Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 19 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Coombs, W. Timothy
Los Angeles: Sage, 2015
658.405 6 COO o
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Gabriela Carisa Rosgiarto
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa krisis komunikasi yang digunakan oleh Logan Paul, seorang pencipta konten di YouTube dan juga performa personal brand -nya, terkait terjadinya kontroversi penemuan jenazah bunuh diri di hutan Aokigahara, Jepang, pada 31 Desember 2017. Penelitian dilakukan dengan pendekatan mixed method dimana dengan metode kuantitatif, komen yang terdapat pada 2 video, yaitu video pada tanggal 14 Desember 2017 dan 18 April 2018, diambil menggunakan software OpenRefine dan Leximancer untuk menganalisa kebiasaan penonton Logan Paul. Data yang didapat kemudian dibahas secara kualitatif pada bagian diskusi. Penelitian ini menemukan bahwa krisis komunikasi yang diterapkan Logan Paul adalah aksi penghapusan video dan beberapa bentuk permohonan maaf yang dilakukan di tahapan krisis yang berbeda. Berdasarkan data, juga telah ditemukan bahwa penonton Logan Paul tidak menunjukan perilaku yang berbeda setelah konflik terjadi, mengindikasikan personal brand yang kuat. Logan juga dapat mengasosiasikan dirinya, mengerti keadaan pasar, dan mampu menyadarkan orang akan keberadaannya. Namun, menurut website Social Blade yang menganalisa performa YouTuber, Logan belum bisa menjadi pemimpin pasarnya.
ABSTRACT
This research is aim to analyse the crisis communication phases as well as the personal brand performance that a content creator on YouTube, Logan Paul, applied during his recent controversy that involving a discovery of a dead body in Aokigahara forest, Japan, on 31 st of December 2017. With mixed method as an approach, the research use quantitative method to obtain data through the software OpenRefine and Leximancer by scrapping comment on Logan s 2 videos that uploaded before and after the controversy, 14 th of December 2017 and 18 th of April 2018. The data then will be analysed qualitatively in the discussion part. This research had found that through the crisis communication phases, Logan Paul took some actions such deleting his controversial video, and apologizing each on a different phase of crisis. Based on the data, this research discovered that Logan Paul audience s behaviour still stay the same after the controversy which indicate a strong personal brand. Logan also associating his personal branding very well within the community, understand the market condition, and able to attract awareness upon his name. However, according to Social Blade, a website that purposely do analyses on YouTuber performance, Logan has not become a leader in his market.
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Singapore: Routledge Taylor & Francis Group,
302 ASJC
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Dani Miftahul Akhyar
Abstrak :
This paper explained crisis communication in the digital era. The crisis in the era before digital and afterwards had significant differences. There are two things that make it different. First, the communication channel is spread. In the era before digital, the dissemination of crisis information was only through conventional mass media such as television, radio, and newspapers. In the digital era, only one bank that has problems will become a monthly report on social media.
Jakarta: The Ary Suta Center, 2020
330 ASCSM 51 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Alexandra Suatan
Abstrak :
Kegiatan komunikasi krisis selama pandemi dilakukan oleh Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19. Kegagalan dalam mengelola kegiatan ini dapat mengakibatkan kerugian serius bagi pemangku kepentingan (masyarakat) dan pemerintah. Untuk mencegah kegagalan ini, komunikasi yang efektif dari pemerintah selaku sumber pesan perlu dilakukan agar menciptakan perubahan perilaku yang efektif bagi masyarakat selaku penerima pesan sehingga tidak mudah teralihkan oleh fenomena infodemik. Terdapat empat elemen komunikasi yang dapat dikontrol oleh pemerintah demi mencapai komunikasi yang efektif, yakni pemilihan sumber pesan (source), pembentukan isi pesan (message), pemilihan saluran pesan (channel), dan strategi. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan strategi studi kasus dan paradigma post-positivis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengevaluasi kegiatan komunikasi krisis pemerintah yang dilakukan oleh Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19, selaku sumber pesan tertinggi di dalam penanganan krisis. Hasil dari penelitian ini adalah, berdasaran elemen komunikasi yang diteliti dan kerangka konseptual yang disajikan, juru bicara pemerintah Indonesia sudah melakukan kegiatan komunikasi krisis sesuai dengan rekomendasi para pakar krisis. Akan tetapi, terdapat satu hal yang kontradiktif bila dibandingkan dengan undang-undang yang berlaku, di mana seharusnya krisis kesehatan masyarakat ditangani oleh Kementerian Kesehatan. Walaupun begitu, hal ini tidak mengurangi keefektifan kegiatan komunikasi krisis juru bicara pemerintah. ......The Government Spokesperson for COVID-19 response carries out crisis communication activities during the pandemic. Failure to manage these activities can result in severe losses for stakeholders (community) and the government. To prevent this failure, effective communication from the government as a source of messages needs to be done to create effective behavioral changes for the community as message recipients so that they are not easily distracted by the infodemic. There are four elements of communication that the government can control to achieve effective communication, they are the selection of the source, the construction of the message, the selection of the channel, and the strategy. This study uses a qualitative research method with a case study strategy and a post-positivist paradigm. This study aims to analyze and evaluate the government's crisis communication activities carried out by the Government Spokesperson for COVID-19 response as the highest source of messages in handling the crisis. The result of this study is, based on the elements of communication carried out and the conceptual framework presented, the spokesperson for the Indonesian government has carried out crisis communications by the recommendations of crisis experts. However, one thing is contradictory when compared to the applicable law, where the Ministry of Health should handle public health crises. Nevertheless, this does not reduce the effectiveness of the government spokesman's crisis communication activities.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mantu, Poppie Indriyanti
Abstrak :
Krisis yang berlangsung sejak pertengahan tahun 1997 khususnya di kawasan Asia,. secara nyata telah menyebabkan kerusakan di sektor ekonomi, politik dan sosial. Sektor perbankan merupakan salah satu yang terterpa imbas dari krisis tersebut. Salah satu bank BUMN terkemuka yaitu Bank BNI ikut merasakan akibat dari krisis tersebut. Berlatar belakang hal tersebut yang menjadi pokok permasalahan studi adalah : a. Apa kebijakan komunikasi yang dilakukan Humas Bank BNI dalam menghadapi krisis moneter tahun 1997-1998 ? b. Apakah Humas Bank BNI mempunyai Crisis Communication Planning pada masa krisis moneter di Indonesia tahun 1997-1998 ? c. Bagaimana proses pengembangan strategi atau kegiatan-kegiatan public relations secara spesifik sehingga Bank BNI bisa mencapai pemulihan? Tujuan penelitian secara umum adalah untuk mengetahui tindakan Humas Bank BNI dalam menghadapi krisis moneter tahun 1997-1998. Metodologi penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Kualitatif. Teknis AnaIisis Dalam Kualitatif yang dipergunakan adalah Time Allocation Analysis. Sedangkan untuk Teknis Pengumpulan Data dilakukan dengan wawancara mendalam melalui Key Person sejumlah 2 orang dan analisis data. Kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Pengertian Humas, Fungsi dan Tujuan Humas Dalam Organisasi, Posisi Hnunas Dalam Organisasi, Crisis Communication Planning dan Contingency Planning, Peranan Media Massa Dalam Program Kerja Hurnas, Program Kerja Humas dalam Mengelola Situasi Krisis. Dalam temuan penting hasil studi dapat dijabarkan bahwa Bank BNI ikut terkena dampak krisis moneter. Hal ini dapat dilihat pada penurunan profit perusahaan, tidak adanya perencanaan komunikasi terhadap krisis dalam tugas dan wewenang Kelompok Humas. Sedangkan untuk kegiatan kehumasan yang dilakukan pada tahun 1997 hanya penyampaian Laporan Tahunan kepada Bapepam. Kegiatan kehumasan sesudahnya dilakukan dengan tujuan untuk memaintenance dampak krisis. Maksudnya adalah kebijakan kehumasan yang dilakukan adalah merupakan garis besar program kehumasan yang sudah ada di Bank BNI yaitu Corporate Public Relations (CPR) dan Marketing Public Relations (MPR). Tidak ada strategi khusus kehumasan yang dilakukan dalam rangka krisis moneter tersebut. Sebagai saran dari Peneliti, krisis merupakan hal yang pasti akan terjadi dalam organisasi dengan berbagai macam bentuk yang akan menimpa perusahaan. Untuk itu Crisis Communication Planning diperlukan keberadaannya dalam organisasi. Begitupula dengan Tim Krisis yang perlu dibentuk serta dibekali dengan keilmuan mengenai krisis.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2003
T12093
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Izzaty Zephaniah
Abstrak :
Pada 13 Juli 2019, seorang travel vlogger bernama Rius Vernandes menghebohkan publik karena mengunggah foto menu bertulis tangan yang ia temuka saat sedang dalam perjalanan dengan rute dari Sydney ke Denpasar lewat kelas bisnis maskapai Garuda. Kejadian tersebut kemudia menyebabkan Garuda terkena krisis.

Pada penelitian ini, penulis berusaha mengidentifikasi strategi manajemen krisis yang diterapkan oleh corporate communication Garuda dalam menangani kasus menu bertulis tangan lewat wawancara mendalam dengan External Communications Manager Garuda, Dicky Irchamsyah. Garuda sebetulnya telah memiliki crisis communication manual berupa Emergency Response Plan (ERP), namun pedoman ini hanya diperuntukkan untuk kasus operasional yang berdampak secara masif, misalnya kecelakaan pesawat, pembajakan, dan kerusakan infrastruktur fasilitas. Sedangkan untuk kasus yang bersifat opini publik (misalnya kasus menu bertulis tangan), Dicky mengaku belum ada panduan tertentu.

Strategi manajemen krisis Garuda dalam menghadapi kasus opini publik yang mulanya tidak jelas/tidak berpola (tacit), telah dituangkan oleh penulis ke dalam poin-poin yang jelas (explicit), antara lain: 1.) PR Garuda Indonesia Bekerja dengan Mengikuti Gaya Direktur Utama (CEO), 2.) Menyalahkan Pihak Lain 'Shifting the Blame', 3.) Bertindak dengan Gaya 'Minimization', 4.) Menggunakan Aturan One Spokesperson Only, 5.) Rutin Membaca Eskalasi Pemberitaan, 6.) Mencegah Munculnya Angle News Baru yang Bernada Negatif, 7.) Menyelenggarakan Press Conference dengan Menekankan pada Unsur Pembaruan, 8.) Melakukan Proses Mediasi, 9.) Meningkatkan Intensitas Komunikasi dengan Pihak Regulator, 10.) Melibatkan Key Opinion Leader (KOL) dalam Membenahi Persepsi Buruk Perusahaan di Mata Publik, serta 11.) Menggemukkan Tim PR dan Menggerakkan Seluruh Karyawan sebagai Duta Perusahaan.

Selanjutnya, penulis mewawancarai tiga orang narasumber, yaitu Benny Siga Butarbutar (Former President Corporate Communication PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk), Asmono Wikan (Chief Execuitve Officer (CEO) PR Indonesia), dan Adhi Pratama (Former Communication Analyst, Unit Public Relations PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk) untuk mengevaluasi strategi manajemen krisis di atas.

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, penulis menemukan beberapa poin-poin penting dalam hal komunikasi ekternal dari segi pengemasan pesan (message delivery), yaitu: 1.) Mengemas Pesan yang Menggugah: Membangun Perhatian dan Memperoleh Dukungan, 2.) "World Class Service" adalah Kekuatan Utama PR Garuda untuk Bercerita kepada Dunia, 3.) Menunjukkan Sebuah Perjuangan: Karena Semua Orang akan Jatuh Hati dengan Proses- Proses Perbaikan, 4.) Pentingnya 'Human Touch' di Era 4.0 , 5.) Hindari Sikap Defensif: Tujuan Utama PR adalah Memperoleh Mutual Understanding, 6.) Selalu Utamakan Kepentingan Publik Agar Mereka menjadi Pembela Setia Perusahaan, 7.) Kepercayaan Publik akan Lebih Terarah, dan Mereka akan Lebih Bisa Memberikan Maaf Bila Masalah Perusahaan Diselesaikan Sendiri , 8.) Pentingnya 'Good Ending', dan 9.) Bangunlah Relasi Media yang Sesungguhnya, Bukan Relasi Transaksional.

Dari segi manajemen komunikasi internal perusahaan, empat poin penting yang ditemukan mencakup: 1.) Dibutuhkan Pelaksanaan Media Training pada Setiap Pergantian Jajaran Direksi Baru, 2.) Besarnya Faktor Kepemimpinan (Leadership) CEO, dan 3.) PR Harus Berada di Leher Perusahaan agar Fleksibel dalam Menjalankan Fungsinya. ......On July 13, 2019, a travel vlogger named Rius Vernandes shocked the public for uploading a handwritten menu photo he received in Garuda Indonesia airline business class while on his way from Sydney to Denpasar. The post quickly spread on social media, causing Garuda to be in a crisis.

In this study, the author tries to identify the crisis management strategy adopted by Garuda's corporate communication in handling the case, through in-depth interviews with Garuda's External Communications Manager, Dicky Irchamsyah. Garuda actually has a crisis communication manual in the form of an Emergency Response Plan (ERP), but this guideline is only intended for operational cases that have a massive impact, such as aircraft accidents, piracy, and damage to facility infrastructure. As for cases that are public opinion (for example the case of a handwritten menu), Dicky claimed there was no specific guidance.

Garuda's crisis management strategy in dealing with cases of public opinion that were initially unclear/not patterned (tacit, has been poured by the author into clear points (explicit), among others: 1.) PR Garuda Indonesia Works by Following the Style of Managing Director ( CEO), 2.) Blaming Others 'Shifting the Blame', 3.) Acting in the 'Minimization' Style, 4.) Using One Spokesperson Only Rules, 5.) Routine Reading News Escalation, 6.) Preventing Emerging New Angle News Negative tone, 7.) Holding a Press Conference by Emphasizing the Renewal Elements, 8.) Conducting Mediation Processes, 9.) Increasing Communication Intensity with Regulators, 10.) Involving the Key Opinion Leader (KoL) in Correcting the Company's Poor Perception in the Eyes Public, and 11.) Fattening the PR Team and Mobilizing Employees as Company Ambassadors.

Furthermore, the authors interviewed three speakers, namely Benny Siga Butarbutar (Former President Corporate Communications of PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk), Asmono Wikan (Chief Execuitve Officer (CEO) of PR Indonesia), and Adhi Pratama (Former Communication Analyst, Public Relations Unit, Public Relations Unit PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk) to evaluate the crisis management strategy above. Based on the results of the analysis that has been done, the author found several important points in terms of external communication in terms of the packaging of messages (message delivery), namely: 1.) Package an Evocative Message: Build Attention and Get Support, 2.) "World Class Service" Is the Main Power of Garuda's PR to Tell the World, 3.) Shows a Struggle: Because Everyone Will Fall in Love with Improvement Processes, 4.) The Importance of 'Human Touch' in Era 4.0, 5.) Avoid Defensive Attitudes: Objectives The main PR is Gaining Mutual Understanding, 6.) Always Prioritizing the Public Interest in order that they become Loyal Defenders of the Company, 7.) Public Trust will be More Directed, and They Will Be More Able To Apologize When Company Problems Are Resolved Alone, 8.) The Importance of 'Good Ending', and 9.) Build a True Media Relationship, Not a Transactional Relationship.

In terms of the company's internal communication management, four important points found include: 1.) Media Training is needed for each change of the new Board of Directors, 2.) The magnitude of the CEO Leadership Factor, and 3.) Public Relations Must Be in the Neck of the Company in order Flexible in carrying out its functions.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Handriyani
Abstrak :
Tesis ini menganalisis penyelenggaraan komunikasi publik bidang kesehatan terhadap kontroversi Pekan Kondom Nasional Tahun 2013 (PKN 2013) ditinjau dari aspek yuridis dan komunikasi krisis. Kontroversi PKN 2013 dipicu beredarnya isu pembagian kondom gratis dan bus kondom yang menimbulkan penolakan publik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain studi deskriptif melalui content analysis, studi dokumentasi, dan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan kurang terbukanya badan publik (Kemenkes, KPAN, dan DKT Indonesia) menginformasikan PKN 2013 dan reaktifnya sikap pihak pemerintah mengelola komunikasi krisis PKN 2013. Hasil penelitian menyarankan meregulasi kebijakan komunikasi publik dua arah yang proaktif. ......This thesis analyzes the implementation of public communication in health sector to the controversy of National Condom Week in 2013 (NCW 2013) in term of juridical aspect and crisis communication. The controversy of NCW 2013 was triggered by the spread of the issues of free condom distribution and condom bus that cause public rejection. This research is qualitative approach with descriptive study design. The results showed lack of transparency in public bodies (Ministry of Health, National AIDS Commission, and DKT Indonesia) to inform NCW 2013 and reactive attitude of the government to manage the crisis communication of NCW 2013. The researcher suggests regulating the two-way public communication policy that is proactive.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41936
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Theodora Edra Pramaskara
Abstrak :
Pelaku bisnis di seluruh belahan dunia menghadapi krisis yang diakibatkan oleh pandemi COVID-19, termasuk bagi bisnis berskala UMKM. Di Indonesia, UMKM mengalami kerugian dan kendala, yang menyebabkan penurunan omzet secara drastis, terhambatnya proses distribusi dan kendali mutu produk, serta tuntutan bagi para pelaku bisnis mikro untuk mampu berkomunikasi secara daring di tengah minimnya kemampuan serta pengalaman dalam menguasai teknologi komunikasi digital. UMKM Du Anyam sebagai social enterprise kerajinan anyaman yang bergerak di ranah pemberdayaan perempuan, memiliki beban ganda dalam situasi ini. Selain harus berjuang mengatasi krisis, terdapat tanggung jawab besar perusahaan terhadap kelangsungan hidup para stakeholder perempuan pengrajin di berbagai daerah terpencil Indonesia. Du Anyam melakukan respons komunikasi sebagai resiliensi dalam situasi krisis, termasuk di dalamnya adaptasi terhadap teknologi digital. Analisis terhadap Situational Crisis Communication Theory (SCCT) oleh Timothy Coombs, menjadi kerangka teori dalam penelitian ini. Melalui paradigma post-positivistik serta pendekatan kualitatif, disimpulkan terdapat dua hal yang menjadi faktor penentu resiliensi perusahaan serta menjaga reputasi di mata pengrajin. Pertama, terpenuhinya kebutuhan pengrajin di masa krisis COVID-19 yang didapatkan melalui berbagai respons perusahaan yang sejalan dengan konsep SCCT. Kedua, adanya relasi emosional serta kepercayaan yang sudah terbentuk sejak masa awal atau pra-krisis di antara perusahaan dan pengrajin. ......MSMEs are the sector that is most vulnerable to being affected by the COVID-19 pandemic, which causes sales to continue to decline, delays in quality control, as well as the demand for micro-business players to be able to communicate online in the midst of their lack of skills and experience in digital communication technology. In this situation, Du Anyam, an MSME social enterprise of woven works, bears a double burden. In addition to having to struggle to overcome the crisis, there is a big responsibility for the company towards the survival of the stakeholders of women weavers in various remote areas of Indonesia. In order to survive, Du Anyam takes communication responses, including adapting to digital technology. The analysis of the Situational Crisis Communication Theory (SCCT) by Timothy Coombs serves as a framework for this research. Through the post-positivistic paradigm and qualitative approach, it is concluded that there are two factors that determine the company's sustainability and maintain its reputation in this crisis period. First is the fulfillment of the needs of weavers, which was obtained through various responses in line with the SCCT. The second factor is the emotional relationship and trust that have been formed since the beginning between the company and the weavers.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tanasale, Beatriz Bridget
Abstrak :
Penelitian ini merupakan studi kualitatif dengan dukungan data kualitatif untuk meneliti komunikasi bencana yang dilakukan melalui media sosial. Analisis yang dilakukan mengintegrasikan konsep teoritis dari Social Mediated Crisis Communication Model untuk melihat komunikasi bencana yang dilakukan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Maluku melalui media sosial. Data dari penelitian ini diambil melalui observasi dan wawancara mendalam dengan berbagai narasumber, serta data media sosial dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Maluku. Temuan dari studi ini menunjukan bahwa komunikasi bencana yang dilakukan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Maluku melalui media sosial dapat dipetakan melalui model komunikasi Social Mediated Crisis dengan beberapa pertimbangan tambahan seperti adanya unsur komponen pemerintah, dan integrasi dengan bentuk informasi lain. ......This research is a qualitative study with the support of qualitative data to examine disaster communications through social media. The analysis carried out integrates the theoretical concept of the Social Mediated Crisis Communication Model to see disaster communications carried out by the Maluku Meteorology, Climatology, and Geophysics Agency through social media. The data from this study were taken through observation and in-depth interviews with various sources, as well as social media data from the Maluku Meteorology, Climatology, and Geophysics Agency. The findings of this study indicate that disaster communications carried out by the Maluku Meteorology, Climatology, and Geophysics Agency through social media can be mapped through the Social Mediated Crisis communication model with several additional considerations such as the existence of elements of government components, and integration with other forms of information.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>