Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aisyah Nur Faidah
"

Manusia bertindak atas dasar pengalaman yang terekam dalam memori manusia, kumpulan rekaman ini nantinya membentuk nilai diri manusia. Dalam menanggapi lingkungannya, manusia meninggalkan bekas yang kumpulannya membentuk milieu sehingga ruang dapat mencirikan penggunanya. Di sisi lain, semakin tua manusia semakin berkurang kemampuan untuk beraktivitas yang berimbas pada pengurangan nilai diri, terlebih jika dihadapkan dengan lingkungan yang tidak terkoneksi. Jika memori-tindakan-milieu identitas saling berkaitan, bagaimana jika suatu hari manusia lupa identitas dirinya seperti pada pederita Alzheimer? Penderita Alzheimer tidak dapat merespon lingkungannya dengan baik dan bahkan lupa akan hal yang biasa dilakukan. Salah satu cara untuk tetap mempertahankan memori dirinya yaitu dengan membuat memory box, sebuah box yang didalamnya terdapat kumpulan benda yang merangsang memori dengan 4 indera. Karena adanya keterkaitan antara lingkungan dengan manusia, penderita dapat merasa lebih dekat dan tinggal dalam memori ketika memory box diimplementasikan dalam bentuk arsitektur. Ruang dengan ciri fisiknya akan dipahami oleh manusia melalui proses identifikasi-orientasi- inhabitasi sebagai upaya mengulik kembali memori yang pernah ada. Pemahaman milieu ruang dari kumpulan cues merupakan fase yang penting dalam proses eksplorasi lingkungan. Jika arsitektur ini dapat diidentifikasi sebagai memory box, dalam hal ini, arsitektur dapat ikut andil dalam pemertahanan memori dan peningkatan kualitas akhir hidup penderita Alzheimer.


Experience that recorded in humans memory is the basis of humans act, the collection of this record create the value of human. In response to their environment, human leave traces of which the assemblies of traces create milieu, so that space can depict their inhabitant. In the other hand, human decrease their capability to do their activity as they goes older which affect in reduction of their value, especially if the environment doesnt connects with them. If memory actmilieu identity  linked to each other, what if one day human forget their identity as what happen in Alzheimers? Alzheimers cant respond their environment as well as they forget their usual activity. One way to keep their memories themselves is creating memory box, a box with the collection of objects that stimulate 4 sense inside it. Because of theres connection between human and their environment, Alzheimers could be more close and live in their memories when memory box can be implemented as architecture. Space with its physical characteristic would be understood by human through identification-orientatio-inhabitation process as an effort to recall memories. The understanding process of spaces milieu which from the assemblies of cues is the important phase of spaces exploration. If architecture can be identified as memory box, so that prove architecture can play a role in memories retention and enhancement of life quality of Alzheimers.

"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Charlotte, Gabriel
"ABSTRAK
Penelitian-penelitian terdahulu menemukan bahwa observational cues dapat
meningkatkan kemunculan perilaku altruis atau prososial pada individu.
Penelitian ini bertujuan mengeksplorasi kemungkinan keberadaan hubungan
antara pertanda pengamatan (observational cues) dengan salah satu bentuk
altruis yang belum pernah diteliti, yakni perilaku konsumsi berkelanjutan serta
efek moderasi harga di dalam hubungan tersebut. Penelitian ini menggunakan
desain eksperimental 2 (observational cues: ada vs. tidak ada) x 3 (harga:
produk berkelanjutan lebih tinggi daripada produk konvensional vs. produk
berkelanjutan lebih rendah daripada produk konvensional vs. produk
berkelanjutan dan konvensional setara). Analisis data yang berasal dari 182
mahasiswa Universitas Indonesia mengindikasikan ketiadaan pengaruh yang
signifikan dari observational cues dalam meningkatkan perilaku konsumsi
berkelanjutan 2 (1, N=182) = 2,348, p= 0,125. Analisis pada variabel harga di
dalam model interaksi tiga arah tidak mengindikasikan keberadaan efek
moderasi harga, 2 (2, N=182) = 0,11, p= 0,995. Analisis terpisah terhadap
interaksi dua arah antara harga dan produk menunjukkan hasil signifikan, 2 (2,
N=182) = 45,539, p= 0,001. Hasil penelitian menentang generalisasi dari efek
keberadaan obserational cues. Dalam naskah ini, dampak teoritis dan praktis
dari hasil penelitian ini turut didiskusikan.

ABSTRACT
Previous researches have indicated that the presence of observational cues
increase the frequency of altruistic or prosocial behaviors exhibited by
individuals. This research aimed to explore the probability of relationship
between observational cues and a form of altruistic behavior which was yet to
be examined, namely sustainable consumption as well as the moderation effect
of price within the relationship. This research employed a between-subject
experimental design of 2 (observational cues: present vs. not present) x 3 (price:
price of sustainable product is higher than coventional product vs. price of
sustainable product is lower than coventional product vs. price of sustainable
and conventional product are equal). The statistical analysis conducted on 182
data collected from undergraduate students of Universitas Indonesia indicated
that there was no significant effect of observational cues in increasing
sustainable consumption, 2 (1, N=182) = 2,348, p= 0,125. The analysis of
price within the three-way interaction model indicated that there was no
significant effect of price as moderator within the model, 2 (2, N=182) = 0,11,
p= 0,995. A separate analysis conducted on the two-way interaction between
price and product yielded significant result, 2 (2, N=182) = 45,539, p= 0,001.
The result called into question the generalization of the effect generated by
observational cues. Further theoretical and practical implications are discussed."
2016
S65537
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Stephanie Clarissa Dheandra
"Skripsi ini mengangkat konstruksi familiarity pada urban interior. Familiarity pada konteks urban menjadi relevan karena kota kerap dilihat sebagai sesuatu yang asing bagi penggunanya. Ketika manusia merasa familiar dengan ruang di sekelilingnya, manusia akan merasa aman dan nyaman bertingkah laku. Konsep familiarity di urban interior berpotensi meningkatkan interaksi dan emosi pengguna terhadap suatu tempat dan membangun sense of place.  Diskursus interior memungkinkan eksplorasi familiarity yang tidak hanya diterima secara otomatis sebagai impresi keseluruhan. Akan tetapi, familiarity dapat hadir sebagai sesuatu yang dibangun dari berbagai konfigurasi elemen spasial yang membentuk familiar cues. Kumpulan elemen yang terkonstruksi akan membentuk familiar cues yang akan mempengaruhi impresi keseluruhan mengenai familiarity. Familiarity dapat hadir melalui dua bentuk yaitu functional dan acquaintance familiarity yang masing-masing dipicu oleh elemen yang berbeda-beda. Skripsi ini menelusuri elemen fisik dan non-fisik yang menjadi relevan dalam pembentukan familiar cues. Melalui studi kasus terhadap dua ruang publik berbasis media, kajian ini menginvestigasi bagaimana familiarity dapat terbentuk melalui kehadiran thresholds, konfigurasi objek unik, sensory vividness, dan jejak pada ruang yang mengaktivasi ruang maupun membangun suasana pada interioritas urban yang familiar. 

This study explores the construction of familiarity in urban interior. Familiarity in urban context is important as the city is often seen as something foreign to its users. When humans feel familiar with the space around them, humans will feel safe and comfortable in conducting their daily lives. In this sense, familiarity will increase the user interactions and emotions towards a place, triggering a deep sense of place by its users. Discussion of familiarity in the urban interior is relevant as familiarity is not seen as an accepted and automatic impression, but as something that is constructed through spatial elements configurations that construct the familiar cues. A collection of constructed spatial elements will form familiar cues that will affect the overall impression of familiarity. Familiarity can be present in two forms, namely functional and acquaintance familiarity. This study explores physical and non-physical elements that becomes relevant in assembling the familiar cues. Through case study of two media-based public space, this study investigates how familiarity can be developed through the existence of thresholds, unique object configuration, sensory vividness, and spatial traces that activate space and construct ambience of a familiar interior."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gus Minging D. Setiawan
"ABSTRAK
Sebagian besar kasus HIV ditularkan meialui hubungan seksual. Oieh karena itu, orang yang
mempunyai resiko lebih tinggi untuk tertular dan menularkan HIV adalah orang yang berganti-ganti
pasangan seksualnya, antara lain pekerja seks komersial (PSI^ dan pelanggannya. Survei yang diadakan
oleh Yayasan Kerti Praja, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dan School of Public Helath University
of Michigan (UMABS) menunjukkan bahwa supir (termasuk supir truk) adalah saiah satu pelanggan PSK
yang proporeinya cukup besar. Survei kualitatif pada supir Jawa-Bali yang dilakukan sebelumnya oleh
peneliti lain menunjukkan bahwa 68 % dari supir dan kemet truk Jawa Ball pemah mengadakan hubungan
seksual dengan PSK dalam satu bulan terakhir, dan sebagian besar dari mereka tidak memakai kondom.
Mereka sering melakukan perjalanan panjang sehingga mempunyai potensi yang besar dalam
mempereepat penularan PMS/HIV dari satu daerah ke daerah lainnya dl Indonesia (Wirawan, 1996).
Penggunaan kondom merupakan salah satu perilaku preventif yang menjadi prioritas utama dalam
usaha pencegahan AIDS dan lebih efektif daripada usaha untuk mengurangi jumlah pasangan seks (Reiss
& Leik, 1989 dalam Poppen & Reisen, 1994). Kerangka teori HBM (Health Belief Model, Rosenstock dalam
raclemente,1994) merupakan kerangka teori yang sangat balk untuk memahami dan menjelaskan perilaku
preventif terhadap HIV. Selain Hu. Janz dan Becker (1984) melakukan studi dari 46 penelitian, kemudian
mereka menyimpulkan bahwa selama tiga dekade inl, model ini merupakan salah satu pendekatan
psikososial yang sangat beipengaruh terhadap perilaku kesehatan. Berdasarkan pertimbangan di atas,
peneliti kemudian menggunakan HBM sebagai kerangka teori yang akan menjelaskan perilaku preventif.
yaitu perilaku pencagahan dengan menggunakan kondom pada supir dan kemet toik di Jalur Pantura.
Teori ini beranggapan bahwa perilaku preventif dipengaruhi oleh beberapa variabel yaitu perceived
susceptibility, perceived severity, perceived benefits, perceived barriers, dan cues to action. Bila individu
meyakini bahwa ancaman penyakit AIDS besar {perceived severity besar), merasa dirinya beresiko
terkena AIDS {perceived susceptibility besar), merasa yakin bahwa tindakan pencegahan yang akan
dilakukan (penggunaan kondom) lebih banyak memiltki keuntungan-keuntungan {perceived benefits) dari
pada kerugian-kemgian {perceived barriers) serta adanya cues yang memicu perilaku penggunaan kondom
tersebut, maka kemungkinan terjadinya tindakan pencegahan itu akan lebih besar (Kirscht, dalam Becker
1974). Menuajt Rosenstock (1974). perceived severity dan perceived suscepfibiiity menjadl dorongan
untuk berperilaku, sedangkan perceived benefits dan perceived barriers merupakan jalur dari perilaku
penggunaan kondom. Dan cues (misalnya informasi dari media massa, diskusi dengan teman, dsb.)
menjadi pemicu perilaku penggunaan kondom.
Timbul pertanyaan bagaimana sumbangan masing-masing komponon HBM teriiadap perilaku
penggunaan kondom pada supir dan kernel truk Jalur Pantura di Indonesia. Dengan demikian, peneliti ingin
meneliti kembali sumbangan masing-masing komponen HBM terhadap perilaku penggunaan kondom pada
supir dan kernel Iruk Jalur Pantura. Perilaku penggunaan kondom diukur dengan nilai proporsi penggunaan
kondom selama 3 bulan lerakhir berhubungan seks. Selanjutnya, Indeks penggunaan kondom dipakai
sebagai dependent variable untuk menggambarkan perilaku penggunaan kondom.
Peneliti mengadakan pendekatan kuantitatif dengan tipe penelitian Ex post fycto field study
(Robinson. 1981). peneliti tidak memanipulasi IV {Independent variable) dan melakukannya pada situasi
yang sebenamya (bukan di laboratorium). Pendekatan ini digunakan untuk mengetahui sumbangan masingmasing
komponen HBM teriiadap perilaku penggunaan kondom dengan mengukur masing-masing variabel
melalui suatu wawancara terstruktur. Sampel yang diperoleh adalah 141 supir dan kernel truk di pangkalan
truk Rawapasung yang pemah mendengar tentang AIDS dan kondom, dan pemah melakukan hubungan
seksual dengan PSK
Data yang diperoleh diolah dengan mulfiple lltrear regression dengan metode step wise. Diperoleh
hasil bahwa perceived benefits memberikan sumbangan yang signifikan teriiadap indeks penggunaan
kondom pada supir dan kernel truk. Akan tetapi, perceived susceptibility, perceived severity, perceived
barrier, dan cues to action tidak memberikan sumbangan yang signifikan terhadap indeks penggunaan
kondom."
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 1997
S2761
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ainun Chabibah
"Dalam tesis ini membahas pengaruh antara Lima dimensi factor dengan variabel Corporate Image serta pengaruh antara Corporate Image dengan Trust. Corporate Image dapat diukur melalui beberapa dirnensi yaitu Corporate Identity Reputation, Tangible Cues, Level of service dan Contact Personel.
Corporate Identity, Reputatiora Tangible Cues, Level of Service dan Contact Personal menipakan anteseden dari Trust. Corporate Image merupakan mediator antara variable corporate Identity, Reputation Tangible Cues, Level of Service, Contact Personal dan Trust (kepercayaan).
Penelitian ini dilakukan pada nasabah Bank BNI yang berada di wilayah Jakarta. Data yang terkumpul sebanyak 208 responden berasal dari nasabah Bank BNI. Pengolahan data dilakukan dengan metode SEM (Structural Equation Modelling) menggunakan lisrel 8.51 dengan metode estimasi Maximum Likehood. Hasil Pengolahan data memmjukkan bahwa varibel Corporate Identity, Reputation, Tangible Cues dan Contact Personal mempimyai pengaruh positif terhadap corporate Image. Serta Lebih laqiut Corporate Image mempengaruhi Trust.
Namun ada variabel dari faktor tidak mempengaruhi Corporate Image dan trust yaitu level of service. Implikasi mauajerial dari tesis ini adalah meningkatkan reputasi manajemen, mcihperbanyak intensitas pengenalan kepada public, serta secara konsisten dan berkesinambungan memberikan pelatihnn kepada karyawan Bank BN1.

Corporate Identity, Reputation, Tangible Cues, Level of service and Contact Personal are anteseden #om Trust. When Corporate Image mediator between urrvariable corporate identity, Reputation, Tangible Cues, Level of Service, Contact Personal and Trust.
Corporate Image measured with some dimension are Corporate Identity, Reputation, Tangible Cues, Level of Service and Contact Personal. In this research _bcus with relational to five dimension factor signyicant corporate image and relation between Corporate Image with Trust.
This Research focus on customer BNI in Jakarta, with collect data ji-om responden to 208 responder: The responden come _#om customer bank BNI The simulated done with Method SEM (Structural Equation Modelling) with use LISREL 8.51 estimated Maximum Likehood.
This result show on customer Bank BNI that varuible Corporate Identity, Reputation, Tangible Cues and Contact Personal have posittf impact or significant to corporate Image. Further Coqrorate Image signyicant with trust. One Variable that level of service disignyicant with corporate Image.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T33790
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ismi Rajiani
"The rise of the emerging-market countries offers both developing and developed countries a
unique opportunity to gain the benefits of a truly international economy. Consequently, it is imperative
to advance our knowledge of emerging-market countries MNC emergence and competitiveness
including Malaysian firms on how will they position their products strategically. Based on the
framework of Porter’s Generic Strategy, this paper is composed of price/ volume segments and impacts
on product strategy theory. The aim is to identify crucial triggering cues and focus areas for
Malaysian companies and measure what role these play in different segments. This study argues
that some Malaysian companies will reposition themselves strategically when internationalizing
and that they will focus on other factors or triggering cues when doing so not merely adapting the
prevalent price leadership strategy"
Universiti Teknikal Malaysia Melaka, 2013
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Nabila Vandhya Bachtiar
"Dalam mengalami ruang, manusia bergerak secara spontan dan selama pergerakannya ini akan ada kondisi berhenti sejenak yang disebut sebagai pause moment. Pause moment merupakan sebuah konsekuensi dari proses datang dan pergi manusia di dalam ruang yang terjadi karena kehadiran objek. Karena pergerakan ini, narasi yang ingin disampaikan di sebuah ruang tidak sama dengan yang dipersepsikan oleh manusia. Sementara, penyamaan pemahaman ini diperlukan untuk menegaskan makna kehadiran ruang. Skripsi ini selanjutnya akan membahas kehadiran pause moment dalam membentuk narasi dari berbagai ruang dengan melihat peran tubuh manusia dan objek di dalam ruang. Hal ini bertujuan untuk melihat relasi antara objek dan pause moment dalam membentuk narasi ruang. Sehingga, penyusunan objek untuk menciptakan pause moment di dalam ruang dapat terlihat. Studi kasus yang dilakukan melihat bagaimana tiap pause moment ini tersusun di dalam ruang pamer yang menempatkan posisi manusia sebagai traveler.

In experiencing space, human moves spontaneously where during this movement there will be a condition where human stops for a while which it referred as pause moment. A pause moment is a consequence of human arriving and leaving process which caused by the existence of objects. This spontaneous movement caused the narration to be conveyed in space is not the same as what human perceived. While this perception should be equal in order to understands the meaning of the presence of space. Furthermore, this thesis will discuss about the presence of pause moment in forming a narratives of various spaces by looking at the role of human body and object in space. The aim is to see a relation between object and pause moment in forming a narrative space. Thus, the arrangement of objects to create pause moments in space can be seen. Case studies conducted to investigate at how each pause moment is arranged in a exhibition space with human as a traveler.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mona Octaviany
"ABSTRAK
Program Pascasarjana Magister Profesi Psikologi Kekhususan Klinis Anak
Menurunkan Kemunculan Ekolalia pada Anak dengan Teknik Dgjizrential
Reinforcement of Oiher Behavior
Ekolalia, pengulaugan kata-kata atau kalimat yang diucapkan oleh orang lain,
yang sering ditemukan pada anak autisme dan retardasi mental, merupakan suatu
keadaan yang dianggap patologis dan perlu ditangani dengan tepat. Ekolalia dapat
mengganggu interaksi sosial, mcnghilanglcan stimulasi sosial dari orang lain, dan
menghambat proses belajar anak di kelas sehingga ekolalia dapat menyebabkan
keterlambatan dalam perkembangan akadernjk dan penilalcu sosial(Schre1bman &
Carr, 1978).
Teknik yang sudah cukup luas digunal-can unruk menurunkan kemlmculan ekolalia
adalah dengan d1j%ren!IaI reinforcement ofbehcrvior (DRO) dimana perilaku
target diturunkan dan diganti dengan kernunculan perilaku Iain yang dianggap
Iebih scsuai (Sarafino, 1996). Teknik dalam intervensi ini juga mengintegrasikan
melode cues-pause-point (Mc Morrow & Foxx, 1996) agar seseorang dapat
mclakukan respon verbal yang tepat.
Imervensi dilakukan terhadap seorang anal: autisme bemsia sepuluh tahun dan
setelah 12 scsi hasil program dapat dikatakan cukup berhasil. Tingkat kemunculan
ekolalia pada anak menumn dan tingkat kemunculan respon verbal yang tepat
pada anak rneningkat. Untuk memonitor ketetapan basil, sebaiknya dilakukan
pemeriksaan ulang pada anak senelahjangka waktu tertentu.

ABSTRACT
Echolalia, a repetitive verbal response echoing previously heard messages which
often found in children with autism and/ or mental retardation is a kind of
psychopathology that needs to be addressed properly. It may impaired social
interaction, extinguish social response! overtures from others, but also hinder
learning process in classroom situation (Schreibman & Carr, 1978). Thus, it poses
problems to both academic and social development.
A widely used technique to decrease echolalic response is di&`erential
reinforcement of other behavior (DRO) in which, target behavior is decreased and
replaced by the occurance of other suitable response (Santino, 1996). This
technique integrates the cues-pause-point method (Mclvlorrow & Foxx, 1986) for
a person to verbalise the correct response.
Implemented to a ten years-old autistic child, this technique shared a quite
promising effect in 12 sessions. The echolalic speech significantly decreased
while the correct verbal response increased. Follow up should be made to monitor
the persistence of this result.

"
2007
T34025
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mona Octaviany
"ABSTRAK
Ekolalia, pengulangan kata-kata atau kalimat yang diucapkan oleh orang lain,
yang sering ditemukan pada anak autisme dan retardasi mental, merupakan suatu
keadaan yang dianggap patologis dan perlu ditangani dengan tepat. Ekolalia dapat
mengganggu interaksi sosial, menghilangkan stimulasi sosial dari orang lain, dan
menghambat proses belajar anak di kelas sehingga ekolalia dapat menyebabkan
keterlambatan dalam perkembangan akademik dan perilaku sosial (Schreibman &
Carr, 1978).
Teknik yang sudah cukup luas digunakan untuk menurunkan kemunculan ekolalia
adalah dengan differential reinforcement o f behavior (DRO) dimana perilaku
target diturunkan dan diganti dengan kemunculan perilaku lain yang dianggap
lebih sesuai (Sarafino, 1996). Teknik dalam intervensi ini juga mengintegrasikan
metode cues-pause-point (Mc Morrow & Foxx, 1996) agar seseorang dapat
melakukan respon verbal yang tepat.
Intervensi dilakukan terhadap seorang anak autisme berusia sepuluh tahun dan
setelah 12 sesi hasil program dapat dikatakan cukup berhasil. Tingkat kemunculan
ekolalia pada anak menurun dan tingkat kemunculan respon verbal yang tepat
pada anak meningkat. Untuk memonitor ketetapan hasil, sebaiknya dilakukan
pemeriksaan ulang pada anak setelah jangka waktu tertentu.

ABSTRACT
Echolalia, a repetitive verbal response echoing previously heard messages which
often found in children with autism and/ or mental retardation is a kind of
psychopathology that needs to be addressed properly. It may impaired social
interaction, extinguish social response/ overtures from others, but also hinder
learning process in classroom situation (Schreibman & Carr, 1978). Thus, it poses
problems to both academic and social development.
A widely used technique to decrease echolalic response is differential
reinforcement of other behavior (DRO) in which, target behavior is decreased and
replaced by the occurance of other suitable response (Sarafino, 1996). This
technique integrates the cues-pause-point method (McMorrow & Foxx, 1986) for
a person to verbalise the correct response.
Implemented to a ten years-old autistic child, this technique shared a quite
promising effect in 12 sessions. The echolalic speech significantly decreased
while the correct verbal response increased. Follow up should be made to monitor
the persistence of this result."
2007
T37935
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutami Nadya Larasati
"Menanggapi permasalahan kurangnya kapasitas di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, pemerintah berencana untuk membangun gedung terminal baru yang lebih besar untuk dapat mengangkut penumpang. Namun, untuk merancang suatu gedung terminal yang baik, tidak hanya alur penumpang yang harus dirancang sedemikian rupa agar dapat memproses penumpang seefisien mungkin, tetapi juga bagaimana variabel-variabel atmospheric dapat mempengaruhi pengaruhi emosi penumpang serta perilaku berbelanja mereka Hal ini sangat penting karena emosi yang positif dapat memicu penumpang untuk menghabiskan waktu lebih lama di dalam toko dan membuat keputusan untuk berbelanja.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji preferensi penumpang terhadap atmospheric cues di area berbelanja di bandara dan mengusulkan rancangan sesuai dengan karakteristik desain yang dapat menimbulkan purchase intention. Analisis choice-based conjoint dilakukan terhadap 500 penumpang di Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta.
Hasil penelitian mengindikasikan bahwa terdapat korelasi signifikan antara atmospheric cues dan purchase intention di area berbelanja di bandara. Para penumpang lebih menyukai area berbelanja yang memungkinkan mereka untuk melihat keseluruhan isi toko dengan jelas, warna-warna dingin untuk window display, warna-warna dingin untuk lantai, dinding, dan langit-langit, dan pencahayaan dengan intensitas yang tinggi untuk koridor bandara. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa kelas sosial ekonomi juga dapat berpengaruh terhadap preferensi penumpang terhadap desain atmospheric di shopping area di bandara.

Responding to overcapacity issue at Soekarno-Hatta International Airport, today the goverment is planning to build larger terminal buildings to transport passengers. However, in designing an excellent terminal building, one should not only consider how to process passengers in the most efficient way, but also how facility-based environmental cues, or atmospheric cues, affect consumers emotional state and shopping behavior. This is important because positive emotional state drives passengers to spend more time in a store and make purchase decision.
This research aims at examining passenger preferences towards atmospheric cues in airport shopping area and proposing a shopping area design in accordance to atmospheric design characteristic that drives consumers purchase intention. Choice-based conjoint was conducted towards 500 passengers at Soekarno-Hatta International Airport.
Research findings indicate that there is significant correlation between atmospheric cues and consumers purchase intention in airport shopping area. Passengers prefer a shopping area with high in-store visibility, cool colors for window display, cool colors for floors, wall, and ceiling, and bright lighting for airport hallway. This research also found that Socio Economic Status (SES) affects passengers preference.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2016
S65241
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>