Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ria Suwartiningsih
"Proses Pemulihan kehidupan pascabencana merupakan tanggung jawab semua pihak, pemerintah, masyarakat, sektor swasta. Dana Hibah Rehabilitasi dan Rekonstruksi merupakan salah satu wujud tanggung jawab pemerintah pusat dalam mempercepat pemulihan dampak akibat bencana. Pengelolaan dana hibah rehabilitasi dan rekonstruksi di daerah dilaksanakan oleh Orgainisai Perangkat Daerah yaitu Badan Penanggulangan Bencana Daerah dengan mengikuti petunjuk pelaksanaan pengelolaan dana hibah yang telah ditetapkan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana yaitu Perka Nomor 4 Tahun 2015. Dalam pengelolaan dana hibah yang telah dialokasikan pemerintah pusat, BPBD harus mempunyai komitmen dan tanggung jawab dalam pelaksanaanya agar manfaat dana hibah dapat segera dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Tujuan penelitian untuk menggambarkan implementasi kebijakan pengelolaan dana hibah rehabilitasi dan rekonstruksi yang diatur dalam Perka Nomor 4 Tahun di Kabupaten Pidie Jaya dan Kabupaten Pidie . Dalam menganalisis implementasi kebijakan dan faktor-faktor yang mempengaruhi, penulis menggunakan model teori implementasi yang dikemukakan oleh Grindle. Kebijakan ini bersifat Distributive Policies, merupakan jenis kebijakan khusus yang mempunyai tujuan dan sasaran tertentu yaitu daerah dan masyarakat yang terdampak bencana. Dalam penelitian ini ingin melihat implementasi pengelolaan dana hibah rehabiltasi dan rekonstruksi dari sisi konten dan konteks kebijakan itu sendiri. Hasil Penelitian (1) implementasi kebijakan Perka Nomor 4 Tahun 2015 telah dilakukan oleh Kabupaten Pidie dan Kabupaten Pidie walaupun belum maksimal dalam pelaksanaannya (2) Faktor yang cukup berpengaruh dalam pelaksanaan implementasi pengelolaan dana hibah rehabilitasi dan rekonstruksi di Kabupaten Pidie dan Pidie Jaya pada isi kebijakan (content of Policy ) ada pada pelaksana kebijakan, sedangkan pada konteks kebijakan (context of Policy) faktor yang cukup berpengaruh adalah lingkungan kebijakan , dapat dilihat bahwa lingkungan politik cukup berpengaruh dalam pelaksanaan kebijakan pada Kabupaten Pidie dan Kabupaten Pidie Jaya.
......The post-disaster recovery process is the responsibility of all parties, the government, society, and the private sector. The Rehabilitation and Reconstruction Grant Fund is a manifestation of the central government's responsibility to improve grant funds managed by the Regional Office, the Regional Disaster Management Agency (BPBD) following the Head of National Disaster Management Agency regulation Number 4 Year 2015 , BPBD must have commitment and responsibility in its implementation so that the funds can be received well by the community. The research objective was to discuss the implementation of the grant and preparation grants policy set in Head of BNPB Regulation Number 4 Year 2015 in Pidie Jaya District and Pidie District. This policy is a Distributive Policy, is a special type of policy that has certain goals and objectives, which is regions and communities affected by disasters. In this study we want to see the implementation of rehabilitation funds and content from the content and context policy itself. Research Results (1) the Implementation of Head of BNPB Regulation Number 4 in 2015 already carried out by Pidie District and Pidie District even though it has not been well implemented (2) the determining factor in implementing grant funds and improvements in Pidie and Pidie Jaya Districts on policy content is the policy implementers, while in the policy context the determining factor is environmental policy, it can be seen that the political environment is quite influential in the implementation of policies in Pidie District and Pidie Jaya Regency."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2019
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Failani Rizona
"Kedatangan berbagai etnis dari seluruh Indonesia bahkan berbagai bangsa di dunia dalam rangka membantu masyarakat Aceh korban tsunami merupakan latar belakang dari penelitian tentang Manajemen Ketidakpastian dan Kecemasan Pendatang di Aceh ini. Pertemuan pendatang dengan penduduk lokal yang berbeda budaya dipastikan memiliki persoalan baik secara langsung maupun pada jangka panjangnya bagi kedua pihak. Bagi warga Aceh yang telah puluhan tahun tertutup dari dunia luar sebagai akibat konflik politik yang terjadi, kehadiran berbagai etnis dapat mengikis budaya lokal yang khas yakni lekatnya antara budaya, agama dan masyarakatnya. Sedang bagi pendatang keberangkatan mereka ke Aceh membutuhkan upaya yang besar agar dapat berdaptasi dengan cepat demi tujuan kemanusiaan yang ingin dicapai.
Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode single level analisis yaitu fokus penelitian ada pada individu-individu pendatang. Subjek penelitian menggunakan informan yang masih atau pernah bekerja di Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi NAD-Nias dalam periode Mei 2005 - Mei 2006. Dengan menggunakan individu pendatang yang berasal dari Jakarta dan bukan suku Aceh, diharapkan penelitian ini mampu melihat bagaimana pengalaman ketidakpastian dan kecemasan serta bagaimana mereka mengelola ketidakpastian dan kecemasan ketika berinteraksi dengan warga lokal.
Hasil penelitian menunjukan bahwa sumber ketidakpastian dan kecemasan pendatang di Aceh adalah pada perbedaan budaya yang tercermin dalam perilaku budaya dari masyarakatnya, pada penerapan syariat Islam dan adanya konflik politik yang pemah terjadi. Masing masing pendatang memiliki cara sendiri dalam mengelola ketidakpastian dan kecemasan mereka sesuat dengan pemahaman dan pengalaman mereka masing-masing. Ketidakpastian dan kecemasan yang mereka alami selalu mampu dikelola sehingga tidak sampai menimbulkan konflik dengan warga lokal demi tercapainya tujuan kemanusian mereka di Aceh dalam menbangun kembali Aceh pasca tsunami."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
T25748
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Iqbal Eka Junianto
"Minat masyarakat Indonesia terhadap budaya Jepang khususnya anime semakin meningkat seiring kemajuan teknologi digital. Pada tahun 2022, berdasarkan tools google trends, Indonesia menduduki peringkat ketiga sebagai negara dengan pencarian terbanyak terkait anime Jepang. Hal tersebut menjadi salah satu alasan banyaknya media dan berita online yang mengatakan bahwa Indonesia menjadi salah satu negara dengan jumlah Wibu terbanyak di dunia. Wibu merupakan istilah yang merujuk pada seseorang yang berada di luar Jepang, tetapi menyukai bahkan cenderung terobsesi dengan budaya negeri tersebut. Adanya fenomena Wibu di Indonesia sering disalahmaknakan sebagai Japanofilia oleh sebagian besar masyarakat. Berdasarkan fenomena tersebut peneliti menemukan adanya konstruksi yang membentuk stereotipe Wibu di Indonesia. Salah satu stereotipe Wibu yang ditemukan peneliti antaralain “Wibu bau bawang”, “Wibu Nolep”, dan “Wibu mesum” yang sempat populer beberapa tahun lalu. Adapun, konstruksi tersebut banyak ditemukan peneliti dalam berbagai media sosial digital khususnya YouTube sebagai media sosial yang dianggap paling informatif di Indonesia. Oleh sebab itu, penelitian ini akan menganalisis konstruksi stereotipe Wibu berdasarkan data yang diambil dari Youtube dan media daring lainnya. Dalam melakukan penelitian penliti menggunakan metode etnografi digital untuk mengumpulkan data. Melalui pendekatan kultural studi, penelitian ini mencoba menjabarkan konstruksi Wibu Indonesia melalui video - video di Youtube sebagai proses fenomena budaya di era globalisasi. Berdasarkan penelitian ini, peneliti menemukan peran YouTube dalam membentuk konstruksi stereotipetis Wibu di Indonesia sekaligus menjadi media negosiasi terhadap budaya tersebut.
......Indonesian people's interest in Japanese culture, especially anime, is increasing along with advances in digital technology. In 2022, based on Google Trends tools, Indonesia will be ranked third as the country with the most searches related to Japanese anime. This is one of the reasons why many media and online news say that Indonesia is one of the countries with the highest number of Wibu in the world. Wibu is a term that refers to someone who is outside Japan, but likes and even tends to be obsessed with the culture of that country. The existence of the Wibu phenomenon in Indonesia is often misinterpreted as Japanophilia by most people. Based on this phenomenon, researchers found that there are constructions that form the stereotype of Wibu in Indonesia. One of the Wibu stereotypes found by researchers includes "Wibu smells of onions", "Wibu Nolep", and "Wibu perverted" which were popular several years ago. Meanwhile, researchers have found this construction in various digital social media, especially YouTube, as the social media that is considered the most informative in Indonesia. Therefore, this research will analyze the construction of the Wibu stereotype based on data taken from YouTube and other online media. In conducting research, researchers use digital ethnographic methods to collect data. Through a cultural study approach, this research tries to explain the construction of Indonesian Wibu through videos on YouTube as a cultural phenomenon process in the era of globalization. Based on this research, researchers discovered the role of YouTube in forming the stereotypical construction of Wibu in Indonesia as well as being a media for negotiating this culture."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
"Penulisan artikel ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang lebih utuh mengapa sebuah kebijakan harus diambil setelah memperhatikan berbagai variabel yang sedang berkembang...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library