"
ABSTRAKDari sejumlah besar karya yang termasuk dalam kesusastraan rakyat, telah dipilih dongeng untuk ditelaah, dengan alasan-alasan berikut :
Pertama-tama, pentingnya dongeng sebagai proyeksi khayalan yang bersifat kolektif dari suatu kelompok masyarakat. Cerita-cerita tersebut senantiasa merupakan gambaran simbolis dari situasi dan tingkah laku sosial, suatu ilusi yang disampaikan melalui penceritaan. Sebagai seperangkat pengetahuan dan model kultural sekelompok masyarakat, dongeng mengandung pelajaran yang dapat diterapkan dalam kehidupan dengan memaparkan contoh penerapannya. Fungsi "main-main" yang terdapat di dalamnya ditujukan untuk memasukkan unsur pedagogis dengan cara yang tidak bersifat memaksa. Pada peringkat imajinasi unsur pedagogis yang dimanifestasikan dalam bentuk pesan moral memperlihatkan kesesuaiannya dengan kehidupan nyata.
Alasan selanjutnya, ialah pentingnya dongeng sebagai teks naratif yang dapat kita gunakan sebagai sarana pembuktian suatu metode analisis. Dongeng, yang merupakan kumpulan cerita yang cukup padat meskipun pendek dan ringkas, juga tepat untuk dianalisis secara
morfologis. Salah satu tujuan penelitian ini adalah menerapkan model naratologis tertentu. Bagi penulis, dongeng nampak sebagai suatu bidang terapan yang menarik untuk menguji apakah model tersebut dapat diterapkan.
Setelah dipilih dongeng untuk dianalisis, maka bidang bahasan pun harus dibatasi karena cerita yang termasuk dongeng sangatlah banyak dan jenisnya pun sangat beragam. Di hadapan keanekaragaman itu, dipilih cerita binatang, suatu pilihan yang didasarkan pada kepopuleran dongeng jenis tersebut di Indonesia.
Korpus terdiri atas dua kelompok fabel. Yang pertama, fabel karya Satjadibrata yang karena telah lama hidup dalam tradisi masyarakat Indonesia dan sering disampaikan secara lisan, maka is tergolong ke dalam cerita rakyat Nusantara (Rusyana 1981,: 19-20). Yang kedua adalah fabel karya La Fontaine, seorang pengarang Francis abad ke XVII yang juga berasal dari cerita rakyat yang berkembang pada beberapa generasi.
Kedua kumpulan fabel tersebut merupakan cerita
yang beredar secara lisan dan menjadi warisan budaya, yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya, di samping penyebaran secara tulis. Isinya mengenai suatu kebenaran umum yang dianggap baik untuk diterapkan dalam kehidupan setiap perang."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1990