Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Selly Riawanti
Abstrak :
ABSTRAK
Tujuan dan Latar Belakang Studi

Tesis ini bermaksud memperlihatkan kebenaran teori reproduksi yang berlaku dalam sistem pendidikan formal pada masyarakat kolonial Hindia Belanda (1816-1942), dan diikuti oleh sistem pendidikan formal yang dikembangkan oleh kalangan cendekiawan pribumi sejak dasawarsa pertama abad XX.

Pada dasarnya, pendidikan dapat dilihat sebagai proses transmisi kebudayaan dari satu individu atau kelompok atau golongan tertentu, kepada individu atau kelompok atau golongan lainnya dalam suatu masyarakat. Proses pendidikan bisa berlangsung dalam berbagai pranata, baik dalam pranata yang memang khusus mengatur soal belajar dan mengajar, yaitu kegiatan-kegiatan yang paling pokok dalam rangka menyampaikan pengetahuan dari satu pihak ke pihak lain itu; maupun dalam pranata-pranata sosial lainnya, yang tidak menekankan kegiatan penyampaian pengetahuan tersebut sebagai kegiatan pokoknya. Pranata yang khusus mengatur kegiatan pendidikan biasanya dikelola oleh golongan yang sudah mapan kedudukannya dalam suatu masyarakat tertetu (orang dewasa, pemerintah, golongan terpelajar, golongan profesional dan sebagainya), dalam rangka membekali dan mempersiapkan mereka yang dianggap termasuk dalam golongan yang belum mapan (kanak-kanak dan remaja, golongan buta huruf, para pendatang baru dalam suatu lingkungan tertentu dan sebagainya), dengan ketrampilan, keahlian dan sikap-sikap tertentu yang dibutuhkan agar mereka kelak dapat berperan secara aktif dan sebagaimana semestinya, dalam kelompok dan dalam masyarakat yang bersangkutan.

Seandainya golongan-golongan dalam suatu masyarakat memiliki kebudayaan yang kurang lebih sama, maka proses pendidikan yang merupakan proses persiapan sebagian warganya untuk menjadi anggota yang aktif dalam masyarakat tersebut, tidaklah menimbulkan banyak masalah, sebab perumusan mengenai peran serta kedudukan dari setiap golongan yang ada dalam masyarakat tersebut bersumber pada aturan yang dianut bersama, sehingga dapat diterima dan disetujui pula oleh sebagian besar warganya. Hal yang sebaliknya dapat terjadi, apabila dalam suatu masyarakat terdapat berbagai golongan dengan kebudayaan yang saling berbeda, apalagi jika saling bertentangan.

Situasi semacam ini ditemukan pada masyarakat-masyarakat majemuk, yaitu masyarakat yang relatif heterogen dengan dua atau lebih satuan sosial dengan kebudayaan yang berbeda-beda, yang hidup saling berdampingan tetapi tidak saling bergabung, dalam sebuah satuan politik. Setiap golongan relatif memiliki otonomi, dalam arti mempertahankan kebudayaannya (agama, bahasa, pandangan dan cara hidup) masing-masing (Furnivall 1939:446; 1948:304; Fan den Berghe, 1971:68)?
1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhevy Setya Wibawa
Abstrak :
Disertasi ini membahas tentang proses terbentuknya kapital budaya melalui kegiatan eksrakurikuler di kampus. Studi yang dilakukan di Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta, mengkaji pengalaman mahasiswa menggunakan waktu luang dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Studi ini menggunakan pendekatan kualitatif. Mahasiswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler dapat meningkatkan kapital budaya dalam dimensi manusia dan institusional. Mengikuti kegiatan esktrakurikuler di kampus merupakan salah satu representasi aktivitas waktu luang terstruktur. Habitus mahasiswa menggunakan waktu luang dengan aktivitas waktu luang terstruktur merupakan habitus yang terbentuk melalui konstruksi budaya, melalui peran tiga agen sosialisasi yaitu keluarga, institusi pendidikan, dan kelompok teman sebaya. Temuan studi ini menunjukkan bahwa habitus mahasiswa mengisi waktu luang dengan aktivitas waktu luang terstruktur merupakan reproduksi budaya melalui keluarga dan/atau sekolah. Namun demikian, kegiatan ekstrakurikuler dapat memberi peluang bagi proses produksi sosial dan dapat meningkatkan kapital sosial mahasiswa. ......This dissertation discusses the formational process of cultural capital through on campus extracurricular activities. This Studies conducted in Indonesia Atma Jaya Catholic University Jakarta, examined the experience of students who use their free time by participating in extracurricular activities. This study used a qualitative approach. Students who participate in the extracurricular activities can enhance the cultural capital dimensions in human and institutional dimensions. Participate in the on-campus extracurricular activities is one of representation of structured leisure time activities. Habitus of students to use free time with structured leisure time activities is habitus which is formed through construction of culture, through the role of three of socialization agents, namely families, educational institutions, and peer groups. The findings of this study suggest that the habitus of students to fill their free time with structured leisure time activities are reproduction of culture through family and/or school. However, extracurricular activities can provide opportunities for social production process and can increase the social capital of students.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library