua yang diterima subyek maka semakin rendah pula status keputusan karir subyek. Dukungan orangtua terdiri dari 6 bentuk yaitu bimbingan, bantuan instrumental, keberadaan orangtua sebagai sekutu yang dapat diandalkan, kelekatan orangtua-anak, pengakuan akan kemampuan subyek dan kesamaan minat antara orangtua dan remaja. Dari keenam bentuk dukungan tersebut, ternyata dukungan pengakuan paling berperan terhadap status keputusan karir remaja. Untuk penelitian lebih lanjut peneliti menyarankan agar pengukuran variabel dukungan orangtua terhadap keputusan karir remaja juga dilakukan terhadap orangtua subyek dan difokuskan pada seluruh tahap-tahap perkembangan subyek agar didapatkan gambaran yang lebih terintegrasi yaitu sejak masa kanak-kanak awal sampai masa remaja. Selain itu untuk mempertajam hasil penelitian, subyek penelitian diambil berdasarkan asal sekolah yang lebih beragam (SMU Negeri) dengan jumlah subyek yang berasal dari jurusan IPA/IPS yang seimbang, suku, pekerjaan dan penghasilan orangtua yang lebih beragam. Dengan karakteristik responden yang lebih beragam ini diharapkan hasil penelitian akan lebih kaya dan tajam mengungkapkan jenis intervensi (dukungan orangtua) yang paling sesuai untuk meningkatkan perkembangan karir remaja dengan kondisi-kondisi yang lebih beragam.
1998
S2952
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Suryadinata Putra
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan hipotesis adanya hubungan faktor predisposisi, penguat dan pemungkin dengan kebiasaan merokok siswa-siswi SMK Bunda Kandung di Jakarta Selatan. Metode yang digunakan adalah deskriptif analisis yang bersifat cross sectional. Uji statistik chisquare yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara faktor predisposisi, penguat dan pemungkin dengan kebiasaan merokok siswa-siswi SMK Bunda Kandung Jakarta Selatan. Uji statistik chisquare digunakan untuk melihat variabel independen mana yang berhubungan dengan kebiasaan merokok siswa-siswi SMK Bunda Kandung Jakarta Selatan. Sampel penelitian berjumlah 87 orang siswa-siswi dari 660 orang siswa-siswi SMK Bunda Kandung Jakarta Selatan. Pengambilan sampel menggunakan metode cluster sampling yaitu jumlah sampel penelitian yang diambil pada masing-masing kelompok kelas berdasarkan rumus cluster sampling. Instrumen dikembangkan dari teori perilaku yang berhubungan dengan kesehatan. Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, pengetahuan tentang merokok, sikap terhadap merokok, keterpaparan iklan rokok oleh media cetak dan elektronik, keterpaparan kegiatan-kegiatan yang disponsori oleh perusahaan rokok, kemudahan untuk memperoleh rokok, praktek merokok teman sebaya, perilaku merokok dari orang tua dan kontrol guru. Dari hasil penelitian, uji statistik chisquare menghasilkan lima variabel independen yang mempunyai hubungan bermakna dengan kebiasaan merokok, yaitu ada hubungan yang bermakna antara jenis kelamin (p = 0,002) < 0,05 (OR = 10,214), pengetahuan tentang merokok (p = 0,042) < 0,05 (OR = 3,122), sikap terhadap merokok (p = 0,000) < 0,05 (OR = 10,074), praktek merokok teman sebaya (p = 0,000) < 0,05 (OR = 7,422) dan perilaku merokok dari orang tua (p = 0,028) < 0,05 (OR = 3,030). Sedangkan variabel umur, keterpaparan iklan rokok oleh media cetak dan elektronik, keterpaparan kegiatan-kegiatan yang disponsori oleh perusahaan rokok, kemudahan untuk memperoleh rokok dan kontrol guru. tidak mempunyai hubungan yang bermakna.
This study aims to prove the hypothesis of an association of predisposing factors, reinforcing and enabling the smoking habits of vocational school students Bunda Kandung in South Jakarta. The method used was a descriptive analysis cross sectional. Chi-square statistical test used to analyze the relationship between predisposing, reinforcing and enabling the smoking habits of vocational school students Bunda Kandung in South Jakarta. Chi-square statistical test is used to see where the independent variables related to smoking habits of vocational school students Bunda Kandung in South Jakarta. Sample was 87 students from 660 vocational school students Bunda Kandung in South Jakarta. Sampling using a cluster sampling method, namely the amount of sample taken at each class group by cluster sampling formula. The instrument was developed from the theory of health related behaviors. The variables examined in this study were age, gender, smoking knowledge, attitudes toward smoking, exposure to cigarette advertising by print and electronic media, activity events sponsored by tobacco companies, the ease of obtaining cigarettes, the practice of smoking peers, behavior smoking from parents and teachers control. From the research, the chi-square statistical test yielded five independent variables that have a significant relationship with smoking behavior, ie there is a significant association between the sexes (p = 0.002) < 0.05 (OR = 10.214), smoking knowledge (p = 0.042) < 0,05 (OR = 3.122), attitudes towards smoking (p = 0.000) < 0.05 (OR = 10.074), the practice of smoking peers (p = 0.000) < 0.05 (OR = 7.422) and smoking behavior of parents (p = 0.028) < 0.05 (OR = 3.030). While the variables of age, exposure to cigarette advertising by print and electronic media, activity events sponsored by tobacco companies, the ease of obtaining cigarettes and teacher control. not have a meaningful relationship.
Depok: Universitas Indonesia, 2014
S56063
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gusti Indah Lestari
Abstrak :
ABSTRACT
Perilaku makan menyimpang merupakan gangguan psikologis yang melibatkan obsesi terhadap makanan dan secara ekstrim memiliki perilaku makan yang kurang sehat dan cenderung tidak puas terhadap citra tubuh. Perilaku makan menyimpang berdampak pada fisiologis tubuh antara lain menurunnya kepadatan tulang, abnormalitas elektrolit tubuh, gangguan hormon, dan komplikasi kesehatan. Skripsi ini membahas pengaruh media sebagai faktor dominan kecenderungan perilaku makan menyimpang pada remaja di SMA Negeri 39 Jakarta Tahun 2018. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan desain studi cross sectional dengan responden sebanyak 205 orang. Pengumpulan data dilakukan pada bulan April 2018 dengan cara pengisian kuesioner dan pengukuran antropometri. Analisis statistik untuk mengetahui hubungan antar variabel menggunakan uji chi-square dan faktor dominan menggunakan uji regresi logistik ganda. Pada penelitian ini diketahui 57,6 responden mengalami kecenderungan perilaku makan menyimpang. Terdapat hubungan antara perilaku diet p=0,001, jenis kelamin p=0,003, pengaruh teman
ABSTRACT
Eating disorder is psychological illness that involves an obsession with food and extremely unhealthy eating behaviors, followed by body image dissatisfaction. Eating disorder impact physiological body such as decreased bone mineral density, fluid and electrolyte abnormalities, hormone abnormalities, and health complication. This thesis discusses about media influence as dominant factor as subthreshold eating disorder on adolescence at Senior High School 39 Jakarta in 2018. The research was conducted using quantitive method with cross sectional design in 205 respondent. Data were collected in April 2018 with self administrated questionnaire and anthropometric measurement. Statistical analytic for significant association between variables is analyzed using chi square test, while dominant factor is analyzed using binary logistic regression. The result showed that 57,6 respondent have subthreshold eating disorder. There are significant associations between subthreshold eating disorder and dieting behavior.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hasugian, Sukardi W.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2010
S3550
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library