Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Syukri
Abstrak :
Status gizi adalah masalah dan indikator kesehatan masyarakat. Salah satu masalah gizi utama di Indonesia adalah Anemia Defisiensi Besi. Prevalensi anemia pada anak usia sekolah (5 - 14 tahun) adalah 28,3% (SKRT,2001). Kelompok ini merupakan salah satu kelompok rentan karena sedang rnengalami proses tumbuh kembang fisik dan psikososial yang pesat sementara di sisi lain penanggulangan apalagi pencegahannya belum menjadi program prioritas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran/situasi status anemia dan hubungannya dengan beberapa faktor, yaitu karakteristik anak, faktor keluarga dan faktor lain pada anak SD kelas 2 di Kecamatan Batu Ceper dan Neglasari Kota Tangerang. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan studi analitik dan disain kasus kontrol tidak berpadanan. Sampel untuk kasus adalah anak yang menderita anemia dan sampel untuk kontrol adalah anak yang tidak menderita anemia, dan kedua kelompok sampel tidak pernah atau tidak sedang menderita penyakit kronis. Jumlah sampel untuk kedua kelompok adalah sauna, yaitu 150 anak. Data yang digunakan adalah data sekunder dan primer. Data sekunder adalah data tentang kadar Hb yang telah diambil. oleh Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Kota Tangerang, sedangkan data primer adalah data-data lain. Variabel dependen adalah status anemia dan variabel independen adalah karaktristik anak (jenis kelamin), faktor keluarga (pekerjaan ayah, pekerjaan ibu, pendidikan ayah, pendidikan ibu, jumlahlbesar keluarga), dan faktor lain (faktor peningkat absorbsi Fe, faktor penghambat absorbsi Fe, kebiasaan sarapan, kebiasaan cuci tangan, kebiasaan jajan, riwayat kecacingan, kebiasaan minum obat cacing) Analisis data dengan chi square, dan regresi logistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar Hb rata-rata pada kelompok kasus adalah 10,30 gr%, sedangkan kelompok kontrol adalah 12,89 gr%. Prosentase anak perempuan dan anak laki-laki pada kelompok kasus, masing-masing 60,0% dan 40,0%. Uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan bermakna (p > 0,05) antara status anemia dengan pekerjaan ayah (p = 0,101), jumlahlbesar keluarga (p = 0,363), dan kebiasaan jajan (p = 0,212). Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan bermakna (p < 0,05) antara status anemia dengan jenis kelamin (p = 0,001), pekerjaan ibu (p = 0,004), pendidikan ayah (p = 0,006), pendidikan ibu (p = 0,00), konsumsi faktor peningkat absorbsi Fe (p = 0,00), faktor penghambat absorbsi Fe (p = 0,003), kebiasaan sarapan (p = 0,030), kebiasaan cuci tangan (p = 0,027), riwayat kecacingan (p = 0,005) dan kebiasaan minuet that casing (p = 0,005). Hasil analisis dengan regresi logistik menunjukkan bahwa variabel yang paling dominan adalah pendidikan ibu (p = 0,0026, OR = 6,6084). Status anemia berhubungan secara langsung atau tidak langsung dengan faktor-faktor: jenis kelamin, pekerjaan ibu, pendidikan orangtua, peningkat dan penghambat absorbsi Fe, kebiasaan sarapan, kebiasaan cuci tangan, riwayat kecacingan dan kebiasaan minum obat cacing. Untuk itu orang tua, sekolah, masyarakat dan pemerintah perlu melakukan upaya penanggulangan dan pencegahan anemia pada anak sekolah sesuai kompetensi masing-masing.
Anemia Status And Factors Which Deal With 2"D Grade Elementary School Child In Batu Ceper And Neglasari Sub District, Tangerang Town In The Year 2003/2004Nutrition status is public health problem and indicator One of the main problems in Indonesia is Ferrum Deficiency Anemia. Anemia prevalence child on school age (5 - 14 years) is 28,3% (SKRT, 2001). This group is one of the vulnerable groups because experiencing the fast physical and psychosocial growth, meanwhile on the other side the overcome even the prevention not yet becomes a priority program. This research aim is to know the condition of anemia status and relation with some factors, which are child characteristic, family factor, and other factor on 2"d grade elementary school children in Batu Ceper and Neglasari sub district town of Tangerang. This is a quantitative research with analytic study approach and case control design not matching. Sample for the case is child with anemia and sample for the control is child without anemia, and these two sample groups never or not suffering chronic disease Total sample from both groups are the same, which are 150 children. Data which is used is secondary and primary data. Secondary data is data about Hb rate which has been taken by District Health Laboratory (Labkesda) Town of Tangerang, while primary data is the other data. Dependen variable is anemia status and independent variable is child characteristic (gender), family factor (father occupation, mother occupation, father education, mother education, family size), and other factor (abortion improvement factor, abortion resist factor, breakfast habit, hand wash habit, snacked habit, wormy history, wormy medicine drink history). Data analysis is done with chi square and logistic regression. Research result showing that average Hb rate in case group is 10,30 gr%, while control group is 12,89 gr%. Girl and boy percentage in case group is 60% and 40%_ Statistic test showing that there's no significant relation (p > 0,05) between anemia status with father occupation (p = 0,1010), family size (p 0,363), and snacked habit (p = 0,212). Statistic result test showing that there's a significant relation (p < 0,05) between anemia status with gender (p = 0,001), mother occupation (p = 0,004), father education (p = 0,006), mother education (0,00), abortion improvement (p = 0,00), abortion resist (p = 0,003), breakfast habit (p = 0,030), hand wash habit (p = 0,027), wormy history (p = 0,005), wormy medicine drink habit (p = 0,005)_ Analysis result with logistic regression showing that the most dominant variable is mother education (p = 0,0026, OR = 6,6084). Anemia status is related direct and indirect with factors: gender, mother occupation, father education, mother education, abortion improvement factor, abortion resist factor, breakfast habit, hand wash habit, wormy history, and wormy medicine drink history. That for parents, school, public, and government needs to overcome and prevent anemia in school children according to their own competence.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T12822
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Betty Yosephin
Abstrak :
Anak sekolah adalah investasi bangsa karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Merupakan kelompok usia yang sedang mengalami proses tumbuh kembang fisik dan psikosostal yang pesat. Salah satu masalah gar yang senng terjadi adalah anemia gizt. Anemia gizi best dapat menimbulkan berbagal dampak pada anak sekolah antara lain kesakitan dan kemattan akan meningkat, perkembangan otak dan pertumbuhan tisik teriambat, perkembangan motonk, mental, kecerdasan terhambat, daya tangkap belajar menurun. Revalensi anemia anak sekolah menurut laporan SKK 1 tahun 1995 sebesar 47,2%. Sedangkan hasil SKKRT 2001 menunjukkan prevalensu anemia pada kelompok umur - 14 tahun sebesar 28,3%. Salah satu strategi untuk mencegah dan menanggulangi masalati anemia jangka pendek yang telah dilakukan oleh pemenntah maupun non pemenntah diarahkan untuk membenkan suplementasi tablet besi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembenan suplementasi tablet besi dua Kali seminggu selama 12 minggu terhadap perubahan status anemia gizi dan taktor-taktor yang berhubungan dengan status anemia akhir anak SD di SU Jakarta Mara. Data yang digunakan adalah data sekunder dan studs data dasar pembenan suplementasi tablet best yang dilakukan oleh Yayasan Kusuma Buana ( YKB) tahun LUUS pada 6 SD di Jakarta Mara dengan rancangan one group pre post test tanpa ada kelompok kontrol. Sampel berjumlah 144 anak, dengan kriteria siswa yang mendenta anemia dare kelas 111 sampai dengan kelas V, mendapat suplementasi tablet besi, ketika wawancara tidak sakit, dan belum menarche. Hasil penelitian mi menunjukkan baflwa anemia anak sekolah sebelum mendapat suplementasi 144 anak (1 N%) sedangkan anemia setelah suplementasi menurun menjadi 17 anak Hasil analisis bivariat mendapatkan adanya hubungan yang bermakna antara kebiasaan makan utama, dengan nilai p = 0,006 (nilai RR 1,618; 95% C1: 1,146-2,285), konsumsi sumber zat besi hem dengan nilai p= 0,021 (nilai RR 1,482; 95%CI : 1,075- 2,043 ), besar keluarga dengan nilal p = 0,045 (nilai RR 1,503; 95% 1,0114 - 2,249), pendidikan ibu dengan nilai p = 0,017 (nilai RR 1,538; 95% CI: 1,078- 2,196) terhadap status anemia akhir. Disarankan agar pemenntah (Departemen Kesehatan dan DinasKesehatan Jakarta utara) menjadikan anak sekolah sebagai salali satu prioritas sasaran program penanggulangan anemia mengingat prevalensi anemia anak sekolah masih linggi, melakukan sosialisasi tentang tmgginya prevalensi pada anak sekolah dan dampak yang ditimbulkannya. Yalu dilalcukan penyuluhan terhadap anak sekolah dan orangtua tentang kebiasaan sarapan pagi, makanan jajanan, bahan makanan sumber zat besi, penyebab dan dampak anemia. Diperlukan pula penelitian lebih lanjut mengenai suplementasi zat besi dengan menggunakan kelompok pembanding (kontrol).
Schoolchild is nation investment because they are nation next generation. It was age group that experiencing rapid physical and psychosocial development. One of the nutrition problems that often occur is nutrition anemia. Ferrum anemia could emerge various impacts to schoolchild such as sickness and death will increase, brain development and physical development pursued, motorik, mental and intelligence development pursued, and learning adding capacity decrease. Anemia prevalence of schoolchild according to SKRT 1995 is 47,2%. While SKRT 2001 result shows anemia prevalence on 5-14 years old age group 28,3%. One of the strategy to prevent and overcome short-term anemia problems that conducted by whether government or non-government suggested to give ferrum supplementation. This research was aimed to found the influence of ferrum tablet supplementation distribution twice a week for 12 weeks toward nutrition anemia status change and factors that related with last anemia status of elementary school children in six North Jakarta elementary schools. Data used is secondary data from basic data study of ferrum supplementation distribution that conducted by Kusuma Buana Foundation (YKB) year 2005 on 6 North Jakarta elementary schools using one group pre-post test design without control group. Total research subject are 144 children, using criteria of students who suffer anemia from Ill`d grade to grade, getting ferrum supplementation, when conducting interview not in sick condition and not yet menarche. This research shows that schoolchild anemia cases before getting 144 children supplementation (100%) while anemia cases after supplementation decrease to 77 children (53,5%). From bivariate analysis result obtained significant relation between main eat behavior, with p = 0,006 (RR value 1,618; 95% CI; 1,146-2,285), hem ferrum source consumption with p = 0,045 (RR value 1,503; 95% Cl; 1,004-2,249), mother education with p = 0,017 (RR value 1,538; 95% CI; 1,078-2,196) toward last anemia status. Government suggested (North Jakarta Health Department and Health Official) making schoolchild as one of the anemia prevention program target considering that schoolchild anemia prevalence still high, conducting socialization toward high prevalence of schoolchild and emerged influence. Need conducted counseling toward elementary school child and parents about breakfast behavior, snack food, food substances with ferrum source, anemia cause and impact. Further research also needed toward ferrum supplementation and using control group.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T20073
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yanti Kamayanti Latifa
Abstrak :
Remaja puteri adalah salah satu kelompok yang rentan mengalami anemia defisiensi zat besi. Pada tahun 2012, diketahui prevalensi anemia pada remaja puteri di Kabupaten Karawang sebesar 46,62%. Status gizi seseorang sangat berpengaruh terhadap status kesehatannya. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa kejadian anemia pada remaja puteri berhubungan dengan status gizi. Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi dengan kejadian anemia pada remaja puteri di lima SLTA Kabupaten Karawang. Studi ini menggunakan data sekunder dari Survey Anemia pada Remaja Puteri oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang yang dilakukan pada Tahun 2013. Desain studi yang digunakan adalah studi cross sectional analytic. Jumlah sampel pada studi ini adalah 881 orang. Hasil analisis menunjukkan bahwa hubungan status gizi dengan anemia pada remaja puteri di Kabupaten Karawang tahun 2013 memiliki nilai prevalence ratio sebesar 1,31 (95% CI : 1,18 - 1,46), artinya remaja puteri yang memiliki status gizi kurus memiliki risiko 1,31 kali lebih besar menderita anemia dibandingkan yang memiliki status gizi normal atau status gizi kurus meningkatkan risiko sebanyak 31% untuk menderita anemia pada remaja puteri dibandingkan status gizi normal.
Adolescent girls are one of the groups that are susceptible to iron deficiency anemia. In Karawang district, in 2012 known prevalence of anemia among adolescent girls was 46.62%. Nutritional status affects the person's health status. Several previous studies indicate that the incidence of anemia in adolescent girls associated with nutritional status. This study aims to determine relationship of nutritional status and anemia among adolescent girls in five senior high schools of Karawang district in 2013. The study used secondary data from the Survey Anemia in Adolescent Girls by Karawang District Health Office conducted in year 2013. Study design used was a cross sectional analytic study. The number of samples in this study was 881 people. The analysis showed that the relationship of nutritional status and anemia among adolescent girls in Karawang district in 2013 had a prevalence ratio of 1,31 (95% CI: 1,18 - 1,46), meaning adolescent girls who have underweight nutritional status were 1,31 times more likely to have anemia than with a normal nutritional status. In other words, nutritional status of underweight increased the risk by 31% for adolescent girls suffer from anemia than normal nutritional status.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41908
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Deon Raditya Hibbattino
Abstrak :
Anemia merupakan salah satu sindrom yang menjadi salah satu masalah kesehatan yang paling umum di dunia. Anemia dapat terjadi pada setiap orang termasuk remaja usia 13-18 tahun. Salah satu kelompok masyarakat yang rentan terhadap anemia adalah santri pondok pesantren. Masalah pola makan sering dijumpai sehingga dapat mempengaruhi status gizi santri tersebut. Penelitian ini merupakan studi cross sectional dengan menggunakan pengukuran indeks massa tubuh dan kadar hemoglobin dalam darah dari santri Pesantren Tapak Sunan tahun 2011. Pengukuran indeks massa tubuh dikonversi menjadi status gizi berdasar acuan standar antropometri penilaian status gizi anak Kementerian Kesehatan Indonesia, sedangkan kadar hemoglobin akan dikonversi menjadi status anemia menggunakan batasan anemia dari WHO. Dari penelitian didapatkan prevalensi anemia sebesar 25,5% dengan tingkat prevalensi pada status gizi baik sebesar 16% dan prevalensi anemia pada gizi lebih sebesar 9,5%. Data dianalisis dengan menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan nilai kemaknaan p=0,397. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara status gizi dengan terjadinya anemia pada santri pesantren tersebut. ...... Anaemia is a syndrome which occur wideworld and become one of the common health problem around the world. Everyone can suffer anaemia include adolescent aged at 13-18 years old. One of the society member whose at risk to develop anaemia is students of pesantren, they tend to ignore their needs include the needs to eat healthy food. This problem can influence their nutritional status. This study is a cross-sectional study using measurement of body mass index and the concentration of haemoglobin in blood from student of Pesantren Tapak Sunan in 2011. The measurement of body mass index will be converted to nutritional status based on anthropometric assessment of child nutrition standards of Indonesian Ministry of Health, while the concentration of haemoglobin in blood will be converted to anaemic status according to WHO cut-off point. Result show that 25.5% subjects with anaemia and 16% subjects with anaemia have good nutritional status while 9.5% subjects with anaemia have excess nutritional status. Data is analyzed with chi-square and obtained p=0.397 which means that the relationship between nutritional status and anaemia prevalence in the student of pesantren doesnt have a significant means.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Zuraidah
Abstrak :
Prevalensi anemia gizi pada anak Sekolah Dasar (SD) yang sampai sekarang masih tinggi (sekitar 30 %), merupakan sasaran prioritas ketiga dalam penanggulangan anemia. Dampak buruk yang diakibatkan oleh anemia gizi, khususnya bagi anak sekolah akan dapat menurunkan konsentrasi dan prestasi belajar, malas, lemah, pasif, apatis dan sering terkena penyakit sehingga akhimya perkembangan dan pertumbuhannya akan terganggu. Dalam upaya peningkatan dan pengembangan kualitas sumberdaya manusia yang sehat, produktif dan mempunyai inteligensia yang tinggi, maka pemerintah dalam hal ini Direktorat Bina Gizi Masyarakat, Departemen Kesehatan RI telah melaksanakan program Pemberian Makanan Tambahan bagi anak Sekolah Dasar (PMT-AS) dan tablet besi khususnya pada desa tertinggal di Indonesia. Dalam penelitian ini, digunakan data sekunder yang dikumpulkan pada pelaksanaan program PMT-AS dan tablet besi terhadap 189 orang anak SD yang berasal dari 5 SD pada 5 Kabupaten di Propinsi Jawa Barat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pemberian Makanan Tambahan dan tablet besi terhadap perubahan status anemi gizi anak sekolah. Untuk itu, desain penelitian yang digunakan adalah Praeksperimental dengan perlakuan ulang, dengan intervensi berupa makanan tambahan yang terdiri dari 200 - 300 kalori dengan 10 - 12 gram protein yang dibenkan selama 4 (empat bulan), serta tablet besi dosis 120 mg sebanyak 90 buah tablet yang diberikan yang diberikan setiap hari selama 3(tiga bulan). Variabel yang diteliti adalah status anemia gizi setelah intervensi (dependen) dan variabel independen adalah : status anemia gizi sebelum intervensi, status gizi , umur, jenis kelamin, pengetahuan gizi, sikap gizi serta perilaku gizi. Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan prevalensi anemia gizi dan 87.3 % menjadi 21.2 % setelah diberikan intervensi. Sedangkan dari hasil analisis statistik secara multivariat diketahui bahwa faktor yang sangat berpengaruh terhadap status anemia gizi setelah diberikan intervensi, berturut-turut adalah status anemia gizi awal, status gizi serta perilaku gizi anak. Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan agar dalam pelaksanaan program penanggulangan anemia pada anak SD khususnya di desa tertinggal Propinsi Jawa Barat agar seluruh anak SD dibenkan tablet besi (blanket program), sedangkan secara individual perlu untuk mempnoritaskan anak yang menderita anemia serta mempunyai status gizi kurang yang kemungkinan besar tidak hanya terdapat di IDT. Disarankan pula agar dalam memberikan intervensi untuk penanggulangan anemia, untuk selalu dapat mengetahui kadar Hb anak dengan tepat sebelum dan sesudah pelaksanaan intervensi.
Effect of Iron Suplementation on Nutritional Anemia Status of Elementary School Children Recieving Suplementary School Feeding Package and Iron Tablets in Less Developed Villages, West Java 1995Up to now, the prevalence of nutritional anemia in school children is still high (± 30 %) and even though the third priority in nutritional anemia program. Nutritional anemia has negative impact especially to school children. It will cause laziness, fatigue, less active, apathetic, and also decreasing learning capacity due to shortened attention span. So those would lower educational achievement, beside that anemic children are easily get sick which will affect their growth. Healthy, productive and intelligent people are the goal of human resources development. The government especially Nutrition Development of the Ministry of Health conducts a supplementary school feeding and iron tablets. The target group is elementary school children of less developed villages in Indonesia. This study used evaluative data on 189 children who received supplementary school feeding and Iron tablets in 5 elementary school in 5 districts in West Java which were collected In 1995. The objectives of the study are to find out the effect of supplementary feeding and iron tablets on the anemia status of children who received the package. Study design was a pre-experimental designs which supplementary feeding and an iron tablet was given as intervention. The package consists of 200 - 300 calories and 10 - 12 gram protein per day were given for 4 months and 120 mg iron tablets was given daily for 3 months (90 tablets). Nutrition anemia status alter intervention was the dependent variable while the independent variables were nutritional anemia status before intervention, nutritional status before intervention, age, sex, nutritional knowledge, attitude and practice on nutrition before intervention. The result showed that after the intervention, the nutritional anemia status pevalence was decreased from 87.3 % to 21.2 %. Multivariate analysis showed that nutritional anemia status, nutritional status, and practices of nutrition before intervention were the variables that influence anemia status after intervention. At macro level it is suggested that the implementation of similar program should be covered all school children (blanket program) of less developed villages. While at individually level, it is suggested that priority should be given only to children who suffered from anemia and under nutrition not only in the less developed villages area.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library