Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Shahnaz Safitri
"Disabilitas intelektual dikarakteristikkan dengan adanya keterbatasan yang signifikan dalam fungsi intelektual dan perilaku adaptif yang muncul sebelum usia 18 tahun. Dampak disabilitas intelektual yang menonjol pada remaja penyandangnya ialah kegagalan untuk membangun hubungan interpersonal yang diharapkan lingkungan berikut pencapaian prestasi akademis yang rendah. Sementara itu, diketahui bahwa penguasaan keterampilan regulasi emosi dapat menunjang keberfungsian individu, baik dengan mendukung berkembangnya keterampilan sosial yang bersangkutan maupun memfasilitasi kelancaran proses belajar dan adaptasi di sekolah.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektivitas program pelatihan keterampilan regulasi emosi berdasarkan metode Dialectical Behavior Therapy pada remaja dengan disabilitas intelektual. Kekhususan Dialectical Behavior Therapy dalam mengikutsertakan lingkungan sosial dan memperhitungkan kondisi biologis klien ditengarai menjadi kunci untuk mengembangkan kapasitas regulasi emosi pada subjek dengan disabilitas intelektual.
Melalui observasi yang dilakukan terhadap tingkah laku subjek antara sebelum dan sesudah mengikuti program intervensi, ditemukan bahwa terdapat peningkatan dalam hal pengetahuan dan sikap subjek terkait aspek-aspek penguasaan keterampilan regulasi emosi. Lebih lanjut, keterampilan untuk menerapkan teknik regulasi emosi secara konsisten pada subjek dengan disabilitas intelektual sangat terkait dengan dukungan lingkungan sosial yang subjek terima dari sekitarnya.

Intellectual disability is characterized by significant limitations in intellectual functioning and adaptive behavior that appears before the age of 18 years old. The prominent impacts of intellectual disability in adolescents are failure to establish interpersonal relationships as socially expected and lower academic achievement. Meanwhile, it is known that emotion regulation skills has a role in supporting the functioning of individual, either by nourishing the development of social skills as well as by facilitating the process of learning and adaptation in school.
This study aims to look for the effectiveness of Dialectical Behavior Therapy DBT in developing emotion regulation skills for adolescents with intellectual disability. DBT's special consideration toward clients rsquo social environment and their biological condition is foreseen to be the key for developing emotion regulation capacity for subjects with intellectual disability.
Through observations on client's behavior, conducted before and after the completion of DBT intervention program, it was found that there is an improvement in client's knowledge and attitudes related to the mastery of emotion regulation skills. In addition, client's consistency to actually practice emotion regulation techniques over time is largely influenced by the support received from the client's social circles.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T46856
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nafisa Alif Amalia
"Beberapa remaja mengalami kesulitan untuk meregulasi emosi. Regulasi emosi yang buruk berhubungan dengan munculnya gangguan psikologis, salah satunya adalah gejala depresi. Ciri khas dari ganggguan depresi atau Major Depressive Disorder (MDD) adalah kesulitan untuk meregulasi emosi, yaitu perasaan negatif yang cenderung menetap dan sulit memiliki perasaan positif. Oleh karena itu diperlukan intervensi yang tepat, yaitu Dialectical Behavior Therapy (DBT), yang bertujuan untuk membantu klien mengatur emosi negatif yang dirasakan dengan menggunakan prinsip dasar dialectical (menerima dan mengubah suatu masalah).
Penelitian ini bertujuan untuk melihat penerapan prinsip Dialectical Behavior Therapy (DBT) dalam menurunkan gejala Major Depressive Disorder (MDD) pada remaja. Intervensi dilakukan dalam 12 sesi dengan memberikan lima keterampilan dasar DBT dan melibatkan orang tua pada sesi intervensi. Instrumen penelitian ini adalah kuesioner Hopelessness Scale of Children (HSC), Child Depression Inventory (CDI), dan kriteria depresi pada DSM-5.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan prinsip Dialectical Behavior Therapy (DBT) dapat menurunkan gejala Major Depressive Disorder (MDD) pada remaja perempuan. Penurunan gejala depresi terlihat melalui menurunnya kriteria MDD pada DSM-5, kuesioner self-report (HSC dan CDI), dan pikiran atau percobaan bunuh diri yang dimiliki, pada saat sebelum (pre-) dan sesudah (post-test dan follow-up) intervensi.

Some adolescents have difficulty in regulating emotions. Poor emotional regulation associated with psychological disorders, one of them is depression symptoms. The hallmark of Major Depressive Disorder (MDD) is the difficulty in regulating emotions, such as difficult to resolve the negative feelings and difficult to have positive feelings. Therefore, an appropriate intervention is needed. One of effective intervention is Dialectical Behavior Therapy (DBT), which aims to help clients regulate perceived negative emotions by using basic dialectical principles (accepting and changing a problem).
This study aims to see the effectiveness of the application Dialectical Behavior Therapy (DBT) principles in reducing depressive symptoms in adolescents with Major Depressive Disorder (MDD). This intervention was conducted in 12 sessions by providing five basic DBT skills and involving parents in the intervention session. The instruments of this research are Hopelessness Scale of Children (HSC), Child Depression Inventory (CDI), and depression criteria on DSM-5.
The result of this study indicate that the application of the Dialectical Behavior Therapy (DBT) principles has proven to be effective in reducing depressive symptoms in adolescent girl with Major Depressive Disorder (MDD). A decrease in depressive symptoms is seen through decreasing MDD criteria on DSM-5, self-report questionnaires (HSC and CDI), and thoughts or suicide attempts, before (pre-) and after (post-test and follow-up) intervention.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2019
T53985
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Handali, Kara Andrea
"Salah satu penyebab masalah penyesuaian diri yang dialami anak dengan borderline intellectual functioning (BIF) di sekolah adalah disregulasi emosi. Masalah disregulasi emosi anak dengan BIF dipengaruhi oleh hambatan fungsi eksekutif, yaitu dalam hal pengarahan atensi, kemampuan inhibisi, dan working memory. Hambatan ini membatasi kemampuan anak dalam mengidentifikasi emosi, menginterpretasi situasi sosial, serta mengambil keputusan pada situasi sosial, yang merupakan dasar dari kemampuan regulasi emosi.
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa Dialectical Behavior Therapy (DBT) dapat mengatasi disregulasi emosi pada klien dengan keterbatasan intelektual, termasuk BIF. DBT mengajarkan anak berbagai strategi regulasi emosi melalui hal-hal konkret, sehingga intervensi ini sesuai bagi anak dengan hambatan kognitif seperti BIF.
Penelitian ini merupakan single-subject study yang bertujuan untuk melihat efektivitas pelatihan keterampilan DBT dalam meningkatkan kemampuan regulasi emosi anak dengan BIF di tingkat SD. Modul yang diterapkan telah dimodifikasi sesuai dengan karakteristik anak dengan BIF.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan keterampilan DBT efektif dapat meningkatkan kemampuan regulasi emosi anak dengan BIF di tingkat SD (Z=-2.023, p<0.05, r=-0.64).

Emotion dysregulation is one of the main factors that caused school adjustment problem in children with borderline intellectual functioning (BIF). Emotion dysregulation problem in this population is influenced by their limited executive functioning (EF), such as attention, inhibitory control, and working memory. Their lack of EF limited their ability to identify emotions, interpret social cues, and make decisions in social situations.
Dialectical behaviour therapy (DBT) has been shown to effectively increase emotion regulation skills in client with intellectual disability, including BIF. DBT allows children to learn various emotion regulation strategies through concrete experiences, which is suitable for this population. This is a single-case study to examine the effectivity of DBT skills training in increasing emotion regulation skills in children with BIF. Training skills module used in this research had been adapted to suit BIF characteristics.
The result of the study showed that DBT training skills was able to increase emotion regulation skills significantly (Z = -2.023, p < 0.05, r = -0.64).
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2017
T47711
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
R.A. Mulya Liansari
"Latar belakang: Metamfetamin merupakan salah satu narkotika yang terbanyak digunakan di Indonesia. Hal ini menimbulkan kondisi ketergantungan metamfetamin yang jumlahnya semakin meningkat seiring dengan berjalannya waktu. Pasien dengan ketergantungan metamfetamin mengalami banyak efek serius yang mencakup kondisi fisik, kondisi psikologis, keuangan, hubungan dengan orang lain, kinerja pekerjaan atau akademik, dan fungsi sehari-hari. Saat ini penanganan terhadap ketergantungan metamfetamin bervariasi jenisnya dan belum ada terapi spesifik untuk mengatasinya di Indonesia. Dialectical Behavior Therapy (DBT) dipertimbangkan untuk digunakan pada ketergantungan metamfetamin karena tujuannya pada perbaikan disregulasi emosi, suatu kondisi yang menjadi salah satu ciri khas ketergantungan metamfetamin. Studi ini bertujuan untuk membuat modul yang diadaptasi dari DBT skills training dengan sasaran mengurangi craving pada pasien ketergantungan metamfetamin.
Metode: Pembuatan modul menggunakan metode studi kualitatif yang terbagi menjadi 3 tahap, yaitu Focus Group Discussion (FGD) dengan 10 orang partisipan studi, diskusi ahli, dan uji coba modul secara kelompok pada 15 orang partisipan studi yang dilakukan dua kali seminggu sebanyak 8 pertemuan. Modul yang digunakan adalah modul DBT skills training pada studi tatalaksana pasien dengan adiksi internet.
Hasil: Penelitian dilakukan sejak Agustus 2023 hingga November 2023 bertempat di Balai Besar Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN) Lido (tahap 1 dan 3) dan secara daring (tahap 2). Tahap 1 mendapatkan hasil berupa 1) modul dianggap dapat mengurangi craving 2) keterampilan DEAR MAN dianggap tidak perlu diajarkan karena sudah mahir dilakukan, dan 3) pada beberapa lembar kerja perlu ditambahkan keterangan agar jelas hubungannya dengan tujuan mengurangi craving. Tahap 2 berupa diskusi dengan 3 orang ahli menghasilkan kesepakatan bahwa modul dianggap dapat mengurangi craving dan keterampilan DEAR MAN tetap perlu diajarkan dengan pertimbangan aplikasinya tidak hanya dalam konteks mendapatkan zat seperti anggapan peserta FGD, namun lebih luas hingga ke kondisi pemicu craving. Terdapat perubahan kata remaja dan keluarga sebagai subjek dalam modul diganti menjadi pengguna metamfetamin serta penambahan kalimat pembuka pada lembar kerja orientasi dan Interpersonal Effectiveness. Tahap 3 mendapatkan kesimpulan berupa 1) modul dapat membantu mengelola emosi yang pada akhirnya dapat mengurangi craving, 2) tujuan dan kalimat dalam modul dapat dipahami, 3) isi modul tidak ada yang spesifik terkait ketergantungan metamfetamin sehingga dapat saja digunakan untuk ketergantungan zat lainnya, 4) jumlah sesi sebanyak 2 kali untuk setiap lembar kerja dianggap terlalu sedikit karena keterampilan yang diajarkan tidak semuanya dapat langsung dipahami dan dipraktikkan, 5) urutan dari empat latihan keterampilan sebaiknya berurutan sesuai dengan yang diajarkan, 6) lembar kerja regulasi emosi dianggap menjadi yang tersulit untuk dipahami terutama model emosi, dan 7) lembar kerja distress tolerance merupakan bagian yang paling mudah dipahami dan diterapkan. Terdapat saran di latihan paced breathing (nafas teratur) agar dapat diajarkan berbagai metode.
Kesimpulan: Modul adaptasi DBT skills training untuk tatalaksana ketergantungan metamfetamin yang dihasilkan pada penelitian ini dapat membantu mengurangi craving pada pasien dengan ketergantungan metamfetamin.

Background: Methamphetamine is one of the most widely used narcotics in Indonesia. This creates a condition of methamphetamine dependence, the amount of which increases over time. Patients with methamphetamine dependence experience many serious adverse effects including physical condition, psychological condition, finances, relationships with others, work or academic performance, and daily functioning. Currently, there are various types of treatment for methamphetamine dependence and there is no specific therapy to overcome it in Indonesia. Dialectical Behavior Therapy (DBT) is considered for use in methamphetamine dependence because it aims to improve emotional dysregulation, a condition that is one of the hallmarks of methamphetamine dependence. This study aims to create a module adapted from DBT skills training with the target of reducing cravings in methamphetamine-dependent patients.
Method: Module development uses a qualitative study method divided into three stages, namely Focus Group Discussion (FGD) with ten study participants, discussion with three experts, and testing the module on fifteen study participants twice a week for eight meetings . The module used is the DBT skills training module in the study of managing patients with internet addiction.
Result: The research was conducted from August to November 2023 at Balai Besar Badan Rehabilitasi Nasional (BNN) Lido (stages 1 and 3) and online (stage 2). Stage 1 resulted in 1) the module being considered to be able to reduce craving, 2) the DEAR MAN skill does not need to be taught because it is already proficient in doing it, and 3) some worksheets need additional information to make it clear its relationships with craving. Stage 2 resulted in an agreement that the module considered to be able to reduce craving and that the DEAR MAN skill still needed to be taught with consideration that its application not only in the context of obtaining substances but also in conditions that trigger cravings. There is a change in the words youth and family as subjects in the module to methamphetamine users and the addition of an opening sentence to the orientation and Interpersonal Effectiveness worksheet. Stage 3 consists of testing the module which concluded that: 1) the module can help manage emotions which ultimately reduces craving, 2) the objectives and sentences in the module are understandable, 3) the module content is not methamphetamine dependence-specific so it could be used for other substances dependence, 4) the number of sessions which are two times for each worksheet is considered too few, 5) the order of skills training in the module should be sequential according to what is taught, 6) the emotion regulation worksheet is the most difficult to understand, especially the emotion model, and 7) the distress tolerance worksheet is the easiest part understood and applied. There are suggestions for paced breathing exercises so that various methods can be taught.
Conclusion: The adapted DBT skills training module for managing methamphetamine dependence produced in this study can help reduce cravings in patients with methamphetamine dependence.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2024
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library