Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wiendy Hapsari
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini ingin menunjukkan bagaimana konstruksi media massa terhadap putusan sidang pembunuhan I Wayan Mirna Salihin. Penelitian ini sekaligus mencoba menggali adakah praktek dekonstruksi terhadap wacana dominan yang terbentuk sebelum vonis dijatuhkan. Semua berangkat dari maraknya pemberitaan media massa seputar kasus pembunuhan I Wayan Mirna Salihin yang membentuk wacana dominan adanya praktek Trial By The Press pada sosok Jessica Kumala Wongso. Publik pun semakin larut dengan konstruksi wacana tersebut karena nyatanya media massa tidak memberikan ruang atas alternatif wacana lain. Kriminologi konstitutif kemudian hadir menawarkan proses untuk mempertimbangkan ulang produksi wacana untuk mengatasi produksi wacana dominan yang terlanjur terbentuk. Terlebih wacana dominan telah membentuk persepsi khalayak yang dapat memberikan dampak negatif baik bagi khayalak sendiri maupun objek berita. Penelitian ini menerapkan metode framing milik Zhondang Pan dan Gerald M Kosicki. Unit analisa adalah berita-berita di detik.com. yang tayang mulai vonis dijatuhkan yaitu 26 Oktober 2016 hingga periode saat Pengadilan Tinggi menolak pengajuan kasasi Jessica pada 21 Juni 2017. Berdasarkan hasil penelitian terhadap populasi berita di detik.com pasca sidang, penulis menemukan tiga framing yang berbeda sekaligus praktek dekonstruksi terhadap wacana dominan yang terbentuk sebelum vonis dijatuhkan.
ABSTRACT
The purpose of this research is wanted to show how the mass media construction on the verdict of the murder trial of I Wayan Mirna Salihin. This research also wants to describe a possibility of deconstruction practice on the dominant discourse that was formed before the verdict. This research begin with the emerging of the the dominant discourse on the figure of Jessica Kumala Wongso which is tend to show Trial By The Press. Public even more trust with that construction because mass media do not give space over alternative of other discourse. Constitutive criminology then comes to the process of reproduction of production to build the dominant discourse that has already been formed. Moreover, the dominant discourse has made the perception of audiences who can make negative impact. This research applies framing method of Zhondang Pan and Gerald M Kosicki. The unit of analysis is news on detik.com which has been published on October 26, 2016 until June 21, 2017. Based on the results of research on detik.com, the author found three different framing and deconstruction of dominant discourse
2018
T50912
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lamriana Vianti Yunilda
Abstrak :
ABSTRAK Penulisan ini dibuat untuk menjelaskan pentingnya dekriminalisasi terhadap anak yang hidup di jalanan dengan penyalahgunaan narkotika. Anak yang hidup di jalanan dengan penyalahgunaan narkotika adalah korban berbagai bentuk kekerasan, dimulai dari kekerasan di dalam rumah dan kemiskinan anak. Ketika anak hidup di jalanan maka anak-anak tersebut akan rentan terhadap bentukbentuk kekerasan di jalanan, terutama dilibatkan dalam penyalahgunaan narkotika. Anak yang hidup di jalanan dengan penyalahgunaan narkotika juga akan rentan untuk dikriminalisasi sehingga dalam hal ini dekriminalisasi menjadi penting untuk dilaksanakan. Dekriminalisasi dilakukan menggunakan pendekatan costitutive criminology dan peacemaking criminology. Perubahan kebijakan dan program-program menggunakan pendekatan sosiologis diperlukan untuk mencegah anak yang hidup di jalanan dengan penyalahgunaan narkotika sebagai pelaku kejahatan.
ABSTRACT This thesis explains the importance of decriminalization on street children with drug abuse. Street children are victims of various forms of violence, from domestic violence and poverty. When the children live on the street, they are vulnerable from various forms of violence especially, one of which is being involved in drug abuse. They also will be vulnerable to be criminalized. Therefore, it will be important to decriminalize them. It is done using constitutive criminology and peacemaking criminology approach. The change of policies and programs using sociological approach is needed to prevent those children to be defined as offenders.
2015
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Maras Kusumo Putri
Abstrak :
ABSTRAK<>br> Tulisan ini membahas proses produksi dan koproduksi hoax yang dilakukan di media sosial Twitter dengan teori konstitutif kriminologi dan The Spiral of Silence. Banyaknya hoax yang beredar di Twitter menimbulkan ketakutan bagi masyarakat. Ketakutan dan keresahan yang dirasakan oleh masyarakat merupakan bentuk teror. Teror yang disebarkan melalui media sosial Twitter, dapat disebut sebagai cyber terror. Salah satu hoax yang beredar dan meresahkan masyarakat adalah tenaga kerja China yang bekerja di Indonesia. Dalam proses produksinya, hoax sangat syarat dengan kepentingan politik dan ekonomi. Koproduksi hoax dilakukan oleh masyarakat melalui Twitter. Hoax yang dikoproduksi oleh masyarakat secara terus menerus menyebabkan teror menyebar luas. Kesimpulan dari tulisan ini menemukan bahwa proses produksi dan koproduksi hoax sama dengan penyebaran teror, yaitu dapat menyebabkan keresahan dan ketakutan dalam masyarakat.
ABSTRACT<>br> This paper discusses the process of production and co production of a hoax on social media Twitter with constitutive criminology and the spiral of silence theory. The number of hoax that circulated on Twitter causing fear to the people. Fear and anxiety that felt by the people is a form of terror. Terror spread through social media Twitter, can be referred as cyber terror. One of hoaxes that circulate and disturbing for public is a working labor from China who rsquo s works in Indonesia. In the process of production, the hoax was provided by political and economic interests. The co production of hoax is done by the community through Twitter. Co production hoax by people constantly causing widespread terror. The conclusion can be found in this paper, the process of production and co production hoax have some similiarity with the spread of terror, which can causes anxiety and fear in the community.
2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Destya Galuh Ramadhani
Abstrak :
ABSTRAK
Tulisan ini membahas tentang bagaimana media daring (dalam jaringan) menggunakan logika viral dan bersifat latah dalam memproduksi konten berita kejahatan (perspektif kriminologi konstitutif) sebagai usaha untuk meningkatkan traffic. Logika viral mengacu pada cara media memanfaatkan apa yang sekiranya sedang ramai dibicarakan warganet sebagai pasar mereka dengan cepat, mudah, dan massal. Melalui penelitian kualitatif dengan analisis isi deskriptif, peneliti berusaha menjelaskan bagaimana media daring memanfaatkan postingan yang sebelumnya telah viral di media sosial untuk dijadikan konten. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pergeseran fungsi dan nilai media yang dilihat melalui cara pandang Newsmaking Criminology. Media tidak lagi menjadi gatekeeper, melainkan hanya menjadi cermin dengan menaikkan berita yang memang sudah menjadi perhatian publik. Konten media daring yang menggunakan logika viral dan kelatahan merupakan sebuah bentuk koproduksi wacana dalam produk kultural masyarakat (media sosial) dari adanya suatu konstruksi sosial yang membenarkan akan suatu peristiwa.
ABSTRACT
This study discusses about how online media uses viral logic and imitative behavior in producing crime news content (constitutive criminology perspective) in an effort to increase traffic. Viral logic refers to the way media use what discussed by netizen as their market quickly, easily, and massively. This study assesses based on qualitative content analysis to explain how online media uses posts that had previously been viral on social media to be used as content. Results show that there is an alteration in the function and value of media seen through the perspective of Newsmaking Criminology. Media is no longer a gatekeeper, but only becomes a mirror by raising news that has become public attention. Online media content that contains viral logic and echolalia is a form of production of discourse in peoples cultural products (social media) from the existence of a social construction that justifies an event.
2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aghfal Fadhilah
Abstrak :
Hadirnya media sosial di kehidupan sehari-hari memungkinkan kita dapat berkomunikasi dengan mudah dimanapun dan kapanpun. Dalam konteks kejahatan, media sosial juga berguna dalam penanggulangan kejahatan yang merupakan suatu strategi dalam penegakan hukum, dimana media bertujuan untuk meminimalisir angka kejahatan dan mencapai ketertiban dalam masyarakat. Penulisan ini melihat bagaimana media sosial bisa menjadi salah satu metode yang efektif dalam pengendalian kejahatan melalui viralisasi kasus kejahatan di media sosial tahun 2021-2022. Dengan menggunakan teori perilaku kolektif dan transisi ruang, viralisasi terjadi sebagai respon dari masyarakat di ruang siber yang melihat penegak hukum tidak maksimal dalam pengendalian kasus kejahatan. Kriminologi konstitutif melihat bahwa proses viralisasi di media sosial merupakan wacana yang diciptakan sendiri oleh warga internet melalui proses interaksi, sehingga membentuk konstruksi sosial atau realitas baru di masyarakat. Oleh karena itu, viralisasi kasus kejahatan di media sosial merupakan mekanisme penekan (pressure mechanism) yang efektif kepada penegak hukum agar bisa memproses kasus kejahatan dengan maksimal.  ......The presence of social media in life allows us to communicate easily anywhere and anytime. In the context of crime, social media is also useful in crime prevention which is a strategy in law enforcement, where the media aims to minimize crime rates and achieve order in society. This writing looks at how social media can be an effective method of controlling crime through viralization of crime cases on social media in 2021-2022. By using the theory of collective behavior and space transition, viralization occurs as a response from people in cyberspace who see that law enforcement is not optimal in handling crime cases. Constitutive criminology sees that the viralization process on social media is a discourse created by internet citizens themselves through the interaction process, thus forming a new social construction or reality in society. Therefore, viralization of crime cases on social media is an effective pressure mechanism for law enforcement to be able to process crime cases optimally.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dhuha Ramadhani
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini membahas konteks sosial politik film Istirahatlah Kata-Kata dari perspektif kriminologi konstitutif. Dalam kajian kriminologi konstitutif, pembuat film dan film diposisikan oleh peneliti sebagai agen konstitutif yang menawarkan wacana pengganti dalam isu penghilangan paksa aktivis periode 1997-1998. Penelitian dilakukan dengan metode Critical Discourse Analysis dengan menggunakan tiga proses analisis yang ditawarkan oleh Fairclough. Penelitian ini tidak hendak membahas film saja, melainkan hendak membahas pula konteks sosial politik yang melingkupi film tersebut serta pengaruh yang muncul karenanya. Hasil penelitian menemukan bahwa film Istirahatlah Kata-Kata sebagai medium memiliki potensi untuk menjadi salah satu alat guna menawarkan wacana pengganti dalam pembahasan kasus pelanggaran HAM masa lalu di Indonesia. Sementara Negara menghendaki pembahasan isu pelanggaran HAM ini dilakukan secara tertutup antara pelaku dan korban saja, dalam penelitian ditemukan bahwa salah satu tujuan yang hendak dicapai oleh para agen konstitutif adalah dilakukannya pembahasan atas isu ini di ranah publik hingga selesai, atau dengan kata lain, harus melalui pengadilan HAM.
ABSTRACT
This thesis discusses the social political context of the film entitled Solo, Solitude from the perspective of constitutive criminology. In constitutive criminology studies, filmmakers and the films itself are positioned by the researcher as constitutive agents that offer replacement discourses on the issue of Enforced Disappearance of Activists in the period 1997 1998. The research was conducted by Critical Discourse Analysis using three analytical processes offered by Fairclough. This research does not want to discuss only the film, but rather to discuss the social political context that surrounds the film and the effects that arise because of it. The study found that the film entitled Solo, Solitude mdash as a medium mdash has the potential to be one of the tools to offer replacement discourses in the discussion of past human rights abuses in Indonesia. While the State wants the case resolution of the issue of human rights violations to be conducted in a closed manner which is between the offenders and the victims only, in this research, it was found that one of the goals to be achieved by constitutive agents was to carry out the discussion of this issue in the public sphere to the end, or in other words, through the human rights court.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Ramandhika Putra
Abstrak :
ABSTRAK
Tulisan ini bertujuan untuk menambah wawasan mengenai harmful discourse yang meliputi black campaign serta hate speech yang dapat ditemukan dan dihasilkan oleh unggahan humor politik. Penulis menggunakan pemikiran kriminologi konstutitif sebagai acuan dalam membahas hal tersebut. Penulis menggunakan sumber data primer seperti screenshot unggahan humor politik dan juga data sekunder seperti artikel berita sebagai bahan analisis. Penulis berasumsi bahwa humor politik yang disajikan memiliki unsur harmful discourse, black campaign, dan hate speech. Konten-konten tersebut memiliki agenda untuk menjatuhkan salah satu pasangan Gubernur-Wakil Gubernur menggunakan harmful discourse yang juga dapat dikatakan sebagai black campaign dan berujung pada pemberian label kepada pihak terkait. Penulis menemukan beberapa unggahan yang dapat dikategorikan sebagai harmful discourse, black campaign, hate speech dan berujung pada pemberian pandangan negatif kepada mereka yang ditargetkan dalam isi konten humor politik tersebut.
ABSTRACT
This paper is written in order to enhance the knowledge of harmful discourse that include black campaign and hate speech that can be found and produced by political jokes postings. Writer use constitutive criminology as the reference for discussion. Writer also use primary data such as screenshot of political jokes postings and also use secondary data such as news article as analysis matter. Writer assumes that political jokes or political humour contain some of harmful discourse, black campaign, and hate speech. The content have some of hidden agenda to mock one of the candidate using harmful discourse and black campaign and in the end, the people will give them labels. Writer found some of the postings that can be categorize as harmful discourse, black campaign, hate speech and could end up with the target described negatively by the readers.
2017
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Dini Rizki
Abstrak :
Pada dasarnya, kejahatan memiliki batasan tersendiri di setiap disiplin ilmu, seperti halnya yang ditekankan dalam tulisan ini, yaitu suatu tindakan yang dapat memberikan kerugian fisik, psikologis, bahkan materi. Terlebih lagi ketika media telah mengambil peran, sehingga terbentuk pola yang dapat merepresentasikan suatu kejahatan, baik secara faktual maupun fiktif sebagai bagian dari landasan berpikir seorang individu mengenai sifat kejahatan, khususnya viktimisasi. Berdasarkan hal tersebut, tulisan ini secara khusus menyoroti film sebagai wadah penyampaian makna melalui audio dan visual menenai sebuah fenomena yang dikenal sebagai glass ceilling. Film Kim Ji-Young, Born 1982 merupakan salah satu film yang berusaha menunjukkan adanya bias gender di ranah privat maupun dunia kerja. Untuk mempermudah penulis dalam melihat fenomena tersebut, metode pengumpulan data yang dimanfaatkan oleh penulis merujuk pada level analisis wacana yang ditawarkan oleh Sara Mills, meliputi 1) cuplikan adegan karakter dan peran Kim Ji Young; 2) cuplikan adegan fokalisasi Kim Ji Young; 3) cuplikan adegan skemata Kim Ji Young; dan 4) cuplikan adegan penggambaran glass ceiling sebagai bentuk bias gender dalam film Kim Ji Young, Born 1982. Lebih lanjut, penulis mendalami fenomena tersebut menggunakan teori feminis sosialis, kriminologi konstitutif, pendekatan kriminologi visual, dan pendekatan kriminologi naratif. Berdasarkan teori feminis sosialis dan kriminologi konstitutif, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa terdapat pembatas yang dibuat secara nyata dalam lingkungan sosial. Secara khusus, dalam tulisan ini feminis sosialis berfungsi untuk melihat adanya sistem patriarki dan kapitalis sebagai landasan terjadinya bias gender. Kondisi ini kemudian dijelaskan sebagai sebuah kejahatan karena dilandasi oleh bias gender yang pada akhirnya membatasi ruang gerak perempuan, pada akhirnya juga bisa berdampak pada kesehatan mental seorang perempuan atau dikenal sebagai postpatrum depression. ......Crime has limitations in each discipline, as emphasized in this paper, namely an action that can cause physical, psychological, and even material harm. When the media has taken a role, a pattern is formed that can represent a crime, both factually and victimization. As part of the foundation of an individual's thinking about the nature of the crime, especially victimization. Based on this, this paper explicitly highlights film as a vehicle for conveying meaning through audio and visuals regarding a phenomenon known as glass ceilings. Kim Ji-Young, Born in 1982, is one of the films that try to show the existence of gender bias in the private sphere and the world of work. To make it easier for the writer to see this phenomenon, the data collection method used by the writer refers to the level of discourse analysis offered by Sara Mills, including: 1) footage of Kim Ji Young's character and role; 2) footage of Kim Ji Young's vocalization scene; 3) stills of Kim Ji Young's schemata scene; and 4) Footage of the glass ceiling depiction as a form of gender bias in the film Kim Ji Young, Born 1982. Furthermore, the author explores this phenomenon using socialist feminist theory, constitutive criminology, visual criminology, and narrative criminology approaches. Based on socialist feminist theory and constitutive criminology, the writer can conclude that there are barriers that are actually made in the social environment. Specifically, in this paper, socialist feminists function to see the patriarchal and capitalist systems as the foundation for gender bias. This condition is then explained as a crime because it is based on gender bias which ultimately limits women's space for movement. In the end, it can also impact a woman's mental health, known as postpartum depression.
2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rayhan Pratama
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang peran agensi warga dalam membentuk wacana tentang kejahatan di Instagram serta Visual Jalanan sebagai multi-agensi yang mengamplifikasi wacana tersebut pada medium Instagram, website, dan pameran. Akun Instagram Visual Jalanan menjadi kanal sekaligus jembatan bagi warga melalui aksi performatif untuk menyampaikan gagasan terkait kejahatan dalam bentuk visual. Pada proses konstitutif, Visual Jalanan berperan sebagai agensi untuk melakukan konstruksi ulang terhadap realitas baru terkait label yang melekat pada aksi vandalisme yang dilakukan oleh warga melalui berbagai medium. Kedua agen dalam proses konstitutif tersebut memiliki tendensi untuk menciptakan aktivisme visual melalui pengarsipan. Penelitian ini menggunakan pendekatan analitik dan metode studi kasus untuk memberikan gambaran proses konstitutif dalam konstruksi terkait realitas kejahatan.
ABSTRACT This thesis examines the role of citizens in shaping the discourse about crime on Instagram and Visual Jalanan as an multi agency which amplify the discourse on Instagram, websites, and exhibitions. The Instagram account ldquo Visual Jalanan rdquo becomes a channel as well as a bridge for citizens through a performance act to express the idea regarding the visual form of a crime. Concerning the constitutive process, Visual Jalanan acts as an agency to reconstruct new realities related to the label attached to the vandalism act which commit by citizens through various mediums. These two agents in the constitutive process tend to create a visual activism through archiving. This research uses an analytical approach and case study method to illustrate the constitutive process in construction concerning the crime reality.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2017
S66199
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library