Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nadhila Andanis Zafhira
"ABSTRAK
Penggunaan zeolit sebagai konsentrator adsorptif dalam proses ozonasi telah terbukti meningkatkan efektivitas degradasi polutan organik dengan signifikan. Namun, penggunaan zeolit pada proses ozonasi tersebut belum diarahkan untuk disinfeksi bakteri. Penelitian ini mencoba meningkatkan efektivitas disinfeksi dengan memvariasikan dosis ozon dan waktu inkubasi bakteri pada zeolit untuk meningkatkan kontak antara ozon, zeolit dan bakteri. Bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae yang menyebabkan penyakit Kresek pada tanaman padi diinkubasikan pada zeolit selama 1, 2, 12, dan 24 jam, lalu didisinfeksi dengan ozon. Hasilnya menunjukkan bahwa tingkat disinfeksi secara keseluruhan mencapai hampir 100%, namun semakin lama waktu inkubasi, tingkat disinfeksi cenderung lebih rendah. Pada variasi dosis ozon dengan variasi laju alir umpan ozonator, peningkatan laju alir menyebabkan peningkatan tingkat disinfeksi akhir, namun laju disinfeksi cenderung lebih rendah pada sistem kombinasi ozon-zeolit, dibandingkan sistem tanpa zeolit

ABSTRACT
The use of zeolite as adsorptive concentrator in ozonation process has been proven to improve the effectivity of organic compounds degradation. However, this combination of ozone-zeolite system has not yet been utilized to disinfect microorganisms, especially bacteria. The aim of this experiment was to improve the effectivity of bacteria disinfection by using variations of ozone doses and incubation time of bacteria on zeolite, to improve contact between ozone and bacteria. Xanthomonas oryzae pv. oryzae, the bacteria that causes Kresek disease on rice plant, was immobilized on zeolite with 1, 2, 12, and 24 h incubation time prior to disinfection by ozone. Results showed that overall level of disinfection reaches nearly 100%, however, the rate of disinfection tends to be lower in longer incubation period. In ozone doses variation (based on ozonator inlet flowrate), the total disinfection level increases in higher flowrate, but the rate of disinfection tends to be lower in the ozone-zeolite combined system, compared to the system without zeolite."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43825
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Alya Putri Komarudin
"Udara bersih merupakan kebutuhan utama manusia, namun kualitas udara dalam ruang menunjukkan bahwa tingkat polutan biologis di dalam ruangan jumlahnya cukup tinggi. Pada penelitian ini dilakukan rekayasa alat purifikasi udara dengan menggunakan multi teknologi, berupa HEPA filter, UV-C, plasma ion, dan fotokatalis berupa komposit Cu/g-C3N4/WO3. Kombinasi dilakukan untuk mengoptimasi proses disinfeksi dan meningkatkan waktu disinfeksi. Karakterisasi hasil sintensis katalis dilakukan dengan menggunakan teknik Scanning Electron Microscope-Energy Dispersive X-Ray (SEM-EDX), X-Ray Diffraction (XRD), Photoluminescene, dan Ultaviolet-Visible Diffuse Refelectance Spectroscopy (UV-Vis DRS). Penelitian ini dilakukan dengan sintesis katalis Cu/g-C3N4/WO3 dengan variasi dopan Cu (1, 2, dan 3%) dengan metode impregnasi basah. Komposisi katalis terbaik diuji dengan menggunakan uji dekolorisasi metilen biru dan uji disinfeksi bakteri pada fasa cair. 2% Cu/g-C3N4/WO3 yang merupakan katalis terbaik di lapiskan ke permukaan filter dan dilakukan pengujian disinfeksi bakteri dan jamur pada fasa udara dengan menggunakan alat purifikasi multi teknologi. Pengujian dilakukan dengan menggunakan metode aktif menggunakan alat sampling udara dan didapatkan kombinasi teknologi HEPA filter, UVC, plasma ion, dan fotokatalis merupakan kombinasi teknologi optimum yang dapat mendisinfeksi hingga 100% dalam waktu dua jam bakteri dan jamur di udara.

Clean air is a fundamental human necessity, yet indoor air quality shows that the level of biological pollutants indoors is quite high. This research involves the engineering of an air purification device using multiple technologies, including a HEPA filter, UV-C, plasma ion, and a photocatalyst composite of Cu/g-C₃N₄/WO₃. The combination aims to optimize the disinfection process and enhance the disinfection time. The catalyst synthesis results were characterized using techniques such as Scanning Electron Microscope-Energy Dispersive X-Ray (SEM-EDX), X-Ray Diffraction (XRD), Photoluminescence, and Ultraviolet-Visible Diffuse Reflectance Spectroscopy (UV-Vis DRS). The study synthesized the Cu/g-C₃N₄/WO₃ catalyst with varying Cu dopant levels (1%, 2%, and 3%) using the wet impregnation method. The best catalyst composition was tested using methylene blue decolorization and bacterial disinfection tests in the liquid phase. The best catalyst, 2% Cu/g-C₃N₄/WO₃, was then coated onto the filter surface and subjected to bacterial and fungal disinfection tests in the air phase using the multi-technology purification device. Testing was conducted using active air sampling methods, and the results showed that the combination of HEPA filter, UV-C, plasma ion, and photocatalyst was the optimal technology combination that could disinfect up to 100% of bacteria and fungi in the air within two hours."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tazkiaturrizki
"Proses disinfeksi membentuk produk sampingan disinfeksi (disinfection by-products, DBP) yang berbahaya bagi kesehatan. DBP terbentuk dari reaksi disinfektan dengan senyawa organik alami (natural organic matter, NOM) di dalam air. Trihalometan (THM) merupakan senyawa yang paling sering ditemui pada proses disinfeksi air minum dan sulit dihilangkan dengan pengolahan konvensional. Tujuan utama penelitian ini untuk mengetahui keberadaan prekursor NOM pembentuk THM dan penyisihan NOM dan THM menggunakan kombinasi proses adsorpsi (granular activated carbon, GAC) dan membran elektrokimia (MER) pada pengolahan air minum. Metode yang digunakan adalah analisis kualitas air pada 5 (lima) lokasi instalasi pengolahan air minum (IPAM) untuk mengetahui keberadaan prekursor NOM dilanjutkan dengan uji skala laboratorium untuk GAC yang kemudian dikombinasikan dengan MER. Analisis kinerja GAC dalam menurunkan senyawa NOM untuk meminimalisir potensi pembentukan senyawa THM dilakukan dengan variasi dosis karbon dan waktu reaksi. MER merupakan pengolahan lanjutan untuk menurunkan pembentukan THM melalui penyisihan NOM dan senyawa THM yang terbentuk di dalam pengolahan air minum dengan mempertimbangkan densitas arus dan waktu reaksi. Diperoleh hasil bahwa air baku air minum dari 5 IPAM mengandung NOM dengan konsentrasi rata-rata DOC 5,18 ± 1.99 mg/L dan SUVA 2,04 ± 1.02 L/mg m. Unit pengolahan IPAM konvensional hanya mampu menyisihkan NOM sebesar 4 – 60%. Penambahan unit GAC terbukti mampu meningkatkan efisiensi penyisihan NOM hingga 68%. Kondisi optimum dicapai pada waktu reaksi 5 jam untuk dosis karbon 1gr/L. MER mampu menyisihkan senyawa THM dengan efisiensi penyisihan 40 – 80% untuk kloroform dan bromodiklorometana sedangkan klorodibromometana dan bromoform penyisihannya 10 - 50%. Kombinasi pengolahan GAC lalu MER dapat meningkatkan penyisihan NOM hingga 90%, dan kombinasi MER lalu GAC mampu menurunkan THM secara lebih merata pada keempat senyawa THM dengan efisiensi 40 – 62%. Kondisi optimum pengolahan MER untuk penyisihan NOM dan THM pada densitas arus 20 mA cm-2 dan waktu reaksi 1 jam.

The disinfection process forms harmful disinfection by-products (DBP) of health. DBP is formed from the reaction of disinfectants with natural organic matter (NOM) in water. Trihalomethanes (THM) are the most frequent compounds found in drinking water disinfection processes and are difficult to remove by conventional treatment. This study aimed to determine the presence of NOM as precursors of THM and the removal of NOM and THM using a combination of adsorption processes (granular activated carbon, GAC) and electrochemical membranes reactor (MER) in drinking water treatment. The methods are water quality analysis at 5 (five) drinking water treatment plant (WTP) locations to determine the presence of NOM precursors followed by laboratory scale analysis of GAC then combined with MER. Analysis of GAC performance in reducing NOM compounds to minimize the potential for THM compound formation was carried out using varying carbon doses and reaction times. MER is an advanced treatment to reduce the formation of THM through the NOM and THM removal in drinking water treatment by considering current density and reaction time. The results showed that the raw water of drinking water from 5 WTPs contained NOM with an average concentration of DOC 5.18 ± 1.99 mg/L and SUVA 2.04 ± 1.02 L/mg m. Conventional WTP units are only able to remove 4-60% of NOM. The addition of a GAC unit was proven to increase the efficiency of NOM removal by up to 68%. The optimum condition was achieved at a reaction time of 5 hours for a carbon dose of 1gr/L. MER can remove THM compounds with a removal efficiency of 40 - 80% for chloroform and bromodichloromethane, while for chlorodibromomethane and bromoform, the removal efficiency is 10 - 50%. The combination of GAC and MER processing can increase NOM removal up to 90%, and the combination of MER and GAC can reduce THM more evenly in the four THM compounds with an efficiency of 40 - 62%. The optimum conditions for MER processing for NOM and THM removal were at a current density of 20 mA cm-2 and a reaction time of 1 hour."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2025
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yazidie Rizqi Isnaindi
"ABSTRACT
Masa simpan tahu yang pendek karena kerusakan oleh bakteri membutuhkan solusi selainformaldehida yang membahayakan manusia. Ozon berfungsi sebagai disinfektan yang tidakmembahayakan manusia. Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah metode es itu teroksigenasi dapat mensterilkan bakteri dan memperpanjang masa manfaat tahu. Di Penelitian ini juga akan melihat efek dari dosis ozon, perawatan pengawetan, dan durasi kontak dengan kualitas tahu. Dalam penelitian ini tahu dipertahankan untuk memperpanjang nyawa yang bermanfaat. Tahu diozonasi menggunakan es ozon dengan dosis ozon 0,15 mg / L; 0,20 mg / L; dan 0,25 mg / L, diozonasi dalam wadah terbuka dan tertutup di hadapan drainer dan tidak, serta diozonasi selama 2 jam dan 5 jam. Kemudian sampel disimpan selama 7 hari untuk melihat perkembangan karakteristiknya. Masa tahu yang bermanfaat berhasil diperpanjang selama 3 hari dengan ozonasi tahu dengan 0,25 es ozon mg / L dalam wadah tertutup dengan penutup, dengan ozonasi selama 5 jam. Kemudian sampel disimpan dalam lemari es pada suhu 5 ° C. Ozonasi telah berhasil mengurangi bakteri E. coli hingga 99,8%, mempertahankan kandu ngan protein 13,64% b / b.

.ABSTRACT
Short shelf life of tofu because of damage by bacteria requires a solution other than formaldehyde that is harmful to humans. Ozone functions as a disinfectant that does not harm humans. This research was conducted to see whether the oxygenated oxygen method can sterilize bacteria and extend the useful life of tofu. In
This study will also look at the effects of ozone doses, preservation treatments, and duration of contact with tofu quality. In this study tofu is maintained to extend useful lives. Tofu diozonated using ozone ice with an ozone dose of 0.15 mg / L; 0.20 mg / L; and 0.25 mg / L, oozonated in an open and closed container in the presence of the drainer and not, as well as oozonated for 2 hours and 5 hours. Then the sample is stored for 7 days to see the development of its characteristics. The useful tofu period was successfully extended for 3 days by tofu ozonation with 0.25 mg ozone ice / L in a closed container with a lid, with ozonation for 5 hours. Then the samples were stored in a refrigerator at 5 ° C. Ozonation has succeeded in reducing E. coli bacteria up to 99.8%, maintaining protein with 13.64% w / w.
"
2019
Spdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Femmy Karima Yanuarta
"ABSTRAK
Salah satu penyakit yang menyebabkan turunnya produktivitas beras di Indonesia adalah Kresek, yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae yang menyebar lewat air hujan dan/atau air irigasi, dan menyerang daun tanaman padi. Teknologi ozon yang dikombinasi dengan zeolit alam Lampung sebagai konsentrator adsorptif untuk meningkatkan efektivitas ozonasi dapat mendisinfeksi bakteri tersebut. Pada penelitian ini akan diuji disinfeksi bakteri menggunakan proses ozonasi dengan dan tanpa zeolit pada air yang terkontaminasi bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae, dengan variasi dosis zeolit. Tingkat efektivitas disinfeksi ditentukan dengan menganalisis sampel sebelum dan sesudah disinfeksi dengan metode Total Plate Count. Dari penelitian ini, disimpulkan bahwa penggunaan zeolit dapat menyebabkan turunnya jumlah ozon yang digunakan untuk proses disinfeksi. Dengan menggunakan zeolit, jumlah ozon yang diperlukan untuk mendisinfeksi bakteri lebih rendah dibandingkan tanpa menggunakan zeolit, dan semakin besar dosis zeolit yang digunakan akan memperendah jumlah ozon yang diperlukan untuk mendisinfeksi bakteri.

ABSTRACT
One of the disease that cause the degradation of hulled rice productivity at Indonesia is Kresek which caused by Xanthomonas oryzae pv. oryzae bacteria that can spread through rain water or irrigation that attack the leafs on paddies. Ozone technology combined with Lampung Natural Zeolite as the adsorption concentrator to enhance the effectiveness of ozonation which could disinfect those bacteria. In this experiment, the bacteria disinfection will be tested using the ozonization process both using and not using the zeolite at the water contaminated by the Xanthomonas oryzae pv. oryzae bacteria. Various dosage of zeolite will be the variable for this experiment. The effectiveness of disinfection process is analyzed by Total Plate Count method. From this experiment, it can be concluded that the using of natural zeolite, the amount of ozone used to disinfect the bacteria will decrease compare to experiment without using zeolitte and also by the increase of zeolite dosages that is used will decrease the amount of ozone needed to disinfect the bacteria."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S1674
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Honesty Indria Nisa
"Dalam penelitian ini, dilakukan oleozon sebagai bahan antiseptik atau antidermatitis dalam bentuk minyak cair. Berdasarkan mekanisme reaksi Criegee, ozon mengikat asam-asam lemak tak jenuh pada minyak nabati yang secara ekslusif terjadi pada ikatan-ikatan rangkap C=C dalam masing-masing struktur gugus asam lemaknya. Pemilihan minyak zaitun, biji anggur, bunga matahari, dan kedelai adalah ditinjau pada kandungan asam-asam lemak yang cukup tinggi namun memiliki kandungan yang berbeda. Pembuatan oleozon ini dilakukan dengan menggunakan ozonator hasil rancangan sendiri yang dapat beroperasi secara kontinyu selama lebih dari 12 jam. Reaksi ozonasi dikondisikan pada kisaran suhu 15-22ºC selama 42 jam secara bertahap dengan laju alir udara sebesar 180 L/jam dengan konsentrasi ozon yang keluar dari ozonator sebesar 60 mg/jam. Selanjutnya dilakukan pengujian efikasi terhadap bakteri menggunakan metode kertas cakram. Sampel minyak akan dikarakterisasi menggunakan metode bilangan iod, bilangan asam, analisis FTIR, dan pH. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keempat minyak nabati memiliki efikasi dalam mendisinfeksi bakteri Stapylococcus aureus. Pada penelitian ini, minyak zaitun dan kedelai memiliki efikasi tertinggi dibandingkan dengan minyak lainnya.

In this study will performed the synthesis of oleozon as a desinfectant or antidermatitis forming by liquid oil. By using ozone, Criegee mechanism for unsaturated fatty acid in vegetable oils will occurs to breaking down of bonds double C=C contained in structure of fatty acid. The selection of olive oil, grape seed, sunflower and soyabean based on the content of fatty acids that are quite highly and has a different fatty acid. For making ozonated oil is carried out by using design ozonator which can operate during 12 hours. The condition of reaction at temperature range of 15-22ºC for 42 hours gradually with constant air flow rate of 180 L/h with ozone concentration of 60 mg/hr. The control will be performed by Staphylococcus aureus bacteria effication by paper dishes method. The sample will be characterized and analyzed to see the change of oil after ozonation by using method of acid number, iodin number, FTIR, and pH. From the research, each sample after ozonation process can deactives Staphylococcus aureus bacteria. Olive oil and soyabean has higher effectively than other oils.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2014
S54768
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aprilia Ayuning Putri
"Masa simpan bayam yang singkat karena perusakan oleh bakteri memerlukan solusi alternatif selain pengeringan. Ozon dapat berfungsi sebagai disinfektan yang tidak berbahaya bagi manusia dan telah diterapkan dalam pengawetan makanan dan produk pertanian. Penyemprotan gas ozon dilakukan untuk mengurangi pertumbuhan bakteri sehingga penurunan kualitas akibat pembusukan dapat diperlambat. Pada penelitian ini bayam diawetkan dengan penyemprotan gas ozon untuk memperpanjang masa simpannya. Bayam diozonasi dengan gas ozon dengan variasi dosis yang dihasilkan ozonator Aquasuper 30,72 mg/jam; 48,60 mg/jam; dan 30,72 mg/jam; serta frekuensi penyemprotan 1 kali, 2 kali, dan 3 kali selama 15 menit. Durasi penyemprotan gas ozon divariasikan: 2 menit, 3 menit, dan 6 menit. Kemudian sampel disimpan selama 7 hari untuk melihat perkembangan karakteristiknya. Kualitas paling baik selama penyimpanan ditunjukkan oleh bayam yang mendapat perlakuan ozonasi dengan dosis 48,60 mg/jam; durasi 6 menit; dan frekuensi 3 kali. Selain variasi durasi, dosis, dan frekuensi, paparan ozon yang sama dengan kombinasi durasi-frekuensi serta kombinasi durasi-dosis yang berbeda juga diamati untuk mengevaluasi perlakuan ozonasi yang optimal guna mengawetkan bayam dan didapati bahwa kombinasi durasi panjang-frekuensi rendah dan durasi sedang-dosis sedang lebih baik dalam menjaga kualitas bayam selama penyimpanan.

The short shelf life of spinach due to bacterial activity requires an alternative preservation solution besides drying. Ozone can be used as disinfectant that is not harmful to humans and has been applied in food and agricultural product preservation. Ozone gas spraying is done to reduce bacterial growth so that quality degradation due to decay can be slowed. In this research, spinach is preserved by spraying ozone gas to extent its shelf life. Spinach is ozonated with ozone gas at various doses of 30,72 mg/hr, 48,6 mg/hr, and 80,16 mg/hr, with spraying frequency of 1 time, 2 times, and 3 times for 15 minutes. The duration of ozone gas spraying is also variated: 2 minutes, 3 minutes, and 6 minutes. Then, the sample is stored for 7 days to see the development of its characteristic. The best quality during storage is shown by spinach treated with ozonation at dose of 48,60 mg/hr; duration of 6 minutes; and the frequency of 3 times. In addition to variations in duration, dose, and frequency, the same ozone exposure with different combination of duration-frequency and duration-dose were also observed to evaluate the optimal ozone treatment for preserving spinach and it was found that longest duration-least frequency and moderate duration-moderate dose are prefered in maintaining the quality of spinach during storage."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rais Salsa Muhammad
"Brokoli merupakan golongan tanaman hortikultura yang menjadi sumber vitamin dan mineral. Masa simpan brokoli yang singkat karena perusakan oleh bakteri memerlukan solusi alternatif selain penggunaan klorin yang beracun. Ozon dapat berfungsi sebagai disinfektan yang tidak berbahaya bagi manusia dan telah diterapkan dalam pengawetan makanan dan produk pertanian. Penyemprotan gas ozon dilakukan untuk menghambat pertumbuhan bakteri sehingga penurunan kualitas akibat pembusukan dapat diperlambat. Pada penelitian ini brokoli diawetkan dengan penyemprotan gas ozon untuk memperpanjang masa simpannya. Parameter kualitas brokoli yang dievaluasi berupa nilai Total Bakteri Mesofil Aerobik (TBMA), kandungan vitamin C, penurunan kadar air, dan uji organoleptik. Indikator tersebut kemudian dihubungkan dengan dosis dan durasi penyemprotan gas ozon, serta kemasan setelah dilakukan ozonasi sehingga diperoleh nilai-nilai optimum untuk melakukan pengawetan brokoli menggunakan gas ozon. Brokoli diozonasi dengan gas ozon dengan variasi dosis 46,8 mg/jam, 94,3 mg/jam, dan 143,5 mg/jam, durasi penyemprotan 2 menit, 3 menit, dan 6 menit. Brokoli yang sudah mengalami perlakuan divariasikan kemasannya berupa plastik, daun pisang, dan tanpa kemasan. Gas ozon mampu mengeliminasi TBMA hingga 98,3% dengan dosis ozon 94,27 mg/jam, menekan penurunan vitamin C dan kadar air hingga sebesar 18,9% dan 4,7% dengan melakukan penyemprotan gas selama 3 menit. Selain itu, penggunaan kemasan plastik yang menutupi seluruh permukaan brokoli merupakan kemasan yang paling baik dalam mempertahankan kualitas brokoli.

Broccoli is a group of horticulture plants which are source of vitamins and minerals. The short shelf life of broccoli due to bacterial destruction requires an alternative solution besides the use of toxic chlorine. Ozone can function as a disinfectant that is not harmful to humans and has been applied in food preservation and agricultural products. Ozone spraying is done to reduce bacterial growth so that quality degradation due to decay can be slowed. In this study broccoli is preserved by spraying ozone gas to extend its shelf life. Broccoli quality parameters evaluated by its total mesophyll aerobic bacteria (TBMA), vitamin C, water loss, and organoleptic tests. The indicatora are linked to the doses and duration of ozone gas spraying, as well as the packaging after ozonation, to obtain optimum values for preserving broccoli using ozone. Broccoli is oozonated with ozone gas at various doses of 46.8 mg/hour, 94.3 mg/hour, and 143.5 mg/hour, spraying duration of 2 minutes, 3 minutes and 6 minutes. Broccoli that has undergone treatment varies in the form of plastic packaging, banana leaves, and without packaging.Ozone spraying can eliminate TBMA up to 98.3% with an ozone dose of 94.27 mg/ hour, suppressing the vitamin C and water loss up to 18.9% and 4.7% by spraying ozone for 3 minutes. The use of plastic wrap packaging that covers the surface of broccoli completely is the best packaging to maintain the quality of broccoli."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Najmi Maulidaningrat
"Latar Belakang: Hasil cetakan alginat yang dikeluarkan dari rongga mulut pasien mengandung banyak mikroorganisme, sehingga beresiko terjadinya infeksi silang. Oleh karena itu, diperlukan prosedur disinfeksi dan terdapat teknik baru, yaitu swa-disinfeksi. Indonesia telah memproduksi material cetak alginat sendiri, yaitu Hexalgin. Belum ada penelitian mengenai pengaruh penggunaan obat kumur antiseptik sebagai agen swa-disinfeksi terhadap sifat pada material cetak alginat Hexalgin. Tujuan: Mengetahui waktu pengerasan dan pemulihan elastis material cetak alginat Hexalgin menggunakan obat kumur antiseptik sebagai agen swa-disinfeksi. Metode: Spesimen dibuat sebanyak 36 dan dibagi kedalam 6 kelompok perlakuan obat kumur antiseptik yang berbeda. Dilakukan pengujian waktu pengerasan dan pemulihan elastis mengikuti standar ISO 21563 tahun 2013. Analisis data secara statistik pada pengujian waktu pengerasan menggunakan uji One Way Anova dan uji Post-Hoc Bonferroni, sedangkan pada pengujian pemulihan elastis menggunakan uji Kruskal Wallis dan uji Post-Hoc Mann-Whitney. Hasil: Terdapat perbedaan bermakna secara statistik (p<0,05) antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan terhadap nilai waktu pengerasan dan pemulihan elastis. Kesimpulan: Material cetak alginat dengan obat kumur antiseptik memiliki waktu pengerasan lebih lama dibandingkan dengan material cetak alginat dengan akuades. Material cetak Hexalgin dengan obat kumur antiseptik memiliki pemulihan elastis lebih tinggi dibandingkan dengan material cetak alginat Hexalgin dengan akuades, kecuali obat kumur listerine.

Background: Alginate impressions that have been removed from the patient's oral cavity contain many microorganisms, so there is a risk of cross-infection. Therefore, a disinfection procedure is needed and there is a new technique, called self-disinfecting. Indonesian has produced its own alginate impression material, namely Hexalgin. There has been no research on the effect of using antiseptic mouthwash as a self-disinfecting agent on the properties of Hexalgin. Objective: Determine the setting time and elastic recovery of Hexalgin using antiseptic mouthwash as a self-disinfecting agent. Methods: There were 36 specimens made and divided into 6 different antiseptic mouthwash treatment groups. The setting time test and elastic recovery test were carried out according to ISO 21563 2013 standards. Statistical analysis of the data on the setting time test used the One Way Anova test and the Bonferroni Post-Hoc test, while the elastic recovery test used the Kruskal Wallis test and the Post-Hoc Mann-Whitney test. Results: There was a statistically significant difference (p<0.05) between the control group and the treatment groups to the setting time and the elastic recovery value. Conclusion: Alginate impression material with antiseptic mouthwash has a longer setting time compared to alginate impression material with distilled water. Hexalgin with antiseptic mouthwash has higher elastic recovery compared to Hexalgin with distilled water, except Listerine mouthwash."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Dyah Cahyarini
"Sawi hijau merupakan salah satu tanaman holtikultura yang banyak dikonsumsi di Indonesia dengan masa simpan yang singkat sehingga dibutuhkan adanya perlakuan khusus untuk menjaga kualitas sawi hijau bertahan lebih lama. Salah satu metode yang biasa digunakan adalah hydrocooling. Selain metode hydrocooling, ozon yang memiliki sifat sebagai disinfektan juga dapat diterapkan sebagai salah satu bahan untuk mengawetkan makanan dan berbagai produk pertanian. Pada penelitian ini, dilakukan penggabungan antara proses ozonasi dan hydrocooling untuk menjaga kualitas sawi hijau. Sebelum diberi perlakuan hydrocooling, sawi hijau diozonasi terlebih dahulu dengan variasi dosis dan durasi kontak gas ozon. Sawi hijau diozonasi dengan dosis 1 ppm, 3 ppm, dan 5 ppm; serta variasi durasi kontak selama 3 menit, 6 menit, dan 10 menit lalu diberi perlakuan hydrocooling selama 10 menit. Parameter yang dievaluasi adalah nilai Total Bakteri Mesofil Aerobik (TBMA), kandungan kalium, penurunan kadar air, dan uji organoleptik. Perlakuan ozonasi tambahan sebelum proses hydrocooling mampu membantu mengurangi jumlah bakteri TBMA menjadi 3,2 x 106 CFU/g (77% lebih rendah dibandingkan perlakuan hydrocooling saja dengan TBMA sebanyak 1,4 x 107 CFU/g) setelah 24 jam penyimpanan. Selain itu, kandungan kalium pada sawi hijau menjadi lebih stabil, warna, tekstur, serta bau pada sawi hijau pun menjadi lebih bertahan lama kesegarannya.

Green mustard is one of the horticultural plants that are widely consumed in Indonesia with a short shelf life so that special treatment is needed to maintain the quality of green mustard lasts longer. One method commonly used is hydrocooling. In addition to the hydrocooling method, ozone which has properties as a disinfectant can also be applied as an ingredient to preserve food and various agricultural products. In this study, a combination of ozonation and hydrocooling was carried out to maintain the quality of mustard greens. Before being given the hydrocooling treatment, the mustard greens were first ozonated with variations in the dose and duration of ozone gas contact. Green mustard was ozonated with doses of 1 ppm, 3 ppm, and 5 ppm; and variations in contact duration for 3 minutes, 6 minutes, and 10 minutes and then treated with hydrocooling for 10 minutes. Parameters evaluated were Total Aerobic Mesophyll Bacteria (TBMA), potassium content, decreased water content, and organoleptic tests. Additional ozonation treatment before the hydrocooling process was able to help reduce the number of TBMA bacteria to 3.2 x 106 CFU/g (77% lower than the hydrocooling treatment alone with TBMA as much as 1.4 x 107 CFU/g) after 24 hours of storage. In addition, the potassium content in mustard greens becomes more stable, the color, texture, and smell of mustard greens also last longer."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>