Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ratu Ayu Dewi Sartika
"Gizi merupakan faktor determinan utama yang berhubungan dengan kualitas sumber daya manusia. Anak-anak berusia kurang dari lima tahun adalah kelompok rentan untuk masalah gizi dan kesehatan. Tujuan penelitian ini mendapatkan faktor status gizi yang paling dominan anak usia dibawah lima tahun. Penelitian ini dilakukan terhadap sumber data sekunder data riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2007. Penelitian ini menggunakan metode analisis multivariat untuk menilai berbagai faktor risiko yang berhubungan dengan status nutrisi. Mengunakan berat badan untuk umur, faktor risiko paling dominan adalah diare setelah dikontrol dengan sumber air minum, ketersediaan latrine, status sosioekonomi, ukuran keluarga , gender, pemanfaatan pelayanan kesehatan, penyakit saluran napas, pekerjaan ibu dan waktu pemberian air susu ibu sampai dua tahun. Menggunakan tinggi untuk tinggi badan faktor risiko dominan adalah ketersediaan latrines setelah dikendalikan oleh perilaku cuci tangan, status sosial ekonomi, sumber air minum, durasi pemberian ASI sampai dua tahun. Untuk mengatasi masalah gizi pada anak usia di bawah lima tahun dibutuhkan kebijakan yang terfokus memulihkan pertumbuhan dan status kesehatan anak usia di bawah lima tahun dengan korelasi antara program gizi dan program lain, seperti kesehatan lingkungan dan imunisasi. Selain itu, pemerintah harus mengatur peranan posyandu sebagai fasilitas yang membantu pemerintah untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat.

Nutrition is one of the major determinant factors related to human resources quality. Under-five years old children are susceptible to nutrition and health problems. The purpose of this study is to identify the most dominant factor of nutritional status of under five children using Riskesdas data in 2007. Multivariate analysis results showed that the risk factor which mostly associated with nutritional status using weight for age was a diarrheal illness after being controlled by the source of drinking water, latrine availability, socio-economic status, family size, gender, utilization of health services, respiratory diseases, maternal employment, and duration of breastfeeding up to 2 years. Using height for age was the availability of latrines after being controlled by hand-washing habits, socioe-conomic status, source of drinking water, duration of breastfeeding up to 2 years, diarrheal disease, family size and gender. Using weight for height was sex after being controlled by age, drinking water sources, distance and time to health services and respiratory disease. To overcome malnourished problem in children under five years old, it is needed to establish a policy focusing on the recovery of the growth and health status for under-five children with correlation between nutrition program and other programs, such as environmental health (clean and healthy life style) and immunization. Beside that, the government should arrange the role of the posyandu as a facility that help government to increase the health status of community."
Depok: Universitas Indonesia, 2010
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Pratiwi
"Biskuit fortifikasi dapat memberikan tambahan asupan energi dan protein, serta menambah asupan zat gizi mikro. Komponen yang terkandung dalam biskuit fortifikasi diharapkan mempunyai manfaat maksimal untuk mengatasi masalah gizi kurang. Tempe dipilih sebagai formula utama dalam penelitian ini, karena tempe memiliki banyak manfaat dan merupakan makanan yang mudah diterima oleh banyak orang.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh biskuit tempe terhadap perubahan status gizi balita di Kelurahan terpilih, Depok tahun 2010. Desain penelitian ini adalah kuasi eksperimental. Penelitian dilakukan selama 4 minggu. Pemilihan sampel menggunakan non-random sampling. Sampel terdiri dari 18 balita pada kelompok perlakuan dan 15 balita pada kelompok kontrol. Kedua kelompok penelitian masing-masing diberi biskuit 50 gram/hari. Berat badan balita diamati selama 4 minggu melalui penimbangan yang dilakukan seminggu sekali.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan signifikan antara berat badan balita sebelum dan setelah intervensi pada dua kelompok penelitian. Saran yang dapat diberikan adalah biskuit tempe dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan alternatif makanan tambahan PMT-P pada balita gizi kurang di Depok.

Fortification biscuit can give more additional energy, protein, and micro nutrition supply. It components are expected to solve under nutrition. Tempe is as a main formula in this study because tempe has a lot of benefits and acceptable food for everyone.
This research is aimed to see the effect of feeding tempe biscuit towards the changing of nutritional status for children in district of Depok, 2010. The researcher uses quasi experimental as the research design, and conducts the study for about four weeks. A method which to choose sample is non-random sampling. It consists of 18 children as the intervention group and 15 children as the control group. Each group was gave 50 gram/day of biscuit. The researcher was observed the children weight gain for four weeks and they are measured by the scales once a week.
The result of the research shows the significant differences of children weight before and after intervention treatment in both research group. The suggestion of the research is that tempe biscuit can be considered as one of alternative additional food PMT-P for under nutrition children in Depok."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fransiska Bittikaka
"Balita merupakan kelompok risiko yang mudah terkena masalah kesehatan diantaranya masalah gizi. Tujuan penelitian ni mengetahui hubungan karakteristik keluarga, balita dan kepatuhandalam berkunjung ke posyandu dengan status gizi balita di Kelurahan Kota Baru Abepura Jayapura. Desain penelitian yang digunakan korelasi dengan pendekatan cross sectional.deskripsi Sampel keluarga balita dipilih 105 dengan metode sampel cluster. Analisis chi-squire diperolah: ada hubungan bermakna antara pendidikan, umur, dan pengetahuan keluarga dengan status gizi balita p < 0,05; tidak ada hubungan antara pekerjaan, pendapatan, etnis, jumlah, jenis kelamin, umur, dan riwayat kelahiran anak; dan kepatuhan keluarga dengan status gizi balita p > 0,05. Faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap status gizi balita adalah pengetahuan. Status gizi balita dipengaruhi oleh pengetahuan diikuti dengan umur,dan pendidikan keluarga. Perlu dikembangkan program pemberdayaan keluarga dengan meningkatkan pngetahuan dan ketrampilan pada ibu-ibu muda.

The purpose of this research was to identify the correlation between family charactiristics, children under five and compliance visiting integrated service station with nutritional status of children under five in Kota Baru Abepura Jayapura. This research was descriptive correlation method with cross sectional approach. Research samples consist of of 105 people. Chi-squire analise were found significant correlation between age, education, and knowledge (p < 0,05). There is no correlation between employment, income, ethnicity, number of children, child age, gender of children, and birth history with nutritional status of children under five ((p> 0,05). The most dominant factor effected the nutrional status of children under five is knowledge. Nutritional status of children under five were influenced by knowledging, followed family age and education. The family need to be invented by increasing knowledge of young mother."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2011
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Syamsul Alam
"Tesis ini membahas status imunisasi dasar sebelum berusia satu tahun dalam hubungannya dengan gizi anak balita di usia | — 4 tahun di seluruh Indonesia pada tahun 2007. Penelitian ini adalah penelitian observasional dengan metode kasus kontrol tidak berpadanan. Populasi penelitian adalah balita di seluruh Indonesia dengan populasi terjangkau balita yang masuk dalam sampel Riskedas 2007. Kasus adalah anak balita berumur 12 — 59 bulan status gizi kurang berdasarkan pengukuran tinggi badan terhadap umur. Kontrol adalah anak balita umur yang sama dengan status gizi normal berdasarkan pengukuran tinggi badan. Pengelompokan dilakukan berdasarkan baku standar WHO NCHS. Sampel dipilih dengan simple random sampling. Jumlah sampel 819, masing masing kelompok kasus dan kontrol 409. Pengolahan data dilakukan dengan SPSS versi 17.0 dengan univariat, bivariat dan multivariat.
Hasil penelitian, secara univariat menunjukkan bahwa Tidak terdapat perbedaan proporsi yang besar status pajanan antara kelompok kasus dan kontrol termasuk faktor demografi dan latar belakang keluarga dan variabel covariat lainnya. Hasil bivariat menunjukkan probabilitas balita dengan imunisasi tidak lengkap untuk memiliki status gizi kurang kronik adalah 1,4 kali jika dibandingkan dengan anak yang memiliki imunisasi lengkap.
Hasil multivariat menunjukkan adanya efek modifikasi umur tbu terhadap hubungan status imunisast dengan gizi anak balita. Status imunisasi anak tidak lengkap dan umur ibu dewasa tua maka probabilitas seorang anak untuk mengalami gizi kurang sebesar 1,13 kali jika dibandingkan dengan anak balita dengan status imunisasi lengkap dan umur ibu dewasa tua. Seorang anak protektif untuk mengalami gizi kurang jika memiliki status imunisasi anak tidak lengkap dan umur ibu dewasa muda dengan probabilitas sebesar 0,54 kali jika dibandingkan dengan anak balita dengan status imunisasi lengkap dan umur ibu dewasa tua. Seorang anak protektif untuk mengalami gizi kurang jika memiliki status imunisasi anak lengkap dan umur ibu dewasa muda dengan probabilitas sebesar 0,48 kali jika dibandingkan dengan anak balita dengan status imunisasi lengkap dan umur ibu dewasa tua.
Penelitian ini menyarankan bahwa intitusi kesehatan berperan selaku regulator, koordinator dan penggerak dalam pelaksanaan program penanggulangan gizi dan imunisasi termasuk pelaksanaan penyuluhan imunisasi dan gizi masyarakat ditujukan pada segmen keluarga ibu usia dewasa muda.

The focus of this study is the relationship between basic immunization status before first birthday and child nutritional 1 to 4 years old in Indonesia based on basic health research data in 2007. Study method is observational study with unmatched case control. The entire population is child under five years old in Indonesia however the real available population is child selected at basic health research sample 2007. Define case is child 12 to 49 month old classified under nutrition based on height by age. Control is set up as child within the same age but classified by normal nutrition status. Classification into two groups above is in reference to WHO- NCHS standard. Sample was selected by simple random sampling. Number of sample is 819, each group consist of 409 children. Data analysis conducted by SPSS 17.0 version. A method to see the relationship between two factors was run by univariate, bivariate and multivariate analysis.
The result of this study, based on univariate analysis there is slightly difference between two groups including child background and other risk factors. Bivariate analysis shows a significant relationship between immunization status and child nutritional. Children with unfully immunized status has a risk to fall into under nutrition 1,46 times compared to child with fully immunized.
The result multivariate analysis find out that the relationship between immunization status and child nutritional is affected by mothers age. Interpretation of this result depends on immunization status and mother age. Children with unfully immunized and mother age same or more than 35 years old is likely to be under nutrition 1,13 times compared to child with fully immunized and mother age > 35 years old. On other condition, fully immunized children within mother age less than 35 years old is protective 0,54 times to be under nutrition compared to children with fully immunized and mother age > 35 years old. The similar result for fully immunized children and mother age less than 35 years old has 0,48 times to go into under nutrition compared to children with fully immunized and mother age > 35 years old.
This result suggested health institution should be acting as regulator and coordinator delivering program activities in the field. Furthermore, the local goverment does more promoting immunization and nutritional to household particularly for family with mother age less than 35 years old.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
T33339
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Girsang, Vierto Irennius
"Tuberkulosis pada balita merupakan bayangan dari tuberkulosis pada orang dewasa hal ini termasuk masalah kesehatan yang sangat berarti bagi balita. Prevalensi TB pada balita masih cukup tinggi demikian pula status gizi kurang dan buruk masih cukup tinggi. Status gizi memiliki peran yang penting dalam hal etiologi dan komplikasi tuberkulosis balita. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh status gizi terhadap kejadian TB paru pada balita di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Depok tahun 2013-2014. Desain penelitian ini adalah kasus kontrol. Kasus dalam penelitian ini adalah balita yang menderita TB paru sesuai yang tercatat pada register TB-03 dan TB-01 PKM. Kontrol adalah balita yang tidak menderita TB atau tidak mengalami gejala TB serta tidak pernah menderita TB paru yang merupakan tetangga balita penderita TB yang diambil jadi kasus di wilayah kerja Dinkes Depok tahun Januari 2013 sampai Mei 2014. Jumlah kasus sebanyak 74 balita dan kontrol 148 balita. Analisa data menggunakan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa balita yang mengalami status gizi pendek memiliki berisiko 2,92 kali untuk sakit TB paru dan balita yang mengalami status gizi sangat pendek memiliki berisiko 4,22 kali untuk sakit TB paru setelah dikontrol dengan variabel perancu. Balita yang mengalami status gizi sangat pendek lebih berisiko untuk sakit TB paru dibandingkan dengan balita yang berstatus gizi pendek. Disarankan untuk Dinas kesehatan dan Puskesmas untuk lebih memperbaiki pencatatan TB dan peningkatan pendidikan kesehatan tentang pencegahan TB dan peningkatan gizi pada balita.

Tuberculosis on baby under five years is a reflection of tuberculosis for adults and it includes a very significant health problem for them. The prevalence of TB in children is still high likewise the malnutrition status is still high. Nutritional Status has an important role in the etiology and complications of tuberculosis in baby under five years. This study aims to determine the effect of nutritional status on the tuberculosis (TB) in baby under five years in the work area of Health Department, Depok in 2013-2014. The design of this study is a case control. The cases are baby under five years who suffered from pulmonary tuberculosis as appropriate in the register of TB-03 and TB-01 PKM. The control are babies under five years who does not suffer from TB or the babies who never suffer from TB who are as neighbor of the babies under five years who suffer from pulmonary tuberculosis and become cases at work area of Health Department Depok. The number of cases are 74 babies under five years and the number of controls are 148 babies under five years. Analysis of data use multiple logistical regression. The results show that babies under five years who have stunted nutritional status are get 2.92 times to be a risk for pulmonary TB and babies under five years who have a very short get 4.22 times to be a risk for pulmonary tuberculosis after controlling with confounding variable. The babies under five years who have very short nutritional status are more risky for pulmonary TB compared with babies under five years who have stunted nutritional status. This study recommended for Health Department and Community Health Center to further improve the recording of TB and the increased of health education about prevention of tuberculosis (TB) and improvement the nutrition in babies under five years."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T42131
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajar Ayu Ningrum
"Masalah status gizi merupakan permasalahan besar yang terjadi pada balita. Salah satu cara untuk meningkatkan status gizi adalah dengan terapi komplementer pijat balita. Pijat balita adalah suatu tindakan keperawatan berupa sentuhan lembut yang diberikan ibu kepada balita. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan perilaku ibu tentang pijat balita terhadap status gizi balita di Kelurahan Jurang Mangu Timur. Penelitian ini menggunakan pendekatan desain cross sectional dengan jumlah sampel sebanyak 107 responden. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan yang bermakna antara perilaku ibu tentang pijat balita dengan status gizi balita yaitu dengan hasil yang diperoleh p value 0,053> 0,05 . Penelitian selanjutnya diharapkan mampu mengembangkan keefektifan terapi komplementer untuk meningkatkan status gizi balita.

The problem of nutritional status is a major problem that occurs in toddler. One way to improve nutritional status with complementary massage therapy. Toddler massage is a nursing action in the form of a gentle touch that a mother gives to a toddler. The purpose of this research to know relationship of mother behavior about toddler massage and nutritional status of toddler in Kelurahan Jurang Mangu Timur. The study design was descriptive with cross sectional approach and total sample of 107 respondents. The results showed that there was no significant relationship between mother 39 s behavior about toddler massage with nutritional status of toddler p value 0,053 0,05 . The research is expected to develop the effectiveness of complementary therapies to improve the nutritional status of toddler."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S69288
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library