Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 46 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kevin
"Obesitas anak meningkat dua kali lipat dalam 20 tahun terakhir dan terjadi pada negara berkembang seperti Indonesia Pengaruh pengetahuan gizi terhadap asupan remaja masih dalam perdebatan Penelitian ini bertujuan untuk menelusuri hubungan tingkat pengetahuan gizi dengan asupan energi dan makronutrien Pengambilan data berlangsung pada Februari hingga April 2012 pada salah satu fakultas kedokteran di Jakarta Seluruh mahasiswa berusia 15 18 tahun diikutsertakan dalam penelitian potong lintang ini Pengetahuan gizi diukur melalui kuesioner isian Asupan energi dan makronutrien ditelusuri melalui wawancara gizi dengan panduan kuesioner FFQ Sebanyak 75 subyek ikut serta dalam penelitian dengan 62 di antaranya memiliki tingkat pengetahuan gizi sedang dengan rerata skor 21 00 12 00 27 00 Konsumsi rerata energi karbohidrat protein dan lemak harian responden adalah 2443 60 761 30 ndash 5109 00 kkal 316 10 106 50 ndash 734 20 gram 88 89 37 02 gram dan 82 00 14 80 211 30 gram Proporsi karbohidrat protein dan lemak pada responden adalah 53 97 9 31 13 31 7 67 ndash 22 45 dan 31 95 12 59 ndash 53 47 Laki laki mengonsumsi total energi dan makronutrien yang lebih tinggi tetapi komposisi yang serupa dengan perempuan Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan gizi dengan asupan energi p 0 415 jumlah dan komposisi karbohidrat p 0 715 p 0 323 protein p 0 634 p 0 387 serta lemak p 0 116 p 0 398 Oleh karena itu peningkatan pengetahuan gizi tidak berhubungan dengan asupan energi dan makronutrien yang lebih baik.

Adolescent's obesity increased two times in recent two decades and existed in developing countries like Indonesia Effect of nutrition knowledge on nutrition intake is still debated We investigated the relationship between nutrient knowledge levels and energy and macronutrient intake Data was collected from February to April 2012 at a medical school in Jakarta All students aged 15 to 18 years old enrolled in this cross sectional study Nutrition knowledge was assessed by open ended questions Energy and macronutrient intake was estimated by guidance of FFQ in the interview Among 75 subjects out of 62 students scored lsquo average'in nutrition knowledge with mean of 21 00 12 00 27 00 Mean consumption of energy carbohydrate protein and fat were 2443 60 761 30 ndash 5109 00 kcal 316 10 106 50 ndash 734 20 grams 88 89 37 02 grams and 82 00 14 80 ndash 211 30 grams respectively Proportion of carbohydrate protein and fat in the diet were 53 97 9 31 13 31 7 67 ndash 22 45 and 31 95 12 59 ndash 53 47 Males consumed higher energy and macronutrients intake but had similar diet composition There were no significant correlations between nutrition knowledge levels and energy intake p 0 415 number and composition of carbohydrate p 0 715 p 0 323 protein p 0 634 p 0 387 and fat p 0 116 p 0 398 intake Therefore better nutrition knowledge did not correspond to better energy and macronutrient intake.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Karina Maharani Pramudya
"Pola asupan makanan yang tidak seimbang banyak dijalani kaum remaja saat ini. Hal tersebut menyebabkan ancaman status gizi berlebih semakin mengintai para remaja. Status gizi remaja dapat tercermin melalui pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT). Tujuan penelitian ini ialah mengetahui hubungan antara asupan energi dan komposisi makronutrien dengan IMT pada remaja usia 15-18 tahun. Penelitian menggunakan desain penelitian potong lintang analitik. Pengambilan data dilaksanakan di Jakarta terhadap 75 mahasiswa kedokteran, laki-laki (n=31) dan perempuan (n=44), tingkat 1 tahun 2012 yang diminta untuk menjawab wawancara mengenai asupan hariannya memakai kuisioner Food Frequency Questionnaires (FFQ) semikuantitatif dan menjalani pemeriksaan fisik, berupa tinggi dan berat badan.
Dari penelitian ini, hasilnya, yakni sebaran subjek berdasarkan asupan energi , yaitu kurang (24%), cukup (30,7%), lebih (45,3%). Untuk asupan karbohidrat ialah kurang (10,7%), cukup (77,3%), dan lebih (12%). Sementara itu, asupan lemak yang kurang ada 24%, cukup sebanyak 44%, dan lebih sebesar 32%. Terakhir, sebaran subjek berdasarkan asupan protein, yakni kurang (1,3%) dan cukup (98,7%). Tidak ada responden yang asupan proteinnya lebih. Distribusi subjek berdasarkan IMT, yaitu pada laki-laki 9,7% kurang, 61,3% normal, dan 29% lebih sedangkan pada perempuan 90,9% normal dan 9,1% lebih. Kesimpulan pada penelitian ini ialah tidak terdapat adanya hubungan (p>0,05) antara asupan energi dan komposisi makronutrien dengan IMT pada remaja usia 15-18 tahun.

Unbalance pattern of food intake become trend for many young people at this time. This causes overweight and obesity risk threaten the teens. Adolescent nutritonal status can be defined by Body Mass Index (BMI) measurement. The purpose of this study is to determine the relationship between energy intake and macronutrient composition with BMI in adolescents aged 15-18 years old. Study used cross-sectional analytical study design. Data collection was conducted in Jakarta on 75 first grade medical students, boys (n=31) and girls (n=41), in 2012 who were asked to answer the interview about her daily intake using Food Frequency Questionnaires (FFQ) semiquantitative and underwent a physical examination, such as height and weight.
The results from this study were the respondent distributions of energy intake were less (24%), adequate (30,7%), over normal (45,3%). For carbohydrate intake were less (10,7%), adequate (77,3%), and over normal (12%). Meanwhile, there were 24% respondents with less intake of fat, 44% adequate. and 32% over normal. Last, the distributions of protein intake were less (1,3%) and adequate (98,7%). No respondent with over normal protein intake. Subject distributions of BMI, were in boys 9,7% less, 61,3% normal, and 29% over normal while in girls, 90,9% normal and 9,1% over normal. The conclusion of this study is there is no relationship (p>0,05) between energy intake and macronutrient composition with BMI in adolescents aged 15-18 years old.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dilla Christina
"Beberapa tahun terakhir angka obesitas di Indonesia cenderung meningkat. Obesitas terjadi akibat ketidakseimbangan antara asupan dan output energi dalam jangka waktu cukup lama. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko kejadian obesitas pada pekerja on shore di perusahaan minyak dan gas.
Desain penelitian ini adalah studi cross sectional. Sampel yang diteliti adalah seluruh pekerja on shore (laki-laki maupun perempuan) berusia 35 ? 55 tahun yang sesuai dan memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi yang telah ditetapkan (n = 378).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi obesitas (IMT ³ 25 kg/m2) pada pekerja on-shore sebesar 49,5%. Variabel umur, tingkat pendidikan, status pegawai, asupan energi, karbohidrat, dan serat memiliki hubungan signifikan dengan kejadian obesitas (nilai p < 0,05). Faktor yang paling dominan berhubungan dengan kejadian obesitas adalah tingkat pendidikan (OR = 2,85; 95%CI = 1,240 ? 6,502). Tingginya prevalensi obesitas pada pekerja memerlukan perhatian yang lebih serius dari pihak perusahaan dalam menanggulangi masalah obesitas melalui upaya peningkatan program komunikasi, informasi, dan edukasi gizi yang lebih terarah dan terprogram serta perlu dilakukan sosialisasi untuk memantau berat badan dan lingkar pinggang-panggul secara rutin untuk mencegah timbulnya penyakit jantung koroner.

In the last few years the incidence of obesity in Indonesia tends to increase. Obesity is caused by an imbalance between energy intake and output in a long term. The purpose of this study was to identify risk factors in the incidence of obesity of the workers on-shore oil and gas companies.
This research designed by cross sectional study.The subject of this research was on shore workers of oil and gas company (male and female) aged 35 ? 55 years old in East Kalimantan and were eligible for inclusion and exclusion criteria (n = 378).
The results showed that the prevalence of obesity of on shore workers was as high as 49.5% (BMI ³ 25 kg/m2). Age, level of education, employement status, energy, carbohydrate, and fiber intake were associated with obesity (p value < 0,05). The most dominant factor associated with obesity was level of education (OR = 2,85; 95%CI = 1,240 - 6,502). The high prevalence of obesity in the workers need more serious attention from the company in overcoming the problem of obesity, by enhancing the EIC program with more focused and sustainable, and need to socialize monitoring of body weight and waist-hip circumference regularly to prevent coronary heart disease."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Calvin Kurnia Mulyadi
"Asupan makanan berlebih dan rendahnya aktivitas fisik adalah dua faktor risiko obesitas pada remaja. Kurangnya pemahaman akan hubungan antarfaktor risiko ini membuat obesitas remaja sulit ditangani dan cenderung berlanjut ke usia dewasa. Studi ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat aktivitas fisik (physical activity level/PAL) dengan asupan energi dan makronutrien. Penelitian dilakukan di salah satu fakultas kedokteran di Jakarta dalam periode Juni 2011-Juni 2013, dengan metode total sampling pada populasi mahasiswa berusia 15-18 tahun. Data asupan energi dan makronutrien dari sampel yang terdiri atas laki-laki (n=30) dan perempuan (n=43), dinilai menggunakan Food-Frequency Questionnaire semikuantitatif, sedangkan PAL dengan Bouchard three-days physical activity record. Dengan uji one-way anova, terdapat hubungan antara PAL dengan asupan energi dan lemak (p=0,025 dan 0,019), sedangkan asupan karbohidrat dan protein sebaliknya. Dengan analisis post-hoc LSD, perbedaan bermakna terdapat pada PAL sedang dan tinggi (asupan energi p=0,007; lemak p=0,005), sedangkan rata-rata asupan energi dan makronutrien tetap tinggi pada PAL rendah. Disimpulkan bahwa peningkatan keluaran energi total akan meningkatkan asupan energi, sedangkan PAL rendah tidak akan mengubah kebutuhan energi individual.

Excessive nutrient intake and low physical activity are two obesity risk factors in adolescent. Lack of understanding in relationship amongst these risk factors has made adolescent obesity become health problems and tends to progress into adulthood. This study aimed to investigate the relationship between physical activity level (PAL) with energy and macronutrient intake. Study was held in one of medical school in Jakarta from June 2011-June 2013, with total sampling on medical students aged 15-18. Energy and macronutrient intake from boys (n=30) and girls (n=43) were assessed using semiquantitative Food-Frequency Questionnaire, while PALs were assessed using Bouchard-three days physical activity record. One-way anova analysis showed significant relationship of PAL toward energy and fat intake (p=0,025 and 0,019), and none of carbohydrate and protein intake. The post-hoc LSD analysis revealed the significant mean difference were found in subjects classified as high and moderate PAL (for energy intake p=0,007; fat intake p=0,005). Meanwhile, energy and all macronutrients intake were found to be persistently high in subject with low PAL. In conclusion, increase in total energy expenditure will subsequently induce increase in energy intake, but low PAL did not change the individual energy requirement."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Evan Regar
"Status gizi merupakan parameter yang dapat mengetahui masalah kesehatan di suatu daerah atau negara. Hingga saat ini prevalensi masalah gizi di Indonesia masih cukup tinggi, yang dapat ditentukan dengan indeks berat badan menurut usia (BB/U) dan tinggi badan menurut usia (TB/U). Masalah gizi kronik akan menimbulkan komplikasi jangka panjang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecukupan asupan energi dan makronutrien dengan status gizi pada anak usia lima sampai tujuh tahun.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional-analitik potong lintang dengan menggunakan data sekunder. Data yang dianalisis adalah data yang memenuhi kelengkapan tanggal lahir, pengukuran antropometri, serta analisis food recall 24 jam. Besar sampel penelitian ini adalah 122 anak. Analisis statistik yang digunakan adalah metode Fisher.
Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan bermakna antara kecukupan asupan protein dengan status gizi (indeks BB/U: p=0,024; indeks TB/U: p=0,037). Tidak terdapat hubungan bermakna antara kecukupan asupan energi dengan status gizi (indeks BB/U: p=0,358; indeks TB/U: p=0,733), kecukupan asupan lemak dengan status gizi (indeks BB/U: p=1,000; indeks TB/U: p=1,000), dan kecukupan asupan karbohidrat status gizi (indeks BB/U: p=0,462; indeks TB/U: p=1,000).

Nutritional status is a parameter that could determine health problems in a region or a country. So far prevalence of nutritional problem in Indonesia is still quite high. Nutritional problem can be determined by measuring weight-for-age (W/A) and height-for-age (H/A) index. Persistent nutritional problem correlates with long-term sequelae. This study was intended to evaluate the association between energy-macronutrient adequacy and nutritional status in children age five to seven year old.
This study was an observational-analytic, cross-sectional using secondary data. In order to be analayzed datas must have complete birth date, anthropometric measurement, and analysis of 24-hour food recall. The study population was 122 children. Statistical analysis was performed using Fisher test.
We found that there was a significant association between protein adequacy and nutritional status (W/A index: p=0.024; H/A index: p=0.037). There was no significant association between energy adequacy and nutritional status (W/A index: p=0.358; H/A index: p=0.733), fat adequacy and nutritional status (W/A index: p=1,000; H/A index: p=1.000), carbohydrate adequacy and nutritional status (W/A index: p=0.462 and H/A index: p=1.000).
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fadia Ramadhanti Taufani
"Energi yang berasal dari zat gizi makro dibutuhkan untuk melakukan metabolisme tubuh, kegiatan fisik, dan pertumbuhan. Kebiasaan konsumsi energi dan zat gizi yang tidak seimbang dengan pola makan yang tidak tepat akan menyebabkan masalah gizi. Sebaliknya, asupan energi dan zat gizi seimbang serta berkualitas dapat mempertahankan kesehatan fisik dan stabilitas mental. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran asupan energi serta apakah terdapat hubungan dengan mindful eating dan faktor lainnya pada mahasiswa S1 Reguler Gizi FKM UI tahun 2022. Variabel independen pada penelitian ini adalah mindful eating, pengetahuan gizi, uang jajan untuk membeli makanan dan minuman, stress, konsumsi makanan selingan, konsumsi minuman manis, dan durasi tidur. Variabel dependen penelitian ini adalah asupan energi. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan desain studi cross-sectional. Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret-Juni 2022 kepada 136 mahasiswi tahun angkatan 2019-2021. Data yang digunakan didapatkan dari pengisian kuesioner serta food record weekday dan weekend yang diisi mandiri oleh responden. Sebesar 8.1% mahasiswi S1 Reguler Gizi FKM UI memiliki asupan energi tinggi yaitu > 80% AKG. Analisis statistik menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara stres, konsumsi makanan selingan, dan konsumsi minuman manis dengan asupan energi. Peneliti menyarankan kepada pihak universitas untuk dapat memberikan edukasi terkait pedoman gizi seimbang.

Energy derived from macronutrients is needed to carry out body metabolism, physical activity, and growth. Nutritional problems brought on by inappropriate eating patterns or unbalanced energy and nutrient consumption habits. On the other hand, a balanced and quality intake of energy and nutrients can maintain a person's physical health and mental stability.  The aim of this study was to analyze the relationship between mindful eating and other factors with energy intake in Students of Nutritional Programs at FKM UI. The dependent variable of this study was energy intake, while the independent variables were mindful eating, nutritional knowledge, allowance, stress level, snack consumption and Sugar-sweetened beverages (SSBs) and sleep duration. This research is a quantitative study with a cross-sectional design. Data were collected from March to June 2022 for 136 nutrition students of class 2019 to 2021. Data was obtained from food record 2x24 hours and online questionnaire. The result show that as many as 8.1% of student consumed high energy intake (fulfilled > 80% of Recommended Dietary Allowances). The result also showed that stress level, snack consumption and SSBs were related to students’ energy intake. Researcher suggest to university to provide education related to balanced nutrition guidelines."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risca Febriyana Nurviati
"ABSTRAK
Tujuan penelitian untuk mengetahui beberapa faktor risiko yang berhubungan dengan lingkar pinggang sebagai indikator obesitas sentral. Desain penelitian yang digunakan cross-sectional dengan sistem random sampling pada 121 responden pegawai kantor pusat PT Wijaya Karya, Jakarta Timur di bulan April-Mei 2012. Data yang dikumpulkan meliputi lingkar pinggang, riwayat genetik, usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh (IMT), persen lemak tubuh (PLT), pengeluaran per bulan, aktivitas fisik, dan asupan gizi (asupan energi, protein, lemak, karbohidrat, dan serat). Data dikumpulkan melalui pengukuran lingkar pinggang, persen lemak tubuh, antropometri, kuesioner, dan wawancara FFQ-semiquantirarive. Usia, IMT, PLT, pengeluaran per bulan, asupan energi, lemak, dan karbohidrat berkorelasi signifikan dengan lingkar pinggang (p < 0,05). Perbedaan signifikan juga ditunjukkan antara jenis kelamin dengan lingkar pinggang (p < 0,05). Semakin tinggi usia, IMT, PLT, asupan energi maka semakin besar ukuran lingkar pinggang.

ABSTRACT
The objective of this study was to determine the association of some risk factors in waist circtunference as an abdominal obesity indicator. A cross sectional comprised 121 respondent by random sampling among employee in head office PT Wijaya Karya, Jakarta Timur on April - May 2012. Data collected included genetic history, age, sex, BMI, body fat percentage (BFP), household outcome, physical activity, and dietaly intake (energy, protein, fat, carbohydrate, and fiber). Data were collected through waist measurement, percentage of body fat, anthropometry, questiomlaires, and FFQ-semiquantitative interviews. Age, BMI, BFP, household outcome, intake of energy, fat and carbohydrate were sig11ificantly correlated with waist circumference (p < 0,0S). Also indicated significant differences between the sexes with waist circumference. An increase in age, BMI, BFP, and intake of energy were correlated with a statistically significant in waist circumference gain."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fransisca
"Asupan energi dan komposisi makronutrien pada usia remaja mempengaruhi kesehatan pada usia dewasa. Remaja yang mengalami obesitas berisiko tinggi mengalami penyakit serius di usia dewasa seperti penyakit kardiovaskular dan diabetes mellitus. Lingkar pinggang digunakan dalam penelitian ini sebagai parameter status gizi remaja khususnya untuk menggambarkan obesitas sentral. Penelitian cross sectional ini dirancang untuk mengetahui hubungan asupan energi dan komposisi makronutrien dengan lingkar pinggang remaja usia 15 18 tahun di Jakarta. Data diambil dari 75 orang remaja yang berkuliah di salah satu Fakultas Kedokteran di Jakarta pada periode Maret 2012 Mei 2012. Data diambil secara total sampling dan diperoleh dari wawancara dengan menggunakan instrumen FFQ Food Frequency Questionnaire serta pengukuran lingkar pinggang. Sebanyak 20 dari total subjek mengalami obesitas sentral. Subjek rata rata mengonsumsi energi berlebih dengan nilai tengah sebesar 2443 761 5109 kkal dengan rerata persentase komposisi makronutrien sebagai berikut 53 97 9 31 karbohidrat 13 67 2 65 protein dan 31 41 8 12 lemak. Hubungan antara asupan energi dengan lingkar pinggang remaja menghasilkan nilai p 0 908. Sedangkan hubungan komposisi karbohidrat protein dan lemak dengan lingkar pinggang remaja masing masing menghasilkan nilai p 0 118 p 0 200 p 0 540. Dengan demikian tidak terdapat hubungan antara asupan energi dan komposisi makronutrien dengan lingkar pinggang pada remaja usia 15 18 tahun di Jakarta.

Energy intake and macronutrients composition in adolescents could affect the health when they become an adult. The obese adolescent have high risk to have serious disease when they become adult such as cardiovascular disease and diabetes mellitus. Waist circumference was used in this study for represent adolescents rsquo nutrition status in particular to describe central obesity. This cross sectional study was design to know the relationship between energy intake and macronutrients composition in adolescents aged 15 18 years in Jakarta. Data were taken from 75 adolescents who study in one of Medical Faculty in Jakarta during March 2012 May 2012. Data were taken by total sampling and obtained from interview by using FFQ Food Frequency Questionnaire and waist circumference measurement 20 of subjects had central obesity. Subjects on average consume excess energy with a median of 2443 761 5109 kkal with a mean percentage of macronutrients composition as follows 53 97 9 31 of carbohydrate 13 67 2 65 of protein and 31 41 8 12 of fat. Relationship between energy intake and waist circumference in adolescents had the p value 0 908. While relationship between carbohydrate protein and fat composition with waist circumference in adolescents had each p value as follows p 0 118 p 0 200 p 0 540. Thus there was no relationship between energy intake and macronutrients composition with waist circumference in adolescents aged 15 18 years in Jakarta."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Melissa Lenardi
"Perubahan gaya hidup remaja menyebabkan ketidakseimbangan asupan energi dan aktivitas fisik yang berujung pada obesitas, mempengaruhi kesehatanya di usia dewasa. Obesitas dini dapat menyebabkan penyakit degeneratif terjadi secara lebih cepat. Penelitian ini ingin mencari faktor asupan energi dan komposisi makronutrien dalam mempengaruhi status gizi berdasarkan tebal lipatan kulit. Seluruh mahasiswa tingkat pertama usia 15-18 tahun pada juni 2011-Juni 2013 (n=75) diwawancara asupan makanannya dalam satu bulan terakhir, kemudian dicari asupan energi harian, komposisi karbohidrat, protein dan lemaknya.
Subjek juga diukur tebal lipatan kulit di empat lokasi (bisep, trisep, subskapula dan suprailiaka), kemudian dicari persentase lemak tubuh dan digolongkan kedalam status obesitas dan tidak obesitas. 25,8% remaja pria dan 38,6% remaja wanita tergolong obesitas dengan kadar lemak tubuh ≥25(♂) dan ≥35%(♀) pada usia 15-18 tahun. Baik remaja dengan obesitas maupun tidak obesitas kebanyakan mengonsumsi asupan energi secara berlebih 2443(761-5109)kkal atau sebanding dengan 104(35-230)% AKG dimana laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan. Asupan gizi rerata dengan komposisi 53.97±9.31% karbohidrat, 13.67±2.65% protein dan 31.41±8.12 % lemak. Kadar lemak pada pria (30,6±3,7%) lebih besar daripada pada wanita (21,4±5,3%).
Hubungan antara asupan energi, komposisi karbohidrat, protein dan lemak dengan tebal lipat kulit masing masing dengan p=0,703; p=0,189; p=0,319; p=0,804. Asupan energi yang berlebihan maupun komposisi karbohidrat, protein dan lemak tidak secara langsung berpengaruh terhadap status gizi berdasarkan tebal lipatan kulit. Status gizi berdasarkan tebal lipatan kulit dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor lain di luar itu sehingga perlu diperhatikan hal-hal lain dalam memberikan intervensi kesehatan untuk memperbaiki kondisi obesitas.

Adolescent lifestyle changes led to an imbalance energy intake and physical activity lead to obesity which led to premature degenerative diseases. This study wanted to find energy intake and macronutrient composition as a factor influence skinfold thickness. The entire freshman aged 15-18 years (n=75) on June 2011were interviewed to exam the past month food intake, carbohydrates, protein and fat composition using FFQ questionnaire.
Subject were also had skinfold thickness at four sites examined, those measurement would lead to body fat percentage and had categorized into obesity and non-obesity. 25,8% male and 38,6 female adolescent were classified as obese with body fat percentage ≥ 25 (♂) and ≥ 35% (♀) at the age of 15-18 years. Both adolescents with obese and non-obese mostly consume excess energy intake 2443(761-5109) kcal equivalent to 104(35-230)% RDA, while male consumed 113(65-197)% RDA on average and female 107±39% RDA. The macronutrient diet compositions consist of 53.97±9.31% carbohydrate, 13.67±2.65% protein and 31.41±8.12% fat. Body fat percentages in male (30.6±3.7%) were greater than women (21.4±5.3%).
Relations between energy intake, carbohydrate, protein and fat composition with skinfold thickness is p = 0.703, p = 0.189, p = 0.319, p = 0.804 respectively. Excessive energy intake and carbohydrates, protein and fats composition do not directly affect the nutritional status based on skinfold thickness. Nutritional status based on skinfold thickness could be affected by other factors that need to be considered, especially in delivering health interventions to improve the adolescent obesity condition.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adila Prabasiwi
"Persepsi Ketidakcukupan ASI (PKA) adalah keadaan dimana ibu merasa ASI nya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran status gizi, asupan energi, dan PKA pada ibu bayi 0-6 bulan di Kecamatan Tegal Selatan dan Margadana Kota Tegal Tahun 2014 serta faktor-faktor yang berhubungan dan yang paling dominan terhadap PKA. Penelitian ini merupakan penelitian primer dengan desain penelitian cross sectional. Penelitian dilakukan pada bulan Mei Tahun 2014 di dua kecamatan di Kota Tegal. Pengambilan data dilakukan oleh 4 orang enumerator yang mempunyai latar belakang pendidikan gizi. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 88 responden.
Hasil penelitian menunjukkan 51,1% ibu mengalami PKA.Variabel asupan energi, pengetahuan, dan IMD signifikan berhubungan dengan PKA setelah dikontrol variabel status gizi, paritas, rawat gabung, perlekatan menyusui, dukungan keluarga, dan dukungan tenaga kesehatan. Ibu yang pengetahuannya kurang berisiko 12,4 kali mengalami PKA dibandingkan dengan ibu yang pengetahuannya baik. Ibu yang asupannya <2200 kkal/hari berisiko 3,8 kali mengalami PKA dibandingkan dengan ibu yang asupan energinya ≥2200 kkal/hari. Sementara ibu yang tidak melaksanakan IMD berisiko 3,3 kali mengalami PKA dibandingkan dengan ibu yang melaksanakan IMD.

Perceived Insufficient Milk (PIM) is the condition in which a mother feels that her breast milk is insufficient to fulfill the needs of her baby. This study aims to describe nutritional status, energy intake, and PIM among mothers of children aged 0-6 months old in Tegal Selatan and Margadana Sub-Districts of Tegal City in 2014. The study also aims to identify the factors that related and most dominantly related to PIM. This is a primary study with a cross sectional research design. This study was carried out on May 2014 in two sub-districts in Tegal City. Data collection was performed by 4 enumerators with nutritional background study. The number of sample was 88 respondents.
The result of this study shows that 51,1% mothers experience PIM. Variables energy intake, knowledge, and Early Initiation of Breastfeeding (EIB) are significantly related to PIM after controlled by variables; nutritional status, parity, rooming-in, latch on, family support, and health practitioners support. Mothers with less knowledge are at risk 12.4 times more than those with good knowledge to experience PIM. Mothers with energy intake <2200kkal/day are at risk to experience PIM 3.8 times more than those with energy intake ≥2200 kkal/day. Meanwhile, mothers who do not practice EIB are at risk to experience PIM 3.3 times more than those who practice it.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41635
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>