Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 25 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jihan Nabila
"Onggok merupakan limbah padat industri tapioka dari singkong dan dapat dimanfaatkan menjadi bahan maltodekstrin. Maltodekstrin merupakan senyawa organik yang dihasilkan dari hidrolisis pati dan memiliki ruang lingkup aplikasi luas untuk pangan dan kesehatan. Kandungan pati dalam onggok dimodifikasi melalui proses hidrolisis enzimatik menggunakan enzim ?-amilase dan ?-amilase pada suhu 80oC pada pH 5,5. Hidrolisis enzimatik dilakukan dengan memvariasikan konsentrasi enzim ?-amilase sebesar 0,1% dan ?-amilase sebesar 0,05%, 0,1%, dan 0,5%. Konsentrasi onggok juga divariasikan menjadi 4%, 7%, 10%, dan 13%. Penggunaan optimum jumlah enzim ?-amilase dan ?-amilase berturut-turut adalah sebesar 0,1% dan 0,1% pada interval waktu 1 menit dengan nilai dextrose equivalent (DE) yang diperoleh sebesar 5,7. Maltodekstrin yang diperoleh dianalisis dengan scanning electron microscopy (SEM) untuk menunjukkan morfologi struktur pati yang telah rusak akibat proses hidrolisis oleh enzim. Simultaneous thermal analysis (STA) menentukan temperatur kristalisasi produk dari suhu 50oC hingga 150oC serta degradasi produk hidrolisis dimulai dari suhu 350oC. Hasil hidrolisis onggok secara enzimatik berupa maltodekstrin dengan DE kisaran 2 hingga 10 memiliki potensi untuk dikembangkan pada industri farmasi sebagai eksipien dalam formula sediaan tablet melalui granulasi basah serta sebagai pengikat tablet dan filler tablet.

Onggok is tapioca industrial solid waste from cassava and can be used to make maltodextrin. Maltodextrin is an organic compound produced from the hydrolysis of starch and has a wide scope of application for food and health. The starch content in cassava was modified through an enzymatic hydrolysis process using ?-amylase and ?-amylase enzymes at 80oC at pH 5.5. Enzymatic hydrolysis was carried out by varying the concentrations of ?-amylase by 0.1% and ?-amylase by 0.05%, 0.1% and 0.5%. The concentration of onggok was also varied to 4%, 7%, 10% and 13%. The optimum use of ?-amylase and ?-amylase enzymes respectively was 0.1% and 0.1% at 1 minute intervals with a dextrose equivalent (DE) value of 5.7. The maltodextrin obtained was analyzed using scanning electron microscopy (SEM) that shows the structural morphology of starch which has been damaged by the hydrolysis process by enzymes. Simultaneous thermal analysis (STA) determines the crystallization temperature of the product from 50oC to 150oC and the degradation of hydrolysis products starts from 350oC. The result of enzymatic hydrolysis of cassava in the form of maltodextrin with a DE below 10 has the potential to be developed in the pharmaceutical industry as an excipient in tablet formulations through wet granulation and as a tablet binder and tablet filler."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deffy Maryati
"

Latar Belakang: Perawatan gigi pada anak Gangguan Spektrum Autisme (GSA) sering menimbulkan stres karena kesulitan dalam berkomunikasi. Untuk mengurangi stres anak GSA, komunikasi verbal ditingkatkan dengan sarana pembelajaran seperti modul pedagogi visual dan video modeling. Alfa amilase saliva merupakan salah satu biomarker stres yang terdapat dalam saliva. Tujuan: Mengetahui perbedaan tingkat stres anak GSA dengan intervensi Modul Pedagogi Visual dan Video Modeling Berkunjung ke Dokter Gigi melalui analisis kadar alfa amilase saliva. Metode Penelitian: Subjek penelitian sebanyak 18 anak usia 6-10 tahun dengan GSA ringan, dibagi dalam 2 kelompok intervensi, yaitu kelompok Modul Pedagogi Visual (MPV) dan Video Modeling (VM) Berkunjung ke Dokter Gigi. Pengukuran kadar alfa amilase saliva dilakukan sebelum dan sesudah intervensi. Hasil: Pada kedua kelompok Kadar Alfa Amilase Saliva sesudah intervensi menunjukkan penurunan. Analisis statistik dengan uji Mann-Whitney U-test menunjukkan terdapat perbedaan tidak bermakna (p >0,05) pada penurunan tingkat stres antara kelompok dengan intervensi MPV dan VM Berkunjung ke Dokter Gigi. Kesimpulan: MPV dan VM Berkunjung ke Dokter Gigi menurunkan tingkat stress anak GSA.

Kata kunci: Alfa amilase, Gangguan Spektrum Autisme, Saliva, Pedagogi


Background: Dental treatment in children with Autism Spectrum Disorder (ASD) often causes stress because of difficulty in communicating. To reduce stress for ASD children, verbal communication is enhanced with learning tools such as visual pedagogy modules and video modelling. Salivary alpha amylase is one of the stress biomarker found in saliva. Objective: To determine the differences in stress levels of ASD children with the intervention of the Visual Pedagogy Module and Video Modelling Berkunjung ke Dokter Gigi through the analysis of salivary alpha amylase levels. Methods: Subjects were 18 children aged 6-10 years with mild ASD, divided into 2 intervention groups, namely The Visual Pedagogy Module (VPM) and Video Modeling (VM) Berkunjung ke Dokter Gigi group. Measurement of salivary alpha amylase levels was carried out before and after intervention. Result: In both groups the alpha amylase levels of saliva after the intervention showed a decrease. Statistical analysis using The Mann-Whitney U-test showed that there was no significant difference (p>0.05) in the reduction in stress levels between the VPM and VM Berkunjung ke Dokter Gigi intervention groups. Conclusion: VPM and VM Berkunjung ke Dokter Gigi reduce the stress levels of ASD children.

Keywords : Autism, alpha amylase, saliva, pedagogy

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Budiman Bela
"Biofilm is an aggregate of consortium bacteria that adhere to each other on a surface. It is usually protected by the exopolysaccharide layer. Various invasive medical procedures, such as catheterization, endotracheal tube installation, and contact lens utilization, are vulnerable to biofilm infection. The National Institute of Health (NIH) estimates 65% of all microbial infections are caused by biofilm. Periplasmic α-amylase (MalS) is an enzyme that hydrolyzes α-1, 4- glicosidic bond in glycogen, starch, and others related polysaccharides in periplasmic space. Another protein called hemolysin-α (HlyA) is a secretion signal protein on C terminal of particular peptide in gram negative bacteria. We proposed a novel recombinant plasmid expressing α-amylase and hemolysin-α fusion in pSB1C3 which is cloned into E.coli to enable α-amylase excretion to extracellular for degrading biofilm polysaccharides content, as in starch agar. Microtiter assay was performed to analyze the reduction percentage of biofilm by adding recombinant E.coli into media. This system is more effective in degrading biofilm from gram positive bacteria i.e.: Bacillus substilis (30.21%) and Staphylococcus aureus (24.20%), and less effective degrading biofilm of gram negative i.e.: Vibrio cholera (5.30%), Pseudomonas aeruginosa (8.50%), Klebsiella pneumonia (6.75%) and E. coli (-0.6%). Gram positive bacteria have a thick layer of peptidoglycan, causing the enzyme to work more effectively in degrading polysaccharides."
2016
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Meta Yunia Candra
"ABSTRAK
Latar belakang : Penerbang Sipil merupakan profesi pekerjaan yang memiliki resiko mengalamistres karena tantangan yang dihadapinya setiap hari, seperti lingkungan penerbangan, ketinggian,kebisingan, komunikasi, dan getaran. Penerbangan jarak dekat yang terjadi di Indonesia sebagainegara kepulauan tidak dapat dihindirai oleh penerbang sehingga dapat menjadi pemicu terjadikelelahan yang menyebabkan stres. Untuk mengukur kelelahan yang menyebabkan stres padapenerbang sipil dapat diketahui berdasarkan kuesioner dan biomarker stres dapat mengunakansampel saliva dengan mendeteksi kadar enzim alfa amilase saliva. Tujuan : Dengan mengetahuihubungan stres akibat faktor kelelahan pada penerbang sipil Indonesia terhadap kadar enzim alfaamilase saliva, maka diharapkan dapat meningkatkan keselamatan penerbangan sipil Indonesia.Metode : membandingkan kadar enzim alfa amilase saliva pada dua kelompok penerbang sipilIndonesia yang melakukan penerbangan sektor dan memiliki jam terbang total lebih dari 6624 jamdengan kelompok penerbang sipil Indonesia yang yidak melakukan penerbangan sektor danmemiliki jam terbang total kurang dari 6624 jam. Hasil : Terdapat hubungan peningkatan kadarenzim alfa amilase saliva pada kelompok penerbang sipil dengan Indonesia yang melakukanpenerbangan sektor dan memiliki jam terbang total lebih dari 6624 jam dengan kelompokpenerbang sipil Indonesia yang tidak melakukan penerbangan sektor dan memiliki jam terbangtotal kurang dari 6624 jam. Kesimpulan : Kadar enzim alfa amilsae saliva berbeda secarasignifikan pada dua kelompok penerbang, sehingga enzim alfa amilase saliva dapat dijadikanbiomarker untuk mengetahui adanya stres pada penerbang sipil Indonesia.

ABSTRACT
Background Aviators are one of the high risk jobs that have high levels of stress due to aviationenvironment, altitude, noise, communication and vibration. Indonesia as an archipelagic countryrequires its civilian aviators to go through high frequency intersection routes between islands. Thiscircumstance triggers fatigue that leads to a stress condition. Salivary amylase is an enzyme thatcan be used as a stress biomarker. Aim This study aims at analyzing the effect of stress on salivary amylase levels in Indonesian civil aviators. Methods comparing salivary alpha amylaseenzyme levels in two groups of Indonesian civil aviators who are on a sector flight and have a totalflight time of more than 6624 hours with Indonesian civil aviation groups that do not fly sectorsand have a total flight time of less than 6624 hours. Result Nineteen people 47.5 from 40subjects were clinically diagnosed fatigue. Ten out of nineteen subjects 52.6 had high SAAlevel and the rest had moderate one. Summary Based on this study, SAA level can be utilized asan effective tool for forensic investigation on aviation accidents and or incidents caused by humanfactors."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2018
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evie Lazuardy Fasa
"Telah dilakukan penelitian mengenai aktivitas amilase 28 isolat actinomycetes dari serasah pada ekosistem bakau di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Penapisan secara kualitatif dilakukan menggunakan metode iodin pada medium starch agar, kemudian berdasarkan zona bening yang terbentuk, aktivitas amilase diekspresikan sebagai Indeks Aktivitas (IA) amilase. Penapisan secara semi-kuantitatif dilakukan menggunakan metode iodin pada medium starch broth, kemudian nilai transmitan diukur menggunakan spektrofotometer pada λ=620 nm. Berdasarkan hasil penapisan tersebut, SM 25 merupakan isolat terpilih dengan nilai IA= 3,21 dan transmitan 84,3%. Uji aktivitas amilase isolat SM 25 dan konsentrasi glukosa yang terbentuk pada filtrat medium fermentasi dengan dua sumber pati berbeda yaitu soluble starch dan tepung beras diukur pada λ=540 nm berdasarkan metode dinitrosalicylic acid (DNS). Aktivitas amilase isolat SM 25 pada medium dengan tepung beras (3,33 U/mL) lebih rendah daripada medium dengan soluble starch (5,02 U/mL). Namun konsentrasi glukosa pada medium pertumbuhan isolat SM 25 dengan tepung beras (582 μg/mL) lebih tinggi daripada medium dengan soluble starch (407 μg/mL). Hasil identifikasi menggunakan sekuens parsial gen 16S rRNA, isolat SM 25 teridentifikasi sebagai Streptomyces sanyensis dengan homologi sebesar 99,66 persen.

Research about amylase activity of 28 actinomycetes isolates from mangrove litter at Pramuka Island, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, has been carried out. Qualitative screening was done using iodine method on starch agar, based on the formation of clear zone, then amylase activity was expressed as amylase Activity Index (AI). Semi-quantitative screening was done using iodine method on starch broth, then transmittance value was measured using spectrophotometer at λ=620 nm. Among the isolates tested, SM 25 was the isolate with the most potential for amylase activity with AI=3,21 and transmittance 84,3% which was further tested. Amylase activity of isolate SM 25 and glucose concentration in medium filtrate with soluble starch and rice flour was measured at λ=540 nm using the dinitrosalicylic acid (DNS) method. The result showed that isolate SM 25 has lower amylase activity in medium with rice flour (3,33 U/mL) than soluble starch (5,02 U/mL). However, isolate SM 25 has higher glucose accumulation in medium with rice flour (582 μg/mL) than soluble starch (407 μg/mL). Identification based on partial sequence of 16S rRNA gene, isolate SM 25 was identified as Streptomyces sanyensis with 99,66 homology.
"
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rosita Handayani
"Beberapa senyawa aktif pada tanaman berpotensi untuk digunakan dalam strategi pengobatan diabetes melitus. Salah satu strategi pengobatan diabetes melitus adalah dengan menjaga kadar glukosa postprandial melalui penghambatan α-amilase dan α-glukosidase. Penghambatan α-amilase menyebabkan zat makanan dalam bentuk polisakarida tidak diubah menjadi bentuk disakaridanya, sedangkan penghambatan α-glukosidase menyebabkan disakarida yang masuk dalam usus tidak bisa diubah menjadi bentuk monosakarida yang paling sederhana yaitu glukosa. Dengan tidak terbentuknya glukosa, maka darah tidak dapat menyerap glukosa dari makanan yang dimakan sehingga dapat menjaga kestabilan kadar glukosa darah, terutama kadar glukosa postprandial.
Dalam penelitian ini peneliti melaporkan aktivitas penghambatan α- glukosidase dan α-amilase oleh 11 sampel dari tanaman Indonesia. Pengukuran aktivitas enzim dilakukan secara spektrofotometri dengan menggunakan kuvet dan microplate reader. Aktivitas α-amilase diukur pada λ=540 nm dan aktivitas α- glukosidase diukur pada λ=405 nm. Ekstrak yang memiliki penghambatan tertinggi untuk kedua enzim adalah ekstrak etanol teh putih dengan persen penghambatan sebesar 86,81% pada konsentrasi 22,5 μg/mL, IC50 = 10,54 μg/mL pada α-glukosidase, sedangkan pada α-amilase teh putih memberikan penghambatan sebesar 99,11% pada konsentrasi 166,7 μg/mL, IC50 = 16,46 μg/mL. Jenis penghambatan dievaluasi menggunakan plot Lineweaver-Burke. Teh putih menunjukkan penghambatan jenis inhibitor kompetitif campuran ditandai dengan penurunan nilai Vmax dan peningkatan nilai Km.

Some of active constituents in plants have potency to be used in diabetes mellitus treatment strategy. One of strategies in treatment diabetes mellitus is to maintain postprandial glucose levels through inhibition of α-amylase and α-glucosidase. Inhibition of α-amylase causes polysaccharide in nutrients could not be transformed into its disacarides, whereas inhibition of α-glucosidase causes the disaccharide in intestine could not be converted into the simplest form of monosaccharides, especially glucose . If glucose has not been formed, the blood could not absorb glucose from the food and it was able to give benefits to maintain stable blood glucose levels, especially postprandial glucose levels.
In this study, researcher reported the inhibitory activities of α-glucosidase and α- amylase by 11 sample from Indonesian plants. Spectrophotometric measurements were performed using a cuvette and microplate reader. An α-amylase activity was measured at λ=540 nm and α-glucosidase activity was measured at λ=405 nm. An extract which has the highest inhibition to both enzymes was the ethanol extract of white tea with the percent inhibition was 86,81 % at concentration 22,5 μg/mL, IC50 = 10,54 μg/mL in α-glucosidase activity. In α-amylase activity it provided inhibition of 99,11 % at concentration of 166,7 μg/mL, IC50 = 16,46 μg/mL. Type of inhibition was evaluated using Lineweaver-Burke plot. White tea showed a mixed competitive inhibition type characterized by decreasing of Vmax value and an increasing of Km value.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
S55355
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Natalia Hardjakusumah
"Kunjungan ke dokter gigi dapat menyebabkan rasa tidak nyaman. Hal ini dapat menjadi sumber rasa cemas atau takut pada semua tingkat usia khususnya pada anak. Salah satu cara untuk menurunkan kecemasan tersebut adalah dengan memberikan video training mengenai perawatan gigi yang merupakan modifikasi manajemen perilaku modeling. Indikator dalam mengukur kecemasan anak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kadar alpha amylase dan kalsium saliva. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan video training 'Berkunjung ke Dokter Gigi' dan tingkat kecemasan anak usia 7 tahun. Desain penelitian ini adalah analitik cross-sectional. Sebanyak 23 anak usia 7 tahun diberikan video training 'Berkunjung ke Dokter Gigi' dan dinilai tingkat kecemasan sebelum dan sesudah video training menggunakan indikator kadar alpha amylase dan kalsium saliva. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan video training 'Berkunjung ke Dokter Gigi' dan penurunan tingkat kecemasan anak usia 7 tahun berdasarkan kadar alpha amylase dan kalsium saliva. (p=0,001).

A visit to the dentist can cause discomfort. This can be a source of anxiety or fear at all age levels, especially in children. One way to reduce the anxiety in dental care is to provide video training, which is a modification of modeling behavior management. Indicators in measuring anxiety in this study are the level of salivary alpha amylase and salivary calcium. The purpose is to analyze the correlations of video training 'Visit to the Dentist' and level of anxiety in children aged 7 years old. The study design is analytic cross-sectional. A total of 23 children aged 7 years old given video training "Visit to the Dentist" and assessed the level of anxiety before and after watching the video training using indicators of levels of salivary alpha amylase and salivary calcium. The result is that there is a correlations of video training 'Visit to the Dentist' and reduced level of anxiety in children aged 7 years old based on the levels of salivary alpha amylase and salivary calcium (p=0,001)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Titi Afriyanti
"Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein yang ditandai dengan kondisi hiperglikemia, serta dapat meningkatkan risiko komplikasi dari penyakit pembuluh darah. Salah satu pendekatan terapi untuk mengurangi hiperglikemia postprandial pasien diabetes yaitu dengan memperlambat penyerapan glukosa melalui penghambatan enzim yang menghidrolisis karbohidrat dalam saluran pencernaan, seperti a-glukosidase dan a-amilase.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas penghambatan enzim α-glukosidase dan enzim α-amilase dari ekstrak daun Garcinia mangostana, serta mengidentifikasi golongan senyawa kimia yang terkandung dalam ekstrak teraktif daun Garcinia mangostana. Pengujian dilakukan pada ekstrak metanol, etil asetat, dan n-heksana. Pada uji penghambatan aktivitas α-amilase, digunakan Spektrofotometer UV-Vis dengan λ=490 nm.
Hasil menunjukkan bahwa ekstrak metanol memiliki persen penghambatan tertinggi (93,76 %) dengan nilai IC50 sebesar 2,33 µg/mL. Sementara itu, pada penghambatan α-glukosidase digunakan Microplate Reader dengan λ=405 nm. Hasil menunjukkan ekstrak metanol juga memiliki IC50 terkecil, yaitu 48,97 µg/mL yang dibandingkan dengan nilai IC50 Akarbose sebesar 91,17 µg/mL sebagai kontrol positif. Pada penapisan senyawa kimia, ekstrak metanol daun Garcinia mangostana mengandung alkaloid, flavonoid, glikosida, saponin, dan tannin.

Diabetes mellitus consists of disorders altered metabolism of carbohydrates, lipids, and proteins; characterized by hyperglycemia and an increased risk of complications from vascular disease. One therapeutic approach to reduce postprandial hyperglycemia in diabetic patients is to slow the absorption of glucose by inhibiting enzymes that hydrolyze the carbohydrates in the digestive tract, such as a-glucosidase and a-amylase.
This research aims to determine the inhibitory activity of the α-glucosidase and α-amylase enzyme from leaf extracts of Garcinia mangostana, and to identify the class of chemical compounds contained in the most active extract of Garcinia mangostana. The tests carried out at methanol, ethyl acetate, and n-hexane extracts. In the test of α-amylase inhibitory activity, using UV-Vis Spectrophotometer with λ = 490 nm.
The results showed that the methanol extract had the highest inhibition percentage (93.76%) with IC50 values is 2.33 μg/mL. Meanwhile, the inhibition of α-glucosidase was tested by Microplate Reader with λ = 405 nm. The results showed methanol extract also has the smallest IC50, 48.97 μg/mL, was compared with the value of acarbose IC50 = 91.17 μg/mL as positive control. At the screening of chemical compounds, methanol extract of Garcinia mangostana leaves contain alkaloids, flavonoids, glycosides, saponins, and tannins.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S59489
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tazkia Khairina Fathin
"Diabetes melitus merupakan gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan tingginya kadar glukosa darah. Salah satu terapi diabetes melitus adalah dengan menurunkan kadar glukosa post-prandial melalui penghambatan enzim yang menghidrolisis karbohidrat yaitu α-amilase dan α-glukosidase.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penghambatan aktivitas enzim pada kulit batang Garcinia hombroniana Pierre serta kandungan pada ekstrak teraktif. Ekstraksi dilakukan menggunakan metode maserasi bertingkat dengan pelarut yang kepolarannya meningkat, yaitu n-heksana, etil asetat dan metanol. Uji penghambatan α-amilase dilakukan menggunakan spektrofotometer UV-Vis (λ=490 nm). Sedangkan, uji penghambatan α-glukosidase dilakukan menggunakan microplate reader (λ=405 nm).
Hasil menunjukkan bahwa ekstrak metanol kulit batang Garcinia hombroniana Pierre memiliki memiliki aktivitas penghambatan α-amilase terbaik dengan nilai IC50 8,91μg/mL. Sedangkan hasil penghambatan α-glukosidase menunjukkan bahwa ekstrak metanol kulit batang Garcinia hombroniana Pierre memiliki memiliki aktivitas penghambatan terbaik dengan nilai IC50 37,18 μg/mL. IC50 dari standar akarbose adalah sebesar 91,17 μg/mL. Hasil penapisan fitokimia menunjukkan bahwa pada ekstrak metanol kulit batang Garcinia hombroniana Pierre mengandung golongan senyawa flavonoid, glikosida, saponin, dan tannin.

Diabetes mellitus is a chronic metabolic disorder characterized by high blood glucose levels. One therapy for treating diabetes mellitus is to decrease postprandial glucose levels by inhibition of carbohydrates-hydrolysing enzymes, α-amylase and α-glucosidase.
The aim of this research was to determine enzyme inhibition activity of Garcinia hombroniana Pierre barks and to identify chemical constituent group in the most active extract. Extraction was done by maceration with n-hexane, ethyl acetate and metanol. α-Amylase inhibition was tested using spectrophotometer UV-Vis (λ=490 nm). Meanwhile, α-glucosidase inhibition was tested using microplate reader (λ=405 nm).
The result showed that methanol extract of Garcinia hombroniana Pierre barks had the best inhibition α-Amylase activity with IC50 of 8.91 μg/mL. Methanol extract of Garcinia hombroniana Pierre barks also had the best inhibition α-glucosidase activity with IC50 of 37.18 μg/mL. Acarbose as a standard had IC50 of 91.17 μg/mL Phytochemical screening showed metanol extract of Garcinia hombroniana Pierre barks generally contain flavonoids, glycosides, saponins, and tannins.
"
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2015
S61300
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>