Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 30 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Leiden: KITLV Press, 2000
306.095982 JAK
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Taylor, Jean Gelman, 1944-
Madison, Wisconsin: University of Wisconsin Press, 1983
306.095982 TAY s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Roza Elmarita
Abstrak :
ABSTRAK
Hasil International Conference on Population and Development (ICPD) di Kairo tahun 1994, diantaranya merekomendasikan untuk disediakannya pelayanan kesehatan reproduksi terpadu, salah satunya pemeriksaan infeksi saluran reproduksi/infeksi menular seksual. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan utilisasi pelayanan klinik infeksi menular seksual oleh Wanita Penjaja Seks Langsung (WPSL). Desain penelitian adalah cross sectional dengan jumlah sampel 100 WPSL yang sedang/pernah menderita IMS yang diambil secara stratified random sampling. Hasil analisis univariat diperoleh WPSL yang memanfaatkan pelayanan klinik IMS Sedap Malam sebesar 33%. Analisis bivariat dari faktor sosial budaya yang berhubungan dengan utilisasi pelayanan klinik IMS Sedap Malam adalah dorongan/dukungan dari pihak ketiga dengan (OR=3,3; 95% CI: 1,0-10,6); dari faktor organisasi yang berhubungan dengan utilisasi pelayanan klinik IMS Sedap Malam adalah kualitas pelayanan klinik IMS dengan (OR=13,2; 95% CI: 4,7- 37,5); hambatan pergi ke klinik IMS dengan (OR=4,6; 95% CI: 1,5-14,6) dan dari faktor konsumen yang berhubungan dengan utilisasi pelayanan klinik IMS Sedap Malam adalah sikap responden terhadap program P2-IMS dengan (OR=3,8; 95% CI:1,2-12,1). Pentingnya peningkatan kualitas pelayanan dan dukungan dari semua pihak agar utilisasi pelayanan klinik IMS oleh WPSL lebih ditingkatkan lagi.
ABSTRACT
The international Conference on population and development in Cairo in 1994, partly has recommended the provision of the integrated reproductive health services which one of them was the examination of reproductive tract infections/sexually transmitted infections. The purpose of this study is know the overview and the factors associated to service utilization by sexually transmitted infections clinic for female prostitutes (WPSL=Wanita Penjaja Seks Langsung). The study design was cross sectional sample of 100 suffering/suffered from STI WPSL taken by stratified random sampling. The univariate analysis results showed that the WPSL that utilized Sedap Malam clinic services were at 33%. The bivariate analysis of socio-cultural factors associated to the utilization of STI clinic services Sedap Malam showed that the encouragement/support from the third party (OR=3.3; 95% CI:1.0-10.6); from the organizational factors associated to the utilization of Sedap Malam STI clinic services obtained that the quality of service with the STI clinic (OR=13.2; 95% CI:4.7-37.5); the resistance of visiting the STI clinic (OR=4.6; 95% CI:1.5-14.6) and from consumer-related factors, the service utilization of Sedap Malam STI clinic was the perception of the respondents to the P2-IMS program (OR=3.8; 95% CI:1.2-12.1). It is recommended that the quality of service and support from all parties to STI clinical services utilization by the WPSL can be enhanced in the future.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Aryni Ayu W.
Abstrak :
This study looks at the toponym of Jember in relation to its history and the Pendalungan sub-culture–a mixture between Javanese and Madurese culture.This sub-culture is found in the Horseshoe area of East Java.The data were drawn from library research, observation, and interviews with various people, such as the local authorities, academicians, historians, andexperts in culture. The result of this study indicates that the Jemberese can have cross-cultural competence that has a bargaining position if they could “engineer” their cultural diversity both historically and aesthetically. Being the characteristics of people living the Horse shoe area, Pendalunganis an interesting research object which is still an open discourse. The role of the public, historians, and the government is needed to preserve the Pendalungan in Jember without changing the steady cultural order.
Yogyakarta: Balai Pelestarian Nilai Budaya D.I. Yogyakarta, 2018
400 JANTRA 13:1 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Embun Ferdina Enjaini
Abstrak :
ABSTRAK
Stunting (pendek) merupakan masalah gizi kronis pada balita yang ditandai dengan tinggi badan yang lebih pendek dibandingkan dengan anak seusianya. Kecamatan Tanjung Agung Palik memiliki persentase stunting tertinggi (47,48%), Desa yang menjadi lokasi penelitian adalah Desa Sengkuang dan Desa Sawang Lebar, kedua desa tersebut merupakan desa yang paling tinggi kejadian stunting. Tujuan Penelitian ini untuk menganalisis sosial budaya suku Rejang terkait dengan stunting. Metode penelitian ini menggunakan kualitatif Rapid Ethnografi. Informan utama dalam penelitian ini adalah 4 ibu yang memiliki anak balita stunting dengan ekonomi rendah, 4 ibu yang memiliki balita stunting dengan ekonomi menengah dan 4 ibu yang memiliki anak balita normal dengan ekonomi rendah, yang tinggal di suku Rejang Kecamatan Tanjung Agung Palik yang dipilih dengan metode purposive sampling yang datanya sudah diketahui dari sistem e- PPGBM Puskesmas berdasarkan pengukuran antropometri. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan observasi partisipasi yang dilaksanakan pada bulan April-Juni 2019 di Kecamatan Tanjung Agung Palik. Hasil penelitian menunjukan bahwa penyebab stunting pada masyarakat suku Rejang disebabkan oleh 1) Lingkungan dan Sanitasi yang buruk, 2) Masih belum melakukan ASI eksklusif, 3) Pemberian MP-ASI dini balita, 4) Pola pemberian makanan yang masih rendah, 5) Pengetahuan masyarakat yang masih rendah, 6) Masih adanya kepercayaan tentang pantang makan pada ibu hamil dan balita. Disarankan agar ada upaya penurunan kepercayaan pantang makan ibu hamil dan anak balita, pengetahuan lingkungan dan sanitasi, mengurangi pemberian makanan prelakteal pada bayi baru lahir, pola pemberian makan dan cakupan pemberian MP-ASI dini melalui penyuluhan rutin dengan melibatkan orang tua balita dan bermitra dengan dukun untuk memberikan edukasi akan pentingnya kesadaran ibu terkait gizi.
ABSTRACT
Stunting is a chronic nutritional problem on toddlers characterised by a shorter height compared to the children in their age group. Tanjung Agung Palik District has the highest stunting case percentage (47,48%), the villages used as a sample for this thesis are the Sengkuang and Sawang Lebar village. These two village has the highest numbers of stunting cases. The purpose of this research is to analyse from a socio-cultural aspect of how the Rejang Tribe deals with stunting. This research uses a Rapid Etnographic method. The main informants for this research are 4 mothers with stunted toddlers from low income families, 4 mothers with stunted toddlers from middle income families, and 4 mothers with normal toddlers from low income families all od whic are from the Rejang Tribe in the Tanjung Agung Palik District selected by purposive sampling method whose data is known from the Puskesmas e-PPGBM system based on anthropometric measurements. The data were collected through an in-depth interview and participative observation conducted between April to June 2019 in the Tanjung Agung Palik District. The research results concluded that the stunting cases in the Rejang Tribe are caused by 1) Bad environment and sanitation, 2) Still not doing exclusive breastfeeding, 3) Provision of early MP-ASI for toddlers, 4) The pattern of feeding is still low, 5) Community knowledge that is still low, 6) There is still a belief about abstinence in pregnant women and toddlers. It is recommended that there be an effort to reduce the confidence of abstinence from pregnant women and toddlers, knowledge of the environment and sanitation, reduce prelacteal feeding in newborns, feeding patterns and coverage of early MP-ASI through routine counseling involving parents of toddlers and partnering with traditional healers to provide education on the importance of maternal awareness regarding nutrition.
2019
T53718
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Khusnul Chotimah
Abstrak :
Suatu tempat disebut kota adalah tidak lain adalah karena ciri spesifik warganya. Betawi adalah salah satu warga Jakarta yang dari sejarahnya berasal dari percampuran kelompok etnis balk dari Indonesia maupun luar Indonesia. Pada kondisi seat ini, pertumbuhan dan perkembangan Kota Jakarta mempengaruhi nilai - nilai seni budaya masyarakat Betawi dan lingkungannya. Pesatnya pembangunan kota juga memaksa mereka untuk merelakan lahan rumahnya untuk kegiatan kola lainnya. Oleh karena itu untuk melestarikan tata kehidupan dan tata ruang komunitas sosial budaya masyarakat Betawi, Gubernur Jakarta menetapkan Kawasan Setu Babakan sebagai kawasan Perkampungan Budaya Betawi dengan mengeluarkan Perda No. 3 Tahun 2005 Tentang Penetapan Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa, Kotamadya Jakarta Selatan. Salah satu tujuan dari Perda ini adalah menciptakan dan menumbuhkembangkan nilai - nilai seni budaya Betawi dan membina serta melindungi tata kehidupan serta nilai - nilai Budaya Betawi. Dan tujuan ini tersirat bahwa masyarakat Betawi setempat seharusnya rnenjadi subjek dari Perkampungan Budaya Betawi (PBS), oleh karena itu perlu adanya partisipasi warga Betawi setempat guna keberlanjutan program tersebut. Sehingga 'kawasan ini bukan hanya menjadi ladang proyek bagi pemerintah yang tidak berkelanjutan dan tidak bermanfaat untuk warga Betawi setempat. Dengan metode pengumpulan data pengamatan terlibat dan wawancara dengan cara tinggal bersama, maka diketahui sejarah PBB dan proses partisipasi warga Betawi setempat didalamnya serta diketahui pula berbagai kegiatan eksisting yang mendukung PBB. Hasi! penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua keluarga berpengaruh, tokoh masyarakat dan ketua RW yang dapat menentukan siapa warga Betawi setempat yang dapat berpartisipasi. Sedangkan warga Betawi setempat yang berpartisipasi adalah warga yang terlibat dalam kegiatan pertanian, petemakan, industri rumah tangga, kesenian, perikanan dan wisata, serta warga yang terlibat dalam Badan Pengelolan PBB. Bentuk - bentuk partisipasi yang ada adalah kerelaan tanahllahannya digunakan untuk kepentingan PBB, inisiatif pembentukan kelompok- kelompok masyarakat yang mempunyai kegiatan mendukung PBB, tenaga dan waktu dalam melaksanakan kegiatan - kegiatan tersebut, keikutsertaan dalam kegiatan - kegiatan yang mendukung PBB, serta kesadaran untuk menjaga keamanan dan kebersihan lingkungan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pelibatan warga Betawi di Setu Babakan dalam pengembangan PBB perlu memperhatikan dua hal panting, yaitu keberadaan pemimpin dan tokoh masyarakat yang masih dianggap panting, sehingga pemerintah dapat melibatkan mereka dalam mendorong warga Betawi setempat lainnya untuk dapat berpartisiasi, dan pengembangan kegiatan yang bersifat dapat meningkatkan pendapatan (berorientasi pada peningkatan taraf hidup) warga Betawi setempat, mengingat sebagian besar warga tidak mempunyai pekerjaan tetap dan bergerak dalam sektor informal, seperti tukang ojek, berdagang, tukang bangunan dan lain - lain. Penelitian ini menemukan bahwa menurut teori Arsteins warga Betawi setempat yang berpartisipasi pada tingkatan partisipasi paling tinggi yaitu warga yang berkegiatan kesenian (membuat sanggar seni kerajinan Betawi) sedangkan yang digolongkan sebagai warga yang tidak berpartisipasi (non-participation), yaitu warga Betawi setempat yang mendapat bantuan "rumah Betawi" tanpa mengerti maksud pemberian tersebut dan pedagang yang berada di pinggir Setu. Selain itu, penelitian ini menyimpulkan bahwa program Perkampungan Budaya Betawi di Kelurahan Srengseng Sawah ini dapat berkelanjutan jika pemerintah dan masyarakat dapat berorientasi pada produktivitas. Pemerintah mengadakan kegiatan kegiatan yang mengedepankan orientasi pasar, dan masyarakat dapat mengubah sifat kurang giat bekerjaanya menjadi masyarakat yang Iebih menjunjung produktivitas. ......Specific characteristics of the citizens are the major elements for a place to be called a city. Betawi is one of the Jakarta community components originally coming from an assimilation of ethnic groups both from inside as well as outside Indonesia. Nowadays, the growth and development of Jakarta City influences the cultural values of the Betawi community and its environment. They released their land as part of their contribution to rapidly develop the city. Therefore, in order to conserve the values of the Betawi communities, the Governor of Jakarta has declared Setu Babakan area as Betawi Socio-Cultural Village (Perkampungan Budaya BetawiIPBB) through the issuance of the Local Government Regulation No. 3 of Year 2005 (PERDA No. 3 tahun 2005) about the Establishment of Betawi Socio-Cultural Village at Setu Babakan, Kelurahan Srengseng Sawah, Kecamatan Jagakarsa. Kotamadya Jakarta Selatan. One of the aims of this regulation is to create, develop, edify, and protect the Betawi socio-cultural values, which treat Betawi native communities as the subject of the government project. Through the participation of these citizens the program can be sustained. Through participant observation and interview as the prime method in data gathering, the history of the Betawi Socio-Cultural Village (PBB) and the native Betawi participation process as well as the existing activities supporting the PBB can be revealed. The results of the research show that there are two influential families in this village; -they.-are the community figure and the community leader, who decide which community members could participate. Meanwhile, the native Betawi who participate are the ones involved in farming, animal husbandries, home industries, fishery, arts, and tourism, and those involved in the Board of Management of the Betawi Socio-Cultural Village. The forms of participation of the native Betawi are the willingness to donate part of their land to be used for the Betawi Socio-Cultural Village needs, initiative to form community groups supporting the Betawi Socio-Cultural Village activities, time and energy to do such activities, participation in those activities, and awareness to maintain security and cleanliness of the environment. This research concludes that the involvement of Betawi community members at Setu Babakan in developing the Betawi Socio-Cultural Village should take into consideration to two major points - the existence of leaders and community figures which is still considered important, so that the government can involve them in motivating other Betawi community members to participate in and develop activities which can increase their income meaning improvement of living standard orientation. In fact, most of the community members do not have any permanent jobs and they work in the informal sectors. This research also shows that, in line with Arsteins's theory, the natives who participate at the participation's highest level are those having art activities that can be sustained the Betawi identity, while these having no participation (the lowest level) are the community members who only get the aid from the government to their identity of being "Betawi" by giving them such form of "Betawi House", and the seller who live in Setu borders as well. Other than that, this research also concludes that this Betawi Socio-Cultural Village program at Srengseng Sawah can be sustained if the government and the communities have to reset their mind to be more productivity oriented. The government should have activities which consider market orientation, and the community members realize and change from indolence to those who set their minds to uphold productivity.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T20818
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eveline Ramadhini
Abstrak :
ABSTRAK
Tesis ini bertujuan untuk menganalisis implementasi program pendayagunaan Zakat Community Development (ZCD) di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), terutama untuk memahami modal sosio-kultural dalam pengembangan komunitas berbasis zakat, khususnya di Kelurahan Jayamekar, Kota Sukabumi, Jawa Barat. Untuk memahami implementasi program tersebut, perlu dilihat melalui perspektif sosiologi ekonomi karena akan lebih kompeherensif. Menggunakan metode kualitatif dan pendekatan studi kasus, penelitian ini akan melakukan wawancara mendalam dan observasi terhadap mustahik mengenai pemaknaan terhadap bantuan program ZCD. Tesis ini membahas bagaimana modal sosio-kultural berperan dalam program pendayagunaan yang menyiratkan (1) kepercayaan (trust); (2) persahabatan (friendship); (3) keinginan untuk kolaborasi (willingness to collaborate); (4) tradisi komunitas (community tradition), dan (5) nilai (ideals or values) (Gonzalez, 2005). Tesis ini menemukan bahwa modal sosio-kultural memiliki peran yang penting dalam pengembangan komunitas. Modal sosio-kultural di Kelurahan Jayamekar, Kota Sukabumi, Jawa Barat mengalami peningkatan yang melesat semenjak adanya program; tidak hanya peningkatan ekonomi tetapi juga peningkatan implementasi dalam hal nilai-nilai Islami, khususnya cara pandang dalam meminjam uang ke bank keliling. Penelitian ini merekomendasikan analisis sosiologi terutama dalam aspek sosial budaya yang memiliki peran penting yang berdampak pada pengembangan komunitas. Temuan ini memperkaya kajian dari Gonzalez (2000; 2005) bahwa modal sosio-kultural perlu untuk disejajarkan dengan modal infrastruktur.
ABSTRACT
The paper aims to analyze the implementation of utilization program in Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), especially to understanding the socio-cultural capital of Zakat Community Development, in West Java, Sukabumi, Jayamekar Village. To perceiving the implementation of the program, it requires to see with an economic-sociology perspective. Hence, it would be more comprehensive. Using qualitative methods and Study Case Approach, this research would do the depth-interview and make the observation to seeing the meaning of values from companion and mustahik about ZCD program intervention. This paper discusses how the socio-cultural occurs in utilization programs which imply (1) trust; (2) friendship; (3) willingness to collaborate; (4) community traditions; and (5) ideals or values (Gonzalez, 2005). This paper finds that socio-cultural capital has the role to community development. Socio-Cultural Capital in Jayamekar Village, Sukabumi, West Java, had good improvement, hence not only the improvement of mustahik's income but also the improvement of goods values about the perspective of borrowing money to mobile bank (bank keliling). This research recommends analytical sociology, especially in the Socio-Cultural aspect; which is, it has a significant role that impacts social change in community development. This finds enriches the study of Gonzalez (2005) that socio-cultural capital needs to be aligned with infrastructure capital.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Alfian
Jakarta: UI-Press, 1986
361.61 ALF t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Intal, Ponciano
Jakarta: Economic Research Instutute for ASEAN and East Asia, 2015
327.59 INT f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>