Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rubiana Soeboer
Abstrak :
ABSTRAK
Studi ini adalah tentang keadilan distributif antara ingroup-outgroup dalam konteks mayoritas-minoritas. Dalam bidang studi psikologi, keadilan distributive secara empiric lebih banyak diukur melalui cara-cara subjek mendistribusikan alokasi imbalan. Berbagai studi mengenai hubungan antarkelompok menunjukkan bahwa dalam menerapkan prisnsip keadilan senantiasa terdapat kecenderungan individu untuk lebih berpihak kepada ingroup atau kepentingan kedua belah pihak dipengaruhi oleh tingkat kekuasaan, antisipasi hubungan di masa yang akan datang, input, dimensi individualism-kolektivisme, status sebagai mayoritas atau minoritas, serta jenis kelamin, Variabel-variabel tersebut menjadi variable bebas dalam studi ini, sedangkan perilaku distributive subjek terhadap ingroup menjadi variable terikat.

Dalam masyarakat multicultural seperti Indonesia, keberadaan mayoritas-minoritas merupakan fenomena yang tak terelakkan. Potensi konflik yang menonjol dalam hubungan antarkelompok di Indonesia adalah konflik antara mayoritas penduduk asli dengan minoritas Cina. Sementara isyu sentral dalam masyarakat yang plural seperti Indonesia adalah bagaimana menciptakan suatu konteks sosiopoltis, di mana setiap individu dapat mengembangkan identitas yang sehat dan sikap antarkelompok menjadikan studi ini relevan untuk diteliti.

Subjek studi adalah mahasiswa Jawa dan Cina Universitas Indonesia dan Universitas Atma Jaya.

Dengan menggunakan teknik statistic LISREL, dalam studi ini diajukan dua kelompok hipotesis, yang pertama adalah hubungan antara variable-variabel bebas dan variable terikat, yang kedua adalah interaksi antara variable-variabel bebas dalam hubungannya dengan variable terikat. Varaiabel-variabel yang diduga memberikan pengaruh yang bermakna pada perilaku distributive subjek didukung oleh hasil uji hipotesis yang signifikan, kecuali variabel individualism-kolektivisme.

Hasil studi menyimpulkan bahwa penerapan prinsip keadilan dalam hubungan antarkelompok cenderung memunculkan favoritisme ingroup. Namun demikian, peningkatan atau penurunan kecenderungan ini didukung oleh sejumlah variable baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama. Peningkatan keberpihakan kepada ingroup didukung oleh tingkat kekuasaan subjek yang lebih tinggi dari tingkat kekuasaan outgrop, status sebagai mayoritas, pria, input yang lebih besar, dan tiadanya antisipasi hubungan. Secara bersama-sama perilaku distributive yang lebih cenderung menguntungkan ingroup muncul pada interaksi antara ; tingkat kekuasaan dan input; tingkat kekuasaan dan status sebagai mayoritas; input dan status sebagai mayoritas; tingkat kekuaasaan dan jenis dan jenis kelamin; input dan jenis kelamin; status sebagai mayoritas dan jenis kelamin. Secara unik, interaksi antara tingkat kekuasaanm status sebagai minoritasm dan jenis kelamin memunculkan perilaku distributive yang paling diskriminatif pada pria Cinam dibandingkan dengan pria dan wanita Jawa, serta wanita Cina pada posisi yang sama. Sebaliknya peneurunan keberpihakan kepada ingroup dipengaruhi oleh: tingkat kekuasaan yang setara, status sebagai minoritas, wanita, input yang setara, dan adanya antisipasi hubungan.

Sintesa kesimpulan menghasilkan enam thesis mengenai keadilan distributive dalam konteks mayoritas-minoritas.

Tidak bermaknanya variable individualism-kolektivisme vertical-horizontal dibahas dalam diskusi. Merujuk kepada sejumlah variable yang terbukti dapat meningkkan atau menurunkan favoritisme ingroup, diajukan beberapa saran teoritik mupun normatif.
2003
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yurizal Firdaus
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2001
S3007
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siswo Pujiantoro
Abstrak :
Hikayat Hang Tuah merupakan satu dari sekian banyak naskah kuno Melayu yang keberadaanya cukup popular dan telah menginspirasi banyak orang, khususnya masyarakat Melayu, hingga kini. Sebagai karya sastra, Hikayat Hang Tuah memiliki berbagai aspek terkait penggambaran pemikiran, masyarakat, dan adat-istiadat Melayu. Tulisan ini akan menganalisis etnosentrisme kemelayuan yang tergambar dalam narasi melalui hubungan antartokohnya. Analisis dilakukan terhadap naskah Ml.207 koleksi PNRI yang telah diterbitkan dalam aksara Latin oleh Kementerian Pendidikan Nasional. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Data penelitian diperoleh dengan membaca naskah Hikayat Hang Tuah secara berulang-ulang kemudian mencatat bagian-bagian yang  mendukung analisis utama penulis. Teori yang penulis gunakan yaitu teori Coleman dan Cressey (1984) yang mengatakan bahwa orang yang berasal dari suatu kelompok etnis cenderung melihat budaya mereka sebagai yang terbaik. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa unsur etnosentrisme kemelayuan tergambar melalui narasi antartokoh, khususnya antara tokoh Hang Tuah dan tokoh Gajah Mada. Hal itu dibuktikan melalui penggambaran tokoh Hang Tuah yang berasal dari Melayu mampu memperdayai tokoh Gajah Mada, tokoh dari etnis lain  dengan strategi dan keahliannya. ......Hikayat Hang Tuah is one of the many ancient Malay texts whose existence is quite popular and has inspired many people, especially the Malay community, until now. As a literary work, Hikayat Hang Tuah has various aspects related to the depiction of Malay thought, society, and customs. This paper will analyze Malay ethnocentrism which is reflected in the narrative through the relationship between the characters. The analysis was carried out on the manuscript Ml.207 of the PNRI collection which had been published in Latin script by the Ministry of National Education. This study uses a type of qualitative research. The research data was obtained by reading the Hikayat Hang Tuah text repeatedly and then recording the parts that support the author's main analysis. The theory that the writer uses is the theory of Coleman and Cressey (1984) which says that people who come from an ethnic group tend to see their culture as the best. The results of this study found that elements of Malay ethnocentrism were depicted through narratives between characters, especially between Hang Tuah and Gajah Mada figures. This is proven by the depiction of the character Hang Tuah who comes from Malay who is able to deceive the Gajah Mada character, a character from another ethnicity with his strategy and expertise.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rhadinal Fahmi
Abstrak :
ABSTRAK
Tesis ini bertujuan untuk membahas pengaruh brand name, product involvement, dan consumer ethnocentrism terhadap purchase intention. Penelitian ini menggunakan penelitian eksperimen dengan factorial design 2 (brand name: local vs foreign name) x2 (product involvement: low vs high involvement) x2 (consumer ethnocentrism: low vs high ethnocentrism). Hasil penelitian menunjukan bahwa foreign name memiliki purchase intention yang lebih tinggi dibandingkan dengan local name. Hasil yang sama terjadi ketika foreign name dikombinasikan dengan low-involvement product, sedangkan pada high-involvement product, tidak terdapat perbedaan purchase intention antara penggunaan foreign name dan local name. Ketika foreign name dikombinasikan dengan low ethnocentrism pengaruh foreign name terhadap purchase intention lebih tinggi dibandingkan dengan local name, sedangkan pada konsumen dengan high ethnocentrism, pengaruh local name terhadap purchase intention tidak memiliki perbedaan dengan foreign name. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa pada kondisi low involvement dan low ethnocentrism, foreign name memiliki purchase intention yang lebih tinggi dibandingkan dengan local name, sedangkan pada kondisi high involvement dan high ethnocentrism, local name memiliki purchase intention yang lebih tinggi dibandingkan dengan foreign name. Hasil penelitian bermanfaat bagi perusahaan dalam mendesain nama merek yang tepat sesuai dengan tingkat involvement dari produk yang dipasarkan dan juga tingkat ethnocentrisme konsumen.
ABSTRACT
This thesis discussed the effect of brand name, product involvement, and consumer ethnocentrism towards purchase intention. This study used experimental approach with factorial design 2 (brand name: local vs foreign name) x2 (product involvement: low vs high involvement) x2 (consumer ethnocentrism: low vs high ethnocentrism. The results showed that in general, foreign names have higher purchase intention and gave. The same outcome occurred when foreign name were combined with low-involvement products, whereas in high-involvement products, there were no interaction effect between foreign and local name. When foreign name were combined with low ethnocentrism, the effect of foreign name will be higher than local name, while for ethnocentric consumer, the effect of local name toward purchase intention was not significantly different compared with foreign name. This study also showed that in the condition of low involvement and low ethnocentrism, foreign name have higher purchase intention compared to local name. While, in high involvement and high ethnocentrism condition, local name have higher purchase intention compared to foreign name. This study gave managerial implication which beneficial for companies in designing appropriate brand name according to the level of involvement of the product they offer to consumer and level of consumer ethnocentrism.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2020
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tanti Budi Suryani
Abstrak :
ABSTRAK
Sejak 1989, konflik antar etnik menjadi akar kekerasan yang menggantikan perang antara negara bangsa di dunia. Konflik etnik menjadi unik karena penanganannya menjadi resisten terhadap upaya resolusi yang sifatnya rasional karena seringkah memperebutkan tujuan-tujuan yang tidak terukur salah satunya adalah etnosentrisme. Kelompok - kelompok etnik dapat bertikai yang disebabkan oleh etnosentrisme, dapat dijelaskan melalui proses transmisi kebudayaan setiap kelompok etnik dalam enkulturasi. Pada masa enkulturasi individu mempelajari apa yang menjadi standar alamiah kelompoknya dalam melakukan perbandingan antarkelompok. Sumner (1906) menyebutnya sebagai etnosentrisme, untuk menggambarkan situasi penerimaan dari siapa yang secara kultural seperti dirinya dan penolakan terhadap siapapun yang berbeda. Melalui sosialisasi, individu menggunakan sentimen primordial untuk mendefinisikan batas-batas kultural yang dimiliki oleh kelompoknya berbeda dari kelompok yang lain. Etnosentrisme ini kemudian dijelaskan dengan menggunakan teori identitas sosial dari Tajfel (1970) Dari catatan rangkaian konflik antar etnis di Indonesia, konflik di KalBar cukup memprihatinkan. Pertama, karena hingga bulan Januari 2000, terdapat 68.934 orang pengungsi etnis Madura. Dan sampai kini proses penanganan baik korban konflik antarsuku yang mengungsi maupun rekonsiliasi antar etnis yang bertikai belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Kedua, dari sejarah konflik di KalBar dapat diasumsikan bahwa konflik yang teijadi sudah sangat mengakar dan laten sifatnya. Yang sulit untuk dipercaya kemudian adalah bahwa dalam 11 kali konflik sebelumnya antara suku Madura dan suku Dayak, suku Melayu berada di pihak yang netral. Hubungan yang semula dinilai sangat mesra berdasarkan penelitian Sudagung (1984) ternyata terdapat beberapa fakta yang menunjukkan akan adanya perbedaan budaya yang mendasari konflik diantara orang Melayu dengan orang Madura. Dimana identitas agama Islam yang semula mempersatukan mereka, ternyata pada awal kasus Parit setia runtuh dan etnis Melayu merasa dianggap kafir dan dihina. Perbedaan budaya lainnya yang tidak dapat diterima oleh suku Melayu adalah: kebiasaan membawa senjata tajam di tempat-tempat umum dan sangat mudah untuk menggunakannya dalam pemecahan masalah, pendirian tempat ibadah yang secara eksklusif, serta pelaksanaan pernikahan yang eksklusif (Alqadrie 1999). Dari penjelasan dan fakta-fakta yang dikemukakan di atas dapat diketahui bahwa faktor yang membuat terjadinya konflik terbuka dapat disebabkan oleh sejarah permusuhan sebelumnya, stereotip yang terbangun tentang suku Madura dalam periode saat hidup berdampingan, serta dominasi suku Madura sebagai kelompok pendatang terhadap suku Melayu yang menjadi penduduk asli. Disamping itu dalam konflik antar etnis Melayu dan etnis Madura terdapat perbedaan budaya yang mendasarinya. Hal ini menimbulkan perkembangan superioritas kelompok dan inferioritas kelompok lain yang dikenal dengan istilah etnosentrisme. Etnosentrime kedua suku tersebut sangat mungkin terjadi melalui proses identifikasi sosial pada masa enkulturasi dan sosialisasi dari masingmasing kelompok etnis. Maka menjadi hal yang menarik untuk diteliti sejauh mana etnosentrisme etnis Melayu Sambas terhadap etnis Madura di Sambas dengan menggunakan kerangka sudut pandang teori Identifikasi Sosial yang diawali studi mengenai perilaku antar kelompok oleh Henri Tajfel (1970). Pengambilan data secara kuantitatif dan kualitatif. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah accideAtal sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Hasil yang diperoleh dalam pengolahan data secara kuantitatif berupa skor mean skala alat ukur etnosentrisme dan dimensi-dimensinya. Disain kualitatif yang dipilih pada penelitian ini berupa studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan derajat etnosentrisme yang cukup tinggi dari orang melayu Sambas terhadap orang Madura di KalBar. Gambaran etnosentrisme orang Melayu Sambas memilliki kecenderungan untuk menilai segala sesuatu berdasarkan acuan nilai yang dimiliki kelompok daripada kecenderungan untuk menganggap kelompoknya lebih unggul dibandingkan kelompok lain. Gambaran etnosentrisme orang Melayu Sambas di KalBar pada dimensi orientasi pada kelompok diwujudkan dalam penekanan pada pembentukan identitas sosial yang positif terhadap kelompok sendiri. Penanaman nilai dalam mendidik anak mengenai cara-cara kekerasan yang digunakan dalam interaksi dengan etnis Madura memiliki derajat yang paling kecil. Gambaran etnosentrisme orang Melayu Sambas di KalBar pada dimensi superioritas kelompok diwujudkan dalam bentuk penggunaan perbandingan sosial antar kelompok sebagai dasar untuk mengevaluasi identitas sosial, dimana untuk memperoleh identitas sosial yang positif, perbandingan difokuskan pada pembentukan aspek positif terhadap kelompok sendiri. Sementara perwujudan dimensi superioritas kelompok dalam bentuk merendahkan budaya dan kelompok lain memiliki derajat yang kecil. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel demografi dengan dimensi etnosentrisme yang dimiliki subyek penelitian. Saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah jumlah subyek yang terlibat dalam penelitian lanjutan pelu ditambah untuk memberikan gambaran yang lebih akurat mengenai derajat etnosentrisme subyek. Selain itu mengingat item-item pernyataan unfavorable yang sangat sedikit pada alat penelitian ini yang digunakan untuk menghindari respon negatif subyek, maka pada penelitian lanjutan perlu digunakan metode open-ended question yang bertujuan menggali informasi tentang sikap, pandangan dan perasaan subyek terhadap kelompok tertentu tanpa membuat subyek merasa dipojokkan.
2002
S3126
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eri Kurniawan
Abstrak :
Tujuan dari penelitian ini terbagi menjadi tiga: (a) memperjelas faktor yang memediasi pengaruh consumer animosity terhadap minat beli konsumen atas produk impor; (b) memperjelas faktor yang memediasi pengaruh allocentrism terhadap minat beli konsumen atas produk impor; dan (c) mengetahui apakah perbandingan kualitas produk antara produk lokal dan produk impor memoderasi hubungan antara consumer animosity dan minat beli konsumen dan hubungan antara etnosentrisme konsumen terhadap minat beli konsumen. Responden dalam penelitian ini berjumlah 209 responden yang pernah membeli produk asal Malaysia dalam kurun waktu tiga bulan terakhir dan berdomisili di Jabodetabek. Hasil penelitian ini menyatakan jika etnosentrisme terbukti memoderasi hubungan antara animosity dan minat beli konsumen. Namun pada hubungan antara allocentrism dan minat beli konsumen, etnocentrisme tidak memainkan peran sebagai moderator. Sementara itu perbandingan kualitas produk terbukti tidak memoderasi hubungan antara animosity dan etnosentrisme terhadap minat beli konsumen. Pembahasan serta konstribusi dan saran juga turut dibahas. ......The purpose of this paper is three-fold: (a) specifying the factor that mediates the effect of consumer animosity on attitude towards imported products; (b) specifying the factor that mediates the effect of allocentrism on consumers attitudes towards imported product; and (c) examining whether product quality comparison between domestic vis-à-vis imported products moderates the relationships between consumer animosity and consumers willingness to purchase as well as between ethnocentrism and consumers willingness to purchase. A survey was sent to 209 respondents that have bought Malaysian products in the past three months and domicile in Jabodetabek. The result indicated that ethnocentrism was mediated the relationship between animosity and consumers willingness to purchase. However ethnocentrism was not mediated the relationship between allocentrism and consumers willingness to purchase. In addition, the product quality comparison was not moderated the relationship between animosity and consumers’ willingness to purchase as well as ethnocentrism and consumers willingness to purchase. Interpretations, contributions, and implications for manager are discussed.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2014
S54112
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Claresta Octavia Artanti
Abstrak :
Efek negara asal dan etnosentrisme konsumen sering digunakan dalam penelitian tentang produk kasat mata (tangibel). Dengan perkembangan teknologi di dunia hiburan dan perubahan besar-besaran dalam masyarakat, perkembangan industri subscription video on demand tidak bisa diabaikan, terutama ketika merek-merek besar mulai beroperasi di skala global dan menggunakan strategi hyper-local untuk menarik konsumen. Disney+ Hotstar memperluas cakupannya dengan memasuki pasar Indonesia, dengan menawarkan konten lokal Indonesia bersamaan dengan konten franchise Hollywoodnya untuk ditonton dan dipromosikan secara intens sejak iklan pertama. Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu apakah efek negara asal, dalam hal ini untuk konten dan platform, serta etnosentrisme konsumen memiliki pengaruh terhadap niat beli berlangganan Disney+ Hotstar. Riset ini menggunakan teori planned behavior, juga mengikutsertakan citra merek dan perceived price. Survei dilakukan pada 107 responden. Analisa data dilakukan dengan metode PLS-Structural Equation Modeling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perceived price dan sikap pada konten Indonesia muncul sebagai faktor-faktor yang paling berpengaruh pada niat beli dengan efek negara asal dan etnosentrisme konsumen tidak memiliki pengaruh signifikan. Komponen-komponen dari teori planned behavior yaitu sikap, subjective norm, dan perceived behavioral control, juga dibuktikan tidak memiliki pengaruh signifikan. Hasil yang diperoleh penelitian ini bertujuan untuk menambah literatur mengenai hiburan daring dan faktor-faktor yang mempengaruhi niat belinya. Penelitian lebih lanjut disarankan untuk mempertajam pemahaman tentang bagaimana efek negara asal dan etnosentrisme konsumen berperan dalam industri hiburan digital. ......Country of origin effect and consumer ethnocentrism often used in research to study about tangible products. With the latest development of technology in entertainment and a major shift occured in society, development of subscription video on demand industry cannot be overlooked, especially when big brands start to operate in a global scale, and use hyper-local strategies to attract consumers. Disney+ Hotstar expands its wings to enter Indonesian market, with its offer of serving local Indonesian contents alongside its premium Hollywood franchise contents to watch, intensely promoted since its first advertised. This research aims to find out whether product's country of origin effect, in this term is for both content and platform, and consumer's ethnocentrism has any impact towards their purchase intention of subscribing Disney+ Hotstar. This research utilizes theory of planned behavior, as well as brand image and perceived price. A survey was conducted with 103 respondents. Data were analyzed with PLS-Structural Equation Modeling method. Results show that perceived price and attitude towards Indonesian contents appears as the two most significant variables on influencing purchase intention, while country of origin effect and consumer ethnocentrism has none. Components of theory of planned behavior, such as subjective norm and perceived behavioral control were proven has no significant influence on purchase intention. Results obtained from this research aims to enrich literatures of online entertainment and its factors to influence purchase intention. Further research is suggested to refine the understandings of how country of origin effect and consumer ethnocentrism sits in the digital entertainment industry.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahma Novita
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana etnis direpresentasikan melalui makna denotasi, konotasi dan mitos serta ideologi yang muncul. Analisis semiotik yang digunakan, diadaptasi dari model analisis Roland Barthes. Data penelitian diperoleh dari tayangan televisi Ethnic Runaway episode Suku Toraja yang disiarkan Trans TV. Dalam membahas digunakan konsep-konsep dalam komunikasi antarbudaya dan pemikiran Adorno tentang 'nonidentitas' dalam Negative Dialectics. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat lima adegan dalam tayangan ini yang secara khusus merepresentasikan suku Toraja. Untuk kemudian, dari adegan-adegan tersebut teridentifikasi mitos-mitos tentang suku Toraja sebagai berikut; suku Toraja ialah suku yang memiliki tradisi aneh, horor dan mistis, daerah Toraja ialah daerah yang angker, makanan dan proses memasak dalam kebiasaan suku Toraja menjijikan dan tidak praktis, tempat bermatapencaharian orang Toraja untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya ialah sesuatu yang menjijikan, dan terakhir ialah salah satu tradisi suku Toraja berbahaya, menakutkan dan sarat dengan kekerasan. Melalui analisis tanda-tanda berupa aspek visual dan aspek audio, penelitian ini menyimpulkan bahwa tayangan Ethnic Runaway episode Suku Toraja tidak lepas dari sebuah ideologi dominan, yaitu etnosentrisme. ......The objective of this research was to find out how an ethnic was represented through the denotative and connotative meaning, myth, and ideology. Semiotic analysis used was adapted from Roland Barthes model analysis. Data of the study was gathered from television program Ethnic Runaway in episode Toraja Tribe broadcasted by Trans TV. In discussing the matter, concepts of intercultural communication and Adorno's hypothesis of non-identity in Negative Dialectics were used. The result of the study showed that there were five scenes that specifically represented Toraja Tribe. Then, myths of Toraja Tribe were identified by those scenes, which were; Toraja was a tribe whose traditions were strange, horror, and mysterious, the territory of Toraja was haunted, the food and food processing of Toraja people were disgusting and complicated, the occupation to maintain the living of Toraja people was something disgusting, and last, one of Toraja tribe's traditions was dangerous, scary, and violent. Through the analysis of visual and audio aspects, the research concluded that television program Ethnic Runaway in episode Toraja Tribe was influenced by a dominant ideology, which was ethnocentrism.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
T30881
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dantia Anisa
Abstrak :
Penelitian ini dirancang untuk menguji pengaruh etnosentrisme konsumen pada sikap eksplisit dan implisit konsumen terhadap merek dalam dan luar negeri, serta menguji peran social desirability bias sebagai moderator dalam pengaruh tersebut. Etnosentrisme konsumen diukur menggunakan instrumen Consumer Ethnocentrism Tendency Scale (CETSCALE). Sikap eksplisit diukur menggunakan instrumen skala semantik diferensial, sedangkan sikap implisit diukur menggunakan instrumen Implicit Association Test (IAT). Sementara social desirability bias diukur menggunakan instrumen Marlowe-Crowne Social Desirability Scale (M-C SDS). Sebanyak 104 mahasiswa berusia 17-24 tahun berpartisipasi dalam penelitian ini. Berdasarkan analisis pengaruh menggunakan simple regression analysis, ditemukan bahwa etnosentrisme konsumen berpengaruh secara signifikan pada sikap eksplisit terhadap merek dalam negeri (β = 0,234, p < 0,05) dan juga pada sikap implisit (β = -0,267, p < 0,05), namun tidak berpengaruh signifikan pada sikap eksplisit terhadap merek luar negeri (β = 0,120, p > 0,05). Sementara social desirability bias tidak signifikan berperan sebagai moderator dalam pengaruh-pengaruh tersebut (R2 = 0,015; p > 0,05). Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa etnosentrisme konsumen memang berpengaruh terhadap sikap konsumen terhadap merek dalam negeri, namun hal tersebut tidak selalu berarti bahwa konsumen menolak merek luar negeri. ...... This study was designed to examine the effect of consumer ethnocentrism to consumer's explicit and implicit attitude toward local and global brands, and also to test the role of social desirability bias as moderator. Consumer ethnocentrism was measured by Consumer Ethnocentrism Tendency Scale (CETSCALE). Explicit attitude was measured by semantic differential scale, and implicit attitude was measured by Implicit Association Test (IAT). Meanwhile, social desirability bias was measured by Marlowe-Crowne Social Desirability Scale (M-C SDS). There were 104 students aged 17 to 24 years old participated in this study. Based on the effect analysis using simple regression, consumer ethnocentrism was found significantly affect consumer's explicit attitude toward local brand (β = 0,234, p < 0,05) and also consumer's implicit attitude (β = -0,267, p < 0,05), but it didn't significantly affect consumer's explicit attitude toward global brand (β = 0,120, p > 0,05). Meanwhile, the role of social desirability bias as moderator was not found significant (R2 = 0,015; p > 0,05). Therefore, it could be concluded that consumer ethnocentrism did affect consumer's attitude toward local brand, but it didn't necessarily mean that the consumer reject global brand.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2016
S65113
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Annisa Erviena Haniev
Abstrak :
Industri halal dunia saat ini mengalami perkembangan yang pesat, akan tetapi di Indonesia sendiri perkembangan industri halal relatif lebih lambat dibandingkan negara-negara Islam lain. Saat ini Indonesia merupakan konsumen produk makanan halal terbesar di dunia, akan tetapi hal tersebut belum menjadikan Indonesia sebagai produsen utama produk makanan halal. Pada sektor makanan cepat saji di Indonesia, merek restoran cepat saji asing pun masih lebih mendominasi dibandingkan restoran cepat saji lokal. Beragamnya restoran cepat saji di Indonesia baik lokal maupun asing membuat konsumen Indonesia dihadapkan pada berbagai faktor yang akan menentukan produk makanan atau minuman dari restoran cepat saji mana yang akan dikonsumsi. Beberapa faktor tersebut diantaranya adalah religiusitas, animosity atau rasa kebencian, serta etnosentrisme. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh religiusitas, animosity, dan etnosentrisme konsumen Muslim Indonesia terhadap penilaian produk dan pembelian produk makanan atau minuman dari restoran cepat saji asal Amerika Serikat. Sampel pada penelitian ini adalah konsumen Muslim Indonesia yang minimal berusia 17 tahun dan mengetahui restoran cepat saji asal Amerika Serikat di Indonesia. Data diolah menggunakan metode Structural Equation Modelling dengan software Lisrel 8.5.1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa animosity dan religiusitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pembelian produk makanan atau minuman dari restoran cepat saji asal Amerika Serikat. Akan tetapi pada penelitian ini, etnosentrisme tidak berpengaruh signifikan terhadap pembelian produk makanan atau minuman dari restoran cepat saji asal Amerika Serikat. Penelitian ini juga menunjukkan etnosentrisme dan religiusitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap animosity, serta religiusitas juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap etnosentrisme. Disamping itu, penelitian ini juga menemukan bahwa etnosentrisme berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penilaian produk, namun demikian variabel animosity tidak berpengaruh signifikan pada penilaian produk makanan atau minuman dari restoran cepat saji asal Amerika Serikat. Terakhir, hasil dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa penilaian produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembelian produk makanan atau minuman dari restoran cepat saji asal Amerika Serikat.Industri halal dunia saat ini mengalami perkembangan yang pesat, akan tetapi di Indonesia sendiri perkembangan industri halal relatif lebih lambat dibandingkan negara-negara Islam lain. Saat ini Indonesia merupakan konsumen produk makanan halal terbesar di dunia, akan tetapi hal tersebut belum menjadikan Indonesia sebagai produsen utama produk makanan halal. Pada sektor makanan cepat saji di Indonesia, merek restoran cepat saji asing pun masih lebih mendominasi dibandingkan restoran cepat saji lokal. Beragamnya restoran cepat saji di Indonesia baik lokal maupun asing membuat konsumen Indonesia dihadapkan pada berbagai faktor yang akan menentukan produk makanan atau minuman dari restoran cepat saji mana yang akan dikonsumsi. Beberapa faktor tersebut diantaranya adalah religiusitas, animosity atau rasa kebencian, serta etnosentrisme. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh religiusitas, animosity, dan etnosentrisme konsumen Muslim Indonesia terhadap penilaian produk dan pembelian produk makanan atau minuman dari restoran cepat saji asal Amerika Serikat. Sampel pada penelitian ini adalah konsumen Muslim Indonesia yang minimal berusia 17 tahun dan mengetahui restoran cepat saji asal Amerika Serikat di Indonesia. Data diolah menggunakan metode Structural Equation Modelling dengan software Lisrel 8.5.1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa animosity dan religiusitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pembelian produk makanan atau minuman dari restoran cepat saji asal Amerika Serikat. Akan tetapi pada penelitian ini, etnosentrisme tidak berpengaruh signifikan terhadap pembelian produk makanan atau minuman dari restoran cepat saji asal Amerika Serikat. Penelitian ini juga menunjukkan etnosentrisme dan religiusitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap animosity, serta religiusitas juga berpengaruh positif dan signifikan terhadap etnosentrisme. Disamping itu, penelitian ini juga menemukan bahwa etnosentrisme berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penilaian produk, namun demikian variabel animosity tidak berpengaruh signifikan pada penilaian produk makanan atau minuman dari restoran cepat saji asal Amerika Serikat. Terakhir, hasil dari penelitian ini juga menunjukkan bahwa penilaian produk berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembelian produk makanan atau minuman dari restoran cepat saji asal Amerika Serikat. ......The global halal industry is currently experiencing rapid growth, yet it is a contradictory for Indonesia of which its development of halal industry is relatively slower than other Islamic countries. This also includes the halal food sector in which Indonesia has become the largest consumer market but it still not able to become the main producer. Moreover, in terms of the fast food sector, the existence of foreign fast food restaurant still dominates the market. The various fast food restaurants in Indonesia both local and foreign make Indonesian consumers face many factors in determining from which fast food restaurant they should buy the foods or beverages. Some of these factors include the religiosity, animosity, as well as ethnocentrism. This research aims to analyze the influence of religiosity, animosity and ethnocentrism towards the product judgment and the purchase of food or beverage products from US fast food restaurants among Indonesian Muslim consumers. The sample of this research was Indonesian Muslim consumers who are at least 17 years old and aware of the US fast food restaurants in Indonesia. The data then was processed using the Structural Equation Modelling SEM method with Lisrel 8.5.1 software. The result shows that the animosity and religiosity have significant negative effect on the purchase of US fast food restaurants rsquo products. However, in this study, ethnocentrism has no significant effect on US fast food restaurants rsquo products purchase. This study also shows that ethnocentrism as well as religiosity has a significant positive effect on animosity, and religiosity also has a significant positive effect on ethnocentrism. In addition, this study also found that the ethnocentrism has a significant negative effect on product judgment, while animosity has no significant effect on product judgment. Lastly, the results of this research also show that product judgment has a significant positive effect on US fast food restaurants rsquo products purchase.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>