Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 10 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Firmansyah
"Stabilititas dan keberlangsungan ( sustainability) inernational-equity-joint-venture (IEJV) sangat dipengaruhi , kalau tidak ditentukan, oleh bagaimana mekanisme kontrol manajemen yang dilakukan oleh perusahaan induk (parents companies). Berdasarkan studi literature, saya membedakan antara dua tipe mekanisme kontrol manajemen: dual dan single manajemen kontrol. Dalam artikel ini, penulis membangun model berdasarkan sebuahpremis bahwa mekanisme kontrol manajemen yang dilakukan oleh perusahaan induk akan mempengaruhu proses kognitif dari Top-Management-Team (TMT) dalam IEJV selama proses pengambilan keputusan strategis. Kontrol manajemen 'dual' membuat proses kognitf TMT lebih kompleks dan beragam dibandingkan dengan kontrol manajemen 'single'. Hal ini membuat konflik kognitif dalam kontrol manajemen 'dual' lebih intens dibandingkan dengan kontrol manajemen 'single'.
"
2006
MUIN-XXXV-3-Mar2006-25
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Rezki Hendrawan
"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh karakteristik Top Management Team (TMT) terhadap nilai perusahaan pada perusahaan BUMN dan TBK. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 286 perusahaan yang terdiri dari 193 perusahaan BUMN dan 93 perusahaan TBK. Metode pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampling pada rentang waktu 2012 sampai dengan 2016. Karakterisik yang dicakup dalam penelitian ini adalah Usia, Gender, Tingkat Pendidikan, Kesesuaian Pendidikan, Ukuran Dewan, dan Masa Jabatan. Sedangkan nilai perusahaan dilihat dari Return on Assets (ROA). Bukti empiris yang didapatkan pada penelitian ini adalah terdapat karakteristik TMT yang memiliki pengaruh sama dan juga berbeda pada perbandingan perusahaan BUMN dan perusahaan Terbuka. Persamaan pengaruh karakteristik TMT ditemukan pada karakter keberadaan anggota Direksi perempuan yang berdampak negatif pada ROA. Sedangkan karakter TMT yang lain seperti usia, tingkat pendidikan, kesesuaian pendidikan, masa jabatan serta ukuran anggota TMT memiliki pengaruh yang berbeda pada perusahaan BUMN dan perusahaan Terbuka baik di tingkat Direksi maupun Dewan Komisaris. Karakter TMT yang lebih  berpengaruh negatif pada kinerja perusahaan BUMN dibanding perusahaan Terbuka adalah usia dan masa jabatan. Sementara karakter TMT yang lebih berpengaruh negatif pada perusahaan Terbuka dibanding perusahaan BUMN adalah karakter tingkat pendidikan, kesesuaian pendidikan dan ukuran anggota TMT.

This study aims to determine the effect of Top Management Team (TMT) characteristics on the value of companies in state-owned enterprises and TBK. The sample used in this research is 286 companies consisting of 193 state enterprises and 93 companies TBK. Sampling method using purposive sampling in the period 2012 to 2016. Characteristics covered in this study are Age, Gender, Education Level, Education Suitability, Board Size, and Term of Office. While the value of the company seen from Return on Assets (ROA). Empirical evidence obtained in this study is that there are TMT characteristics that have the same effect and also different on the comparison of state-owned companies and companies Open. The similarity effect of TMT characteristic is found on the character of the existence of female Directors member which has negative impact on ROA. While other TMT characters such as age, educational level, suitability of education, tenure and size of TMT members have different influence on SOEs and Open companies both at the Board of Directors and Board of Commissioners. TMT characters that have more negative effect on the performance of BUMN companies than Open companies are age and tenure. While TMT characters that have more negative effect on Open companies than state-owned companies are the character of education level, education suitability and size of TMT members.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nicholas Hardi
"Latar Belakang
Game online berpotensi menimbulkan masalah perilaku berupa internet gaming disorder (IGD). Gangguan ini berdampak terhadap kesehatan fisik dan psikologis, termasuk hendaya kognitif berupa hendaya kontrol inhibisi dan fleksibilitas kognitif. Dewasa muda merupakan usia pematangan otak prefrontalis yang mengatur perilaku. Prevalensi adiksi game di Jakarta sebesar 30,8% pada fakultas kedokteran (FK). Belum ada studi yang menilai fungsi kognitif pada populasi ini di Indonesia. Studi ini mencari hubungan antara IGD dengan fungsi kognitif pada mahasiswa FK.
Metode
Penelitian dilakukan secara potong lintang. Sebanyak 664 subjek berasal dari mahasiswa FK Universitas Indonesia ditentukan dengan stratified random sampling. Penegakkan diagnosis IGD menggunakan kuesioner self rating Ten-Item Internet Gaming Disorder. Subjek yang memenuhi kriteria akan menjalani wawancara terstruktur dengan Mini International Neuropsychiatric Interview for International Classification of Disease-10 untuk menyingkirkan komorbiditas gangguan psikiatri. Pemeriksaan kognitif menggunakan trail making test B (TMT-B) virtual. Pemeriksaan kognitif dilakukan pada 12 subjek dengan IGD dan 12 subjek tidak IGD.
Hasil
Ditemukan prevalensi IGD sebesar 2,4%. Proporsi laki – laki sebanyak 62,5%, durasi bermain game 20 jam atau lebih setiap minggu dan yang bermain game pertama kali sebelum 12 tahun sebanyak 93,8%, bermain game online sebanyak 81,3%, yang bergabung dalam komunitas game sebanyak 31,3%, dan subjek bermain dengan ponsel pintar sebanyak 87,5% pada kelompok IGD. Tidak ada hubungan IGD dengan fungsi kognitif yang signifikan secara statistik. Kelompok IGD memiliki rerata durasi menyelesaikan TMT-B yang lebih panjang dibandingkan kelompok tanpa IGD. Nilai reratanya adalah 52,25 detik (SB 16,1) dan 44,67 detik (SB 14,2). Terdapat tiga subjek dari kelompok IGD yang mengalami hendaya fungsi kognitif.
Diskusi
Temuan studi ini sejalan dengan studi lainnya yang tidak menemukan hubungan yang bermakna antara IGD dan TMT-B secara statistik. Namun secara klinis, kelompok IGD memiliki fungsi kognitif yang lebih buruk dibandingkan kelompok tidak IGD. Hendaya kognitif pada kelompok IGD dalam studi ini tidak berasal dari gangguan psikiatri lain. Studi ini tidak menilai hubungan tingkat keparahan IGD dengan fungsi kognitif.

Introduction Online game potentially evokes behavioral problems called internet gaming disorder (IGD). This disorder inflicts physical and psychological consequences, including cognitive impairments such as inhibition control and cognitive flexibility impairment. Early adulthood is the prime time for prefrontal cortex maturation. The prevalence of medical students with game addiction in Jakarta was 30.8%. There was no data regarding cognitive function in this population in Indonesia. This research aims to identify the association between IGD and cognitive functions in Indonesian medical students.
Methods
We conducted cross-sectional research. A considerable size of 664 medical students of Universitas Indonesia was selected by stratified random sampling. Self-rated Ten-Item Internet Gaming Disorder was used to screen for IGD. Subjects who met IGD criteria were systematically interviewed with Mini International Neuropsychiatric Interview for International Classification of Disease-10 to exclude any psychiatric comorbidities. Cognitive functions were measured by virtual trail making test B (TMT-B). The test was performed on 12 subjects with IGD and 12 without.
Results
The prevalence of IGD was 2.4%. The proportion of male subjects was 62.5%, gaming duration 20 hours per week or more and onset of gaming before 12 years old were 93.8%, engaging in online games was 81.3%, joining game community was 31.3%, and gaming using a mobile phone was 87.5% in IGD group. There was no statistically significant association between IGD and cognitive function. IGD group took longer to finish TMT-B than the control group. The mean times were 52.25 seconds (SD 16.1) and 44.67 seconds (SD 14.2), respectively. Three subjects in IGD group had cognitive impairment.
Discussion
The study results were consistent with other studies that found no statistical significance between IGD and TMT-B. However, clinically, the IGD group showed worse cognitive performance than the without IGD group. Cognitive impairment in the IGD group was not better explained by other psychiatric disorders. This study did not analyze further whether the severity of IGD corresponds to cognitive functions.
"
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rani Agias Fitri
"Teori need to belong dan gap informasi kurang tepat digunakan untuk menjelaskan terjadinya keingintahuan sosial sehingga diperlukan teori lain yang lebih tepat, yaitu Terror Management Theory (TMT). Dalam TMT, keingintahuan sosial berperan sebagai mekanisme penahan kecemasan kematian karena memberikan proteksi berupa dimilikinya rasa keabadian simbolik biososial. Dilakukan dua studi dengan partisipan berusia 18 sampai 59 tahun untuk membuktikan peran keingintahuan sosial ini. Studi 1 merupakan penelitian korelasional, yang didasari gap penelitian tentang arah hubungan kecemasan dengan keingintahuan. Hasil studi 1 menunjukkan kecemasan interaksi sosial, fobia sosial, dan kecemasan kematian dapat memprediksi keingintahuan sosial dengan arah positif. Studi 2 merupakan penelitian eksperimental, yang didasari oleh hipotesis saliensi mortalitas dalam TMT. Hasil studi 2 menunjukkan bahwa saliensi mortalitas dapat meningkatkan keingintahuan sosial yang bertujuan mewujudkan keabadian simbolik biososial. Penelitian ini berhasil mengatasi gap teoretis dalam menjelaskan mekanisme terjadinya keingintahuan sosial. Keingintahuan sosial berkontribusi terhadap kesehatan mental karena menjadi sarana coping terhadap kecemasan.

The need to belong and the information gap theory are not sufficient to explain the occurrence of social curiosity. Hence, we need another theory which is more suitable, namely the Terror Management Theory (TMT). In TMT, social curiosity acts as a coping mechanism against death anxiety because social curiosity creates a sense of biological symbolic immortality for those who can fulfill it. Two studies were conducted with participants aged 18 to 59 years to prove the role of social curiosity. Study 1 was a correlational study, which was based on a gap in our knowledge about the direction of the relationship between anxiety and curiosity. The results of study 1 showed that social interaction anxiety, social phobia, and death anxiety can predict social curiosity in a positive direction. Study 2 was an experimental study, which was based on the mortality salience hypothesis in TMT. The results of study 2 showed that mortality salience can increase social curiosity which aims to realize biosocial symbolic immortality. This study succeeded in overcoming the theoretical gap in explaining the mechanism of social curiosity. Social curiosity contributes to mental health by being a means of coping with anxiety."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meidy Wardini Arisawan
"Sejumlah penelitian telah mempelajari pergantian Top Management Team (TMT) dalam perusahaan target setelah akuisisi dan mengembangkan topik tersebut selama lebih dari 30 tahun karena tingginya relevansi masalah ini terhadap topik Manajemen Sumber Daya Manusia. Bagian dari pengembangan studi tersebut menghasilkan topik ini menjadi lebih dinamis dan karena itu rentan terhadap berbagai definisi ide dan konsep yang sama, serta mengarah pada hasil yang bertentangan. Studi ini bertujuan untuk meninjau secara sistematis dan kritis sejumlah studi yang relevan dan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana mempertahankan Top Management Team (TMT) dari perusahaan target dengan menguraikan faktor-faktornya. Dalam karya ini, saya mengidentifikasi celah dari topik ini, temuan baru, dan rekomendasi untuk penelitian di masa depan berdasarkan 30 artikel yang diterbitkan di 17 jurnal manajemen dan internasional terkemuka dari tahun 1988 hingga 2019.
Numerous research have studied the target company`s Top Management Team (TMT) turnover following acquisition and developed the topic for more than 30 years due to its high relevancy of a human resource issue. Part of the development resulted in the topic becoming more volatile and therefore susceptible to various measurements of the same ideas and concepts, as well as leading to contradictory results. This study aims to systematically and critically review relevant studies and provide a better understanding on how to retain TMTs of target companies by outlining the factors. I identified existing gaps, new findings, and future research directions on the basis of 30 articles published in 17 top management and international business journals from 1988 to 2019."
2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Adrian Hanif Widodo
"Komposisi dari Top Management Team (TMT) merupakan salah satu pendorong kinerja perusahaan. Salah satu aspek kunci dalam komposisi TMT adalah pendidikan. Pendidikan dalam TMT merupakan pendorong kinerja perusahaan karena itu mendorong inovasi perusahaan dan merupakan bakat TMT untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh perusahaan .Keragaman pendidikan dapat membantu kinerja perusahaan karena memberikan pemahaman yang luas untuk situasi yang kompleks. Sedikit penelitian telah dilakukan dalam memahami hubungan antara keragaman pendidikan dan kinerja perusahaan. Saya merancang hipotesis saya berdasarkan penelitian sebelumnya, dengan teori Upper Echelon sebagai landasan saya. Untuk lebih memperjelas hasil, saya memilih masa jabatan CEO sebagai variabel moderator. Untuk menjawab pertanyaan penelitian, saya merancang data set dengan Tingkat Pengembalian Aset dan komposisi TMT tahun 2017 dari 96 perusahaan Indonesia yang terdaftar dalam indeks komposit Kompas100 dan menganalisis data dengan regresi linier berganda. Walaupun hasilnya tidak dapat menunjukkan bahwa keragaman pendidikan TMT yang tinggi mengarah pada kinerja perusahaan yang lebih baik, ini berimplikasi bahwa pendidikan TMT dan masa jabatan CEO memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan.

Top Management Team (TMT) composition is a driver in firm performance. One key aspect in TMT composition is education. Education in TMT is a driver in firm performance as it drives the firm`s innovation and is a resource for the TMTs to face the challenges of the firm. Education diversity can help the firm performance as it gives a wide array of understanding for complex situations. Little research has been conducted in understanding the relationship between education diversity and firm performance. I designed my hypothesis based on previous research, with Upper Echelon Theory as my foundation. To better explain the results, I chose CEO tenure as a moderating variable. To address the research question, I designed a dataset with the 2017 Return on Assets and the TMT composition of 96 Indonesian firms listed in the Kompas100 composite index and analyzed the data with multiple linear regression. While the result could not show that high TMT education diversity does lead towards a better firm performance, it has implications that TMT education and CEO Tenure does have an effect on firm performance. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Hendra Supriawan
"Latar belakang : Sepak bola merupakan olahraga open motor skill sehingga harus memiliki atensi dan memori kerja yang baik untuk menghadapi lingkungan pertandingan yang dinamis. Pemain yang berpengalaman akan mempunyai level atensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pemain yang tidak pengalaman. Memori kerja menggambarkan kemampuan seorang atlet dalam mempersepsikan informasi sensoris menjadi sebuah aksi yang bertujuan sehingga akan mempengaruhi performa atlet. Di Indonesia belum ada pemeriksaan objektif mengenai hal ini. Tujuan penelitian mengetahui performa atensi dan memori kerja pada atlet sepak bola berdasarkan pemeriksaan Trail Making Test (TMT) B, Letter Cancellation Test (LCT) dan neurofisiologis event-related potential (ERP) P300.
Metode Penelitian : Studi potong lintang yang membandingkan atlet sepak bola liga 3 dengan kelompok non-atlet untuk mengidentifikasi waktu tercepat melakukan tugas TMT B, LCT dan performa P300 seperti latensi, simetrisitas kedua hemisfer, kecepatan reaksi serta tingkat kesalahan berdasarkan omission error dan commission error. Analisa menggunakan uji t test berpasangan, Wilcoxon dan uji Fisher
Hasil : Dari 14 subjek pada masing masing kelompok, waktu pengerjaan LCT pada atlet cenderung lebih cepat namun tidak bermakna (p=0,168), lebih lama pada TMT B (p=615), latensi P300 lebih cepat pada semua sadapan kecuali di FP2 dan bermakna pada daerah temporal (T3, T5,T6), parietal (Pz) dan oksipital (01), latensi P300 yang simetris di semua sadapan dan amplitudonya P300 yang simetris dibandingkan non-atlet yang terdapat frontal asimetris serta tingkat ketelitian yang lebib baik dengan tidak adanya kesalahan pada omission error (0 vs 4subjek ) dan sedikitnya kesalahan pada commission error (2 vs 6 subjek).
Kesimpulan : Pemerikaan ERP P300, TMT B dan LCT dapat digunakan sebagai pemeriksaan objektif untuk menilai atensi dan memori kerja pada atlet sepak bola. Latensi yang lebih cepat dan simetris, amplitudo frontal yang simetris, tingkat kesalahan yang sedikit menunjukkan performa atensi dan memori kerja yang cepat dan akurat, namun belum tergambarkan secara fenotip (TMT B dan LCT).

Background : Football is an open motor skill sport, therefore to compete in a fast-paced atmosphere, you'll need to pay close attention and have an excellent working memory. Players with more experience will pay more attention than inexperienced players. Working memory is the term used to characterize an athlete's capacity to translate sensory information into intentional action that will impact performance. There hasn't been any impartial investigation of this issue in Indonesia. Using the Trail Making Test (TMT) B,
Letter Cancellation Test (LCT), and neurophysiological event related potential (ERP) P300 tests, the study's objective was to assess soccer players' attention and working memory
abilities.
Method : To determine the quickest time to complete TMT B, LCT, and P300 performance tasks, such as latency, symmetry of both hemispheres, reaction time, and error rate based on omission error and commission error, a cross-sectional study compared groups of league 3 soccer players with non-athlete groups in Indonesia. analysis utilizing the
Wilcoxon, paired t tests and Fisher.
Results : Of the 14 subjects in each group, the time for LCT processing in athletes tended to be faster but not significant (p=0.168), longer in TMT B (p=0,615), P300 latency was faster in all leads except in FP2 and significant in the temporal (T3, T5, T6), parietal (Pz) and occipital (01), symmetrical P300 latency in all leads and symmetrical P300 amplitude compared to non-athletes who have frontal asymmetry and a better level of accuracy with no errors in omission error (0 vs 4 subjects) and least error on commission error (2 vs 6 subjects).
Conclusion : Soccer players' attention and working memory can be evaluated objectively by looking at their ERP P300, TMT B, and LCT. Although not yet phenotypically defined (TMT B and LCT), faster latency and symmetrical, symmetrical frontal amplitude, reduced mistake rate, imply rapid and accurate attentional and working memory function.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Jatmiko Utomo
"Salah satu peran paling penting pemimpin perusahaan adalah menghasilkan keputusan stratejik yang efektif. Keputusan stratejik yang dihasilkan akan menentukan tingkat daya saing perusahaan di dalam industri. Telah diketahui secara luas bahwa kepercayaan dan kolaborasi antar Top Management Team (TMT) memberikan dampak penting terhadap proses pengambilan keputusan stratejik. Selain itu juga diketahui bahwa proses pengambilan keputusan secara rasional komprehensif akan menentukan efektivitas keputusan yang dibuat oleh TMT.
Tujuan dari riset ini adalah mempelajari bagaimana hubungan kepercayaan dan kolaborasi antar anggota TMT terhadap seberapa komprehensif proses pengambilan keputusan yang mereka lakukan. Studi empiris telah dilakukan dengan mengembangkan model penelitian bagaimana proses pengambilan keputusan stratejik dilakukan di perusahaan tambang di Indonesia. Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan Structural Equation Model (SEM) untuk menganalisa 267 responden yang mewakili perusahaan tambang, baik perusahaan tambang Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun perusahaan tambang swasta.
Penelitian menemukan bahwa TMT Collaboration menjadi mediator dari TMT Trust terhadap proses pengambilan keputusan yang rasional komprehensif. Untuk membuat proses pengambilan keputusan yang efektif, TMT harus memiliki kepercayaan dan kolaborasi yang tinggi antar mereka. Selain itu, proses pengambilan keputusan harus dilakukan secara komprehensif baik prosesnya maupun pembahasan isi keputusan yang akan dibuat.

Studi ini memberikan kontribusi kepada dunia akademis khususnya di bidang pembuatan keputusan stratejik. Temuan penelitian tentang hubungan TMT Trust dan TMT Collaboration terhadap pengambilan keputusan secara komprehensif baik proses dan pembahasan isi (Content) akan memperkaya literatur bagaimana meningkatkan kinerja organisasi dengan melakukan proses pengambilan keputusan yang optimal dan efektif. Kontribusi manajerial dihasilkan dari model proses pengambilan keputusan stratejik yang optimal yang dapat diterapkan di perusahaan untuk meningkatkan kinerja organisasi.


One of the most important roles of top management in the organization is how effective the strategic decision they make. The strategic decision will determine the competitiveness of the company in the industry. It is widely known that trust and collaboration of Top Management Team (TMT) generates positive impacts in the strategic decision making process. It is also known that rational process determines the effectiveness of decision that been made by TMT.
The aim of this research is to study the relations between TMT’s trust and collaboration toward rational comprehensive on strategic decision making process. An empirical study has been undertaken to develop a model on how to make the effective strategic decision making process for mining companies. This study utilizes Structural Equation Model (SEM) Lisrel methodology to analyze 267(two-hundred and sixty-seven) respondents representing mining companies in Indonesia.
This study has found that TMT collaboration being a mediator of TMT trust to rational strategic decision making. To develop an effective strategic decision making process, TMT must possess a high trust and collaboration, as well as a high process and content comprehensiveness.
This study contributes to existing literature on strategic management, especially the strategic decision making. The finding generated from TMT trust and collaboration relation to comprehensiveness process and content will certainly enrich the literature on how to improve organizational performance by means of conducting optimal and effective strategic decision making process. The insight produced from this study will provide managerial advise by proposing an optimal model of strategic decision making process that could boost company performance.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2019
D2668
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Daffa Asaddin
"Penelitian ini bertujuan untuk menemukan hubungan antara keragaman kebangsaan tim manajemen puncak (TMT) dan kinerja sosial perusahaan (CSP) di negara-negara pasar berkembang Asia. Di penelitian ini, tim manajemen puncak didefinisikan sebagai dewan direksi. Penelitian ini menggunakan Teori Eselon Atas (Upper Echelon Theory) sebagai landasan untuk argumentasi bahwa hasil kinerja perusahaan dipengaruhi oleh karakteristik manajemen.
Hipotesis yang diteliti termasuk dimensi kultural Hofstede (Hofstede's cultural dimensions) berupa kolektivisme (collectivism), jarak kekuasaan (power distance), dan orientasi jangka panjang dan jangka pendek (long-term and short-term orientation).
Literatur terdahulu menunjukkan hasil yang inkonklusif perihal dampak keragaman kebangsaan tim manajemen puncak dan kinerja sosial perusahaan, sehingga memotivasi penelitian ini lebih lanjut. Sebanyak 70 perusahaan dari 7 negara pasar berkembang Asia dimasukkan dalam analisis regresi cross-sectional (cross-sectional regression analysis).
Hipotesis pertama dan kedua secara statistik tidak signifikan, sementara hipotesis ketiga secara statistik signifikan, menunjukkan hubungan positif antara dewan direksi yang berorientasi jangka panjang terhadap kinerja sosial perusahaan. Penelitian lebih lanjut masih memungkinkan karena penelitian ini masih menunjukkan hasil yang secara statistik tidak signifikan.

This study aims to discover the relationship between top management team (TMT) nationality diversity and corporate social performance (CSP) in Asian emerging market countries. In this study, TMT is defined as the board of directors. Using the Upper Echelon Theory as a foundation for the argument that a firm’s outcomes are affected by their management’s characteristics, the hypotheses include selected Hofstede’s cultural dimension values of collectivism, power distance, and long-term vs. short-term orientation. Previous literature has inconclusive results regarding the impact of TMT nationality diversity and CSP, motivating this study further. A total of 70 firms from 7 Asian emerging market countries were included in the cross-sectional regression analysis. The first and second hypotheses were statistically insignificant, while the third hypothesis was statistically significant, showing a positive relationship between long-term oriented board of directors and CSP. Future research is still possible since this study still yields insignificant results.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Simanjuntak, Riswandi
"Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengkaji peran perubahan strategis terhadap kinerja perusahaan Ericsson melalui pembelajaran organisasi, yang mana dalam membentuk perubahan strategis yang kuat diperlukan kapabilitas pengetahuan TMT, komitmen organisasi dan kepemimpinan transformasional. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Data dikumpulkan dari 92 bisnis unit di 23 wilayah cabang Ericsson di Kawasan Asia & Australia. Penelitian ini menggunakan analisis Structural Equation Modeling ( SEM ), di mana hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kapabilitas pengetahuan TMT dan komitmen organisasi terhadap perubahan strategis. Perubahan strategis juga memiliki hubungan positif yang secara tidak langsung signifikan terhadap kinerja melalui pembelajaran organisasi dan juga perubahan strategis memiliki hubungan positif langsung yang signifikan terhadap kinerja. Namun kepemimpinan transformasional tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap perubahan strategis. Beberapa faktor yang menghambat kepemimpinan transformasional di Ericsson antara lain keterbatasan otoritas wewenang dan perbedaan budaya antara pemimpin dengan wilayah kepemimpinan. Keterbatasan tersebut yang mendorong tidak optimalnya pembentukan perubahan strategis dan kinerja perusahaan melalui kepemimpinan transformasional yang dimiliki.

The main objective of this research is to examine the role of strategic change on Ericsson's company performance through organizational learning, which in forming strong strategic change requires TMT knowledge capability, organizational commitment and transformational leadership. This study uses a quantitative and qualitative approach. Data is collected from 92 business units in Ericsson's 23 regional branches in the Asia & Australia Region. This study uses Structural Equation Modeling (SEM) analysis, where the results of the analysis show that there is a significant positive relationship between TMT knowledge capability and organizational commitment to strategic change. Strategic change also has a significant positive indirect relationship to performance through organizational learning and strategic change also has a significant direct positive relationship to performance. However, transformational leadership does not have a significant effect on strategic change. Some of the factors that hinder transformational leadership at Ericsson include limited authority and cultural differences between leaders and leadership areas. These limitations have led to the non-optimal formation of strategic changes and company performance through their transformational leadership."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library