Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Irene Yolanda Barlian
"Penelitian mengenai emosi malu dan emosi bersalah masih sangat terbatas jumlahnya, terutama di Indonesia. Indonesia dikenal sebagai negara dengan budaya kolektivis yang menekankan pada emosi malu, sementara akibat pengaruh globalisasi, budaya individualis mulai masuk ke masyarakat dan membuat budaya malu semakin pudar. Dalam penelitian ini akan dilihat mengenai perbedaan emosi malu dan emosi bersalah pada generasi tua dan generasi muda di Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif pada 63 responden generasi tua dan 61 responden generasi muda melalui teknik non-probability sampling dengan alat ukur TOSCA-3 untuk mengukur emosi malu dan emosi bersalah saat menghadapi situasi tertentu. Dari penelitian ini, ditemukan perbedaan yang signifikan pada emosi malu dan emosi bersalah antara generasi tua dan muda, dan ditemukan juga perbedaan yang signifikan antara emosi malu dan emosi bersalah pada masing-masing generasi.

Study about shame and guilt has not been conducted many times, especially in Indonesia. Indonesia is known with its collectivist culture which emphasizes shame among its people. Because of globalization, people started to show individualism, makes the shame culture decreased. This study wanted to find out the difference of shame and guilt in old and young generation, using quantitative approach on 63 old generation respondents and 61 young generation respondents using non-probability sampling technique. TOSCA-3 was used to measure shame and guilt in certain situation. Based on the results, this study found that there was a significant difference in shame and guilt between old and young generation, and there was also a significant difference between shame and guilt in each generation."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S46931
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bernadia Dwiyani
"Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi sumbangan metakognisi moral, emosi malu, dan emosi bersalah dalam ketidakjujuran akademis pada mahasiswa Universitas Indonesia. Pengukuran penelitian menggunakan Academic Integrity Survey, dan Moral Metacognition Scale, dan (TOSCA-3). Penelitian dilakukan pada 959 mahasiswa program sarjana dan vokasi Universitas Indonesia yang berusia 18-25 tahun.
Hasil pengolahan data menggunakan metode multiple regression menghasilkan, sumbangan ketiga variabel (metakognisi moral, emosi malu, dan emosi bersalah) signifikan R² sebesar 0,045 dalam memprediksi tingkah laku ketidakjujuran akademis. Hasil nilai beta (ß) menununjukkan besar kekuatan masing-masing prediktor yakni pada metakognisi moral (ß = -0,076), emosi malu (ß = -0,005), dan emosi bersalah (ß = -0,171) dalam memprediksi ketidakjujuran akademis.

his research aims to predict contribution of moral metacognition, shame, and guilt emotion to predict academic dishonesty among college students. The research measurement using Academic Integrity Survey, Moral Metacognition Scale, and TOSCA-3. The study was conducted on 959 undergraduates and vocational program from University of Indonesia aged 18 to 25.
Result from multiple regression analysis show contribution from three variables (moral metacognition, shame, and guilt emotion) significance R² = 0,045 to predict academic dishonesty. The beta coefficient (ß) shows the magnitude of each predictors, moral metacognition (ß = -0,076), shame emotion (ß = -0,005), guilt emotion (ß = -0,171) in predicting academic dishonesty.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S65265
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Azza Maulydia
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat perbedaan pemilihan strategi coping pada generasi tua dan generasi muda yang mengalami emosi malu dan emosi bersalah. Dalam mengukur coping, digunakan alat ukur The Brief COPE oleh Carver (1997). Jumlah sampel penelitian berjumlah 126 orang dengan rincian 63 generasi tua dan 63 generasi muda. Hasil penelitian menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan pengalaman dalam memilih strategi coping yang signifikan antara generasi tua dan generasi muda yang mengalami emosi malu dan emosi bersalah. Adapun berdasarkan analisis rata-rata jenis coping, generasi tua dan generasi muda yang mengalami emosi malu maupun bersalah, tidak ada perbedaan yang signifikan antara penggunaan problem-focused coping dibandingkan emotion-focused coping. Pada coping emosi malu, terdapat perbedaan yang signifikan pada subskala self-distraction. Pada coping emosi bersalah, terdapat perbedaan yang signifikan pada subskala seeking of instrumental support, self-distraction, humor dan religion.

This research was conducted to see the difference of experience in choosing coping strategies toward shame and guilt between old generation and young generation who experiencing shame and guilt. Coping strategies were measured using The Brief COPE by Carver (1997). Total subject in this research are 126 sample, 63 old generation and 63 young generation. Result obtained indicated that there is no significant difference on experience in choosing coping strategies between old generation and young generation who experiencing shame and guilt. Based on tipe of coping, result obtained that there is no significant difference in problem-focused coping and emotion-focused coping between old generation and young generation who experience shame and guilt. Based on coping subscales toward shame, result obtained that there is significant difference in self-distraction subscale. Based on coping subscales toward guilt, result obtained that there is significant difference in seeking of instrumental support, self-distraction, humor and religion subscales."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S47142
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vidya Syaka Diara
"Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang menganut budaya kolektivis. Pada masyarakat bersifat kolektif, budaya malu lebih dikembangkan. Seiring dengan terjadinya globalisasi, terlihat pudarnya budaya malu pada perilaku yang ditampilkan oleh masyarakat, dan juga munculnya budaya baru yang diserap dari budaya barat, yaitu budaya bersalah. Peneliti ingin melihat apakah terdapat perbedaan pada emosi malu dan emosi bersalah yang ditinjau dari situasi pemicunya, pada generasi tua, yang pada masa mudanya belum banyak terpapar oleh budaya barat, dengan generasi muda sekarang.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif pada 63 responden generasi tua dan 61 responden genrasi muda melalui teknik non-probability sampling. Alat ukur yang digunakan diadaptasi dari TOSCA-3 untuk mengukur emosi malu dan emosi bersalah ketika menghadapi situasi tertentu.
Dari penelitian ini ditemukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada emosi malu dan emosi bersalah antara generasi tua dan generasi muda ditinjau dari situasi yang berkaitan dengan diri, keluarga dan pekerjaan, namun perbedaan pada emosi malu antara generasi tua dan generasi muda ditinjau dari situasi yang berkaitan dengan pekerjaan tidak signifikan.

The Indonesian society is a society that embraces collective culture. Shame culture is more developed in collective culture. With the occurrence of globalization, a fading of shame culture in behavior of the society can be seen as well as the emergence of a new culture adapted from the west, known as guilt culture. The aim of this study is to see if there is a significant difference of shame and guilt between the old generation, who have not been exposed too much by western culture, and the young generation based on eliciting situations.
This study uses quantitative method and involves 63 respondents from the old generation and 61 respondents from the young generation. The respondents were chosen using the non-probability sampling technique. The scale used to measure shame and guilt when facing certain situations was adapted from TOSCA-3.
The results of this study show that there is a significant difference of shame and guilt between the old and young generations based on situations related to the self, family and friendship but there is not a significant difference of shame between the old and young generations based on situations related to work.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
S47035
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lucia Retno Mursitolaksmi
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2013
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Rahel
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara tekanan teman sebaya dengan emosi malu dan emosi bersalah pada remaja. Tekanan teman sebaya diukur dengan menggunakan Skala Tekanan Teman Sebaya yang merupakan adaptasi dari Peer Pressure Inventory yang dikembangkan oleh Clasen dan Brown (1985). Emosi malu dan emosi bersalah diukur dengan menggunakan Test of Self-Conscious Affect 3 yang dikembangkan oleh Tangney, Dearing, Wagner, dan Gramzow pada tahun 2000. Terdapat sebanyak 433 remaja di Jakarta yang menjadi partisipan dalam penelitian.
Hasil penelitian ini adalah terdapat hubungan yang positif antara dimensi perilaku school involvement dan emosi malu, school involvement dan emosi bersalah, family involvement dan emosi malu, serta family involvement dan emosi bersalah. Terdapat pula hubungan yang negatif antara dimensi perilaku peer involvement dan emosi malu, peer involvement dan emosi bersalah, misconduct dan emosi malu, serta misconduct dan emosi bersalah.

This research was conducted to see the correlation between peer pressure with shame and guilt in adolescent. Peer pressure were measured using Peer Pressure Scale that adapted from Peer Pressure Inventory by Clasen and Brown (1985). Shame and guilt were measured using Test of Self-Conscious Affect 3 by Tangney, Dearing, Wagner, and Gramzow in 2000. There was 433 adolescent in Jakarta participated in this study.
The result is there is a positive correlation between peer pressure in school involvement and shame, school involvement and guilt, family involvement and shame, and family involvement and guilt. There is also a negative correlation between peer pressure in peer involvement and shame, peer involvement and guilt, misconduct and shame, and misconduct and guilt.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56936
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adhissa Qonita
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk melihat perbedaan emosi malu dan emosi bersalah pada remaja yang bersekolah di SMA umum dan SMA swasta berdasarkan agama Islam, Katolik dan Kristen. Dalam mengukur emosi malu dan emosi bersalah, digunakan alat ukur Test of Self Conscious Affect- 3 yang dikembangkan oleh Tagney, Dearing, Wagner, dan Gramzow (2000) dan direvisi kembali untuk disesuaikan dengan konteks remaja. Jumlah partisipan dalam penelitian ini berjumlah 217 remaja dengan rincian 59 remaja bersekolah di SMA umum, 50 remaja bersekolah di SMA swasta berdasarkan agama Islam, 52 remaja bersekolah di SMA swasta berdasarkan agama Katolik, dan 56 remaja bersekolah di SMA berdasarkan agama Kristen. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat perbedaan emosi malu dan emosi bersalah pada remaja yang bersekolah di SMA umum dan SMA swasta berdasarkan agama (Islam, Katolik dan Kristen). Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis didapatkan pula bahwa terdapat perbedaan antara emosi malu dan emosi bersalah pada remaja baik yang bersekolah di SMA umum ataupun SMA swasta berdasarkan agama Islam, Katolik dan Kristen. Pada Hasil penelitian ditemukan bahwa remaja lebih cenderung merasakan emosi bersalah di bandingkan dengan emosi malu saat gagal untuk memenuhi standar sosial.

ABSTRACT
This research was conducted to see the differences between shame and guilt in adolescents who enrolled in state high school and private high school based on Islam, Catholic and Christian. The Test of Self Conscious Affect ? 3, developed by Tagney, Dearing, Wagner, and Gramzow (2000), was used to measure the shame and the guilt before it revised to adjust to the adolescent context. The number of participants in this study were 217 adolescents with details of 59 public high school?s adolescents, 50 adolescents attended a Islam private high school, 52 adolescents attended a Catholic private high school, and 56 adolescents in Christian private high school. The results showed that there are differences in the shame and guilt in adolescents who enrolled state high school and private high school based on religion (Islam, Catholic and Christian). Based on the results of data analysis, it can be concluded that there is a difference between the shame and guilt in high school adolescents either state or private high school based on Islam, Catholic and Christian. It is also found that adolescents are more likely to feel guilt rather than shame when failing to meet social standards.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S53553
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Tarisa
"Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan nilai motivasional dengan emosi malu dan emosi bersalah pada remaja. Pengukuran emosi malu dan emosi bersalah menggunakan alat ukur Test of Self Conscious Affect 3 (TOSCA-3) yang dikembangkan oleh Tangney, Dearing, Wagner, dan Gramzow (2000), dan telah diadaptasi kembali dan disesuaikan dengan konteks remaja oleh Tambusai (2013), dan Qonita (2013). Sementara itu, nilai motivasional diukur dengan menggunakan alat ukur The Potrait Values Questionaire (PVQ) yang dikembangkan oleh Schwartz (2003), dan telah diadaptasi oleh Halim (2008). Alat ukur PVQ tersebut dimodifikasi kembali dan disesuaikan dengan konteks remaja. Jumlah partisipan dalam penelitian ini sebanyak 506 remaja berusia 15-19 tahun, yang berasal dari lima wilayah administrasi DKI Jakarta.
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara openness to change, dan conservation dengan emosi malu, serta self-transcendence, dan conservation dengan emosi bersalah. Openness to change dapat memprediksi varians emosi malu dengan lebih baik dibandingkan conservation, dan conservation dapat memprediksi varians emosi bersalah dengan lebih baik dibandingkan self-transcendence. Pada penelitian ini juga ditemukan bahwa remaja memiliki skor emosi bersalah yang lebih tinggi dibandingkan dengan skor emosi malu.

This research was conducted to see the correlation between motivational values and shame emotion and guilt emotion in adolescents. The Test of Self Conscious Affect 3 (TOSCA-3), developed by Tangney, Dearing, Wagner, and Gramzow (2000), and revised by Tambusai (2013), and Qonita (2013) to adjust to the adolescents context was used to measure shame emotion and guilt emotion. Meanwhile, The Potrait Values Questionaire (PVQ), developed by Schwartz (2003), and modified by Halim (2008), was used to measure the motivational values. Before being used, the PVQ has been revised to adjust to the adolescents context. The number of participants in this study were 506 adolescents, age 15-19, accross DKI Jakarta.
Based on the research, it can be concluded that there are correlations between openness to change and conservation with shame emotion, and also there are correlations between self-transcendence and conservation with guilt emotion. Openness to change is a better predictor of shame emotion, while conservation is a better predictor of guilt emotion. It is also found that adolescents have higher score of guilt emotion than shame emotion.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56812
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cendy Yudha Merdeka
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan kualitas kelekatan remaja dengan Ibu dan Ayah terhadap emosi malu dan emosi bersalah. Responden penelitian ini adalah 439 remaja yang berusia 15?19 tahun. Kualitas kelekatan remaja dengan orang tua diukur dengan IPPA (Parent Version) yang dikembangkan oleh Armden dan Greenberg (1987). Emosi malu dan emosi bersalah diukur dengan TOSCA-3 yang dikembangkan oleh Tangney dan Dearing (2002).
Pada penelitian ini, ditemukan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas kelekatan remaja dengan orang tua (Ibu dan Ayah) dan emosi malu. Di sisi lain, terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas kelekatan remaja dengan orang tua (Ibu dan Ayah) dan emosi bersalah.

This study aimed to test the relationship of adolescent attachment quality with Mother and Father toward shame emotion and guilt emotion. Respondents of this study are 439 adolescents aged 15-19 years. The quality of adolescent attachment to Mother and Father is measured with IPPA (Parent Version) developed by Armden and Greenberg (1987). Shame and guilt is measured with TOSCA-3 developed by Tangney and Dearing (2002).
In this study, it was found that there is no significant relationship between adolescent attachment quality to parents (Mother and Father) and shame, but there is significant relationship between adolescent attachment quality to parents (Mother and Father) and guilt.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S55402
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library