Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dwi Indar Koeswoyo
"ABSTRAK
Reformasi daiam tubuli Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI)
bertujuan membentuk suatu lembaga penegak hiikum yang mandiri dan
profesional uiituk dapat melaksanakan tugas dan fiingsi pokoknya sebagaimana
digariskan dalam Undang Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia. Untuk mewujudkan tujuan tersebiit, dukungan
kiialitas siimber daya manusia POLRI mutlak diperliikan. Salali satu sisi yang
menarik untuk dicermati dan akan dijadikan dasar penelitian ini adalali aspek well
educated dan well trained. Hal itu dikarenakan pendidikanlah yang mencetak
sosok polisi seperti yang diliarapkan oleh masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada hubungan antara minat
menjadi Bintara Sabhara Polisi dengan prestasi belajar siswa Pendidikan Pertama
Bintara Polisi Sekolah Kepolisian Negara (SPN) Lido dan kontribusi aspek minat
terhadap prestasi belajar. Sampel diambil mengunakan metode insidental
sampling dari 100 siswa Bintara Polisi Sekolah Kepolisian Negara (SPN) Lido.
Untuk melihat hubungan tersebut dilakukan analisa korelasi ( r ) Pearson Product
Momen, sedangkan untuk melihat kontribusi aspek-aspek minat terhadap prestasi
belajar dilakukan perhitungan Multiple Regression. Hipotesis yang diajukan
adalah bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara minat menjadi Bintara
Sabhara Polisi dengan prestasi belajar siswa Pendidikan Pertama Bintara Polisi
Sekolali Kepolisian Negara (SPN) Lido.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubimgan yang signifikan antara
minat menjadi Bintara Sabhara Polisi dengan prestasi belajar siswa Pendidikan
Pertama Sekolah Kepolisian Negara (SPN) Lido. Hal ini disebabkan minat
merupakan faktor perangsang untuk dapat melakukan suatu kegiatan menjadi
baik. Namun tidak selamanya minat berpengaruh langsung terhadap prestasi
belajar. Hal ini ditunjukkan dengan hasil penelitian, bahwa tidak semua aspek
minat memiliki hubungan yang signifikan terhadap prestasi belajar. Keberhasilan
seseorang juga ditentukan oleh kemampuan yang telah dimilikinya, karena minat
hanyalalr sebagai perangsang agar siswa mau belajar tetapi tidak menjamin
hasilnya baik. Sehingga dapat disimpulkan baliwa minat bisa berhubungan
dengan prestasi belajar apabila didukung dengan adanya kemampuan seseorang
atau faktor-faktor yang menunjang lainnya."
2003
S2907
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hendra Gunawan
"Test ini tentang Pengawasan yang diiakukan oleh pihak eksternal dalam Penerimaan Bintara Polri Gelombang I T.A. 2007 di Polda Metro Jaya. Pengawasan dalam penerimaan Bintara Paid pada awainya hanya melibatkan pihak eksternal, namun tidak diiaksanakan secara optimal sehingga pengawasan tersebut bersifat semu. Hal tersebut dikarenakan pengawasan eksternal masih terikat dalam suatu birokrasi dan hierarkhi yang dapat mempengaruhi jalan atau hasil dart pengawasan. Berdasar hal tersebut pada Surat Keputusan Kapolri No. Pol.: Skep1214IIVI2004 tanggal 12 April 2005 tentang Pedoman Administrasi Penerimaan Bintara Polri diatur tentang pelibatan pihak eksternal baik sebagai fungsi pendukung maupun sebagai fungsi pengawas.
Pelaksanaan pengawasan eksternal setelah dikeluarkan Skep Kapolri tersebut masih belum dirasakan hasilnya. Pelibatan pengawas eksternal hanya bersifat formalitas saja, mereka hanya dilibatkan dalam surat perintah Kapolda tetapi pada pelaksanaannya tidak melakukan apa-apa. Pada penerimaan Bintara Polri Gelombang I T.A. 2007 Kapoiri melalui De SDM Kapolri menekankan kepada seluruh Panitia agar melaksanakan penerimaan Bintara Polri yang bersih, transparan dan akuntabel dengan memberdayakan pihak eksternal. Metode Penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitis dengan pendekatan kualitatif.
Penekanan De SDM Kapolri tersebut dijabarkan oleh Polda Metro Jaya dalam penerimaan Bintara Polri Gelombang I T.A. 2007 sehingga pelaksanaannya sudah memberdayakan pihak eksternal baik sebagai pengawas maupun sebagai pendukung peiaksanaan penerimaan Bintara Polri. Karena baru pertama kali pemberdayaan pihak eksternal dilaksanakan maka image masyarakat terhadap pelaksanaan penerimaan Bintara Polri masih seperti penerimaan sebelumnya, sarat dengan KKN.
Sosialisasi yang sudah gencar dilaksanakan masih belum dapat meyakinkan masyarakat/calon peserta seleksi bahwa penerimaan Bintara Gelombang f T.A. 2007 sudah bersih, transparan, dan bebas KKN sehingga masih banyak yang menjadi korban penembak di atas kuda. Komitmen pejabat Polri atau anggota Polri untuk mendukung kebijakan Kapolri dalam menciptakan penerimaan Bintara Polri yang bersih, transparan dan bebas KKN masih dirasakan kurang, hal ini mungkin disebabkan dukungan dan persiapan untuk melakukan kegiatan tersebut juga masih dirasakan belum cukup. "
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2007
T20671
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andhika Wiratama
"Berbagai permasalahan dalam proses rekrutmen dan seleksi bintara Polri masih terjadi. Pada tahun 2017, dari 33 Polda yang menyelenggarakan proses rekrutmen dan seleksi Polri, terdapat 8 Polda dan 1 Satker Mabes Polri yang masih ditemukan adanya penyimpangan. Namun demikian, Polda Metro Jaya justru mendapatkan penghargaan dari Kapolri atas prestasinya dalam menyelenggarakan proses rekrutmen dan seleksi Polri tahun 2017.
Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis implementasi merit system dalam proses rekrutmen dan seleksi bintara Polri yang diselenggarakan oleh Polda Metro Jaya tahun 2018 serta faktor-faktor yang mempengaruhinya, sehingga diharapkan Polda Metro Jaya dapat menjadi role model bagi Polda-polda lainnya. Penelitian ini menggunakan pendekatan post-positivism. Pengumpulan data dilakukan dengan studi dokumen dan wawancara mendalam yang selanjutnya dilakukan analisis data.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa belum terdapat Peraturan Kapolri yang mengatur secara tegas tentang penerapan merit system dalam proses rekrutmen dan seleksi Polri. Peraturan yang ada menggariskan bahwa prinsip yang digunakan dalam proses rekrutmen dan seleksi Polri adalah bersih, transparan, akuntabel dan humanis (BETAH) yang selaras dengan prinsip merit. Terdapat celah-celah yang berpotensi kecurangan dalam mekanisme tiap metode seleksi hingga penentuan kelulusan akhir sehingga berpotensi merit system tidak terimplementasi dengan baik.
Namun demikian, Polda Metro Jaya dapat menyelenggarakan proses rekrutmen dan seleksi bintara Polri tahun 2018 berdasarkan merit system. Faktor utama yang menentukan keberhasilan Polda Metro Jaya adalah faktor Kapolda selaku Ketua Panitia Daerah yang memiliki komitmen tinggi untuk mewujudkan proses rekrutmen dan seleksi bintara Polri dengan berbasis merit system.
......
Various problems in the recruitment and selection process of non-commissioned officer still occur. In 2017, of the 33 Regional Police Offices (Polda) that held national police recruitment and selection process, there were 8 Regional Police Offices and 1 National Police Headquarters Work Unit where  irregularities were still found. Nevertheless, Polda  Metro Jaya instead received an award from The Chief of Indonesian Police for its achievements in holding the 2017 national police recruitment and selection process.
The purpose of this study is to analyze the implementation of merit systems in the recruitment and selection process of Non-commissioned  Police Officer held by Polda Metro Jaya in 2018 as well as the factors that influenced them, with the expectation that Polda Metro Jaya could become a role model  for other Regional Police Offices. The study uses an approach post-positivist. Data collections are done by document studis and in-depth interviews which the data analysis then were carried out.
The results showed that there was no Kapolri Regulation that explicitly regulated the implementation of merit systems in the process of recruitment and selection of National Police. The existing regulations outline that the principles used in the National Police recruitment and selection process are clean, transparent, accountable and humane (BETAH) that are in line with the principle of merit. There are potential loopholes in the mechanism of each selection method which determine the final graduation  with the result that the potential merit system is not implemented properly.
Nevertheless, Metro Jaya Regional Police could still hold the 2018 National Police commission recruitment and selection process based on the merit system. The main factor that determines the success of Polda Metro Jaya is Chief of Regional Police as the Chairperson of the Regional Committee who has a high commitment to administer Non-commissioned  Police Officer recruitment and selection process with a merit-based system."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2019
T53276
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanang Wahyudi
"Permasalahan citra Polri di masyarakat sejauh ini masih kurang baik. Makin hari tuntutan masyarakat terhadap kinerja Polri semakin tinggi, dalam hal penegakan hukum dan terutama dalam hal perlindungan dan pelayanan terhadap masyarakat. Untuk memperbaiki citra Polri yang kurang bagus di masyarakat maka diperlukan anggota Polri yang beijiwa sipil dan merakyat. Pembentukan polisi-polisi sipil yang merakyat sendiri dimulai dari pendidikan dasar kepolisian. Setelah keluar dari ABRI pendidikan dasar kepolisian diarahkan ke pembentukan polisi-polisi sipil yang non militer karena dalam tugasnya polisi berhadapan dengan masyarakat dan bukan dengan musuh. Pendidikan dasar kepolisian yang mengarah ke pembentukan polisi sipil ini menimbulkan pro dan kontra di kalangan kepolisian, terutama di kalangan anggota-anggota Polri yang terkait dengan pendidikan Polri. Untuk itu penulis meneliti perbedaan sikap antara pembina dan siswa pendidikan pertama Bintara Polri terhadap pendidikan Polri, apakah ada perbedaan atau tidak. Diambilnya pendidikan pertama Bintara Polri sebagai sampel karena sebagian besar anggota Polri merupakan lulusan dari pendidikan tersebut.
Subyek penelitian ini terdiri dari 30 orang pembina Sepolwan, 30 orang pembina SPN Lido, 50 orang siswa Sepolwan, dan 50 orang siswa SPN Lido, yang diambil secara accidental di Sepolwan dan SPN Lido. Untuk mengetahui perbedaan sikap antara pembina dan siswa pendidikan pertama Bintara Polri terhadap pendidikan Polri penulis mengunakan skala sikap model Likert dengan metode kuesioner yang penulis buat sendiri berdasarkan aspek-aspek yang mewakili pendidikan Polri yang hendak diukur. Selanjutnya data yang diperoleh dihitung dengan menggunakan T-test (independenl) untuk mendapatkan perbandingan nilai mean dari kedua sampel.
Hasil analisis data yang diperoleh menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan sikap yang signifikan antara pembina dan siswa pendidikan pertama Bintara Polri terhadap pendidikan Polri. Dimana kedua pihak cenderung samasama setuju atau bersikap positif terhadap pendidikan Polri sekarang ini.
Ditemukan tidak adanya perbedaan sikap yang signifikan antara pembina dan siswa pendidikan pertama Bintara Polri terhadap pendidikan Polri disebabkan karena pendidikan Polri yang bersifat non militeristik sekarang ini dilihat sebagai hal yang menyenangkan bagi kedua pihak sehingga mereka menyukainya. Tema mengenai sikap pembina dan siswa pendidikan pertama Bintara Polri terhadap pendidikan Polri cukup menarik karena pendidikan pertama Bintara Polri paling banyak menghasilkan anggota-anggota Polri dibandingkan dengan pendidikan dasar kepolisian yang lain. Disamping itu Bintara-Bintara Polri dalam tugas kesehariannya banyak terjun di masyarakat sehingga Bintara Polri yang merakyat sangat dibutuhkan.
Dilihat dari hasil ternyata sikap siswa dan pembina pendidikan pertama Bintara Polwan berbeda terhadap komponen pendidikan Polri, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lanjutan. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah perlunya cara lain untuk mendapatkan informasi mengenai sikap pembina dan siswa terhadap pendidikan Polri, misalnya dengan cara wawancara dan observasi.
Pada penelitian ini teknik pengambilan sampelnya adalah accidcntal sampling dan prosedur pelaksanaannya tidak sesuai dengan rencana peneliti sehingga ketepatan hasil yang diperoleh mungkin masih kurang, oleh karena itu perlu memperhatikan teknik pengambilan sampel. Sebaiknya mengambil sampel siswa ketika mereka sedang tidak kelelahan sehingga jawaban yang diberikan lebih akurat. Dan yang terakhir, sebaiknya dalam pengelompokan item-item berdasarkan dimensinya menggunakan analisis faktor agar lebih akurat."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2003
S3234
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tining Amalia Suryani
"ABSTRAK
Seiring dengan kemajuan wanita di berbagai sektor, pilihan bidang pekerjaan bagi kaum wanita semakin luas belakangan ini. Namun, tidak dapat dipungkiri kenyataan bahwa masih ada pemisahan bidang pekerjaan berdasarkan jenis kelamin, dimana pria dan wanita bekerja di bidang pekerjaan yang berbeda. Pemisahan bidang pekerjaan ini berasal dari sosialisasi streotipi peran jenis kelamin tradisional yang sudah diperkenalkan sejak masih kanak-kanak melalui keluarga, televisi, buku-buku dan sekolah. Stereotipi peran jenis kelamin adalah sekumpulan keyakinan masyarakat tentang karakteristik pribadi wanita dan pria. Sosialisasi stereotipi peran jenis kelamin ini kemudian mengarahkan wanita untuk memilih bidang pekerjaan yang dianggap sebagai bidang pekerjaan wanita, demikian pula sebaliknya bagi pria. Bidang pekerjaan tradisional wanita merupakan bidang pekerjaan yang dianggap sesuai dengan stereotipi peran jenis kelamin wanita sedangkan bidang pekerjaan non tradisional wanita adalah bidang pekerjaan yang dianggap tidak sesuai dengan Stereotipi peran jenis kelamin wanita (Unger dan Crawford, 1992).
Salah satu bidang pekerjaan non tradisional wanita adalah polisi (Unger dan Crawford, 1992). Pekerjaan sebagai polisi, menuntut wanita untuk memiliki kualitas pribadi yang sesuai dengan peran jenis kelamin pria seperti obyektif, memiliki kemampuan memimpin, tugas, rasional, fisiknya kuat, aktif, berorientasi pada tugas atau prestasi, ambisius, bersedia menerima resiko dan lain-lain. Tuntutan pekerjaan sebagai polisi yang tidak sesuai dengan stereotipi peran jenis kelamin wanita membutuhkan penyesuaian diri bagi individu yang menjalaninya. Jika para polisi wanita ini tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik maka hal ini akan mempengaruhi kesejahteraan psikologis (psychofogical well-being)nya. Menurut Ryff (1989), kesejahteraan psikologis (psychofogical well-being) merupakan keadaan yang menunjukkan kemampuan individu dalam menerima dirinya apa adanya, memiliki hubungan positif dengan orang lain, memiliki otonomi, menguasai Iingkungan memiliki tujuan hidup dan mengembangkan pribadinya secara berkesinambungan.
Pendapatan yang lebih besar dan status pekerjaan yang lebih tinggi merupakan keuntungan-keuntungan yang didapat para wanita yang bekerja di bidang pekeraan non tradisional bila dibandingkan dengan apa yang diperoleh wanita yang bekerja di bidang tradisional [Unger dan Crawford, 1992). Namun, mereka juga harus menghadapi tantangan yang lebih besar untuk membuktikan kemampuan mereka karena stereotipi peran jenis kelamin yang tidak mendukung mereka dalam bekerja di bidang pekerjaan non tradisional (Pertmutter dan Hall, 1992).
Penelitian ini berusaha mengungkap perbandingan kesejahteraan psikologis (psychological well-being) antara wanita yang bekerja di bidang pekerjaan non tradisional (polisi wanita) dengan wanita yang bekerja di bidang pekerjaan tradisional (guru Sekolah Dasar}.
Penelitian ini dilakukan di DKI Jakarta dan Tangerang terhadap 86 responden dengan pengambilan sampel menggunakan tehnik incidental sampling. Sampel penelitian ini adalah para bintara polisi wanita dan guru Sekolah Dasar, berusia antara 20-55 tahun dan berpendidikan minimal SMU dan yang sederajat. Alat pengumpul data yang digunakan adalah Skala Psychological Well-Being dari Ryff (1989, 1995) yang telah dimodifikasi menjadi skala lima titik dengan pernyataan sejumlah 60 item.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara rata-rata Bintara Polisi Wanita dan Guru Wanita Sekolah Dasar memiliki kesejahteraan psikologis psychological well-being) yang memadai dan tidak ada perbedaan profil kesejahteraan psikologis (psychologiod well-being) wanita yang bekerja sebagai polisi (Bintara Polisi Wanita) dan Guru Sekolah Dasar di daerah sekitar DKI Jakarta dan Tangerang.
Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk melakukan pengelompokkan polisi wanita yang lebih rinci berdasarkan fungsi-fungsi yang ada di lingkungan Kepolisian Republik Indonesia dengan sampel yang lebih besar agar lebih terlihat perbedaan profil kesejahteraan psikologis (psychological well-being) antara satu kelompok polisi wanita dengan kelompok polisi wanita lainnya. Sebaiknya dilakukan penelitian kelompok-kelompok subyek penelitian yang memiliki jenis pekerjaan yang berbeda dengan pengontrolan terhadap tiga variabel lainnya yang dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis (psychological well-being) yaitu usia, status sosial ekonomi dan budaya.

"
2000
S2973
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library