Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 57 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Andi Nurpagi
Abstrak :
Latar Belakang: Jumlah kasus HIV yang dilaporkan hingga Juni 2019 terdapat 349.882 kasus, sedangkan untuk laporan kasus AIDS sebesar 116.977 kasus. Stigma dan diskriminasi menjadi penghambat ODHA dalam mencari pengobatan khususnya di kalangan dokter gigi. Dengan demikian, peneliti ingin mengetahui berbagai hambatan yang dialami Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) untuk mendapatkan perawatan gigi dan mulut. Tujuan: Untuk mengetahui hambatan yang dialami Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA) untuk mendapatkan perawatan gigi dan mulut. Metode: Penelitian deskriptif potong lintang pada 106 ODHA di sekitar Depok yang menggunakan kuesioner yang sudah diadaptasi lintas budaya dan diuji validitas dan reliabilitasnya Hasil Penelitian: Didapatkan jumlah responden laki-laki sebesar 61% dengan kelompok usia dewasa awal (26-35 tahun) sebesar 40%. Hambatan internal ODHA mendapatkan perawatan gigi dan mulut ialah ketakutan yang dipikirkan oleh dokter gigi tentang status HIV mereka sebesar 80,7% dan hambatan eksternal ODHA yang belum ataupun sudah terdiagnosis HIV yaitu, hambatan biaya sebesar 44,9% dan 40,8%. Kesimpulan: Pada penelitian ini kelompok usia didominasi dewasa awal (25-36 tahun), tingkat pendidikan SMA, pendapatan kurang Rp3.800.000,00, faktor penularan HIV melalui hubungan seks bebas. Hambatan internal ODHA dalam mendapatkan perawatan gigi dan mulut ialah ketakutan yang dipikirkan oleh dokter gigi tentang status HIV mereka dan hambatan eksternalnya yaitu, hambatan biaya.
Background: The number of HIV cases reported up to June 2019 there were 349,882 cases, while for AIDS case reports were 116,977 cases. Stigma and discrimination become obstacles to PLWHA in seeking treatment, especially among dentists. Thus, researchers want to know the various obstacles experienced by people with HIV/AIDS (PLWHA) to get dental and oral care. Objective: To determine the barriers experienced PLWHA to get dental care. Method: A cross-sectional descriptive study of 106 PLWHA around Depok using a questionnaire that was adapted across cultures and tested for validity and reliability. Results: The number of male respondents was 61% with an early adult age group (26-35 years) of 40%. Internal barriers to PLWHA getting dental and oral care are the fear that dentists think about their HIV status by 80.7% and external barriers to PLWHA who have not yet been diagnosed with HIV, namely, cost constraints of 44.9% and 40.8%. Coclusion: In this study the age group is dominated by early adulthood (25-36 years), high school education level, income less than IDR 3,800,000.00, HIV transmission factors through free sex. Internal barriers to PLWHA in obtaining dental and oral care are the fears that dentists think about their HIV status and their external barriers namely cost constraints.
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Univeritas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ghefira Nur Imami
Abstrak :
Kepatuhan pasien Lupus Eritematosus Sistemik (LES) berperan penting dalam mencapai aktivitas penyakit yang terkontrol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi ketidakpatuhan, faktor-faktor yang berhubungan dengan ketidakpatuhan, dan hambatan minum obat pada pasien LES. Data potong lintang diperoleh dari pasien Poliklinik Alergi-Imunologi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo secara konsekutif pada Juli–Agustus 2023. Dilakukan evaluasi terhadap ketidakpatuhan pengobatan (self-report medication-taking behaviour measure for thai patients scale; MTB-Thai), komorbiditas, jumlah obat, aktivitas penyakit (skor MEX-SLEDAI), depresi (Hospital Anxiety and Depression Scale; HADS), dan hambatan lain dalam pengobatan (Identification of Medication Adherence Barriers Questionnaire; IMAB-Q 30). Data kategorik dianalisis dengan uji Chi-square atau Fisher, sedangkan data numerik dianalisis dengan uji Mann-Whitney. Dari 100 pasien LES dewasa, mayoritas merupakan perempuan (97%), dewasa muda (61%), menamatkan pendidikan tinggi (48%), dan memiliki aktivitas penyakit remisi˗ringan (90%). Median (IQR) jumlah obat yang dikonsumsi 6 (5–8). Prevalensi ketidakpatuhan minum obat mencapai 27%. Tingkat pendidikan pasien ditemukan berhubungan dengan ketidakpatuhan (pendidikan menengah vs. pendidikan tinggi, 59,3% vs. 40,7%; p=0,035). Pasien yang tidak patuh memiliki skor hambatan minum obat yang lebih tinggi secara signifikan (p<0,001). Hambatan yang paling banyak dialami pasien yang tidak patuh adalah kekhawatiran terhadap efek samping dan mudah terdistraksi dari mengonsumsi obat-obatan. ......Medication adherence among patients with systemic lupus erythematosus (SLE) is essential to achieve controlled disease activity. This study aimed to investigate the prevalence of non-adherence, associated factors, and medication adherence barriers among patients with SLE. Cross-sectional data were obtained from consecutive patients at Allergy-Immunology Clinic Cipto Mangunkusumo Hospital between July–August 2023. Evaluation was conducted on medication non-adherence (self-report medication-taking behavior measure for thai patients scale), comorbidities, number of medications, disease activity (MEX-SLEDAI score), depression (Hospital Anxiety and Depression Scale), and other adherence barriers (Identification of Medication Adherence Barriers Questionnaire-30). Categorical data were analyzed with Chi-square or Fisher test, while numerical data were analyzed with Mann-Whitney test. Of 100 adult SLE patients, most were female (97%), young adult (61%), completed higher education (48%), and had remission˗mild disease activity (90%). The median (IQR) number of medications consumed was 6 (5–8). The prevalence of medication non-adherence was 27%. Patient's educational level was found to be associated with non-adherence (secondary education vs. higher education, 59.3% vs. 40.7%; p=0.035). Non-adherent patients had significantly higher medication adherence barrier scores (p<0.001). The most common barriers experienced by non-adherent patients were concerns about harmful side effects and easily distracted from taking medications.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Iserles, A.
London: Chapman & Hall, 1991
519.4 ISE o
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fiki Kusumasari
Abstrak :
Latar belakang: Sejak adanya program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), persaingan bisnis di industri kesehatan semakin ketat akibat bertambahnya jumlah rumah sakit. Persentase angka kunjungan pasien eksekutif rawat jalan RS Hermina Bekasi yang stagnan dalam tiga tahun terakhir juga membuat manajemen harus mencari cara untuk meningkatkan profitabilitas. Mempertahankan pasien lama agar tetap loyal akan jauh lebih mudah dan murah untuk menghasilkan pemasukan bagi rumah sakit. Penelitian bertujuan untuk melihat gambaran loyalitas pasien eksekutif di instalasi rawat jalan RS Hermina Bekasi terhadap persepsi pasien tentang switching barriers ke rumah sakit pesaing dan faktor lain yang mempengaruhi sebagai dasar pembuatan strategi bisnis. Subyek dan metode: Metode penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional terhadap 150 pasien eksekutif rawat jalan RS Hermina Bekasi. Analisis dilakukan dengan uji univariat, bivariat, dan multivariat. Hasil: Uji multivariat menunjukkan bahwa terdapat dua variabel yang bernilai signifikan, yaitu switching barriers baru (p value = 0.14; Exp. (B) = 14.778) dan responsiveness (p value = 0.37; Exp. (B) = 11.083). Kesimpulan: Switching barriers menjadi variabel paling berpengaruh terhadap perilaku loyal di instalasi rawat jalan RS Hermina Bekasi sehingga strategi bisnis yang mempengaruhi switching barriers dapat diterapkan di rumah sakit. ......Background: Since the National Health Insurance (JKN) implemented, business competition in the health industry has increased due to the increasing number of hospitals. The percentage of outpatient executive visit numbers of Hermina Bekasi Hospital has been stagnant in the last three years also makes management have to find ways to increase profitability. Maintaining old patients to remain loyal has been easier and cheaper to generate revenue for the hospital. This study aims to analyze the patients perspective on the effect of switching barriers and other influencing factors towards loyalty among executive patients in the outpatient clinics of Hermina Bekasi Hospital in 2019 as the basis for creating business strategies. Subjects and Methods: This research is a quantitative method with a cross-sectional approach to 150 outpatient executive clinics at Hermina Bekasi Hospital. Analyzes performed with univariate, bivariate, and multivariate tests. Result: Multivariate test showed that there were two significant variables, namely new switching barriers (p value = 0.14; Exp. (B) = 14.778) and responsiveness (p value = 0.37; Exp. (B) = 11.083). Conclusion: Switching barriers is the most influential variable on loyal behavior in the outpatient clinics of Hermina Bekasi Hospital. The switching barriers strategies have to implemented to achieve the hospital goals.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T54981
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Purba, Henny Arida
Abstrak :
Berdasarkan data pengukuran kebugaran pegawai dengan metode Rockportdari program Kesehatan Olahraga Puskesmas Rawat Inap Permata Sukarame Tahun 2020, didapatkan hasil Vo2Max pegawai dengan 34% kategori cukup dan 66% kategori kurang dan tidak ditemukan hasil Vo2Max kategori baik. Kondisi jasmani yang bugar memberikan dampak positif pada tenaga kerja antara lain menciptakan produktivitas kerja yang optimal begitu juga dengan sebaliknya. Penelitian ini dirancang dengan pendekatan penelitian kualitatif, desain studi fenomenologi. Hasil penelitian ini adalah adanya ditemukan motivasi intrinsik informan yang melakukan pengukuran kebugaran jasmani yaitu adanya ketertarikan pada kegiatan tersebut yang memberikan efek positif bagi kesehatan. Informan juga merasa mendapatkan penyegaran di luar dari rutinitas sehari-hari, serta perlunya kesadaran penulis tentang arti pentingnya kebugaran jasmani. Untuk motivasi ektrinsik pegawai yaitu: penghargaan, pengawasan, tanggung jawab, hubungan pribadi, kondisi kerja serta kebijakan dan administrasi tempat kerja. Kondisi tubuh tidak fit, cuaca, kekurangan waktu dan keluarga menjadi hambatan dalam pengukuran kebugaran jasmani. Dapat diartikan bahwa untuk mendapatkan hasil pengukuran kebugaran jasmani yang optimal, diperlukan minat berupa hobi dan ketertarikan, tantangan serta tanggung jawab yang berupa kesadaran diri yang berasal dari motivasi intrinsik. Untuk motivasi ekstrinsik, diperlukan penghargaan, pengawasan, hubungan antar pribadi, kondisi tempat kerja serta kebijakan dan administrasi. Terdapat juga hambatan lingkungan sosial dan lingkungan fisik yang menghambat seseorang melakukan pengukuran kebugaran jasmani. kondisi kerja serta kebijakan dan administrasi tempat kerja. Kondisi tubuh tidak fit, cuaca, kekurangan waktu dan keluarga menjadi hambatan dalam pengukuran kebugaran jasmani. Dapat diartikan bahwa untuk mendapatkan hasil pengukuran kebugaran jasmani yang optimal, diperlukan minat berupa hobi dan ketertarikan, tantangan serta tanggung jawab yang berupa kesadaran diri yang berasal dari motivasi intrinsik. Untuk motivasi ekstrinsik, diperlukan penghargaan, pengawasan, hubungan antar pribadi, kondisi tempat kerja serta kebijakan dan administrasi. Terdapat juga hambatan lingkungan sosial dan lingkungan fisik yang menghambat seseorang melakukan pengukuran kebugaran jasmani. kondisi kerja serta kebijakan dan administrasi tempat kerja. Kondisi tubuh tidak fit, cuaca, kekurangan waktu dan keluarga menjadi hambatan dalam pengukuran kebugaran jasmani. Dapat diartikan bahwa untuk mendapatkan hasil pengukuran kebugaran jasmani yang optimal, diperlukan minat berupa hobi dan ketertarikan, tantangan serta tanggung jawab yang berupa kesadaran diri yang berasal dari motivasi intrinsik. Untuk motivasi ekstrinsik, diperlukan penghargaan, pengawasan, hubungan antar pribadi, kondisi tempat kerja serta kebijakan dan administrasi. Terdapat juga hambatan lingkungan sosial dan lingkungan fisik yang menghambat seseorang melakukan pengukuran kebugaran jasmani. Dapat diartikan bahwa untuk mendapatkan hasil pengukuran kebugaran jasmani yang optimal, diperlukan minat berupa hobi dan ketertarikan, tantangan serta tanggung jawab yang berupa kesadaran diri yang berasal dari motivasi intrinsik. Untuk motivasi ekstrinsik, diperlukan penghargaan, pengawasan, hubungan antar pribadi, kondisi tempat kerja serta kebijakan dan administrasi. Terdapat juga hambatan lingkungan sosial dan lingkungan fisik yang menghambat seseorang melakukan pengukuran kebugaran jasmani. Dapat diartikan bahwa untuk mendapatkan hasil pengukuran kebugaran jasmani yang optimal, diperlukan minat berupa hobi dan ketertarikan, tantangan serta tanggung jawab yang berupa kesadaran diri yang berasal dari motivasi intrinsik. Untuk motivasi ekstrinsik, diperlukan penghargaan, pengawasan, hubungan antar pribadi, kondisi tempat kerja serta kebijakan dan administrasi. Terdapat juga hambatan lingkungan sosial dan lingkungan fisik yang menghambat seseorang melakukan pengukuran kebugaran jasmani. kondisi tempat kerja serta kebijakan dan administrasi. Terdapat juga hambatan lingkungan sosial dan lingkungan fisik yang menghambat seseorang melakukan pengukuran kebugaran jasmani. kondisi tempat kerja serta kebijakan dan administrasi. Terdapat juga hambatan lingkungan sosial dan lingkungan fisik yang menghambat seseorang melakukan pengukuran kebugaran jasmani. ......Berdasarkan data pengukuran kebugaran pegawai dengan menggunakan metode rockport dari program Kesehatan Olahraga Puskesmas Rawat Inap Permata Sukarame Tahun 2020 diperoleh hasil Vo2Max pegawai dengan kategori cukup sebesar 34% dan kategori kurang sebesar 66% dan tidak ditemukan hasil Vo2Max yang baik kategori. Kondisi fisik yang fit memberikan dampak positif bagi tenaga kerja, antara lain menciptakan produktivitas kerja yang optimal dan sebaliknya. Penelitian ini dirancang dengan pendekatan penelitian kualitatif dengan desain studi kasus. Hasil penelitian ini menemukan bahwa terdapat motivasi intrinsik informan untuk mengukur kebugaran jasmani yaitu minat terhadap aktivitas tersebut yang berdampak positif bagi kesehatan. Informan juga merasa mendapat penyegaran di luar rutinitas sehari-hari, serta perlunya kesadaran diri oleh karyawan tentang pentingnya kebugaran jasmani. Untuk motivasi ekstrinsik karyawan yaitu: penghargaan, pengawasan, tanggung jawab, hubungan pribadi, kondisi kerja dan kebijakan dan administrasi tempat kerja. Kondisi tubuh yang tidak fit, cuaca, kurangnya waktu dan keluarga menjadi kendala dalam mengukur kebugaran jasmani. Dapat disimpulkan bahwa untuk memperoleh hasil pengukuran kebugaran jasmani yang optimal diperlukan minat berupa hobi dan minat, tantangan dan tanggung jawab berupa kesadaran diri yang bersumber dari motivasi intrinsik. Untuk motivasi ekstrinsik, diperlukan rasa hormat, pengawasan, hubungan interpersonal, kondisi kerja dan kebijakan serta administrasi.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyas Latiefah Citraningrum
Abstrak :
Meningkatnya jumlah penduduk dan produksi limbah di dunia mendorong perusahaan untuk mengimplementasi ekonomi sirkular. Perusahaan perlu memperhatikan faktor pendukung dan penghambat yang mereka miliki di dalam proses implementasi ekonomi sirkular. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi faktor pendukung dan penghambat implementasi ekonomi sirkular pada IKM sektor makanan dan minuman di Indonesia. Evaluasi tersebut berupa hubungan sebab-akibat serta tingkat prioritas antar faktor pendukung dan penghambat. Metode yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari metode Modified Kappa untuk mendapatkan validitas faktor, dan metode DEMATEL-based ANP untuk mendapatkan hubungan sebab-akibat dan tingkat prioritas antar faktor. Penelitian ini mengklasifikasikan faktor pendukung dan penghambat ke dalam tiga dimensi, yaitu dimensi Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan. Berdasarkan penelitian ini, diketahui bahwa faktor pendukung Mengurangi dampak lingkungan dan faktor penghambat Kurangnya jaminan terhadap keamanan lingkungan merupakan faktor yang dianggap paling penting dalam konteks implementasi ekonomi sirkular pada IKM sektor makanan dan minuman di Indonesia. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan oleh para pemangku kepentingan sebagai alat bantu untuk membangun strategi implementasi ekonomi sirkular yang efektif dan efisien pada IKM sektor makanan dan minuman di Indonesia. ......The increasing population and waste production in the world encourages companies to implement a circular economy. Companies need to pay attention to the drivers and barriers they have in the circular economy implementation process. This study aims to evaluate the drivers and barriers to the implementation of a circular economy in Indonesian food and beverage SMEs. The evaluation is in the form of causal relationships and priority levels between the drivers and barriers. The method used in this study consisted of the Modified Kappa to obtain factor validity and the DEMATEL-based ANP method to obtain causal relationships and priority levels between factors. This study classifies the drivers and barriers into three dimensions, namely the Economic, Social, and Environmental. Based on this research, it is known that the Reducing environmental impacts driver and the Lack of guarantees for environmental safety barrier are the most important factors in the context of circular economy implementation in Indonesian food and beverage SMEs. The results of this study can be used by stakeholders as a tool to help develop an effective and efficient circular economy implementation strategy for Indonesian food and beverage SMEs.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Benedikta Ariningsih
Abstrak :
Dalam berbagai industri, terdapat kecenderungan yang berlangsung sejak dahulu di mana keterwakilan perempuan sangat kurang pada posisi manajemen senior. Disparitas ini tetap berlanjut meskipun perempuan menunjukkan kepemilikan pengetahuan, keterampilan, kompetensi, pelatihan, dan pengalaman yang diperlukan untuk berhasil dalam industri konstruksi. Namun, perkembangan perempuan terkendala oleh hambatan yang terus-menerus menghalangi kemajuan karier perempuan. Studi ini mengkaji hambatan-hambatan yang membuat perempuan di perusahaan milik negara Indonesia di sektor infrastruktur (BUMN Infrastruktur) sulit untuk mengembangkan karier. Sampel penelitian ini mencakup 280 pekerja di tingkat manajerial di BUMN Infrastruktur. Studi ini menggunakan 38 item dari "TOP WOMAN," terdiri dari tujuh dimensi yang diidentifikasi sebagai hambatan-hambatan bagi akses perempuan ke posisi manajemen. Kami menemukan bahwa budaya organisasi merupakan faktor pendukung yang memiliki korelasi positif dan signifikan terhadap peluang karier perempuan, sedangkan stereotip gender, akses ke jaringan berpengaruh, keseimbangan pekerjaan dan keluarga, dan preferensi pengembangan karier memiliki faktor penghambat yang memiliki korelasi signifikan dengan peluang karier perempuan menurut persepsi karyawan BUMN Infrastruktur. Selain itu, laki-laki dan perempuan menunjukkan perbedaan signifikan dalam persepsi mereka terhadap hambatan-hambatan terhadap peluang karier, yaitu preferensi dan pengembangan karier, stereotip gender, penilaian kinerja yang berbeda, praktik sumber daya manusia yang tidak adil, dan budaya organisasi. Penelitian ini merangkum hambatan-hambatan utama yang dialami oleh perempuan dalam mengembangkan karier mereka untuk memberikan rekomendasi bagi pengembangan diri individu dan saran-saran untuk perbaikan organisasi kepada manajer SDM. Upaya penelitian ini bertujuan untuk memberikan wawasan berharga dalam mencapai tujuan yang dinyatakan oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara mengenai peningkatan perwakilan perempuan dalam peran manajemen senior. ......Throughout various industries, there exists a longstanding trend of women facing significant under-representation in senior management roles. This disparity persists despite the undeniable presence of women possessing the requisite knowledge, skills, competencies, training, and experiences necessary to excel in the construction industry. However, their progress is impeded by persistent barriers to entry and hindered career advancement opportunities. This study investigates the obstacles that prevent women from advancing in the infrastructure sector of state-owned enterprises in Indonesia (Infrastructure SOE). This study's sample consisted of 280 managerial-level infrastructure SOE employees. It utilized 38 items from the "Top Woman" Scale, which consisted of seven dimensions designated as obstacles to women's access to management positions. According to the perceptions of BUMN Infrastructure employees, organizational culture is a supportive factor that has a positive and significant correlation with women's career opportunities, whereas gender stereotypes, access to influential networks, work-family balance, and career development preferences have an inhibitor factor that is significantly correlated with female career opportunities. In addition, men and women's perceptions of barriers to career opportunities, such as career preferences and development, gender stereotypes, distinct performance evaluations, unfair human resource practices, and organizational culture, differed significantly. This research summarizes the primary obstacles women experience in advancing their careers in order to provide recommendations for individual self-development and suggestions for organizational improvement to HR managers. This research endeavor aims to contribute valuable insights towards the realization of the goals articulated by the Minister of State-Owned Enterprises pertaining to the augmentation of women's representation within senior management roles.
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudha Aji Pangestu
Abstrak :
Penelitian ini akan mengkaji Technical Barriers to Trade (TBT) Agreement terhadap tindakan proteksi impor crude palm oil yang dilakukan oleh Uni Eropa terhadap Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki permasalahan antara Indonesia-Uni Eropa dalam hambatan perdagangan proteksi impor CPO. Penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif yakni berdasarkan dokumen Pustaka seperti buku, jurnal, peraturan Perundang-undangan dan lain- lan. Adapun bahan hukum yang dipergunakan yakni GATT serta Perjanjian Internasional dan Undang-Undang yang terkait. Bahan hukum sekunder berupa artikel-artikel yang terkait. Berdasarkan temuan hipotesis penelitian yakni konsumsi barang domestik yang diproduksi di Uni Eropa mengalami penurunan sedangkan impor meningkat setelah terbitnya RED II 2018. Hambatan perdagangan merupakan hal yang dilarang oleh WTO, tetapi negara-negara diizinkan untuk memberlakukan pembatasan perdagangan untuk melindungi industri dan lingkungan negara tersebut. Namun, Uni Eropa telah memperlakukan barang impor dalam hal ini CPO secara tidak adil. Ini terbukti dalam konsep eksplisit RED II Uni Eropa, yang menganggap negara lain akan mengadopsi norma pasar yang searah dengan kebijakan Uni Eropa atau mematuhi standar Uni Eropa untuk mempertahankan akses ke pasar Uni Eropa. Konsekuensinya, Uni Eropa dapat memanfaatkan dominasi pasarnya untuk mendorong negara lain. ......This research will examine the Technical Barriers to Trade (TBT) Agreement on the protection measures for the import of crude palm oil by the European Union against Indonesia. This study aims to investigate the problems between Indonesia and the European Union in trade barriers to protect CPO imports. This research is a normative juridical research based on literary documents such as books, journals, laws and regulations and others. The legal materials used are GATT as well as international agreements and related laws. Secondary legal material in the form of related articles. Based on the findings of the research hypothesis, namely the consumption of domestic goods produced in the European Union has decreased while imports have increased after the publication of RED II 2018. Trade barriers are prohibited by the WTO, but countries are allowed to impose trade restrictions to protect the country's industry and the environment. However, the European Union treats imported goods, in this case CPO, unfairly. This is evident in the EU's explicit concept of RED II, which presupposes that other countries will adopt market norms consistent with EU policies or adhere to EU standards in order to maintain access to EU markets. Consequently, the European Union can leverage its market dominance to encourage other countries.
Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Angge Andryni
Abstrak :
Saat ini rumitnya prosedur kepabeanan menjadi topik pembicaraan pada perundingan-perundingan intenasional. Hal jni dikarenakan prosedur kepabeanan yang rurnit dianggap sebagai salah satu faktor pengharnbat perdagangan intemasional. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pcngaruh dari prosedur kepabeanan dengan pendekatan tiga indikator prosedur kepabeanan yaitu waktu, biaya proses dan jumlah dokumen terhadap penawaran ekspor dan pennintaan impor. Penelitian ini menggunakan model regresi berganda dengan data cross section untuk 103 negara observasi yang dilakukan pada tahun 2006. Metode analisis yang digunakan adalah Ordinary Leas/ Square (OLS). Berdasarkan hasil estimasi diketahui bahwa pada tahun 2006, waktu yang diperlukan baik untuk proses ekspor maupun proses impor masing-masing berpengaruh signifikan negative terhadap penawaran ekspor dan permintaan impor suatu negara. Namun untuk variabel biaya tidak berpengaruh signifikan baik terhadap penawaran ekspor maupun permintaan impor sementara jwnlah dokumen., berpengaruh signifikan negatif hanya terhadap penawaran ekspor sedangkan jumlah dokumen tidak berpengaruh signifikan pada pemintaan impor. ...... Currently, the complexity of the customs procedures become a topic for discussion at the international negotiations. This is because the complexity of the customs procedures are considered as one of the factors barrier in international trade. This study aimed to learn of effoct from the customs procedures with three indicators approach, namely: the time required in process export and import, the cost of the process and the number of documents to export supply and import demand. This study uses regression model with cross section data for 103 countries observations in 2006. Analysis method used was Ordinary Least Square (OLS). Based on the estimates in mind that in the year 2006, the time needed for both the export and import processes each significant negative effect on the export supply and the import demand of a country. However, the v_ariable cost is not good to have a significant effect on the export supply and the import demand. The number of documents have a significant negative effect only for export, while the number of documents is not a significant effect on import demand.
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T 27335
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ng Kheng Bun
1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>