Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 24 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Laksmono Widagdo
"Salah satu kebijaksanaan pemerintah dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA) di masyarakat adalah Posyandu. Dalam kegiatan KIA di Posyandu kader mempunyai tiga peranan, yaitu memimpin, mengelola, dan sebagai pengguna sendiri. Kader diharuskan untuk membaca dan secara bertahap mempelajari buku KIA yang merupakan petunjuk nasional setelah mereka melakukan kegiatan Posyandu sebagai evaluasi atas apa yang telah mereka kerjakan. Penggalian buku KIA dalam kegiatan Posyandu di wilayah kerja Puskesmas, Kedungadem, Bojonegoro masih rendah. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh ciri-ciri dan peran kader Posyandu yang berkaitan dengan buku KIA di wilayah kerja Puskesmas. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross-sectional, dengan populasi 64 kader Posyandu sebagai sampel di wilayah kerja Puskesmas. Analisis univariat dilakukan dengan distribusi frekuensi, dan bivariat dengan Chi-square untuk mengetahui hubungannya. Variabel-variabel yang berpengaruh dites dengan multiple logistic-regression. Hasil penelitian: responden usia kurang dari 35,2 tahun (56%), lama bekerja dirumah kurang dari 8 jam per hari (58%), pendapatan keluarga kurang dari upah minimal daerah (66%), sekolah dasar (81%), lama bekerja 8 tahun/lebih (52%), mengikuti pelatihan lebih dari 2 kali (81%), pengetahuan buruk (56,25%), berperan sebagai pengawas buku KIA (76,56%), Variabel-variabel yang berhubungan dengan penggalian buku KIA adalah lama bekerja di rumah (p=0,017), peran sebagai pengawas (p=0,016), dan peran sebagai pengelola (p=0,003). Variabel yang paling berpengaruh terhadap penggunaan buku KIA adalah peran pengawas (p=0,032) dengan EXP (B)= 6,630. Karakteristik umur dan lama bekerja di rumah berpengaruh terhadap pemanfaatan buku KIA. Karakteristik pendapatan keluarga, tingkat pendidikan, masa kerja kader, frekuensi pelatihan, dan tingkat pengetahuan kader tidak berpengaruh terhadap pemanfaatan buku KIA. Saran bagi Puskesmas adalah meningkatkan pengetahuan kader Posyandu melalui konseling dan pada pertemuan di Puskesmas mereka diharuskan untuk hadir secara rutin, berpartisipasi secara aktif dalam setiap program dan melaksanakan perannya sesuai dengan kegiatan di Posyandu.

One of the government policies for maternal and child health (KIA) service based on community is Posyandu (Primary Health Care). In the activity of KIA in Posyandu cadres have three roles, such as executive, manager and consumer or user. Cadres have to read and gradually to study KIA book as national guidance after they have finished their activities in Posyandu as the evaluation to what they have done. In the KIA activities in Posyandu the exploration of KIA book in the working area at Puskesmas (Public Health Centre), Kedungadem, Bojonegoro is still low. The research aim is to analyze the influence of Posyandu cadre characteristics and roles concerning with the KIA Book in the working area of Puskesmas. This research has been done by cross sectional approach, with the population of 64 Posyandu cadres as sample in the working area of Puskesmas. The univariate analyzis has been done for the frequency distribution, the bivariate analyzis tested by Chi Square to know the relation. Variables which statistically significant tested by the multiple logistic regression-multivariate. Research results: respondent ages < 35.2 years old (56%), working duration at home < 8 hours per day (58%), family income less than regional minimum income (66%), elementary education (81%) year of service ≥ 8 year (52%), training ≥ 2 times (81%), poor knowledge (56.25%), good role as executor of the KIA book (76.56%), good role as the KIA book manager (56,25%), the exploration of the KIA book (56.25%). Related variables in the exploration of the KIA Book are the working duration at home (p=0.017), role as executor (p=0.016), role as manager (p=0.003). The most influenced variable of the use of KIA book is the role as executor (p=0.032), EXP (B)= 6.630). Age and working duration at home influence the utilization of KIA book by Posyandu Cadres. Family income, education level, length of service, training frequency, and knowledge do not affect the utilization of KIA book. Suggestion to Puskesmas is to increase the Posyandu cadre knowledge through counselling and at the time of meeting in Puskesmas, they have to be present and to joint routinely, active participation and conducting the role according to the duty in Posyandu."
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, 2009
AJ-Pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Febria Kartika Irtianti
"RW Siaga sebagai salah satu strategi dalam mengatasi masalah kesehatan terkadang masih belum optimal dalam pelaksanaanya. Kader sebagai ujungtombak untuk menggerakkan masyarakat diharapkan keaktifannya dalam kegiatanRW Siaga. Skripsi ini membahas mengenai faktor-faktor yang berhubungandengan keaktifan kader tersebut di wilayah kecamatan Jatisampurna, kota Bekasipada tahun 2009. Penelitian ini adalah penelitian kwantitatif dengan bentuk survey
secara cross-sectional.
Hasil penelitian menunjukan faktor internal yangberhubungan dengan keaktifan kader RW Siaga adalah umur kader, sedangkanfaktor eksternal meliputi pelatihan, pembinaan, penghargaan, dukunganmasyarakat, fasilitas kesehatan dan situasi untuk bertindak yang berhubungan dengan keaktifan kader RW Siaga. Hasil penelitian menyarankan perlunya diperhatikan faktor umur dalam rangka kaderisasi, serta perlunya penyelenggaraan pelatihan dan pembinaan bagi para kader.

Alert neighborhood mode as one of the strategies in dealing with health problems are sometimes still not optimal in its implementation. Cadre as the spearhead to mobilize the public expected activeness in events mode neighborhood. This thesis discusses the factors associated with active cadre in the region Jatisampurna district, Bekasi city in 2009. This research is quantitative research with cross-sectional survey.
The results showed that internal factors associated with the active standby neighborhood cadre is a cadre of age, whereas external factors include training, coaching, awards, community support, health facilities and to act in situations relating to cadre neighborhood active standby. The results show the need for attention in the context kaderisasi age factor, and the need for training and coaching for the cadres.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Novia Susianti
"ABSTRACT
The mortality rate and the distribution of dengue fever case in Indonesia tend to increase. Jambi Province is the province with the highest mortality rate in Indonesia in 2013, and Jambi City is the highest contributor for the last 3 years. Eradication efforts have been made, but they have not been able to break the chain of transmission. This research uses descriptive design with a qualitative approach to identify the causes of inaccuracy of eradication efforts and to determine the strategy of eradicating dengue fever in Jambi City. Site selection was done by purposive sampling, with the highest incidence rate criterion in 2015. The informants were chosen based on the criteria of conformity and adequacy, covering the Health Department, the Puskesmas, the sub-district and the community i.e. the larva monitoring cadre (jumantik). The assessment scheme is based on government policy implementation scheme in eradicating DHF by the identification of factors based on ultrasound analysis (Urgency, Serious, Growth). The strategy of eradication efforts is based on SWOT analysis (Strength, Weaknesses, Opportunities, Threats). The determination of alternative strategies was chosen based on Mc. Namara's screening theory, with 5 criteria of effectiveness, ease, benefits, time, and cost. The result of the research shows that the inaccuracy of dengue eradication efforts in Jambi City lies in the ineffectiveness of the implementation of the Mosquito Nest Eradication (PSN) movement through cross-sector integration in community empowerment routinely and independently. The main strategy that can be done by the government is to increase the role of larva monitoring cadres and larva monitoring students (sismantik) through budget support from across sectors in campaigning PSN movement regularly, either at house or institution environment."
Jakarta: Kementerian Dalam Negeri RI, 2017
351 JBP 9:2 (2017)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fatmah
"Kemampuan kader dalam menilai status gizi lansia berdasarkan tinggi badan prediksi dan melakukan upaya promosi gizi dirasakan masih kurang. Oleh karena itu, telah dikembangkan alat IMT Meter untuk memprediksi status gizi lansia. Interpretasi hasil pengukuran berupa status gizi baik gizi kurang, normal, gizi lebih, maupun obesitas perlu ditindaklanjuti dengan upaya preventif bagi lansia. Salah satu masalah gizi yang banyak ditemukan pada lansia adalah obesitas dan hipertensi. Oleh karena itu, perlu dilakukan pelatihan penyuluhan obesitas dan hipertensi bagi kader posbindu dan petugas puskesmas.
Tujuan studi adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader posbindu dalam melakukan penyuluhan obesitas dan hipertensi lansia terkait hasil PSG lansia dengan alat IMT Meter. Kegiatan dilanjutkan dengan distribusi materi penyuluhan pada 21 posbindu dan dimonitor selama 2 bulan agar terpantau dengan baik. Desain quasi experimental digunakan dalam studi pada 59 kader posbindu dari 21 posbindu yang tersebar di Kota Depok.
Hasil studi menunjukan bahwa hampir seluruh responden tahu fungsi alat IMT Meter untuk mengukur prediksi tinggi badan lansia dengan keterbatasan fisik. Mayoritas responden berusia antara 40-49 tahun (42,2%), tamat SMA/SMK (46,7%) dengan lama kerja atara 1-5 tahun (40%). Hampir seluruhnya berprofesi sebagai ibu rumah tangga (71,1). Terjadi peningkatan pengetahuan hampir mencapai 15 poin dengan nilai rerata awal 64 dan rerata akhir 79. Skor sebelum pelatihan berbeda secara signifikan dengan skor pasca pelatihan (p=0,000). Pelatihan gizi dan kesehatan yang diikuti sebelumnya oleh responden mempengaruhi selisih skor akhir (p=0,002). Naiknya tingkat pengetahuan ini didukung pula oleh peningkatan kemampuan responden dalam melakukan teknik penyuluhan obesitas dan hipertensi lansia sebesar 90% selama dua kali pengamatan lapangan pasca pelatihan. Hampir seluruh kader telah mampu menyuluh dengan baik dalam penyampaian isi sesuai media secara sistematis dan menarik.
Disimpulkan bahwa pengetahuan dan keterampilan kader posbindu dapat ditingkatkan melalui pelatihan yang dilanjutkan dengan monitoring lapangan observasi keterampilan kader.

Training Effect on Improving Cadres? Knowledge and Skills of Obesity and Hypertension in Older People. Poor skill of cadres on nutritional status assessment in older people with disability should be increased. BMI (body mass index) Meter tool has been developed to predict the nutritional status of the elderly. Interpretation of the measurement results in the form of nutritional status i.e. underweight, normal, overweight, and obesity need to be followed up with preventive efforts. Most nutritional problems which faced by elderly are obesity and hypertension. Therefore, obesity and hypertension counseling training for cadres posbindu and community health center staff was needed.
The aim of this study is to assess the training effect on knowledge and skills in counseling obese and hypertension of elderly related to results of nutritional status asseesment of elderly using BMI Meter. Quasi-experimental design used in the study towards 38 cadres from 21 posbindus and 7 community health centers? staffs in Depok City.
The study results showed that most respondents knew the function of BMI Meter was to measure the predicted height of elderly with physical limitations at post-test (90%). Majority respondents aged between 40-49 years (42.2%) graduated from high school/vocational school (46.7%). At post-training, knowledge score increased almost 15 points and knowledge score at pre-training had significant difference with post-training (p = 0.000). Respondents whose previous nutrition and health training had significant difference with knowledge (p = 0.002). It also supported by increase their ability to conduct obesity and hypertension campaigns for elderly during twice observation field visit. Almost all respondents were able to counsel well in the delivery of media content sistematically and in interesting way.
It was concluded that knowledge and skills can be improved through training and post training retention.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Pribadi Salam
"Fenomena stunting masih menjadi salah satu masalah kesehatan di Indonesia. Anak-anak di daerah tertinggal (3T) sangat berisiko mengalami stunting karena berbagai macam faktor salah satunya adalah pola makan dan pola asuh yang kurang tepat selama 1000 HPK. Selama ini peran orang tua sering kali dianggap sebagai satu-satunya cara untuk menekan angka terjadinya kasus stunting pada anak. Padahal, penanganan masalah stunting ini memerlukan komitmen serta kerja sama dari masyarakat, termasuk peran kader. Kader diharapkan memiliki kemampuan serta pemahaman yang baik terkait pencegahan stunting sehingga informasi yang disampaikan dapat diterima dengan mudah oleh para ibu. Untuk dapat meningkatkan hal tersebut, maka diperlukan sebuah solusi yang dapat menunjang kinerja para kader serta memastikan informasi yang disampaikan oleh para kader sesuai dengan panduan yang diberikan oleh kementerian kesehatan. Oleh karena itu, penulisan karya tulis ilmiah ini dimaksudkan untuk merancang sebuah konsep inovasi terkait penggunaan aplikasi berbasis aplikasi digital bernama EPICS. EPICS merupakan sebuah aplikasi yang diharapkan mampu menjadi sarana bagi perawat dalam menyalurkan keilmuan mereka terkait pencegahan stunting utamanya kepada para kader untuk kemudian disebarluaskan kepada para ibu yang berada di daerah 3T.

The phenomenon of stunting is still one of the health problems in Indonesia. Children in disadvantaged areas (3T) are very at risk of stunting due to various factors, one of which is improper diet and parenting during 1000 HPK. So far, the role of parents is often considered as the only way to reduce the number of stunting cases in children. In fact, handling the stunting problem requires commitment and cooperation from the community, including the role of cadres. Cadres are expected to have the ability and good understanding of stunting prevention so that the information conveyed can be easily accepted by mothers. To be able to improve this, a solution is needed that can support the performance of the cadres and ensure that the information submitted by the cadres is in accordance with the guidelines provided by the ministry of health. Therefore, the writing of this scientific paper is to design an innovation concept related to the use of digital application-based applications called EPICs. EPICS is an application that is expected to be a means for nurses to connect their knowledge related to stunting prevention primarily to cadres and then disseminated to mothers in the 3T area."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Nidya Eka Putri
"Keterlibatan masyarakat menjadi salah satu kunci penting penanganan masalah kesehatan masyarakat, khususnya saat pandemi. Besarnya upaya yang dilakukan oleh pemerintah perlu diimbangi dengan partisipasi aktif masyarakat dalam respon krisis penanganan pandemi COVID-19 agar tertangani dengan cepat. Praktik baik di beberapa negara dengan kesadaran masyarakat tinggi guna terlibat aktif dalam mendukung penanganan COVID-19, tingkat keberhasilan mengatasi dampak COVID-19 cukup tinggi jika dibandingkan dengan negara dengan warga yang terbilang cukup pasif atau bahkan tidak mau terlibat sama sekali (apatis). Pemerintah memiliki keterbatasan yaitu tidak mampu menjangkau seluruh komponen kehidupan masyarakat. Dengan demikian, keterlibatan dan partisipasi masyarakat akan memudahkan tugas pemerintah dalam menjalankan kebijakan yang telah dibuat. Desain penelitian ini adalah kuantitatif dengan metode cross sectional untuk menilai korelasi antara kinerja kader Surveilans Berbasis Masyarakat (SBM) dengan variabel independen yang dilakukan di 11 Puskesmas di Kota Depok. Guna memperkaya hasil pembahasan dan implementasi peran instansi terkait, peneliti menambahkan informasi yang bersumber dari wawancara mendalam pada informan kunci. Hasil menunjukkan bahwa variabel yang berhubungan dengan penemuan dan pelaporan COVID 19 secara dini oleh kader, antara lain status pernikahan (p value = 0,0001), lama waktu menjadi kader (p value = 0,038), status pelatihan (p value = 0,002), dan perilaku professional p value = 0,033). Selain itu, faktor-faktor yang paling dominan mempengaruhi kinerja kader dalam penemuan dan pelaporan COVID 19 secara dini ialah status pernikahan setelah dikontrol oleh variabel lain. Variabel confounding dalam penelitian ini ialah lama menjadi kader. Status pernikahan memiliki OR 15,34 artinya status menikah meningkatkan 15 kali kinerja kader dalam penemuan dan pelaporan COVID-19 secara dini (95%CI=1,9-118,8) setelah dikontrol oleh variabel lain dengan p-value 0,009. Selanjutnya adanya pelatihan surveilans berbasis masyarakat meningkatkan 3 kali kinerja kader dalam penemuan dan pelaporan COVID-19 secara dini (95%CI=1,3-5,05). Namun, jika dilihat dari p value, maka status pelatihan mendapatkan angka yang paling kecil yakni 0,006, sehingga dapat dikatakan bahwa pelatihan menjadi variabel paling berpengaruh pada kinerja kader SBM dalam penemuan dan pelaporan kasus COVID-19 di Kota Depok.

Community involvement is one of the important keys to handling public health problems, especially during a pandemic. The magnitude of the efforts made by the government needs to be balanced with the active participation of the community in the crisis response to the handling of the COVID-19 pandemic so that it can be handled quickly. Good practice in several countries with high public awareness to be actively involved in supporting the handling of COVID-19, the success rate in overcoming the impact of COVID-19 is quite high when compared to countries with citizens who are quite passive or even do not want to be involved at all (apathetic). The government has limitations, namely not being able to reach all components of people's lives. Thus, community involvement and participation will facilitate the government's task in carrying out the policies that have been made. The design of this study was quantitative with a cross sectional method to assess the correlation between the performance of Community-Based Surveillance (SBM) cadres and independent variables conducted at 11 Puskesmas in Depok City. In order to enrich the results of the discussion and implementation of the role of relevant agencies, the researcher added information sourced from in-depth interviews with key informants. The results showed that variables related to the early detection and reporting of COVID 19 by cadres, including marital status (p value = 0.0001), length of time being a cadre (p value = 0.038), training status (p value = 0.002), and professional behavior p value = 0.033). In addition, the most dominant factors influencing the performance of cadres in the early detection and reporting of COVID-19 is marital status after being controlled by other variables. The confounding variable in this study is the length of time being a cadre. Marital status had an OR of 15.34, meaning that marital status increased 15 times the performance of cadres in early detection and reporting of COVID-19 (95%CI=1.9-118.8) after being controlled by other variables with a p-value of 0.009. Furthermore, community-based surveillance training increased cadres' performance 3 times in early detection and reporting of COVID-19 (95%CI=1.3-5.05). However, when viewed from the p value, the training status gets the smallest number, namely 0.006, so it can be said that training is the most influential variable on the performance of SBM cadres in finding and reporting COVID-19 cases in Depok City."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Batubara, Astriana Marta
"Kader dapat berkontribusi dalam mengurangi prevalensi stunting dengan melakukan skrining berbasis komunitas, memberikan pendidikan kesehatan, dan memfasilitasi layanan rujukan. Studi ini bertujuan untuk mengeksplorasi peran kader dalam menemukan kasus stunting. Studi ini bersifat kualitatif menggunakan pendekatan fenomenologis yang dilakukan di Kabupaten Sumedang. Ada lima belas kader yang terlibat sebagai informan dan dua belas informan kunci. Wawancara mendalam dilakukan dengan kader dan informan kunci. Observasi selama hari pembukaan Posyandu digunakan untuk triangulasi metode pengumpulan data. Analisis data dilakukan baik di lapangan maupun di meja menggunakan aplikasi Nvivo. Dua tema yang muncul dari analisis data adalah peran kader dalam menemukan kasus stunting dan faktor-faktor yang membentuk peran kader dalam menemukan kasus stunting. Dalam menemukan kasus stunting, kader melakukan pengelolaan Posyandu, menangani tugas-tugas administratif, melakukan pengukuran antropometri baik di Posyandu maupun kunjungan rumah, memberikan edukasi dan penyuluhan gizi, serta tindak lanjut terhadap balita yang mengalami stunting. Peran-peran ini dibentuk oleh beberapa faktor seperti masalah terkait keterampilan, beban kerja yang tinggi karena tanggung jawab ganda dan dorongan emosional. Disarankan kepada pemerintah Sumedang untuk memberdayakan kader dalam menemukan kasus stunting dengan memberikan pelatihan dan pengawasan secara rutin terhadap perannya.

Cadre can contribute to stunting reduction prevalence by conducting community-based screenings, providing health education, and facilitating referral services. Integrated Health Service/ Posyandu is expected to fulfill the basic service needs for the target group throughout the entire life cycle This study was aimed to explore cadres’ roles in finding stunting cases. The study was qualitative using phenomenological approach which conducted in Sumedang District. There were fifteen cadres involved as informants and some key informants such as mother with stunted children, nutritionist, District Health Office and Village Apparatus. In-depth interviews were conducted with cadres and key informant. Observation during Posyandu day was used to triangulate the method of data collection. Data analysis was done both in the field and at the desk using Nvivo software. In finding stunting cases, cadres manage the Posyandu, dealt with administrative task, conducted health assessment, nutrition education and family assistance of stunted children. These roles were shaped by issue related skills, high workload and emotional encouragement.  It is recommended for the Sumedang government to empower cadre in finding stunting cases by provide regular training and supervision for their roles."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lenni Marlina
"Kader JKN-KIS adalah individu yang menjadi mitra BPJS Kesehatan yang menjalankan sebagaian fungsi BPJS Kesehatan dalam suatu wilayah tertentu, kader ini biasanya berasal dari warga atau masyarakat setempat, tugas-tugas kader adalah mengoptimalkan sosialisasi kepada masyarakat, edukasi tentang BPJS , serta sebagai pengingat dan pengumpul iuran. Tujuan dari didirikannya kader adalah diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan jumlah kepesertaan dan meningkatkan kolektabilitas iuran BPJS Kesehatan bagi segmen peserta informal atau Pekerja Bukan Penerima Upah PBPU (BPJS Kesehatan) kader ini hanya fokus pada Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) saja. Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) adalah setiap orang yang bekerja atau berusaha atas resiko sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk menganalis implementasi kader JKN-KIS melalui evaluasi input, process, dan output terhadap implementasi pelaksanaan tugas Kader JKN-KIS di BPJS Kesehatan Kantor Cabang kota Bogor pada tahun 2019. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode fenomenologi yang dilakukan dengan wawancara mendalam, Focus Group Discussion (FGD), observasi serta talaah dokumen. Sumber data penelitian ini yaitu hasil analisis dari data primer melalui wawancara mendalam dan data skunder melalui talaah dokumen. Dari hasil analisa data yang dikumpulkan melalui wawancara mendalam, FGD, dan talaah dokumen didapatkan informasi mengenai SDM, SOP/Kebijakan, s arana dan prasarana, gambaran proses kegiatan Kader JKN-KIS. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kinerja Kader JKN-KIS di wilayah kerja BPJS Kesehatan Kantor Cabang Kota Bogor masih belum optimal dengan beberapa faktor penghambat keberhasilan berupa: SDM, pengetahuan Kader,serta karakteristik peserta. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi BPJS Kesehatan Kantor Cabang Kota Bogor untuk meningkatkan kinerja Kader JKN-KIS.

JKN-KIS cadres are individuals who are BPJS Health partners who run part of the BPJS Health function in certain regions, these cadres usually come from residents or the local community, the cadre's task is to optimize socialization to the community about BPJS, and as reminders and collectors. Contributions The aim of forming cadres is to increase the number of participants and increase the collectability of BPJS Health contributions to informal participants or PBPU Non-Wage Workers (BPJS kesehatan). Cadres only focus on non-wage earners (PBPU). This study aims to analyze the implementation of JKN-KIS cadres through evaluation of inputs, processes, and outputs on the implementation of JKN-KIS Cadre duties in the Bogor Branch Health BPJS in 2019. This study used a qualitative approach with phenomenological methods conducted by in-depth interviews, Focus Group Discussion (FGD), observation and document review. The source of this research data is the result of analysis of primary data through in-depth interviews and secondary data through document systems. From the results of the analysis of the data collected through in-depth interviews, FGDs, and the documents obtained regarding HR, SOP / Policy, facilities and infrastructure, discussed the process of activities of JKN-KIS Cadres. The results of this study indicate the results of the research of JKN-KIS Cadres in the BPJS Health area of the Bogor City Branch Office are still not optimal with several factors inhibiting success including: HR, Cadre knowledge, and characteristics of participants. The results of this study are expected to be an evaluation material for BPJS Kota Bogor Health Office to improve the performance of JKN-KIS Cadres."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
H. Syahmasa
"Perwujudan peran serta masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bermasyarakat telah membudaya dan berakar kuat dalam setiap tatanan bagi bangsa Indonesia. Strategi Misi Pembangunan Kesehatan untuk mewujudkan Visi Indonesia Sehat 2010 salah satunya adalah mendorong kemandirian masyarakat untuk berperan aktif menjaga dan meningkatkan kesehatan secara mandiri. Hal ini dapat terlihat peran tersebut telah terbentuk salah satunya adalah posyandu yang dikelola oleh kader kesehatan sebagai peran nyata dan dapat dirasakan manfaat serta kegunaannya baik oleh masyarakat sendiri atau oleh pemerintah dalam meningkatkan kesehatan masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara karakteristik demografi dan motivasi kader dengan kinerja. Penelitian ini termasuk jenis penelitian analitik kuantitatif dengan disain cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kader kesehatan yang bekerja di posyandu wilayah Kecamatan Cipayung Jakarta Timur yang berjumlah 590 kader, adapun yang menjadi sampel penelitian ditetapkan 91 prang yang penentuannya menggunakan perhitungan rumus pengambilan sampel proporsional random sampling. Data didapat melalui penyebaran kuesioner, pengolahan serta analisa data dilakukan dengan perhitungan statistik perangkat komputer.
Hasil penelitian terhadap analisis univariat menggambarkan distribusi kader berdasarkan karakteristik demografi yaitu semua kader adalah perempuan (100%), sebagian besar kader berusia ≤ 40 tahun (53,8 %) dan latar pendidikan yang dimiliki kader yang paling banyak adalah yang berpendidikan SD/SMP (60,4 %), kemudian status perkawinan hampir seluruhnya kader telah berkeluarga (93,4 %), lamanya kader bertugas sebagian besar ≤ 5 tahun (52,7 %), selanjutnya kader yang berpenghasilan diatas rata-rata upah minimum regional (UMR) sebanyak (67 %). Gambaran dari jenis motivasi kader yaitu yang mengharapkan adanya insentif (64,8 %), yang mengharapkan diberikan kesempatan untuk maju (57,1 %) dan pengakuan terhadap individu tinggi hanya (44 %) selanjutnya keinginan kader adanya tempat kerja yang layak berjumlah (64,8 %), penerimaan kelompok tinggi hanya (36,3 %), serta pengakuan terhadap prestasi tinggi hanya (36,3 %). Sedangkan dari variabel kinerja kader yang mempunyai kinerja tinggi berjumlah (79,1 %). Hasil uji chi square dari 12 varibel independen hanya 6 variabel mempunyai hubungan yang bermakna dengan kinerja (umur, lama menjadi kader, pendapatan dalam satu bulan, insentif/upah, pengakuan terhadap individu dan penerimaan oleh kelompok). Hasil uji regresi logistik (multivariat) menunjukkan ada 2 variabel independen yang paling berhubungan dengan kinerja yaitu lamanya menjadi kader dan harapan adanya pemberian insentif/upah.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah dari variabel demografi kader ada 3 yang mempunyai hubungan bermakna dengan kinerja dan dari variabel motivasi ada 3 yang mempunyai hubungan bermakna dengan kinerja, sedangkan yang paling berhubungan dari ke 12 variabel independen dengan kinerja ada 2 variabel. Dari hasil analisis tersebut maka dapat disarankan untuk meningkatkan pembinaan kepada kader serta memperhatikan harapan-harapan kader terhadap kebutuhan dasar dari kader sebagai anggota masyarakat yang turut serta membangun dalam bidang kesehatan diwilayahnya. Diharapkan bila kebutuhan kader dapat terpenuhi maka kinerja kader dapat lebih meningkat sehingga pelayanan keperawatan yang dilakukan di posyandu akan lebih meningkat pula.

The reality of community participatory in every aspect in national which have strong internalized in the community. One of the health development missions strategic to improving "Indonesian Healthy Vision 2010" is to support community empowerment to preserve actively and increasing their community. This goal can be seen obviously in Posyandu, which is the reality of community concern in health. This research aimed to analyze the relation between the characters of demography and cadre motivational performance. The methodology which is used in this research is analytical quantitative research and cross sectional design. The population is including all health cadres who worked in Cipayung - East Jakarta Posyandu, which are 590 cadres. The research's samples itself have been decided to 91 cadres by using sample proportional random sampling. This research used questioner to collect data than analyzed by computer's software.
The result of unvaried analysis described the cadre distribution based on demographics characters, which all cadres are female (100%), most of them are above 40 (53, 8 %), and their majority educational background is elementary or junior high (60, 4%), the marital status all cadre is married, cadre?s timework mostly is above 5 years (52, 7%), most of cadre?s income is above the UNIR average (67%). The description of cadre?s motivation is that they expected to have incentive is 64,8%, the opportunity to developed their carrier is 57,1%, to have high actualization is 44%, to have a proper work place and environment is 64,8%, to be accepted by their social group is 36,3%, and to have high achievement is 36,3%. The variables of cadre?s performance showed that cadres who have excellent performance are 79, 1%. Chi Square result showed that in 12 dependent variables, only 6 variables had meant relation with performance (age, timework, monthly income, incentive, individual actualization, and acceptance from social group). Logistic regression result (multivariate) showed that there are two independent variables which connected to performance; they are timework and intensive expectation.
The conclusion of this research is that from cadre?s demographic variable there are three things which have meaningful connection with performance. And from motivation variable there are three things which have meaningful connection with performance, but the most connectable from that 12 independent variables, there two variables with performance. From this result can be concluding that direction to loader should be more maintains by focusing on cadre?s basic need expectation as community member. By supporting the cadre?s basic need hopefully their performance could be raised and this could make implication to the increasing Posyandu's services.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
T7848
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dyah Pratiwi
"Penggunaan Buku KIA adalah bentuk peran serta aktif keluarga dan masyarakat termasuk kader dan pemerhati KIA dalam bidang Kesehatan Ibu dan Anak. Mengingat pentingnya Buku KIA sebagai program prioritas kesehatan ibu dan anak dalam upaya meningkatkan kesehatan ibu dan anak dan pentingnya peran kader dalam penggunaan Buku KIA, sehingga melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam peran serta aktif kader dalam penggunaan Buku KIA di wilayah kerja Puskesmas Jiput Kabupaten Pandeglang. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Pukesmas Jiput juga Dinas Kesehatan Kabupaten Pandeglang dalam meningkatkan program penerapan Buku KIA.
Penelitian ini menggunakan studi kualitatif dengan sumber informannya adalah kader dengan informan kuncinya bidan, Kepala Puskesmas dan Kepala Desa dari empat desa yang ada di wilayah Puskesmas Jiput yang dipilih sebagai tempat penelitian yaitu dua desa terdekat dan dua desa terjauh yang dianggap dapat mewakili semua desa yang ada di wilayah kerja Puskesmas Jiput. Faktorfaktor yang mempengaruhi perilaku penggunaan buku KIA oleh kader posyandu yang akan diteliti adalah berdasarkan teori Green (2005) yaitu faktor predisposisi meliputi pengetahuan dan motivasi. Faktor pemungkin meliputi pelatihan dan insentif. Faktor penguat meliputi pembinaan.
Hasil penelitian menunjukkan, penggunaan buku KIA masih didominasi oleh petugas kesehatan. Sebagian besar kader belum menggunakan buku KIA dan masih harus dibimbing untuk melaksanakan empat komponen tugas kader dalam penggunaakan Buku KIA Berdasarkan informasi yang diperoleh dalam penelitian ini, diharapkan kepada bidan, Kepala Puskesmas dan Kepala Desa, dapat lebih berperan dalam meningkatkan peran aktif kader dalam penggunaan Buku KIA.

Use of KIA book is form of active role of family and community including cadre and KIA observer in field of mother and child health. Because of importance of this book as a priority program of mother and child health in effort to increase mother and child health and importance of cadre in using this book, becomes basic background for researcher to have a study about it. This study aims to find out deeply active role of cadre in using KIA book in working area of Puskesmas Jiput Regency of Pandeglang. This study was expected to be able to provide useful input for Puskesmas Jiput and Health Agency of Pandeglang Regency in developing implementation program of KIA book.
This study using qualitative study with information sources are cadre especially midwifes, Head of Puskesmas and Village Leader of four villages in Puskesmas Jiput area which is chosen as research place consists of nearest two villages and farthest two villages supposed to be represented all of existing villages in working area of Puskesmas Jiput. Factors which influence behavior of using KIA book by Posyandu cadre will be investigated based on Green theory (2005) that is predisposition factor including informant, knowledge and motivation. Possibly factors include training and incentive. Strengthen factor is guiding.
This study shows that use of KIA book is still dominated by health officer. Most of cadre has not used KIA book yet and still has to be guided to implement four components of cadre duties in using KIA book. Based on obtained information in this study, it is expected that midwife head, Puskesmas Head, and Village Leader, could be more active in increasing active role of cadre in using KIA book."
Depok: Universitas Indonesia, 2011
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>