Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Denny Indra Rachmawan
Abstrak :
Berdasarkan penelitian terdahulu, keberhasilan narasi dapat diartikan sebagai pembuktian atas efektifitas penggunaan strategi retorika. Di antara teknik yang digunakan sebagai strategi dimaksud salah satunya ialah penggunaan komedi seperti sindiran maupun perbandingan. Seiring meluasnya konten bertema komedi politik di media sosial, dapat diasumsikan bahwa pemanfaatan teknik komedi kerap kali diimplementasikan dalam suatu narasi kritik.  Melalui observasi pada platform media sosial Instagram, Bintang Emon merupakan komedian tunggal yang berfokus pada pembuatan konten bermuatan kritik sosial. Penelitian ini berupaya menjelaskan bagaimana strategi retorika, serta motif yang mendasari narasi kritik sosial oleh komedian tunggal Bintang Emon. Penelitian ini menggunakan metode analisis retorika terhadap konten bertema kritik sosial pada laman Instagram @bintangemon kurun waktu Tahun 2022 sampai dengan Tahun 2023. Hasil penelitian menunjukkan bahwa narasi kritik Bintang Emon pada laman Instagram dilandasi motif untuk menyampaikan pandangan mengenai perilaku korupsi serta penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan oleh oknum pejabat publik. Melalui bingkai komedi, narasi Bintang Emon juga menampilkan pola pijakan karakter yang adaptif terhadap situasi dramatis yang dihadapi, dengan mengacu pada tema sentral mengenai kemampuan seseorang dengan posisi tertentu (pejabat) dalam menentukan pilihan dalam situasi tertentu. ......Based on previous research, narrative success can be interpreted as proof of the effectiveness of using rhetorical strategies. One of the techniques used as a strategy is the use of comedy such as satire or comparison. As political comedy-themed content spreads on social media, it can be assumed that the use of comedy techniques is often implemented in critical narratives. Through observations on the social media platform Instagram, Bintang Emon is a standup comedian who focuses on creating content containing social criticism. This research seeks to explain the rhetorical strategies and motives that underlie the narrative of social criticism by comedian Bintang Emon. This research uses a rhetorical analysis method for content with the theme of social criticism on the Instagram page @bintangemon for the period 2022 to 2023. The results of the research show that the narrative of Bintang Emon's criticism on the Instagram page is based on the motive of conveying views regarding corrupt behavior and abuse of power committed by public officials. Through a comic frame, Bintang Emon's narrative also displays character patterns that are adaptive to the dramatic situations faced, by referring to the central theme regarding the ability of a person in a certain position (an official) to make choices in certain situations.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Irsa Bastian
Abstrak :
Penelitian ini merupakan studi komunikasi politik, yang memfokuskan pada bahasa politik terkait dengan berbagai pemaknaan dan clash of argument tentang sebutan ?petugas partai? pada relasi Jokowi dengan para politikus. Secara faktual berbagai permasalahan sosial dapat muncul dari masalah pemaknaan. Percekcokan, perselisihan, kesalahpahaman merupakan masalah-masalah yang dapat timbul dari pemaknaan. Masalah penelitian ini adalah bagaimana kontestasi makna sebutan ?petugas partai? dalam drama politik pada periode Maret 2014 sampai April 2015 di Indonesia dan bagaimana aktor-aktor politik berkomunikasi (political talks) tentang sebutan ?petugas partai? dalam drama tersebut. Penelitian ini secara teoritik menggunakan pendekatan dramatisme Kenneth Burke yang melihat manusia sebagai the symbol using animal yang menggunakan bahasa sebagai simbol terpenting yang didorong oleh motif-motif kepentingan. Sumber data primer yang digunakan adalah media online detik pada periode Maret 2014 sampai April 2015 dengan mencermati pernyataan-pernyataan langsung dari berbagai aktor-aktor politik. Metode analisis yang digunakan adalah pentad analysis yang melihat hubungan analitik antara scene, act, agent, dan purpose. Hasil penelitian menunjukkan selama periode Maret 2014 sampai April 2015 terdapat empat keadaan objektif yang memperlihatkan panggung drama (scene) dimana sebutan ?petugas partai? saling bersaing. Pertama, pada saat Megawati Soekarnoputri selaku Ketua PDIP menulis surat madat pencapresan Joko Widodo. Kedua, Pelantikan Kabinet Kerja di Istana Negara. Ketiga, Pelantikan Jaksa Agung, dan Keempat, Penunjukan Komjen Budi Gunawan sebagai Kapolri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebutan ?petugas partai? berkembang menjadi kontroversi yang melibatkan berbagai aktor politik (agent) yang sangat luas, di dalam berbagai scene kejadian yang berbeda-beda. Kontestasi dapat dicermati dari pihak-pihak yang pro dan pihak-pihak yang kontra. Sebutan ?petugas partai? oleh Megawati bisa dimaknai bahwa Jokowi adalah seorang yang diberi tugas oleh partai. Sebagai seorang yang diberi tugas oleh partai, maka Jokowi dituntut untuk patuh dan setia (loyal) pada partai (purpose). Sedangkan bagi Prabowo, lawan politiknya, sebutan ?petugas partai? diberi makna baru menjadi ?pemimpin boneka? yang bisa dimaknai sebagai ?pemimpin yang hanya menjadi mainan orang?. Dengan demikian, sebutan ?petugas partai? tidak dapat dipisahkan dari perebutan pengaruh dan kendali terhadap Presiden Jokowi. Dalam jalinan-jalinan tersebut retorika mempunyai kegunaan dasar dalam memenangkan persaingan dan kompetisi.
This research is a study of political communication, which focuses on political language associated with a variety of meanings and clash of argument about the term ?party officials? in relation with Jokowi and politicians. Factually, various social problems that can arise from the meaning. This research problem is how contestation meaning of the term ?party officials? in the political drama in the period from March 2014 until April 2015 in Indonesia and how the political actors communicate (political talks) about the term ?party officials? in the drama. This study theoritically use Kenneth Burke Dramatism approach that sees humans as the symbol using animal who uses language as an important symbol that is driven by motives of interest. The primary data source used is the Detik Online media in the period from March 2014 in order to examine the statements from the various political actors. The anlytic scene, act, agent, and purpose. The result showed, during the period March 2014 to April 2015 there were four objective circumstances showing the stage play (scene) where the term ?party officials? competing against each other. First, at the time of Megawati Soekarnoputri as the Chairman of the PDIP writing credential presidential nomination Joko Widodo. Secondly, inaugural Working Cabinet at the State Palace. Third, Inaugural Attorney General, and the Fourth, appointment of the Commissioner General Budi Gunawan as police chief. The result showed that the term ?party officials? developed into a controversy involving a wide range of political actors (the agent), in various scenes of different events. Contestation can be observed from the parties pro and contra parties. The term ?party officials? by Megawati could be interpreted that Jokowi is a man who was given the task by the party. As someone who was given the task by the party, then Jokowi required to be obedient and faithful (loyal) to the party (purpose). Meanwhile Prabowo, Jokowi?s political opponents, gave the term ?party officials? new meaning to ?figurehead? that could be interpreted as a ?leader just be a toy person?. Thus, the term ?party officials? can not be separeted from the struggle for influence and control ot the President Jokowi. In this communication braid rhetoric has a basic utility in winning the competition.
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T44456
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Nabila
Abstrak :
XPenelitian ini bertujuan menjelaskan elemen dramatis dan pola dramatisme dalam penggunaan media sosial Mendikbudristek ketika melakukan sosialisasi POP sehingga menimbulkan berbagai kritikan. Penelitian ini menggunakan paradigma interpretif dan pendekatan kualitatif deskriptif-interpretatif untuk. Metode penelitian yang digunakan adalah analisis dramatisme pentad dimana dengan analisis ini peneliti dapat melihat lima cara untuk mengetahui dan melihat motif pernyataan Mendikbud Nadiem ketika sosialisasi POP dan strategi multimodal untuk melakukan analisis. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Nadiem cenderung menjadikan agency sebagai elemen kunci untuk melancarkan tujuannya dengan menayangkan video testimoni, menyebutkan harapannya pada perangkat-perangkat sekolah seperti Kepala Sekolah, Guru, mahasiswa dan lainnya, dan menggunakan identifikasi sebagai motif meluncurkan POP dengan menempatkan diri sebagai masyarakat yang merasakan belum ada perkembangan yang signifikan pada pendidikan Indonesia. Nadiem juga cenderung melakukan retorika klasik sehingga tidak bisa membentuk kesatuan sosial. Kemendikbud menonjolkan elemen scene, di mana media sosial juga digunakan tidak hanya sebagai alat atau agency tapi juga sebagai tempat yang aman untuk menyampaikan pendapat-pendapatnya. ......This study aims to explain the dramatic elements and dramatic patterns in the use of the Minister of Education and Culture's social media when conducting POP socialization, which has led to various criticisms. This study uses an interpretive paradigm and a qualitative descriptive-interpretative approach. The research method used is pentad dramatism analysis where with this analysis the researcher can see five ways to find out and see the motives of the Minister of Education and Culture Nadiem's algorithm when socializing POP and multimodal strategies for conducting analysis. The results of the study concluded that Nadiem tends to make the agency as the key element to carry out his goals by showing video testimonials, mentioning his hopes for school officials such as principals, teachers, students and others, and using identification as a motive for launching POP by placing himself as a community that feels there has been no significant development in Indonesian education. Nadiem also tends to use classical rhetoric so that he cannot form social unity. The Ministry of Education and Culture emphasizes scene elements, where social media is also used not only as a tool or agency but also as a safe place to express their opinions.
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Astried Permata Septi
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini mengkaji strategi pengemasan pesan yang dilakukan tim humas Presiden Joko Widodo dalam mengkomunikasikan kebijakan hukuman mati. Kebijakan hukuman mati selalu menuai pro dan kontra serta dianggap kontradiktif dengan citra humanis dan janji kampanye Joko Widodo saat pencalonan presiden 2014. Oleh karena itu, peneliti menganalisis tiga pidato Jokowi yang bermuatan wacana kebijakan hukuman mati untuk melihat strategi pengemasan pesan yang dilakukan tim humas Presiden Joko Widodo. Peneliti menggunakan analisa framing model Entman dengan paradigm konstruktivis dan pendekatan kualitatif. Dengan mempertimbangkan konsep komunikasi kebijakan publik, framing, dan teori dramatisme, peneliti menemukan bahwa tim humas Presiden Joko Widodo membingkai isi kebijakan hukuman mati mengenai efek deteren dan sifat utilitarian hukuman mati. Tim humas Presiden Joko Widodo juga membingkai situasional kebijakan hukuman mati sehingga kebijakan ini terlihat rasional. Strategi pengemasan ini dilakukan agar khalayak dapat memahami kebijakan hukuman mati dengan tepat. Kata Kunci : Framing, Kebijakan publik, Hukuman Mati, Pidato Presiden, Dramatisme
ABSTRACT
This study analyzes framing strategies by President Joko Widodo 39 s public relation team used in death penalty policy. The death penalty policy is constantly provoking pros and cons. Some people perceived this policy as contradictory to Jokowi 39 s humanist image and his promises about human rights during 2014 presidential election. Therefore, researcher analyzed three speeches of Jokowi which contained the discourse of death penalty policy to see the strategy of framing. Researcher used Entman model analysis with nonconstructive paradigm and qualitative approaches. Considering the concept of public policy communication, framing, and dramatism theory, researcher found that president Joko Widodo rsquo public relation team framed the content of death penalty policy on the deterrence effect and utilitarian nature of capital punishment. Public relation team of President Joko Widodo also framed the situational policies of the death penalty so that this policy looked rational. These strategies were done to gain public understanding of capital punishment policy. Keywords Framing, Public Policy, Death Penalty, Presidential Speech, Dramatisme
[;, ]: 2017
S68373
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vicky Anugerah Tri Hantari
Abstrak :
Tesis ini membahas tentang teori retorika baru yang masih jarang dibahas dalam ilmu komunikasi, Retorika baru sendiri berusaha untuk menambah teori retorika sebelumnya dengan menekankan pentingnya substansi, identifikasi, dan konsubstansialitas. Awal retorika baru muncul karena adanya kritik terhadap retorika lama yang digagas oleh Aristotles. Retorika lama memiliki premis bahwa kebenaran adalah absolut dan akan membuat argumen menjadi persuasif, terutama dengan menggunakan logika formal. Akan tetapi, para pengkritik melihat bahwa kebenaran sesungguhnya bisa dikonstruksi hingga tampak meyakinkan dan tidak mencerminkan keadaan sebenarnya. Pengkonstruksian ini didukung oleh kesadaran dari komunikan melihat khalayaknya. Selain dari aspek ethos, pathos, dan logos; komunikan juga diharapkan dapat melihat khalayaknya dari aspek substansi pidato yang ingin disampaikan, mengidentifikasi bagaimana khalayaknya, dan menerapkan aspek konsunstansialitas dengan melihat nilai-nilai yang dipercaya oleh para khalayak. Melalui ketiganya, komunikan dapat menyusun strategi dengan memilih kata-kata. Upaya penyusunan ini untuk menciptakan komunikasi simbol antara komunikan dengan khalayaknya dan di sinilah munculah proses dramatisasi atau dikenal dengan konsep dramatisme. Untuk memberikan gambaran dramatisme ini penulis menggunakan pidato-pidato Prabowo Subianto sebagai kandidat penantang dalam pemilihan presiden Pemilu 2019 dengan menganalisis bahasa yang digunakan serta membedah tujuan apa yang ingin dicapai oleh Prabowo Subianto dalam kampanye politiknya karena banyak hal yang terjadi selama waktu itu berlangsung dan bagaimana peristiwa-peristiwa ini dapat mempengaruhi elektabilitas Prabowo. ...... This thesis is about new rhetoric theory which is still extinct to be discussed in communication studies. The new rhetoric attempts to update the previous theory, the old rhetoric with emphasizing substance, identification, an consubstansiality. The recent theory emerges due to the critiques toward the old one. It highlight that the reality no longer relevant with the claim and facts or could be said that the truth could be constructed so that an argument can be persuasive, even though it doesn`t depict the rightness. The construction is supported by the awareness of the communicator in seeing the audiences. Not only being attentive to ethos, pathos, and logos aspects, the communicators could acknowledge the audiences from the substances they are conveying and identifying them, and applying consubstantiality with considering  the internal values that lie in each person with as well. From those three, the communicator is able to establish strategies by choosing the diction. The purpose is crafting symbolic communication among the communicator and its audiences thus the dramatization process would be created or can be called as dramatism. In this thesis, the author is using Prabowo Subianto`s speeches as a challenger candidate in Indonesia presidential election 2019 by analyzing the language and his purposes in his campaign, especially with taking the events that occurred into accounts which can affecting to his electability.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2019
T54094
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library