Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Amandita Parameswari
"Latar Belakang: Kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu hal yang perlu diperhatikan pada dengan keterbatasan pendengaran. Untuk meningkatkan kemandirian dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut, diperlukan sebuah metode edukasi kesehatan gigi yang efektif. Penelitian bertujuan untuk menguji metode edukasi penayangan video bahasa isyarat dan permainan kartu interaktif terhadap pengetahuan, sikap dan praktik kesehatan gigi dan mulut anak disabilitas rungu.
Metode: 40 anak disabilitas rungu pada sebuah sekolah khusus tunarungu dibagi secara acak ke dalam dua kelompok. Kelompok 1 mendapatkan intervensi edukasi penayangan video bahasa isyarat dan kelompok 2 mendapatkan intervensi edukasi permainan kartu interaktif. Pengetahuan, sikap dan praktik kesehatan gigi dan mulut anak disabilitas rungu dinilai dengan kuesioner, dan status kebersihan gigi dan mulut dinilai dengan indeks Oral Hygiene Index-Simplified (OHI-S) sebelum dan sesudah intervensi dilakukan.
Hasil: Terdapat hasil signifikan pada peningkatan sikap dan praktik pada kelompok penayangan video, dan hasil signifikan pada peningkatan pengetahuan, sikap, praktik dan penurunan skor OHI-S pada kelompok permainan kartu dalam interval 1 bulan.
Kesimpulan: Kedua jenis intervensi dapat digunakan sebagai metode edukasi pada anak disabilitas rungu. Edukasi interaktif lebih signifikan dalam meningkatkan pengetahuan, sikap, praktik kesehatan gigi dan mulut serta menurunkan skor OHI-S.

Background: Oral health is one thing that needs to be considered in children with hearing impairments. To increase independence in maintaining oral and dental health, an effective dental health education method is needed. The aim of the study was to test education with video and interactive games method on the increase of oral health knowledge, attitudes and practices of children with hearing disabilities.
Method: 40 children with hearing disabilities in a special school were randomly divided into two groups. Group 1 received a one-way educational intervention by showing video with sign language and group 2 received an interactive educational intervention by playing cards game. Oral health knowledge, attitudes practices of children with hearing disabilities were assessed by a Knowledge-Attitude-Practice questionnaire, and oral hygiene status was assessed by the Oral Hygiene Index-Simplified (OHI-S) index before and after the intervention was carried out.
Results: There were significant results in increasing attitudes and practices in the video group, and significant results in increasing knowledge, attitudes, practices and decreasing OHI-S scores in the interactive card game group after 1 month interval.
Conclusion: Both type of interventions can be used as educational methods for children with hearing disabilities. Interactive education is more significant in increasing knowledge, attitudes, dental and oral health practices and decreasing OHI-S scores.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ellena Vianne
"Latar Belakang: Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Indonesia pada tahun 2018, permasalahan kesehatan gigi dan mulut menunjukkan angka yang cukup tinggi dengan prevalensi karies gigi dan penyakit periodontal sebesar 88.8% dan 74,1%. Sayangnya, tidak semua individu dapat sepenuhnya menggunakan indera penglihatan mereka akibat keterbatasan fisik, dan tidak dapat sepenuhnya menjaga kesehatan diri. Tunanetra otomatis tergolong sebagai kelompok masyarakat berisiko tinggi karies gigi. Salah satu rencana strategis untuk menurunkan prevalensi serta beban penyakit karies gigi dan periodontitis adalah dengan melakukan upaya promosi kesehatan gigi dan mulut melalui peningkatan pengetahuan, sikap, praktik, serta persepsi diri kesehatan gigi dan mulut sejak umur dini. Program kesehatan gigi dan mulut harus dilakukan sedini mungkin dengan mengupayakan tingkat kemandirian seoptimal mungkin sesuai potensi yang dimiliki oleh disabilitas tunanetra. Berdasarkan tipologi pembelajaran Visual, Audio, and Kinesthetic (VAK), masyarakat tunanetra akan memiliki paling banyak kemampuan belajar melalui media non-visual, yaitu audio atau kinestetik, atau keduanya. Dengan tujuan dan prinsip di atas, perangkat SEMATA (Sarana Edukasi Mulut Media Audio Taktil) dikembangkan. SEMATA menyatukan model edukasi gigi dan mulut dengan sistem taktil meraba kondisi gigi, dengan penggunaan braille untuk bantuan fungsionalitas, serta komputer yang memungkinkan pengajaran interaktif berbasis audio dari memory chip. Tujuan: Mengevaluasi efektivitas perangkat SEMATA (Sarana Edukasi Mulut Media Audio Taktil) dalam meningkatkan pengetahuan dan persepsi diri anak tunanetra usia sekolah (6-18 tahun) di SLB-A Pembina Tingkat Nasional Jakarta sebelum dan sesudah penggunaan SEMATA. Metode penelitian: Perangkat SEMATA dan kuesioner evaluasi dikembangkan dan dievaluasi melalui pilot study. Penelitian dimulai dengan fase 1 untuk observasi kondisi klinis (DMFT & OHI-S) & oral health behaviour (WHO oral health questionnaire for children). Fase 2 dilakukan pre-test, intervensi dengan perangkat SEMATA, dan post-test untuk mengevaluasi pengetahuan dan persepsi murid terhadap kesehatan gigi dan mulut sebelum dan sesudah pembelajaran menggunakan SEMATA. Hasil: Dari segi sosiodemografi, mayoritas peserta penelitian adalah remaja (86,0%), dengan komposisi jenis kelamin hampir seimbang. Sebagian besar murid mengalami kehilangan penglihatan total (69,8%). Hasil pemeriksaan klinis menunjukkan prevalensi karies yang tinggi (81,4%), dengan nilai median DMFT sebesar 2,00. Indeks kebersihan mulut (OHI-S) juga menunjukkan tingkat kebersihan yang lebih rendah dibandingkan anak dengan visi normal, dengan nilai median 1,33. Tidak ditemukan hubungan signifikan antara kondisi kesehatan gigi dengan faktor sosiodemografi, namun ditemukan perbedaan signifikan dalam nilai OHI-S berdasarkan tingkat pendidikan ibu dan dalam nilai DMFT berdasarkan kepuasan terhadap tampilan gigi. Intervensi SEMATA terbukti meningkatkan pengetahuan dan persepsi tunanetra terhadap kesehatan gigi dan mulut, dengan peningkatan signifikan dalam skor post-test dibandingkan pre-test. Selain itu, terjadi peningkatan pemahaman terhadap aspek-aspek tertentu seperti frekuensi berkumur, fungsi fluorida, dan identifikasi berbagai kondisi gigi. Kesimpulan: Metode edukasi berbasis media audio taktil yang digunakan dalam SEMATA efektif dalam membantu murid tunanetra memahami kesehatan gigi mereka melalui pengingkatan pengetahuan dan persepsi diri mereka terhadap kesehatan gigi dan mulut.

Introduction: Based on the 2018 Indonesian Basic Health Research results, dental and oral health issues remain significantly high, with a prevalence of dental caries and periodontal disease at 88.8% and 74.1%, respectively. Unfortunately, not all individuals can fully utilize their sense of sight due to physical limitations, making it difficult for them to maintain proper self-care. Blind individuals are automatically categorized as a high-risk group for dental caries. One strategic plan to reduce the prevalence and burden of dental caries and periodontitis is through oral health promotion efforts, focusing on improving knowledge, attitudes, practices, and self-perception of oral health from an early age. Oral health programs should be implemented as early as possible, striving for an optimal level of independence based on the potential possessed by individuals with visual impairments. According to the Visual, Auditory, and Kinesthetic (VAK) learning typology, blind individuals primarily learn through non-visual media, such as audio, kinesthetic methods, or a combination of both. Based on these goals and principles, the SEMATA device (Audio Tactile Medium for Oral Health Education) was developed. SEMATA integrates oral health education with a tactile system that allows users to feel dental conditions, incorporating Braille for functional assistance and a computer-based interactive audio teaching system supported by a memory chip. Objectives: To evaluate the effectiveness SEMATA in improving the knowledge and self-perception of school-age blind children (6–18 years old) at SLB-A Pembina Tingkat Nasional Jakarta before and after using SEMATA. Methods: The SEMATA device and evaluation questionnaire were developed and assessed through a pilot study. The study began with Phase 1, which involved observing clinical conditions (DMFT & OHI-S) and oral health behavior using the WHO Oral Health Questionnaire for Children. In Phase 2, a pre-test was conducted, followed by an intervention using the SEMATA device, and a post-test to evaluate the students' knowledge and perception of oral health before and after the learning session with SEMATA. Result: In terms of sociodemographics, the majority of study participants were adolescents (86.0%), with an almost equal gender distribution. Most students had total vision loss (69.8%). Clinical examination results indicated a high prevalence of dental caries (81.4%), with a median DMFT score of 2.00. The oral hygiene index (OHI-S) also showed lower oral cleanliness levels compared to children with normal vision, with a median score of 1.33. No significant relationship was found between dental health conditions and sociodemographic factors. However, a significant difference was observed in OHI-S scores based on maternal education levels and in DMFT scores based on satisfaction with dental appearance. The SEMATA intervention was proven to enhance blind students' knowledge and perception of oral health, showing a significant increase in post-test scores compared to pre-test scores. Additionally, there was an improvement in understanding specific aspects such as mouth rinsing frequency, fluoride function, and the identification of various dental conditions. Conclusion: The audio-tactile-based educational method used in SEMATA is effective in helping blind students understand their oral health by improving their knowledge and self-perception of dental and oral health."
Depok: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annastasia Dinny S.
"Kecemasan gigi merupakan respon rasa cemas pasien terhadap hal yangberhubungan dengan bidang kedokteran gigi dikarenakan kurangnya edukasitentang kesehatan gigi mulut sehingga dapat menyebabkan masalah saatpemeriksaan gigi mulut. Tunanetra adalah istilah umum yang digunakan untukkondisi seseorang yang mengalami gangguan atau hambatan dalam inderapenglihatan sehingga mempengaruhi kemampuan mereka dalam memperolehedukasi tentang kesehatan gigi mulut, memiliki kecemasan yang tinggi dan statuskesehatan gigi mulut yang rendah.Tujuan: Memberikan edukasi kesehatan gigi mulut pada anak tunanetramenggunakan leaflet-dental-braille LDB dan audio-dental AD untukmengurangi kecemasan dental Disain penelitian: adalah studi eksperimental klinisVariabel yang dihubungkan adalah tingkat kecemasan dental setelah LDB padaanak tunanetra serta tingkat kecemasan dental setelah AD pada anak tunanetra.Kuisioner untuk mengukur tingkat kecemasan menggunakan Modified Dentalanxiety Scale MDAS yang diubah menjadi huruf brailleHasil:uji T test tidak berpasangan menunjukkan terdapat perbedaan bermaknatingkat kecemasan dental pada anak tunanetra setelah mendapat edukasi denganmetode AD p0.05 Disimpulkan bahwa menguji keefektifan alatLDB dan AD sebagai metode edukasi non tatap muka tentang kesehatan gigi mulutanak tunanetra dengan indikator tes kecemasan dental.

Dental anxiety is patient rsquo s anxious response to dentistry due to lack of educationabout dental health care therefore causing problems while doing dental check up.Visually impairment is a common term for individual who has disturbance orobstacle of sense of sight which influence the ability to obtain dental healtheducation, Aim this individual also having high anxiety and low dental healthstatus. Leaflet dental braille LDB and audio dental AD are tools to approachvisually impaired child to facilitate dental health education. Method clinicalexperimental study. The variables are dental anxiety level after LDB and AD invisually impaired child. Questionnaire that is used to measure dental anxiety isModified Dental Anxiety Scale MDAS in braille letter. Result Unpaired T teststatistical analysis showed significance difference of dental anxiety in visuallyimpaired children after receiving dental health education using MD method p0.05 . In conclusion, effectiveness test on LDB and AD toolsas a non face to face education method for visually impaired children in receivingdental health education with dental anxiety as indicator."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizka Safira Ramadani
"Latar belakang: Kegawatdaruratan gigi dan mulut merupakan kondisi pada gigi dan mulut yang dapat mengancam nyawa dan membutuhkan perawatan segera, meliputi perdarahan yang tidak terkontrol, nyeri akibat infeksi, selulitis atau abses yang disertai pembengkakan intraoral dan ekstraoral yang dapat membahayakan jalan napas, serta trauma dental. Anak dalam rentang usia 3-6 tahun cenderung aktif dan banyak bergerak sehingga rentan mengalami trauma. Adanya pandemi COVID-19 yang dapat ditransmisikan melalui droplet dan aerosol menyebabkan adanya risiko penularan COVID-19 di lingkungan praktik dokter gigi, sehingga perawatan yang dapat dilakukan terbatas hanya untuk kegawatdaruratan gigi dan mulut. Pengetahuan mengenai kondisi kegawatdaruratan gigi dan mulut anak diperlukan oleh orang tua agar dapat menentukan tindakan yang tepat untuk mengatasi kondisi tersebut, karena sebagai caregiver anak, orang tua sering kali menjadi yang pertama kali merespon terhadap kondisi kegawatdaruratan. Oleh karena itu, diperlukan komunikasi, informasi, dan edukasi kepada orang tua mengenai kegawatdaruratan gigi dan mulut anak.
Tujuan: Mengetahui perbedaan pengetahuan orang tua mengenai kegawatdaruratan gigi dan mulut anak pada masa pandemi COVID-19 sebelum dan setelah diberikan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) menggunakan media audiovisual secara daring.
Metode Penelitian: Dilakukan penelitian secara daring dengan desain studi eksperimental. Sebanyak 53 orang tua dari anak berusia 3-6 tahun yang bersekolah di TK dan RA pada kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan yang dipilih secara acak diminta untuk mengisi kuesioner sebelum dan setelah diberikan KIE menggunakan media audiovisual berupa video animasi melalui aplikasi video conference dengan durasi 2 menit.
Hasil: Analisis data menggunakan uji komparatif non-parametrik Wilcoxon menunjukkan bahwa terdapat peningkatan signifikan secara statistik (p < 0,05) pada tingkat pengetahuan orang tua setelah diberikan KIE menggunakan media audiovisual secara daring.
Kesimpulan: Terdapat peningkatan pengetahuan orang tua mengenai kegawatdaruratan gigi dan mulut anak pada masa pandemi COVID-19 setelah diberikan KIE menggunakan media audiovisual secara daring.

Background: Dental emergencies are potentially life-threatening oral conditions that demand immediate treatment, including uncontrolled bleeding, severe pain, cellulitis or any bacterial infection in soft tissue causing intraoral or extraoral swelling, and dental trauma. Dental trauma is more frequent among children because they tend to be more active, which makes them more vulnerable to dental injuries. COVID-19 pandemic, which is primarily transmitted through droplets and aerosols, causes dental practice to provide emergency-only dental services. The knowledge of dental emergencies are needed by parents in order to determine the appropriate action to treat these conditions, because as caregivers, parents are often the first to respond to children’s dental emergency conditions. Therefore, dental health education to parents regarding dental emergencies in children are needed.
Objectives: The purpose of this study was to analyze the difference of parental knowledge before and after education using online audio-visual media regarding dental emergency in children during COVID-19 pandemic.
Methods: The design of this study is an experimental study. A total of 53 parents of children aged 3 to 6 years old from randomly selected kindergartens at Setiabudi, South Jakarta were asked to fill out the questionnaire before and after online education using audio-visual media of a 2-minute duration via a video conference platform.
Results: Data analysis using the Wilcoxon comparative test showed that there was a statistically significant increase (p < 0.05) in knowledge of parents after watching the audio-visual media.
Conclusion: Online education using audio-visual media can improve the knowledge of parents on dental emergency in children during COVID-19 pandemic.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library