Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rahma Evasari
"Sifilis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema pallidum subspesies pallidum (T. pallidum), merupakan penyakit kronis dan bersifat sistemik. Sifilis merupakan penyakit yang progresif dengan gambaran klinis aktif (stadium primer, sekunder, dan tersier) serta periode tidak bergejala (sifilis laten). Sifilis masih merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia dengan 80-90% kasus baru terjadi di negara berkembang dengan sedikit atau tidak ada akses diagnostik. Sejumlah besar sifilis tidak bergejala. Akibatnya, sebagian sifilis tidak terdiagnosis dan tidak mendapatkan tatalaksana yang baik, sehingga berpotensi menimbulkan gejala sisa serius, manifestasi sifilis tersier, kardiovaskular, neurologik, oftalmologik, otologik, dan berlanjutnya rantai penularan. Penelitian ini bertujuan untuk menilai kemampuan rapid Test STANDARD Q Syphilis Ab dengan menggunakan spesimen serum dan darah kapiler dibandingkan dengan TPHA dalam mendeteksi sifilis pada populasi risiko tinggi yang terdiri atas waria, lelaki yang berhubungan seksual dengan lelaki, dan wanita penjaja seks di Puskesmas Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur. Penelitian ini adalah uji diagnostik dengan dengan rancangan studi potong lintang. Hasil penelitian menggunakan spesimen serum memberikan hasil sensitivitas 91,30%, spesifisitas 97,53%, nilai duga positif 95,45%, nilai duga negatif 95,18%, dan akurasi 95,28% dibandingkan dengan TPHA sebagai baku emas. Hasil pengujian dengan spesimen darah kapiler memberikan hasil sensitivitas 84,78%, spesifisitas 98,77%, nilai duga positif 97,50%, nilai duga negatif 91,95%, dan akurasi 93,70% dibandingkan dengan TPHA sebagai baku emas. Kesesuaian hasil rapid test STANDARD Q Syphilis Ab antara spesimen serum dan darah kapiler sangat baik (κ = 0,8223). Rapid test STANDARD Q Syphilis Ab dapat dijadikan alternatif uji treponemal dalam menunjang diagnosis sifilis, baik sebagai penapisan rutin maupun konfirmasi hasil uji nontreponemal serta penggunaan spesimen darah kapiler dapat dijadikan alternatif uji treponemal yang lebih cepat dan mudah dilakukan.

Syphilis is a chronic and systemic disease caused by Treponema pallidum subspecies pallidum (T. pallidum). Syphilis is a progressive disease with active clinical features (primary, secondary, and tertiary syphilis) and asymptomatic periods (latent syphilis). Syphilis is still a worldwide health problem with 80-90% of new cases occurring in developing countries with little or no diagnostic access. A large number of syphilis are asymptomatic. As a result, some syphilis is undiagnosed and does not get good management, potentially causing serious sequelae, the manifestation of tertiary syphilis, cardiovascular, neurologic, ophthalmologic, otologic, and continuous chain of transmission. This study aimed to assess STANDARD Q Syphilis Ab's rapid test capability using serum and fingerprick whole blood specimens compared with TPHA in detecting syphilis in high-risk populations comprised of transgenders, men who have sex with men, and female sexual workers in Puskesmas Pasar Rebo. This study is a diagnostic test with a cross sectional study design. The results of this study using serum specimens were sensitivity of 91.30%, specificity of 97.53%, positive predictive value 95.45%, negative predictive value of 95.18%, and accuration 95.28%, compared to TPHA as the gold standard. Test results with fingerprick whole blood specimens gave sensitivity of 84.78%, specificity of 98.77%, positive predictive value of 97.50%, negative predictive value of 91.95%, and accuration 93.70%, compared to TPHA as the gold standard. Compatibility of rapid test STANDARD Q Syphilis Ab results between serum and fingerprick whole blood specimens was very good (κ = 0.8223). Rapid test STANDARD Q Syphilis Ab can be used as an alternative treponemal test in supporting syphilis diagnosis, either as routine screening or confirmation of nontreponemal test result and the use of fingerprick whole blood specimen can be used as treponemal test alternative which is faster and easier to do.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Madsen, Thorvald Johannes Marius, 1870-
Baltimore: Williams & Wilkins, 1937
574.47 MAD l
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hasna Sholihah
"Lebih dari satu juta orang di dunia terkena infeksi menular seksual (IMS) setiap harinya. Empat penyakit tersering adalah chlamidia, gonore, trichomoniasis, dan sifilis. Di Asia Tenggara, insiden sifilis hingga tiga juta kasus. Dari angka tersebut, insiden pada wanita jauh lebih tinggi dari pada laki ? laki. Pekerja seks komersial (PSK) di Indonesia adalah salah satu yang popular di Asia Tenggara. Tingginya angka PSK meningkatkan tingginya angka sifilis di Indonesia. Populasi PSK terdiri dari berbagai macam usia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara faktor usia dengan prevalensi sifilis pada pekerja seks komersial (PSK) di Tangerang, Banten. Desain penelitian ini adalah cross - sectional dengan menggunakan data sekunder dari Departemen Parasitologi FKUI. Subjek penelitian adalah 152 PSK di Tangerang, Banten. Terdapat 64 (42,1%) PSK yang berusia 10 ? 19 tahun dan 88 (57,9%) PSK yang berusia 20 tahun lebih. Didapatkan bahwa sebesar 79 (52%) PSK yang didiagnosis terkena sifilis. Dari 79 orang tersebut, terdapat 36 PSK berusia 10 ? 19 tahun dan 43 PSK berusia 20 tahun keatas. Berdasarkan analisis data, didapat p>0,05 sehingga terbukti bahwa faktor usia tidak memiliki hubungan bermakna dengan penyakit sifilis pada PSK di Tangerang, Banten. Jadi, sifilis dapat menyerang seluruh usia.
......
Everyday, more than one million people in the world infected by sexual transmitted infection (STI). The most common disease are chlamidia, gonorrheae, trichomoniasis, and syphilis. The incidence of syphilis about three million cases in South East Asia. From that case, syphilis happens in men less than women. Women prostitution in Indonesia is the popular one in South East Asia. Because the number of prostitute is high, incidence syphilis in Indonesia is high too. The population of commercial sexual worker has various ages. Goal of the research is to know the relation between age and prevalence of syphilis in commercial sexual worker in Tangerang, Banten. The design of research is cross ? sectional with secondary data from Parasitology, Faculty of Medicine, University of Indonesia. The subjects of research are 152 women who work as commercial sexual worker in Tangerang, Banten. There are 64 (42,1%) women who are 10 -19 years old, and 88 (57,9%) women who are ages more than twenty years old. Besides, 79 (52%) women are diagnosed syphilis. From 79 women, there are 43 women whom twenty years old and more. The result is p>0,05, it means that age has no significant relation with syphilis in commercial sexual worker in Tangerang, Banten. It means that syphilis can infect people in every age."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reza Yuridian Purwoko
"Sebagai kelompok yang mempunyai risiko tinggi tertular IMS, PSK pria nontransgender belum banyak diteliti. Di Indonesia baru tercatat satu penelitian di bidang sosiobudaya mengenai kelompok tersebut yang dilakukan di Yogyakarta dan belum ada satu pun penelitian di bidang kesehatan. Penelitian kesehatan Iebih banyak ditujukan pada PSK wanita, PSK pria transgender, atau ketompok MSM.
Diduga PSK pria di kota besar, khususnya Jakarta telah meningkat pasat sesuai perkembangan waktu, keterbukaan seksual, dan faktor ekonomi, namun hingga saat inl belum terdapat data penelitian mengenai faktor sosiodemografis PSK pria nontransgender, mencakup usia, pendidikan, pendapatan atau status ekonomi, dan pekerjaan lain. Juga belum diketahui data prevalensi penyakit IMS pada kelompok tersebut.
Karena belum terdapat data, dan berdasarkan penelitian mengenai PSK pria nontransgender di negara lain, serta belum ada program intervensi terhadap kelompok PSK pria nontransgender di Jakarta, maka ditegakkan dugaan bahwa prevalensi IMS pada kelompok tersebut masih tinggi, pengetahuan PSK pria nontransgender terhadap IMS yang masih rendah, sikap mereka yang kurang mempedulikan pencegahan dan pengobatan penyakit tersebut, serta perilaku mereka yang cenderung berisiko tinggi tertular 1MS.
Pengukuran prevalensi memerlukan sumber dana, tenaga, dan waktu yang cukup besar, sehingga pada penelitian ini dibatasi pada tiga penyakit IMS yang menjadi prioritas pemberantasan penyakit menutar di Indonesia, yaitu gonore, sifilis, dan infeksi HIV/ AIDS. Proporsi kepositivan pemeriksaan kultur gonore, serologis sifilis, dan serologis infeksi HIV/ AIDS, dilakukan untuk mendapatkan perkiraan prevalensi penyakit tersebut pada PSK pria nontransgender di Jakarta.
Pertanyaan penelitian
? Bagaimana identitas atau faktor sosiodemografis PSK pria nontransgender, mencakup usia, pendidikan, pendapatan atau status ekonomi, dan pekerjaan lain.
? Berapa proporsi kepositivan kultur gonore, serologis sifilis, dan serologis infeksi HIV pada PSK pria nontransgender.
? Bagaimana pengetahuan, sikap, dan perilaku PSK pria nontransgender terhadap IMS."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T21448
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gultom, Desy Ariani
"ABSTRAK
Sifilis merupakan penyakit multistadium kronik yang disebabkan oleh bakteri
Treponema pallidum dan ditularkan dari lesi aktif pasangan seksual atau dari ibu
hamil yang terinfeksi pada janin yang dikandungnya. Saat ini telah terjadi
peningkatan kasus T. pallidum resisten azitromisin akibat mutasi titik A2058G
dan A2059G pada gen 23S rRNA. Di Indonesia belum ada data terkait resistensi
T. pallidum terhadap azitromisin sehingga penelitian ini bertujuan untuk
mendapatkan metode nested multipleks PCR untuk deteksi kedua mutasi yang
menyebabkan resistensi. Tiga pasang primer digunakan pada reaksi nested PCR.
Untuk mendapatkan kondisi uji yang optimal dilakukan optimasi parameter yang
penting pada proses PCR. Uji nested multipleks PCR dapat mendeteksi 22.000
jumlah copy DNA/ml dan tidak bereaksi silang terhadap mikroorganisme yang
potensial menyebabkan hasil positif palsu. Uji awal 45 sampel klinis darah
ditemukan 13 sampel positif T. pallidum dan tidak ditemukan mutasi baik
A2058G maupun A2059G. Dua sampel positif dikonfirmasi dengan DNA
sekuensing dan menunjukkan tidak ada mutasi titik. Uji nested multipleks PCR
yang telah dikembangkan pada penelitian ini dapat digunakan untuk deteksi
mutasi gen 23S rRNA T. pallidum yang menyebabkan resistensi azitromisin pada sampel klinis darah.

ABSTRACT
Syphilis is a chronic, multi-stage infectious disease caused by Treponema
pallidum that is usually transmitted sexually by contact with an active lesion of a partner or congenitally from an infected pregnant woman to her fetus.
Azithromycin-resistant strains of T. pallidum is associated with a single point
mutation (either A2058G or A2059G) in both copies of the 23S rRNA gene of T.
pallidum. These strains are now prevalent in many countries but there is no data
available about it in Indonesia. Therefore, in this study we developed a nested
multiplex PCR to detect A2058G and A2059G 23S rRNA gene point mutations of
T. pallidum. Three primer sets were designed for nested PCR reactions. To obtain
optimal PCR reaction, all parameters were optimized. The assay could detect at
least 22000 DNA copy number/ml and showed no cross reaction with other
microorganisms that potentially cause false positive result. A total 13 of 45 whole
blood specimens were PCR positive for T. pallidum and no single point mutation
(either A2058G or A2059G) were detected by PCR. Two positive specimens were
confirmed by DNA sequencing and showed no mutation. Thus, nested multiplex
PCR developed in this study is potential to detect azithromycin-resistant T.
pallidum in whole blood samples."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
T58761
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dine Dyan Indriani
"Infeksi Menular Seksual memiliki dampak besar pada kesehatan seksual dan reproduksi di seluruh dunia. Lebih dari 30 bakteri, virus dan parasit yang berbeda diketahui ditularkan melalui kontak seksual, termasuk seks vaginal, anal dan oral. Mayoritas pasien sifilis adalah laki-laki sebesar 54%. Jumlah kasus PIMS pada LSL sebesar 6.997 orang (Kemenkes, 2022). Pada tahun 2023 Jawa Barat memiliki jumlah kasus sifilis sebesar 3.186. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi kejadian sifilis yang dikelompokkan menjadi faktor biologis dan demografi, faktor perilaku, faktor health access, dan social environment. Penelitian ini merupakan studi cross sectional menggunakan data sekunder bersumber dari data STBP 2018/2019. Hasil pada penelitian ini adalah 11,33% responden positif sifilis. Responden HIV+ 27%, Hepatitis B+ 5 % dan 0,2% Hepatitis C+, respoden menjual seks 34% dan membeli seks 10%. Sebanyak 78% tidak melakukan pemeriksaan IMS, 56% tidak melakukan pengobatan IMS, 70,1% responden tidak terpapar informasi, dan 65% tinggal bersama pasangan/keluarga. Pada hasil analisis didapatkan faktor yang memiliki pengaruh adalah status HIV ((PR=2,77; 1,815-4,250) dan tingaal bersama teman/pasangan pria/waria (PR= 1,181; 0,555-2,512) dan tinggal sendirian (PR= 2,1; 1,338-3,289) cenderung lebih berisiko menderita sifilis dibandingkan responden yang tingga Bersama keluarga/pasangan Wanita.
......Sexually Transmitted Infections have a major impact on sexual and reproductive health worldwide. More than 30 different bacteria, viruses and parasites are known to be transmitted through sexual contact, including vaginal, anal and oral sex. The majority of syphilis patients are men, 54%. The number of PIMS cases among MSM is 6,997 people (Ministry of Health, 2022). In 2023, West Java have a total of 3,186 syphilis cases. This study aims to determine the factors that influence the incidence of syphilis which are grouped into biological and demographic factors, behavioral factors, health access factors, and social environment. This research is a cross sectional study using secondary data sourced from 2018/2019 IBST data. The results of this study were that 11.33% of respondents were positive for syphilis. 27% of respondents were HIV+, 5% Hepatitis B+ and 0.2% Hepatitis C+, 34% of respondents sold sex and 10% bought sex. As many as 78% did not undergo STI testing, 56% did not undergo STI treatment, 70.1% of respondents were not exposed to information, and 65% lived with their partner/family. In the results of the analysis, it was found that the factors that had an influence were HIV status ((PR=2.77; 1.815-4.250) and living with a male/transgender friend/partner (PR= 1.181; 0.555-2.512) and living alone (PR= 2.1 ; 1,338-3,289) tend to be more at risk of suffering from syphilis than respondents who live with their family/partner."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Handayani
"

Tujuan: Mengetahui keterkaitan antara faktor risiko perilaku seksual dan temuan oral dengan kejadian sifilis pada populasi lelaki seks lelaki (LSL) yang berkunjung di Puskesmas Cibodasari Kota Tangerang.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain case control. Data jumlah responden LSL dengan status penyakit sifilis dan tidak sifilis dari Januari – Desember 2017 dikumpulkan. Kemudian di recall oleh tenaga penjangkau program Voluntary Counselling Testing (VCT) yang menyetujui ikut serta dalam penelitian. Responden mengisi kuesioner terkait data pribadi dan perilaku seksual mereka yang telah dilakukan selama 12 bulan terakhir, mengingat kelainan di genital, anal dan oral selama 12 bulan terakhir yang serupa dengan gambar yang disiapkan, dilanjutkan pemeriksaan rongga mulut.

Hasil: LSL dengan riwayat sifilis 80 orang sedangkan tidak terinfeksi IMS sebanyak 175 orang. Namun yang menjadi resposden untuk kelompok kasus 44 orang dan kelompok kontrol 52 orang. Sekitar 60-80% responden adalah yang berusia < 30 tahun, belum menikah, pendidikan terakhir SMA, dan bekerja sebagai pegawai swasta. Analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan beberapa perilaku seksual dengan kejadian sifilis yaitu perilaku seks oral-anal, oral-penis, pesta seks, seks berbayar, menyikat gigi dan berkumur sebelum dan sesudah hubungan seksual, serta penggunaan kondom dan pelumas. Analisis multivariat diketahui 7 variabel yang mempunyai peluang terhadap kejadian sifilis yaitu oral-penis (B. 4,116; sig. 0,019;  OR 61,306), seks berbayar (B. 4,116; sig. 0,002; OR 61,296), penggunaan sabun antiseptik (B. -3,160; sig. 0,068; OR 0,042), konsumsi antibiotik (B. 3,290; sig. 0,009; OR 26,853), penggunaan obat kumur (B. 2,449; sig. 0,048; OR 11,581), ulkus traumatik (B. 2,983; sig. 0,061; OR 19,752), dan status sunat (B. -2,699; sig. 0,086; OR 0,067).

Kesimpulan: Terdapat perilaku seksual yang berisiko menular sifilis serta temuan oral yang terkait sifilis dan tidak sifilis.


Objectives : This thesis aims to determine the correlation risk factors of seksual behavior and oral findings of syphilis disease in man who have seks with man (MSM) who visited the Cibodasari Public Health Center Tangerang City.

Methods : This is an observational analytical research and case control design. We had collected MSM with syphilis history from January to December 2017. We had support by the Voluntary Counseling Testing (VCT) program to recall and asked them to join in our research. Subjects were asked to answers the question about personal informasion and seksual behavior and history diseases that similar to the prepared picture  during the last 12 months, and then followed by oral examination.

Results : About 60-80% of respondents are aged <30 years old, unmarried, senior high school, and mployees. Bivariate analysis showed a significant association of some seksual behaviors with syphilis, oral-anal, oral-penis, seks party, seks commercial, brushing teeth and gargling before and after seksual intercourse, and the using condoms and lubricants. A multivariate analysis was known to be 7 variables that had an opportunity to syphilis incidence of oral-penis (B. 4,116 sig, 0.019 OR 61,306), seks commercial (B. 4,116 sig 0,002 OR 61,296), using antiseptic soap (B. -3,160 sig. OR 0.042), concumsing antibiotic (B. 3,290 sig .009 OR 26,853), using mouthwash (B. 2.449 sig .048 OR 11,581), and traumatic ulcers (B. 2.983 sig 0.061 OR 19.752).

Conclusion : There are seksual behaviors that are at risk of transmitting syphilis and oral findings related to syphilis and not syphilis.

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Butar Butar, Marta
"Latar Belakang : Berdasarkan angka kejadian sifilis pada kelompok LSL yang tercatat pada STBP Tahun 2011 cenderung meningkat sebesar 9 % (dari 4% menjadi 13%) dibandingkan STBP Tahun 2007. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis prediktor kejadian sifilis pada populasi LSL yaitu umur, tingkat pendidikan, status HIV, penggunaan kondom, konsumsi Napza/Napza suntik, konsumsi alkohol, jumlah pasangan seks dan pemeriksaan IMS.
Metode : Desain Penelitian cross sectional menggunakan data sekunder dari STBP 2015. Data di analisis dengan Cox regresion. Populasi penelitian yaitu kelompok LSL yang berasal dari 10 kabupaten/kota dengan jumlah sampel responden yaitu 1495 orang.
Hasil : Proporsi infeksi Sifilis pada kelompok LSL pada 10 kabupaten/kota di Indonesia adalah 15,7%. Ada hubungan yang bermakna antara status HIV (PR 2,05 (95% CI 1,58-2,66), Umur (20-24 tahun (PR 2,45, 95% CI 1,07-5,64), 25-29 tahun (PR 3,01, 95% CI 1,30-6,95), > 30 tahun (PR 2,42, 95% CI 1,04-5,65) dibandingkan LSL umur 15-19 tahun) dengan kejadian infeksi sifilis pada LSL dan ada interaksi antara alkohol dan pendidikan (LSL berpendidikan rendah yang minum alkohol (PR Interaksi 0,47 95% CI 0,23-0,96), LSL berpendidikan rendah tidak minum alkohol (PR Interaksi 1,34 95% CI 0,94-1,90) dan LSL berpendidikan tinggi yang minum alkohol (PR Interaksi 1,4 95% CI 1,03-1,90) dibandingkan LSL yang berpendidikan tinggi yang tidak minum alkohol) dengan kejadian infeksi sifilis pada LSL sedangkan penggunaan kondom, Napza/Napza suntik, jumlah pasangan seks lelaki dan pemeriksaan IMS tidak berhubungan secara statistik dengan nilai p > 0,05 dengan kejadian sifilis.
......Background : Based on the incidence of Syphilis in delayed groups of MSM in STBP 2011 the symptoms increased by 9% (from 4% to 13%) compared to STBP Year 2007. The purpose of this study was predictors of syphilis infection in MSM population, age, education level, HIV status, Condoms, intake / drug consumption, alcohol consumption, number of sex partners and STI examination.
Method: The cross sectional study design used secondary data from STBP 2015. The data were analyzed by Cox regression. The population of the study were MSM group from 10 districts / cities with 1495 respondents.
Results: The proportion of Syphilis infections in MSM in 10 districts / cities in Indonesia was 15.7%. There was a significant relationship between HIV status (PR 2.05 (95% CI 1.58-2.66), Age (20-24 years (PR 2.45, 95% CI 1.07-5.64), 25 - 29 years (PR 3.01, 95% CI 1.30-6.95),> 30 years (PR 2.42, 95% CI 1.04-5.65) compared with men aged 15-19 years) with syphilis infection in MSM and there is an interaction between alcohol and education (low educated MSM who drink alcohol (PR Interaction 0.47 95% CI 0.23-0.96), low educated MSM who not drink alcohol (PR Interaction 1.34 95 % CI 0.94-1.90) and high educated MSM who drink alcohol (PR Interaction 1,4 95% CI 1.03-1.90) than high educated MSM who not drink alcohol with syphilis infection in MSM while condom use, drug/ injecting drug, number of male sex partners and STI examination were not statistically correlated (p> 0,05) with syphilis infection."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
T48311
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library