Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Erwan Tirta
"ABSTRAK
Asal mula agresi Jepang ke Taiwan pada tahun 1874 adala karena pada bulan Desember 1871 terjadi peristiwa pembunuhan massal terhadap 66 orang Ryukyu dan pada bulan Maret 1873 terjadi lagi peristiwa perampokan terhadap 4 orang Jepang (berasal dari daerah Okayama Prefektur) yang juga terdampar di pantai Tenggara Taiwan. Kaisar Meiji segera menunjuk Menlu Soejima Taneomi sebagai dubes berkuasa penuh untuk mengadakan perundingan dengan pihak Shinkoku.
Akan tetapi sikap pihak Shinkoku di dalam perundingan antara Jepang-Shinkoku pada tanggal 21 Juni 1873 menghindar dari tanggung jawab, dengan memberi alasan bahwa orang-orang primitif di bagian Timur pulau Taiwan adalah orang-orang 'yang tergolong di luar kebudayaan (kegai). Ini berarti bahwa' orang-orang primitif tersebut berada di luar teritori politik-ideologi-kebudayaan Shinkoku. Oleh karena itu, pada bulan April 1874 pemerintah Jepang memutuskan untuk mengadakan agresi ke Taiwan dengan menunjuk Letjen A.D. Saigo Tsugumichi sebagai Panglima Besar Urusan Taiwan (Taiwan Jimu Totoku). Lalu, Kantor Urusan Daerah Taiwan didirikan di dalam parlemen, dan anggota Majelis Tinggi merangkap Menteri keuangan Okuma Shigenobu menjabat sebagai kepala kantor tersebut.
Untuk agresi ke Taiwan, pemerintah Jepang meminta bantuan kepada negara.- negara Barat untuk menggunakan orang orang asing dan membeli atau menyewa kapal - kapal asing. Tetapi pada suatu saat pemerintah Jepang menghentikan agresinya, karena pemerintah Shinkoku menganggap dan mengambil sikap yang bermusuhan terhadap tindakan agresi Jepang ke Taiwan sehingga dubes Inggris H. Parkes, dubes Amerika John A. Bingham, dan dubes Rusia Orolovsky menghentikan bantuannya dan melarang kapal kapal mereka dan orang - orang mereka dari keikutsertaannya di dalam penyerbuan tersebut. Walaupun pemerintah Jepang memutuskan untuk menghentikan agresi, Saigo Tsugumichi tidak menyetujui keputusan tersebut karena takut para tentara memberontak. Oleh karena itu pemerintah Jepang memutuskan untuk menyerang Taiwan kembali.. Tanggal 17 Mel 1874 Saigo berangkat dari pelabuhan Nagasaki dan pada tanggal 22 Mei 1874 mendarat di Taiwan, langsung memulai penyerangannya.
Takluknya daerah primitif tersebut dapat terjadi atas perantara dan jasa baik dari dubes Inggris di Shinkoku, yaitu Thomas F. Wade yang memberikan saran di dalam berdiplomasi untuk menentukan isi dari perjanjian persetujuan bilateral antara Jepang dan Shinkoku yang terlaksana pada tanggal 31 Oktober 1874 di Gedung Kantor Departemen Luar Negeri (Zongli Yamen).
Pada tanggal 12 November 1874 kaisar Meiji mengeluarkan Surat Perintah Penarikan Mundur Pasukan, dan tanggal 3 Desember 1874 pasukan ditarik mundur dari Taiwan. Tanggal 27 Desember 1874 Saigo Tsugumichi kembali ke ibukota Tokyo.
Dengan penyelesaian diplomatik, akhirnya Jepang berhasil memperjelas dan menentukan status Ryukyu, yang selama berabad-abad menjadi wilayah taklukan Shinkoku dan sekaligus juga wilayah yang tunduk pada propinsi Satsuma. Tindakan Shinkoku yang tidak protes dan bahkan membayar ganti rugi kepada Jepang dapatlah diartikan membenarkan tindakan agresi Jepang ke Taiwan untuk membela kebenaran dengan menghukum orang-orang primitive tersebut. Peristiwa terdampar dan terbunuhnya penduduk Ryukyu oleh suku bangsa primitif Taiwan mempercepat dan memperjelas tuntutan pemerintah Meiji bahwa Ryukyu adalah termasuk wilayah kekuasaan Jepang. Kemudian mengenai status Taiwan juga jelaskarena penjelasan dari pihak Shinkoku yang mencerminkan sikap tidak bertanggung jawab, sehingga pihak Jepang mengklaim bahwa daerah primitif tersebut (sebelah Timur Taiwan) bukan merupakan daerah kekuasaan Shinkoku.

"
1989
S13639
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maureen Olivia
"Toko Keluarga Lin merupakan salah satu cerpen yang ditulis oleh Mao Dun pada tahun 1932. Cerita pendek ini mengisahkan tentang aktivitas toko yang dikelola oleh Keluarga Lin dan upaya keluarga tersebut mempertahankan keberadaan toko pada masa Agresi Jepang tahun 1930-an. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap kondisi yang menimpa Toko Keluarga Lin dan faktor-faktor yang membuatnya menjadi bangkrut dan pengelolanya terpaksa hidup dalam kesusahan. Penelitian ini menitikberatkan pada kajian yang bersifat intrinsik dengan menganalisis alur cerita dan mengupas cerita yang disajikan sebagai landasan untuk menganalisis faktor-faktor yang membuat Toko Keluarga Lin bangkrut. Data-data di luar karya sastra juga digunakan sebagai referensi pendukung atas analisis yang dikerjakan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa kebangkrutan toko disebabkan oleh kondisi sosial pada masa itu, yaitu agresi Jepang dan perilaku korup oknum Guomindang yang masa itu berkuasa di Cin
The Shop of the Lin Family is one of the short stories written by Mao Dun in 1932. This short story tells about the shop activities managed by the Lin Family and the family's efforts to maintain the store's existence during the Japanese Aggression of the 1930s. This study aims to uncover the conditions that afflict the Lin Family Shop and the factors that make the shop went bankrupt and forced the family to live in distress. This study focuses on the intrinsic aspects by analyzing the plot as the basis for analyzing the factors which leads Lin Family Shop to bankruptcy. Other resources outside the literature work will also be used as supporting references for the analysis. The results of this study indicate that the bankruptcy of the store is mainly caused by social conditions at that time, namely the Japanese aggression and also the corrupt behavior of the Guomindang people who were in power in China

 

"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library