Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 32 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nasution, M. Yusuf
"The aim of this study was to investigate the effect of ant (hypertensive agents with different degrees of renal excretion lisinopril (L) eliminated in the kidney and fosinopril (F), only 50% of which is eliminated through the kidney on renal function in hypertension patients with mild to moderate renal failure.
Materials and methods: Patients were divided into two groups. The first group was given F 10 mg/day and the second group was given L 10 mg/day. Groups were divided randomly, and drugs were given for 6 weeks each night at 8.00p.m. The hypertension status of each subject was determined from systolic blood pressureJ140 mmHg or diastolic blood pressure -f 90 mg/dl. Subjects were both male and female, with an age range of 18- 65 years old.
Results: The results from the creatinine examination of the 10 mgF group was (3.06 ±0.97) mg/dl after drug use, which showed no decrease in renal function. The difference was insignificant (p=0.17). The 10 mgL group the creatinine level was (3.22 ±0.17), where as in the 10 mg L group the creatinine level was (3.22 ± 0.75) mg/dl before the use of the drug and (4.11 ± 2.14) mg/dl after the use of the drug respectively. There was no worsening of the renal function, which did not differ significantly (p=0.11). There was a significant difference (p < 0.05) in the creatinine level of the 10 mg F and 10 mg L groups. The serum creatinine level before and after treatment did show any significant changes at. 6 week. However, the serum creatinine profile over 6 week was more significant in the F group than in the L groups."
2002
AMIN-XXXIII-3-JulSept2001-94
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Farida Wati
"Penggunaan jamu pelangsing “SF” yang merupakan kombinasi dari Phaseolus vulgaris, Guazuma ulmifolia, Garcinia cambogia, dan Green tea secara berulang dan dalam jangka waktu yang panjang menyebabkan perlu dilakukan pengujian terhadap tingkat keamanannya. Oleh karena itu penelitian ini dirancang untuk mengetahui pengaruh pemberian jamu pelangsing terhadap fungsi ginjal selama 90 hari. Jamu diberikan secara oral kepada 80 ekor tikus putih galur Sprangue-Dawley yang terdiri dari 40 ekor tikus jantan dan 40 ekor tikus betina.
Hewan uji dibagi secara acak kedalam empat kelompok, yaitu satu kelompok normal yang diberi CMC 0,5% dan tiga kelompok perlakuan yang masing-masing diberi jamu dosis 1,35 g/kg bb, 2,70 g/kg bb, dan 5,40 g/kg bb tikus. Pada hari ke-91 dilakukan pengambilan darah untuk pengukuran kadar urea dan kreatinin plasma secara kolorimetri.
Hasil ANAVA satu arah (α = 0,05) menunjukan tidak ada perbedaan bermakna dari kadar urea dan kreatinin plasma antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa penggunaan jamu pelangsing selama 90 hari tidak mempengaruhi fungsi ginjal."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S32577
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sussi Kurniasih
"Tepung kulit lidah buaya dapat digunakan sebagai antihiperglikemik, antiinflamasi, antibakteri, dan immunomodulator. Untuk memproduksi tepung kulit lidah buaya sebagai food supplement dibutuhkan uji keamanan. Uji keamanan yang dilakukan yaitu uji toksisitas akut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek toksik dari tepung kulit lidah buaya terhadap fungsi ginjal hewan uji.
Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan hewan uji mencit galur ddY dengan berat badan 20-30 gram. Hewan uji dibagi ke dalam lima kelompok perlakuan, masing-masing kelompok terdiri dari 10 ekor mencit jantan dan 10 ekor mencit betina. Kelompok perlakuan tersebut adalah kelompok dosis yang diberikan sediaan uji dengan dosis berturut-turut 650 mg/kg bb, 1300 mg/kg bb, 2600 mg/kg bb, dan 5200 mg/kg bb, serta kelompok kontrol yang hanya diberikan akuades.
Perubahan fungsi ginjal diperiksa pada 24 jam dan 14 hari setelah perlakuan dengan mengukur kadar kreatinin plasma dan urea plasma. Pemeriksaan histologis ginjal dilakukan pada 14 hari setelah perlakuan, dengan mengukur diameter glomerulus dan jarak ruang antara glomerulus dan kapsula Bowman. Pada dosis tertinggi yang diberikan (5200 mg/g bb) tidak menimbulkan kematian pada hewan uji. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji statistik parametrik ANAVA satu arah.
Hasil uji ANAVA satu arah pada α = 0,05 terhadap kadar kreatinin plasma, urea plasma, diameter glomerulus serta jarak ruang antara glomerulus dengan kapsula Bowman tidak menunjukkan perbedaan bermakna baik antar kelompok dosis maupun dengan kelompok kontrol. Penggunaan tepung kulit lidah buaya tidak menimbulkan efek toksik terhadap fungsi ginjal pada mencit putih."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitria Wresdining Tyas
"Herba seledri (Apium graveolens Jacq) dan daun tempuyung (Sonchus arvensis L.) telah dikenal masyarakat Indonesia sebagai obat herbal antihipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek tidak dikehendaki dari kedua campuran ekstrak tersebut terhadap volume urin 24 jam, kalium dan natrium di urin dan kadar kreatinin plasma pada tikus putih jantan yang dibuat hipertensi.
Pada penelitian ini digunakan tujuh kelompok tikus putih jantan galur Sprague-Dawley yang masing-masing kelompok terdiri dari enam ekor. Tikus pada kelompok uji dan kontrol hipertensi diinduksi dengan larutan natrium klorida 2% sebagai air minum selama 52 hari. Campuran ekstrak diberikan pada hari ke-15 sampai 51. Campuran ekstrak herba seledri dan daun tempuyung diberikan dalam dua dosis yang divariasikan, yaitu (0,023 g ekstrak seledri dan 0,114 g tempuyung/200 g BB) dan (0,034 g ekstrak seledri dan 0,171 g tempuyung/200 g BB).
Sebagai pembanding digunakan kelompok kontrol normal, obat herbal pembanding (0,0432 g/200 g BB), ekstrak tunggal herba seledri (0,023 g/200 g BB) dan ekstrak daun tempuyung (0,114 g/200 g BB). Hasil ANOVA satu arah (α=0,05) menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna terhadap ekskresi urin 24 jam dan kadar kreatinin plasma tetapi meningkatkan secara bermakna ekskresi natrium dan kalium pada urin."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2007
S32649
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kartika Metafisika
"Benzena dikenal sebagai salah satu senyawa karsinogen. IARC telah menggolongkan benzena sebagai senyawa karsinogenik golongan 1 yang menunjukkan paparan benzena sangat berbahaya bagi kesehatan manusia. Paparan dari aktivitas merokok dan emisi kendaraan bermotor pada polisi lalu lintas secara terus menerus akan mengakibatkan tingginya resiko paparan benzena sehingga perlu dilakukan kajian resiko paparan benzena terhadap polisi lalu lintas khususnya di wilayah Depok yang merupakan kota penyangga ibukota Jakarta. Asam s-fenilmerkapturat (SPMA) dalam urin merupakan metabolit spesifik terhadap paparan benzena sehingga representatif sebagai biomarker paparan benzena. Rata-rata konsentrasi SPMA pada polisi lalu lintas yang merokok, polisi lalu lintas yang tidak merokok, dan kontrol memberikan hasil 150,44 + 75,13 μg /g kreatinin, 70,44 + 64,21 μg /g kreatinin, dan 14,3 + 19,61 μg /g kreatinin. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa faktor emisi kendaraan bermotor, lama bekerja serta merokok meningkatkan resiko paparan benzena polisi lalu lintas.

Benzene has been known as one of the carcinogen agent. IARC had been categorized benzene as carcinogen compound in group 1 that indicates benzene exposure very harmful to human health. Exposure over and over from smoking activities and automobile emission to traffic policemen, will resulting a high risk benzene exposure, as a result, risk study of benzene exposure need to be done toward traffic policemen, specially in Depok area as Jakarta’s buffer zone. Sphenylmercapturic acid (SPMA) in urine is specific metabolite to benzene exposure, so it represents as biomarker benzene exposure. SPMA concentration average in smoking traffic policemen, nonsmoking traffic policemen and control respectively, give a result 150,44 + 75,13 μg /g creatinine, 70,44 + 64,21 μg /g creatinine, dan 14,3 + 19,61 μg /g creatinine. The statistical test result, show that automobile emission, working duration as traffic policemen, and smoking habit factor can increase traffic policemen benzene exposure risk."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S30693
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Asri Febriyanti
"Jamu ?DNR? merupakan salah satu obat tradisional Indonesia yang telah digunakan untuk mengatasi diare. Jamu ini mengandung attapulgit, karbon aktif, ekstrak daun jambu biji, ekstrak rimpang kunyit, ekstrak buah mojokeling, ekstrak kulit buah delima, dan ekstrak biji jali. Untuk menjamin penggunaannya, maka perlu dilakukan penelitian terhadap keamanannya, salah satunya dengan melakukan uji toksisitas akut.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan nilai LD50 dan mengetahui efek toksik terhadap fungsi hati ditinjau dari aktivitas aminotransferase dan fungsi ginjal ditinjau dari kadar urea dan kreatinin plasma. Penelitian menggunakan hewan uji mencit putih galur ddY, yang dikelompokkan menjadi lima kelompok, masing-masing kelompok terdiri atas 5 ekor mencit jantan dan 5 ekor mencit betina. Kelompok I, II, III, IV adalah kelompok perlakuan yang diberikan larutan uji dengan dosis berturut-turut 1650, 3300, 6600, dan 13200 mg/kg bb, sedangkan kelompok V adalah kelompok kontrol yang diberikan larutan CMC 0,5%. Penentuan nilai LD50 dilakukan dengan menghitung jumlah hewan yang mati selama 24 jam pemberian jamu ?DNR?.
Hasilnya adalah pada dosis tertinggi yang diberikan (13200 mg/kg bb) tidak menimbulkan kematian pada hewan uji. Selanjutnya, dilakukan pengambilan darah melalui sinus orbital mata pada 24 jam dan 14 hari setelah perlakuan. Darah tersebut digunakan untuk mengukur aktivitas aminotransferase dengan metode kolorimetri(Reitmann-Frankel), kadar urea plasma dengan metofe Jaffe termodifikasi, dan kadar kreatinin plasma menggunakan Diasetil Monoksim.
Hasil yang diperoleh kemudian dianalisis menggunakan uji statistik Analisis Varian Satu Arah dengan = 0,05. Pada hasil pengukuran tersebut tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna antar kelompok dosis dengan kelompok kontrol. Hasil ini menunjukkan bahwa pada pemberian jamu ?DNR? sampai dosis tertinggi 13200 g/kg bb tidak mempengaruhi fungsi organ hati dan ginjal mencit putih. "
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S32738
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"Handajani NS, Dharmawan R. 2009. Effect of VCO to leucocyte differential count, glucose levels and blood creatinine of
hyperglycemic and ovalbumin sensitized Mus musculus Balb/c. Nusantara Bioscience 1: 1-8. Chemical medicines and insulin can
decrease blood glucose level in hyperglycemic patients with a macro vascular side effect. Diabetes and allergy incidences are influenced
by quality and quantity of leucocytes. Lauric acid within VCO reports decreased blood glucose level of diabetes and some allergy
incidents. The purpose of the study is to know the effect of VCO on blood glucose level, differential leucocytes count and blood
creatinine level on hyperglycemic and normoglycemic ovalbumin-sensitized mice. Forty-five (45) male (mice) of Mus musculus Balb/c
with an average weight of 35 g are divided into nine groups with five repetitions; those are four non-alloxan groups and five alloxan
induced hyperglycemic groups. On 22nd day to 36th day, they are sensitized to ovalbumin as an allergen. A blood sample was obtained
by orbital vena using heparin as anticoagulant in order measuring blood glucose level by GOD method to 6 times, on 1st, 4th, 18th, 22nd
,
32nd and 37th days, then are tested by ANOVA followed by DMRT 0.05. On 37th day, differential leucocytes are determined, blood level
are counted, and then compared to normal value. The results of this study were that within differential leucocytes count of
hyperglycemic mice, neutrophil percentage were much lower than the normal value (3.22%), and lymphocyte percentage were much
higher than the normal value (94.54%). Consumed 0.003 mL/35 g VCO more 18 days decreased blood glucose level on hyperglycemic
mice, decreased basophil percentage of ovalbumin-sensitized mice, normalized neutrophil percentage no increased creatinine blood
level. "
570 NBS 1:1 (2009)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian nutrisi enteral tinggi protein pada status protein penderita stroke akut. Subjek penelitian dibagi 2 kelompok secara randomisasi blok, yaitu kelompok perlakuan mendapat nutrisi enteral tinggi protein (NETP) dan kelompok kontrol mendapat nutrisi enteral standar rumah sakit (NERS). Tiga puluh enam subjek dari 60 penderita stroke akut berhasil menjalani 7 hari penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian NETP dapat meningkatkan kadar prealbumin serum, menurunkan ekskresi kreatinin urin, dan memperkecil penurunan kadar albumin serum dibandingkan kelompok kontrol. (Med J Indones 2004; 14: 37-43)

The objective of this study was to determine the effect of high protein enteral nutrition on protein status in acute stroke patients. The subjects were divided into two groups using block randomisation, i.e. the intervention group that received high protein enteral nutrition (HPEN), and the control group that received enteral hospital diet. Thirty six out of 60 acute stroke patients had completed 7 days of follow-up. The results showed that HPEN have increased prealbumin level, decreased urinary creatinine excretion, and decreased the decline of albumin serum compared to the control group. (Med J Indones 2004; 14: 37-43)"
Medical Journal of Indonesia, 14 (1) January March 2005: 37-43, 2005
MJIN-14-1-JanMar2005-37
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Gusti Agung Ayu Putu Tika Andayani
"ABSTRAK
Pendahuluan: Kanker kolorektal masih menjadi penyebab kematian yang tinggi di dunia. Tatalaksana kanker kolorektal masih memiliki banyak efek samping. Perikarp buah Garcinia mangostana banyak mengandung xanthone yang memiliki efek antioksidan dan antikanker. Pada penelitian eksperimental ini, mikropartikel ekstrak Garcinia mangostana dibungkus kapsul kitosan alginat yang bersifat mukoadesif terhadap kolon dan protektif terhadap asam lambung. Metode: mencit BALB/c dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: kontrol, perlakuan yang terdiri dari tiga dosis ekstrak Garcinia mangostana (2 g/kgBB, 1 g/kgBB, dan 0,5 g/kgBB), dan satelit (kontrol dan 2 g/kgBB). Fungsi ginjal mencit dilihat dari kadar BUN dan kreatininnya setelah diberikan perlakuan selama 14 hari untuk kelompok kontrol dan perlakuan serta selama 28 hari untuk kelompok satelit untuk melihat efek reversibelnya. Sebagai data tambahan, berat ginjal setelah perlakuan dan gejala toksisitas klinis yang muncul selama perlakuan juga diamati pada penelitian ini. Hasil: Kadar BUN dan kreatinin ditemukan signifikan pada mencit jantan (p = 0,021 dan p = 0,083) pada dosis 2 g/kgBB jika dibandingkan dengan kelompok kontrol. Efek reversibel terlihat pada nilai kadar kreatinin mencit jantan. Garcinia mangostana tidak berpengaruh pada berat ginjal. Tanda toksisitas klinis tidak tampak selama proses perlakuan. Kesimpulan: Pemberian sediaan mikroenkapsulasi dari fraksi etil-asetat ekstrak Garcinia mangostana Linn meningkatkan kadar BUN dan kreatinin jika diberikan pada dosis 2 g/kgBB selama 14 hari pada mencit jantan.

ABSTRACT
ntroduction: Colorectal cancer is one of the highest caused of death in the world. Colorectal cancer managements still have many side effects. The pericarp of the Garcinia mangostana contains xanthones that constitute antioxidant and anticancer effects. In this experimental study, the microparticles of Garcinia mangostana extract were wrapped in chitosan alginate capsules which are mucoadhesive against the colon and protective against gastric acid. Methods: BALB/c mice were divided into three groups, they were: control, treatment consisting of three doses (2 g/kg BW, 1 g/kg BW, and 0.5 g/kg BW) of Garcinia mangostana extract, and satellite (control and 2 g/kg BW). Renal function of mice was seen from BUN and creatinine levels after being treated for 14 days for the control group and treatment group, and for 28 days for the satellite group, to see their reversible effect. As additional data, kidney weight after treatment and symptoms of clinical toxicity that emerged during treatment were also observed in this study. Results: BUN and creatinine levels were found to be significant in male mice (p = 0.021 and p = 0.083) at a doses of 2 g/ kg BW when compared to the control group. Reversible effect seen on creatinine levels in male mice. Garcinia mangostana does not affect kidney weight. Signs of clinical toxicity were not seen during the treatment process. Conclusion: Microencapsulation of the ethyl-acetate fraction of Garcinia mangostana Linn increased levels of BUN and creatinine if given at 2g/ BW dose for 14 days in male mice."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardhea Pramesti Ningrum
"ABSTRAK
Acute Kidney Injury (AKI) merupakan sindrom penurunan fungsi ginjal dalam mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit tubuh, serta eksresi zat sisa metabolisme secara tiba-tiba, yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal dalam beberapa hari. Dalam patofisiologinya,terdapat 3 jenis AKI yaitu AKI pra-renal, intrinsik, dan post-renal. Salah satu penyebab AKI adalah kondisi Ischemia Reperfusion Injury (IRI). IRI merupakan kondisi kerusakan jaringan yang disebabkan aliran darah balik ke jaringan setelah terjadi iskemia (anoksia, hipoksia). Iskemia yang terjadi pada jaringan ginjal menyebabkan berbagai kondisi yang berakibat pada stres oksidatif dan inflamasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil BUN dan kreatinin pada tikus model Renal Ischemia-Reperfusion Injury. Sebanyak 24 ekor tikus jantan galur Sparague Dawley yang dibagi menjadi 4 kelompok yaitu kelompok normal (sham), iskemia 15 menit, 30, dan 45 menit. Setiap kelompok terdiri atas 6 tikus dengan berat badan antara 150-200gram. Induksi Renal Ischemia-Reperfusion Injury dilakukan dengan metode bilateral renal pedicle clamping. Pengamatan dilakukan sebelum dilaksanakan perlakuan atau jam ke 0 serta di jam ke 24, 48, dan minggu kedua setelah induksi melalui kadar kreatinin serum dan kadar BUN serum. Data diolah secara statistik secara SPSS dengan one way ANOVA method. Induksi Ischemia Reperfusion Injury selama 15 menit menyebabkan peningkatan kadar serum kreatinin dan BUN pada jam ke 24 (p<0,05), 48 (p<0,05) serta penurunan pada minggu ke 2 (p>0,05). Sedangkan pada Induksi Ischemia Reperfusion Injury selama 30 menit, peningkatan kadar serum kreatinin kadar BUN baru terjadi di jam ke 48 (p<0,05) serta penurunan di minggu ke dua (p>0,05). Berdasarkan hasil tersebut, induksi Ischemia Reperfusion Injury menyebabkan peningkatan kadar kreatinin dan BUN pada 24 jam setelah reperfusi serta penurunan pada 14 hari setelah reperfusi

ABSTRACT
Acute Kidney Injury (AKI) is a syndrome of decreased kidney function in regulating the body's fluid and electrolyte balance, as well as sudden excretion of metabolic waste, which is characterized by a decrease in kidney function within a few days. In its pathophysiology, there are 3 types of AKI namely pre-renal, intrinsic, and post-renal AKI. One of the causes of AKI is the condition of Ischemia Reperfusion Injury (IRI). IRI is a condition of tissue damage caused by blood flow back to the tissue after ischemia (anoxia, hypoxia). Ischemia that occurs in kidney tissue causes various conditions that result in oxidative stress and inflammation. This study aims to determine the profile of BUN and creatinine level as a biochemical marker for kidney disease in Renal Ischemia-Reperfusion Injury rat model. A total of 24 Sparague Dawley male rats were divided into 4 groups: normal (sham), ischemic 15 minutes, 30, and 45 minutes. Each group consists of 6 rats weighing between 150-200 gram. Induction of Renal Ischemia-Reperfusion Injury is performed using bilateral renal pedicle clamping method. Observations were made before the treatment or the 0th hour and at 24, 48, and the second week after induction through creatinine serum levels and BUN serum levels. The data is processed statistically by SPSS with the one way ANOVA method. Induction of Ischemia Injury Reperfusion for 15 minutes caused an increase in serum creatinine and BUN levels at 24 hours (p <0.05), 48 (p <0.05) and replacement at week 2 (p> 0.05). Whereas in the induction of Ischemic Reperfusion Injury for 30 minutes, the increase in serum BUN creatinine levels occurred at 48 hours (p <0.05) and decreased in the second week (p> 0.05). Based on these results, the induction of Reperfusion Ischemia Injury caused an increase in creatinine and BUN levels 24 hours after reperfusion and decreased 14 days after reperfusion."
2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4   >>