Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Danan Purnomo
Abstrak :
Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan sebagai satu-satunya institusi Departemen Kehakiman yang langsung menangani bidang peraturan perundang-undangan mempunyai fungsi: Perencanaan, Perancangan, Pengharmonisasian, Pemantauan, Evalusasi dan Pembinaan, Pelayanan dan Pembimbingan, Penyusunan dan Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Untuk melaksanakan fungsi yang sangat strategis tersebut harus didukung oleh Sumber Daya . Manusia khususnya tenaga teknis perancang peraturan perundang-undangan (yang selanjutnya disebut dengan perancang peraturan perundang-undangan) yang handal dan berkualitas serta berwawasan luas yang mampu menghadapi gejala sosial politik masyarakat yang lebih jauh akan berpengaruh pada, efektifitas peraturan perundang-undangan. Untuk itu diperlukan usaha pengembangan Sumber Daya Manusia tenaga perancang peraturan perundang-undangan dalam rangka efektifitas tugas pokok dan fungsi Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan. Banyak hal yang dapat mempengaruhi dan erat hubungannya dengan peningkatan kualitas, kinerja atau kompetensi tenaga perancang peraturan perundang-undangan. Namun pengamatan sementara. penulis dan didasarkan pada kenyataan yang ada menunjukkan bahwa hal-hal yang dapat mempengaruhi peningkatan kompetensi tenaga perancang peraturan perundang-undangan yang sangat signifikan adalah pelatihan dan pengalaman kerja. Pelatihan merupakan suatu kegiatan yang diiakukan terhadap perseorangan maupun organisasi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap sehingga yang bersangkutan dapat menjadi terbiasa terampil dan mahir dalam melakukan pekerjaannya. Pelatihan diberikan kepada pegawai yang baru diterima ataupun yang sudah menjadi pegawai guna memperkenalkan dan memahami tugas yang akan dikerjakan, kewajiban didalam melaksanakan suatu pekerjaan tertentu. (Pangabean, 2002: 17). Seorang perancang peraturan perundang-undangan yang telah mengikuti pelatihan penyusunan dan perancangan peraturan perundang-undangan atau legislative drafter lainnya akan lebih mampu dari pada yang belum pernah mengikuti pelatihan penyusunan dan perancangan peraturan Perundang-undangan atau legislative drafting lainnya. Disisi lain faktor pengalaman kerja akan berpengaruh dalam mendukung peningkatan kompetensi seorang perancang peraturan perundang-undangan balk dan segi substansi maupun dari teknis legislative drafting. Melalui penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif berdasarkan data kuantitatif dan kualitatif, karena penelitian ini adalah merupakan persepsi dari pegawai tentang pelatihan, pengalaman kerja dan kompetensi Sumber Daya Manusia perancang peraturan perundang-undangan pada Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI. Terhadap data yang kuantitatif tersebut dilakukan uji melalui sarana SPSS untuk mengetahui hubungan antara variabel-variabel X1 terhadap Y, Xz terhadap Y dan XI, X2 terhadap Y. Tehnik korelasi dalam penelitian ini digunakan untuk melihat hubungan yang terjadi antara satu variabel bebas dengan variabel yang lainnya. Derajat hubungan yang terjadi dinamakan korelasi. Jika nilai suatu variabel naik sedang nilai lainnva menurun, maka kedua variabel tersebut mempunyai korelasi negatif. Sebaliknya jika nilai suatu variabel naik atau turun diikuti dengan kenaikan atau menurunnya nilai variabel lain maka kedua variabel tersebut mempunyai korelasi positip. Derajat atau tingkat hubungan antara dua variabel diukur dengan menggunakan indeks korelasi, yang disebut koefisien korelasi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Pelatihan dengan kompetensi tenaga teknis perancang peraturan perundang-undangan, hubungan antara pengalaman kerja dengan kompetensi tenaga teknis perancang peraturan perundang-undangan, dan untuk mengetahui hubungan antara pelatihan dan pengalaman kerja dengan kompetensi tenaga teknis perancang peraturan perundang-undangan. Dalam hal ini terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara pelatihan dengan kompetensi Sumber Daya Manusia perancang peraturan perundang-undangan. Ada hubungan yang positif dan signifikan antara pengalaman kerja dengan kompetensi Sumber Daya Manusia perancang peraturan perundang-undangan, dan ada hubungan yang positif dan signifikan antara pelatihan dan pengalaman kerja dengan kompetensi Sumber Daya Manusia peraneang peraturan perundang-undangan.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T13792
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sirait, Robert Wesley Sihar
Abstrak :
Fokus penelitian ini adalah untuk mengetahui Kecendrungan upah dan total penghasilan alumni BBLKI Setang berdasarkan karakteristik individu denga menggunakan respond alumni BBLKI dari angkatan pertama (I) sampai dengan alumni angkatan ke enam (VI) dengan jumlah populasi 236. Dari hasil penyebaran kuisioner tertutup dan terbuka, kuisioner yang kembali sebanyak 120. Hasil penelitian upah terhadap variabcl bebas: bidang pelatihan, kesesuaian peladhan, pernah tidaknya pelatihan dipemsahaan, status kexja, pengalaman keija, jenis Industri, status kawin, pindah kelja, dan IPK (indeks prestasi); mcnunjukkan bahwa variabel yang signiiikan adalah bidang pelatihan, Slatus kelja., dan pindah keija. Kecendrungan mereka yang di bidang pelatihan melcanik industri lebih tinggi 2.93 kali terhadap mereka yang di bidang pelatihan elektronika industri, dan kecendrungan meneka yang di bidang pelatihan las industri Iebih tinggi 10.62 kali terhadap mereka yang dibidang eleklronika industri, untuk mendapatkan gaji diatas 2 juta rupiah. Kecendrungan mereka yang dibidang las industri lebih tinggi 3.62 kali terhadap mereka yang di mekanik industri untuk mendapatkan gaji lcbih tinggi dari 2 juta rupiah......The focus of this research is to detemiine the probability and the total wages of graduates BBLKI Serang based on individual characteristics of respondents using BBLKI graduate of the first (1) up to the sixth (VI) with a population of 236. From the results of the distribution of closed and open questionnaire, the questionnaire is retumed as 120. Results of research wage towards the independent variables such as the field of training, appropriate training, the taining specialized by the company, employment status, working experience, type of industry, the status of marrying, have the respondent ever move to other company, and GPA (achievement index); indicates that the signiiicant variable are in the 'field of training, employment status, and have the respondent ever move to other company, The probability graduates training in Mechanical Industry is 2.93 times higher than those graduates training in the field of Electronics Industry, and the probability graduates training in the field of Las Industry is higher 10.62 times toward graduates training in the electronics industry; to get a salary over 2 million. Probability training in Las industry is 3.62 times higher than graduates training in the Mechanical lndustry to get salary higher than 2 million.
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T-pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Astrit Faradina
Abstrak :
ABSTRAK Kesempatan bekerja bagi penyandang disabilitas kini sudah mulai terbuka di beberapa perusahaan baik perusahaa BUMN maupun perusahaan swasta karena pegawai disabilitas mampu membuktikan bahwa kinerja pegawai disabilitas sangat efektif sesuai dengan target yang telah ditentukan oleh perusahaan. Namun perusahaan tidak dapat hanya melihat pegawai disabilitas sebagai sumber daya manusia yang bekerja tanpa memperhatikan kesejahteraan dan peningkatan kemampuan pegawai disabilitasnya terutama dalam hal pengembangan karir seperti menjadi ahli di bidang pekerjaannya serta tersedianya aksesibilitas berbagai fasilitas penunjang yang dapat mendukgung mobilitas pegawai dalam beraktivitas. ILO sebagai organisasi perburuhan telah menyusun standar pengelolaan tenaga kerja disabilitas di dunia kerja agar dapat tercipta situasi kerja yang tidak diskriminatif dan inklusif. Dalam hal ini pengalaman penyandang disabilitas sangat diperlukan dalam menilai kemampuan perusahaan untuk memenuhi kriteria pengelolaan tenaga kerja disabilitas yang sesuai dengan guidelines ILO. Untuk itu dilakukan penelitian tentang pengalaman bekerja para pegawai disabilitas selama bekerja di perusahaan BUMN dan perusahaan swasta berdasarkan perspektif penyandang disabilitas sendiri. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus pengambilan sampel informan melalui teknik snowball sampling. Hasil penelitian menemukan bahwa dalam perekrutan perusahaan terhadap pegawai disabilitas masih mengandung diskriminasi sebab hanya penyandang disabilitas yang berada di Balai saja yang mendapat kesempatan bekerja namun tidak seluruh penyadang disabilitas angkatan kerja selain itu dalam hal pengembangan karir dan pengadaan fasilitas umum yang masih belum aksesibel bagi pegawai disabilitas di perusahaan. Saran yang diberikan antara lain perusahaan dapat membuat kebijakan pengelolaan tenaga kerja disabilitas yang tidak diskriminatif sejak dalam tahapan rekrutmen, seleksi, pengembangan karir dan penyediaan sarana dan prasarana yang diperlukan bagi penyandang disabilitas sesuai dengan yang diharapkan pada guidelines ILO terkait pengelolaan penyandang disabilitas dalam dunia kerja dan sejalan dengan harapan umum yang diinginkan oleh UU Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas juga sehingga dapat mewujudkan workplace inclusion dalam dunia kerja.
ABSTRACT Job opportunities for persons with disabilities have now begun to open in several companies, both state-owned enterprises and private companies because disability employees are able to prove that the performance of disability employees is very effective in accordance with the targets set by the company. But companies cannot only see disability employees as human resources who work without regard to welfare and increase the ability of their disability employees, especially in terms of career development such as becoming experts in their fields of work and the availability of accessibility to various supporting facilities that can support employee mobility in their activities. The ILO as a labor organization has set standards for managing disability labor in the world of work in order to create a non-discriminatory and inclusive work situation. In this case the experience of persons with disabilities is very necessary in assessing the ability of companies to meet the criteria for managing disability labor in accordance with ILO guidelines. For this reason, research was conducted on the experience of working with disability employees while working in state-owned companies and private companies based on the perspective of persons with disabilities themselves. This study uses a qualitative approach with a type of case study of informant sampling through a snowball sampling technique. The results of the study found that the recruitment of companies with disability employees still contained discrimination because only persons with disabilities in the Balai had the opportunity to work but not all workers with disabilities other than that in terms of career development and provision of public facilities that were still not accessible for disabled employees. at the company. Suggestions given include companies can make policies for managing disability workers who are not discriminatory since the stages of recruitment, selection, career development and provision of facilities and infrastructure needed for persons with disabilities as expected in ILO guidelines related to the management of persons with disabilities in the world of work and in line with the general expectations desired by Law Number 8 of 2016 concerning Disabled Persons as well so that they can realize workplace inclusion in the world of work.

Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Jihat Santosa
Abstrak :
Tesis ini merupakan hasil penelitian mengenai tanggungjawab sosial perusahaan dalam pemberdayaan tenaga kerja penyandang cacat tubuh. Dilatarbelakangi oleh masih terbatasnya kesempatan kerja bagi penyandang cacat tubuh, namun ditengah kesempatan yang terbatas tersebut ada beberapa perusahaan yang dapat menerimanya. Penelitian ini mencoba menelusuri bentuk atau model dari tanggungjawab sosial perusahaan, faktor-faktor yang mendorong dan konstribusinya dalam pemberdayaan penyandang cacat tubuh, untuk memperoleh jawaban apakah kesempatan kerja yang diberikan memberikan konstribusi yang positif bagi pemberdayaan penyandang cacat tubuh. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan metode diskriptif analitik untuk menghasilkan informasi-informasi tentang faktor-faktor pendorong, bentuk atau model tanggungjawab sosial perusahaan dan dampaknya bagi tenaga kerja penyandang cacat tubuh, yang diperoleh melalui informan. Pemilihan informan dilakukan dengan "Purposive sampling" yang meliputi manajer personalia, manajer produksi, lembaga rehabilitasi vokasional penyandang cacat tubuh, perhimpunan penyandang cacat Indonesia (PPCI), tenaga kerja penyandang cacat tubuh dan normal. Untuk mendapatkan informasi dari informan tersebut, peneliti menggunakan teknik "in depth interview", observasi dan studi dokumentasi. Ketiga cara ini dilakukan sebagai mekanisme trianggulasi atas jawaban masing-masing informan. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa bentuk atau model tanggungjawab sosial perusahaan adalah dengan memberikan proporsi tertentu kesempatan kerja untuk penyandang cacat tubuh, sedangkan bentuk pemberdayaannya ada 2 yaitu: Praktek Belajar Kerja (magang) dan kesempatan kerja, dari kedua model ini mampu mendorong tenaga kerja penyandang cacat tubuh ke arah yang lebih berdaya. Pada bentuk yang pertama tenaga kerja penyandang cacat tubuh menjadi lebih terbiasa dengan suasana kerja, mendapat pengalaman kerja, sedangkan pada model kedua mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, tidak tergantung lagi pada keluarga atau masyarakat sekitarnya. Faktor-faktor yang mendorong perusahaan melaksanakan tanggungjawab sosial perusahaan, terdiri dari internal (pengembangan "public image" dengan rekruitmen tenaga kerja penyandang cacat tubuh dan persepsi perusahaan terhadap penyandang cacat tubuh) dan eksternal (sosialisasi UU No. 4 tahun 1997 tentang Penyandang Cacat dan kerjasama perusahaan dengan lembaga rehabilitasi vokasional penyandang cacat tubuh). Faktor internal pertama (rekruitmen) memperlihatkan bahwa perusahaan memperlakukan calon tenaga kerja penyandang cacat tubuh sama dengan tenaga kerja normal yaitu harus memenuhi syarat administrasi dan kemampuan teknis, sedangkan faktor persepsi perusahaan memperlihatkan bahwa para pengambil kebijakan di perusahaan (manajer) belum seluruhnya mempunyai komitmen yang sama untuk mempekerjakan penyandang cacat tubuh, dari 12 manajer di perusahaan hanya ada 3 orang yang benar-benar mendukung terhadap upaya itu. Dari faktor eksternal secara umum sosialisasi UU No. 4 tahun 1997 belum efektif, namun bagi PT. Great River International sudah ada upaya untuk melaksanakan ketentuan tersebut dengan mempekerjakan penyandang cacat secara bertahap sesuai dengan kesempatan kerja yang ada, sedangkan kerjasama yang terjalin antara perusahaan dengan lembaga rehabilitasi vokasional penyandang cacat lebih banyak karena adanya rasa saling percaya antara kedua belah pihak. Dampak dari pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan ternyata mampu memberikan konstribusi dalam memberdayakan penyandang cacat tubuh meliputi (1) aspek fisik, memperlihatkan bahwa kondisi fisik yang tidak sempurna ternyata bukan merupakan halangan untuk melaksanakan aktifitas kerja, tingkat produktifitas yang memenuhi standar sebagaimana tenaga kerja normal, bahkan mempunyai kelebihan dalam hal kedisiplinan, ketekunan dan ketelitian, (2) aspek mental psikologis, memperlihatkan adanya perubahan sikap dan penghargaan dari masyarakat antara sebelum dan sesudah bekerja sehingga dapat meningkatkan kepercayaan dirinya, (3) aspek relasi dan integrasi sosial, memperlihatkan bahwa relasi menjadi semakin luas dan dapat dijadikan sumber untuk pemecahan masalah, sedangkan integrasi sosial dapat ditunjukkan oleh adanya rasa memiliki dan sebagai bagian dari kelompok yang senasib di perusahaan. Sedangkan apabila dilihat dari aspek kondisi berdaya (powerfull}, penyandang cacat tubuh mampu memenuhi kebutuhan pokok (aspek ekonomi), membangun relasi menjadi lebih luas (aspek komunikasi), kepercayaan din meningkat (aspek psikologis) dan mampu menjalankan perannya dengan baik di masyarakat (keberfungsian sosial). Mengingat bentuk atau model tanggungjawab sosial ini dapat memberikan konstribusi yang positif bagi tenaga kerja penyandang cacat tubuh untuk lebih berdaya, maka hendaknya dapat lebih ditingkatkan kuantitasnya di masa yang akan datang. Pemberlakuan syarat administratif dan teknis untuk mendapatkan kesempatan kerja hendaknya dapat diberlakukan secara fleksibel, untuk menggugah kesadaran dunia bisnis dalam mempekerjakan penyandang cacat tubuh. Hendaknya ada penyuluhan secara terus menerus oleh pemerintah secara lebih terkoordinasi (Depsos, Depnaker dan Deperindag), agar pelaksanaan UU No. 4 tahun 1997 dapat efektif bagi dunia usaha hendaknya ditunjang oleh perangkat-perangkat untuk dapat mengawasi pelaksanaannya diantaranya dengan membentuk lembaga independen yang terdiri dari lembaga pemerintah dan non pemerintah yang bergerak pada pelayanan penyandang cacat. Kerjasama lembaga rehabilitasi vokasional penyandang cacat dengan perusahaan diperluas mulai dari proses perencanaan tenaga kerja.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T10767
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendra Iswara Martin
Abstrak :
Munculnya era globalisasi yang melanda dunia menyebabkan setiap negara termasuk Indonesia berupaya mempersiapkan diri dalam berbagai bidang, baik bidang politik, ekonomi, budaya maupun hankam agar tidak terlindas oleh kerasnya dampak dari globalisasi tersebut. Khusus di bidang ekonomi, upaya yang ditempuh oleh pemerintah selain menjalin kerjasama regional maupun intemasional ,juga berupaya untuk senantiasa meningkatkan daya saing produk agar mampu bersaing di pasar internasional yang salah satu landasan pokok peningkatan daya saing produk barang dan jasa tersebut adalah peningkatan produktivitas baik secara macro maupun makro. Penelitian ini berupaya mengungkap sejauh mana hubungan dan pengaruh latar belakang pendidikan, motivasi berprestasi dan pengalaman kerja terhadap produktivitas kerja. Selain itu juga berupaya untuk mengungkap adanya perbedaan tingkat produktivitas karyawan berlatar belakang pendidikan Sekolah Menengah Umum dengan karyawan berlatar belakang pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa faktor latar belakang pendidikan, motivasi berprestasi dan pengalaman kerja memiliki lwbungan positif dan signifikan dengan produktivitas kerja, atau dapat dikatakan bahwa semakin tingginya latar belakang pendidikan, motivasi berprestasi dan pengalaman kerja akan semakin tinggi tingkat produktivitas kerjanya. Sebaliknya dengan semakin rendahnya latar belakang pendidikan, motivasi berprestasi den pengalaman kerja akan semakin rendah tingkat produktivitas kerjanya. Pada bagian lain dari penelitian ini ditemukan bukti empiris bahwa tingkat produktivitas kerja karyawan dengan latar belakang pendidikan Sekolah Menengah Umum lebih tinggi dari karyawan dengan latar belakang pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan. Atas dasar hasil penelitian tersebut di atas, maka upaya peningkatan produktivitas kerja mutlak diperlukan bagi setiap organisasi apabila ingin metnpertahankan kontinuitas organisasi agar mampu menjawab setiap tantangan akibat adanya perkembangan domestik maupun global yang demikian cepat. Upaya peningkatan produktivitas kerja dimaksud dapat dilakukan melalui peningkatan pendidikan, pemberian motivasi dan memanfaatkan pengalaman kerja yang dimiliki oleh karyawan untuk sebesar-besarnya dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi tersebut.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meuthia Keumala
Abstrak :
ABSTRAK
Tesis ini membahas mengenai pengaruh kompetensi sumber daya manusia, sistem informasi akuntansi, pengalaman kerja, dan jenis pegawai terhadap kualitas laporan keuangan pada Komisi Pemilihan Umum Seluruh Provinsi Riau. Jumlah sampel adalah 78 responden. Responden dari sampel adalah pengelola keuangan yang mengerjakan langsung laporan keuangan yakni bendahara, operator Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara SIMAK BMN dan operator Sistem Akuntansi Keuangan SAK , staf pengelola keuangan, Pejabat Penandatangan Surat Perintah Membayar PPSPM , dan Pejabat Pembuat Komitmen PPK . Variabel eksogen yang terbukti berpengaruh positif dan signifikan adalah kompetensi sumber daya manusia, sistem informasi akuntansi dan jenis pegawai sedangkan variabel eksogen pengalaman kerja terbukti tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas laporan keuangan.
ABSTRACT
This study discusses about the influence of the competence of human resources, accounting information systems, work experience, and the type of employee to the quality of the financial statements at Electoral Commision province of Riau. The number of samples is 78 respondents. The sample was financial adminstrators who works directly financial statements of the treasurer, the operator of Management Information Systems and State Goods SIMAK BMN and operator of Financial Accounting System SAK , the staff of financial management, official signing of Payment Order PPSPM , and Committing officer CO . Exogenous variables which proved positive and significant effect is the competence of human resources, accounting information system and the type of employee whereas exogenous variables work experience have positive and significant effect on the quality of financial statements.
2016
T47180
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rayhan Baradi Pratama
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara pengalaman kerja, kegiatan kemahasiswaan, dan persepsi mengenai transisi kerja terhadap adaptabilitas karier mahasiswa akuntansi. Sampel dari penelitian ini adalah 207 mahasiswa jurusan akuntansi program studi S1 Reguler, Paralel dan Ekstensi serta S2 Magister Akuntansi MAKSI dan Program Pendidikan Akuntansi PPAK Universitas Indonesia. Adaptabilitas karier diukur menggunakan Career Adapt-Abilities Scale CAAS ?International Form. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan kemahasiswaan menunjukkan tingkat Concern yang lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak terlibat dalam kegiatan serupa, serta tingkat Concern, Curiosity dan skor CAAS yang lebih tinggi bagi mahasiswa yang mengikuti kegiatan kemahasiswaan dengan jumlah dan jumlah jenis tertentu. Mahasiswa yang memiliki ekspektasi terkait kesulitan dalam transisi kerja menunjukkan tingkat Control yang lebih rendah dibandingkan dengan mahasiswa yang tidak memiliki ekspektasi serupa. Dalam penelitian ini tidak ditemukan perbedaan tingkat adaptabilitas karier yang signifikan terkait faktor pengalaman kerja. Selain itu, dilakukan analisis kualitatif berupa summative content analysis yang menemukan bahwa berbagai isu terkait adaptasi dan diri sendiri merupakan hal yang paling banyak dianggap oleh mahasiswa sebagai masalah terkait transisi kerja. Hasil yang didapat mendukung pentingnya keberadaan kegiatan kemahasiswaan, dan bagi penyelenggara pendidikan tinggi, pentingnya mempersiapkan mahasiswa agar dapat melewati masa transisi kerja dengan sukses.
ABSTRACT
The purpose of this research is to explore the relationship between career adaptability, work experience, extracurricular activities and work transition in accounting students. Samples used in this research consist of 207 undergraduate and graduate students of accounting at the University of Indonesia. Using the Career Adapt Abilities Scale CAAS International Form, the differential analysis evidenced that students who participate in extracurricular activities scored higher on the subscales of concern. Also, students who participate in a certain number of extracurricular activities and categories scored higher on the subscales of concern, curiosity, and the overall CAAS score. No statistical differences emerged regarding work experiences. Meanwhile, students who do not anticipate difficulties in work transition displayed higher scores on the subscale of control than did their peers who anticipate difficulties in such transitions. Moreover, the result of qualitative analysis by using summative content analysis also shows that adaptation and self related issues are being regarded as work transition related difficulties presently dominant between accounting students. The obtained results support the importance of student involvement in extracurricular activities and for respective universities and faculties to foster career adaptability during higher education studies to help graduates manage the transition to professional contexts.
pengalaman kerja; kegiatan kemahasiswaan; transisi kerja; karier; mahasiswa , 2017
S67912
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library