Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mia Fitria Nurjanah
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis implementasi dan faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi pengadaan barang secara elektronik di Kemenristekdikti. Pengadaan barang/jasa merupakan salah satu bentuk pelayanan publik. Jumlah kasus korupsi di sektor pengadaan menempatkan korupsi di sektor pengadaan barang dan jasa sebagai sektor yang paling rentan korupsi. Sehubungan dengan ini, LKPP melakukan reformasi administrasi melalui pengadaan barang/jasa secara elektronik (e-procurement). Penelitian ini menggunakan pendekatan post positivist dengan metode pengumpulan data melalui wawancara mendalam kepada 12 informan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan e-procurement di Kemenristekdikti berdasarkan tujuh prinsip pengadaan sudah terlaksana dengan baik diantaranya prinsip efisien dari segi waktu, biaya dan sumber daya manusia, efektif dalam proses tanya jawab, transparan dalam proses diskusi dan menyanggah serta komunikasi, terbuka dalam informasi pengadaan, bersaing secara sehat antara penyedia, adil dalam melakukan pengadaan tanpa intervensi dari luar, dan akuntabel dari sisi dokumentasi dan pengawasan yang sudah terlaksana dengan baik. Selain itu berdasarkan delapan faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan e-procurement diantaranya kepemimpinan organisasi, perencanaan dan manajemen, kebijakan e-procurement, manajemen sumber daya manusia, peraturan perundang-undangan, standar pelaksanaan, infrastruktur teknologi informasi dan web dan sistem e-procurement. Dari delapan faktor tersebut, ditemukan kendala pada sistem laporan keuangan pengadaan yang belum tersinkronisasi dengan baik sehingga mengakibatkan tidak terpenuhinya laporan keuangan pengadaan dalam laporan tahunan Kemenristekdikti. ......This study aims to analyze the implementation and the factors that influence the successful implementation of electronic procurement at the Ministry of Research, Technology and Higher Education. Procurement of goods/services is a form of public service. The number of corruption cases in the procurement sector places the procurement as the most vulnerable sector to corruption. Therefore, the Government of Indonesia has carried out administrative reforms by adopting electronic procurement (e-procurement). This study uses a post-positivist approach with data collection methods through in-depth interviews with 12 informants. This study's results indicate that the implementation of e-procurement at the Ministry of Research, Technology and Higher Education has been carried out well, including the efficiency in terms of time, cost and human resources, and the effectiveness in the question-and-answer process. The study also found adequate transparency in the discussion, communication, and feedback process; the openness of the procurement information; fair competition among providers; free of outside intervention; and accountability of controlling and documentation. Furthermore, this study underlines factor that influences the implementation and found that the procurement financial reporting system had not been adequately synchronized, resulting in the non-fulfilment of the procurement financial reports in the Kemenristekdikti annual report
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2021
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pudjo Irianto
Abstrak :
Informasi Laporan keuangan perusahaan relatif sangat penting karena merupakan kunci yang mencatat aktivitas perusahaan dan sebagai kartu angka untuk mengevaluasi kinerja perusahaan. Dalam aktivitas di pasar modal laporan keuangan perusahaan yang telah go public merupakan salah satu informasi yang tersedia bagi investor dalam mengambil keputusan untuk membeli atau menjual saham perusahaan. Informasi laba akuntansi (biasanya diukur dengan earning per share atau EPS) merupakan informasi yang bisa diperoleh dari laporan keuangan. Dari hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ball dan Brown (1968), Foster et all (1984) serta Bernard & Thomas (1990) diketemukan bahwa setelah laba akuntansi diumumkan harga saham cenderung terus meningkat harganya untuk saham yang mengalami kenaikan laba dan harga saham cenderung turun untuk saham yang mengalami penurunan laba. Selanjutnya Biddle dart Scow (1991), Collins dan Kothari (1989) serta Easton dan Zmijewski (1989) menemukan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kaitan antara laba akuntansi dengan harga saham adalah tingkat resiko (n), ukuran perusahaan, persisten laba, keuntungan bebas resiko (rt.). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pengumuman laba akuntansi mempunyai pengaruh terhadap perkembangan harga saham (reaksi pasar) setelah pengumuman laba akuntansi dan faktor-faktor apa yang mempengaruhi kaitan antara pengumuman laba akuntansi dengan perkembangan harga sahamnya (Earnings Response Coefficient). Periode penelitian dimulai tahun 1993 sampai dengan 1996 dengan mengambil sampel perusahaan go public yang telah terdaftar di BEJ dan memenuhi kriteria yang ditetapkan. Dalam penelitian ini dilakukan langkah :
1. Menghitung kaitan antara pengumuman laba akuntansi dengan perkembangan harga saham. Laba akuntansi dikelompokkan dalam: a) Kelompok emiten dengan berita baik yaitu emiten yang laba akuntansinya lebih besar dari laba akuntansi tahun sebelumnya. b) Kelompok emiten dengan berita buruk yaitu emiten yang laba akuntansinya lebih kecil dari laba akuntansi tahun sebelumnya.
2. Memasukkan faktor-faktor yang diduga mempengaruhi hubungan antara pengumuman laba akuntansi dengan harga saham (ERC). Juga dilakukan uji terhadap asumsi dasar klasik untuk mendapatkan best liner unbiased estimator (BLUE) yaitu uji multikolinieritas, uji autokorelasi dan uji homokedastisitas. Berdasarkan hasil analisis dalam penelitian ini, pengumuman laba akuntansi mempunyai hubungan dengan perkembangan harga saham signifikan. Dimana kelompok kelompok saham yang laba akuntansinya lebih besar dari laba akuntansi tahun sebelumnya cenderung mengalami kenaikan harga sahamnya satu minggu setelah pengumuman dan pada kelompok saham yang laba akuntansinya lebih kecil dari laba akuntansi tahun sebelumnya cenderung mengalami penurunan harga sahamnya satu minggu setelah pengumuman. Sehingga pengumuman laba akuntansi mempunyai kandungan informasi (relatif kecil) yang relevan mempengaruhi perkembangan harga sahamnya dan menyebabkan investor memperoleh abnormal return. Selanjutnya diketemukan pula bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kaitan antara pengumuman laba akuntansi dengan harga sahamnya (ERC) adalah tingkat resiko U3) yaitu berbanding terbalik, ukuran perusahaan (FS), kepemilikan investor asing (FIO) berbanding.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2003
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Gafar
Abstrak :
Dalam Pembangunan Jangka Panjang Kedua (PJP II), Direktorat Jenderal Cipta Karya dihadapkan pada tantangan tugas-tugas yang semakin berat dan komplek, serta dipacu oleh cepatnya laju pertumbuhan penduduk dan teknologi, sedangkan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) khususnya pejabat eselon IV di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya masih belum memadai dibandingkan dengan prestasi kerja yang diharapkan. Oleh karena itu sudah selayaknya penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor apa yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya prestasi kerja pejabat eselon IV di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya. Dengan berlandaskan kepada teori harapan Victor Vroom dan yang pernah diteliti oleh HJ. Bernandin dan Joyce EA. Russell (1993), maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi kerja pejabat eselon IV di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya adalah keahlian, kemampuan, sikap dan perilaku. Dan untuk menguji keberartian hubungan keempat faktor tersebut terhadap prestasi kerja digunakan analisis kuantitatif model regresi linier, yang dihitung dari temuan 83 sampel pejabat eselon IV di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya, dengan kesimpulan bahwa hipotesis yang diajukan tersebut dapat diterima dengan sangat nyata. Dimana secara parsial telah dibuktikan pula bahwa semakin tinggi tingkat keahlian, kemampuan, sikap yang positif dan perilaku positif, maka semakin tinggi pula tingkat prestasi pejabat eselon IV di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya. Berdasarkan hasil analisis, dapat disarankan pentingnya prioritas utama kepada kebijaksanaan pengembangan kemampuan dan sikap, baik kemampuan teknis, kemampuan manajerial, konseptual maupun kebijaksanaan pengembangan sikap pejabat eselon IV yang tercermin dalam budaya kerja yang berorientasi pada prestasi kerja.. Prioritas kedua perlu adanya kebijaksanaan pengembangan pada perilaku dan keahlian para pejabat eselon IV agar terdapat kesesuaian antara perilaku dan keahlian terhadap beban tugasnya sehingga secara bersama-sama dengan program prioritas utama di atas dapat diharapkan meningkatkan prestasi kerjanya.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A. Syarkowi Marzuki
Abstrak :
RSUD Budhi Asih sejak dahulu dikenal dengan rumah sakit gelandangan dan pengemis, sebagai rumah sakit yang merawat penderita terlantar dan tidak mampu secara cuma-cuma. Terhitung 1 April 1998 RSUD Budhi Asih ditetapkan sebagai rumah sakit swadana. Dengan besarnya beban sosial yang harus ditanggung sedangkan anggaran kesehatan yang diperoleh sangat terbatas, memaksa manajemen RSUD Budhi Asih harus melakukan efisiensi secara optimal. Salah satu indikator dalam melakukan efisiensi kegiatan rumah sakit adalah dengan melihat lama hari rawat. Karena pengaruh berbagai faktor, terjadi perpanjangan lama hari rawat pasien tidak mampu yang dirawat di Zal Khusus RSUD Budhi Asih. Tujuan : Untuk mengetahui faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan perpanjangan lama hari rawat pasien tidak mampu di Zal Khusus RSUD Budhi Asih. Desain penelitian yang digunakan adalah survey analisa dengan pendekatan cross sectional, terhadap 150 sampel dari 75 pasien Zal Khusus dan 75 pasien Zal Pembanding RSUD Budhi Asih periode April. 1997 - September 1997. Metodologi analisa data yang digunakan dengan analisis univariat, analisis bivariat dan multivariat. Dari ke 13 variabel yang diteliti ternyata setelah dilakukan analisis univariat dan bivariat keluar 7 variabel bebas bermakna sebagai kandidat untuk dianalisa secara muitivariat yaitu : kelas perawatan, jenis penyakit, komplikasi penyakit, hubungan keluarga, hari keluar rumah sakit, asal rujukan dan pengisian resume. Dari hasil analisa multivariat ternyata faktor kelas perawatan ( Zal Khusus ) terbukti berhubungan dengan perpanjangan lama hari rawat. Faktor utama yang berpengaruh terhadap perpanjangan lama hari rawat di Zal Khusus adalah faktor jenis penyakit khronis, disamping adanya komplikasi penyakit, tidak adanya hubungan keluarga dan tidak lengkapnya pengisian resume. Hipotesis yang dibuat berdasarkan kerangka konsep tidak semua mendukung hasil penelitian ini. Tidak semua faktor penelitian dapat dibuktikan bermakna secara statistik. Dari hasil penelitian ini, dapat dibuat langkah-Iangkah untuk mempersingkat lama hari rawat pasien di Zal Khusus RSUD Budhi Asih. Daftar Bacaan (1973 - 1998).
Factors that Influence the Length of Stay of Special Ward for Homeless Patient in Budhi Asih Hospital Jakarta, 1997Budhi Asih hospital has predicated as a Hospital for homeless patients and the beggars (Gepeng = Gelandangan dan Pengemis). Since April, 1 st 1998, Budhi Asih hospital has become a Swadana Hospital. Considering the social mission of Budhi Asih Hospital as an independent Hospital in the future, the management in running its services, has to be efficient. The Length of Stay is one of the indicators of hospital efficiency. This research objective was to analyze factors presumed havesome influence on the length of stay in the ward of the homeless ( special ward ). The research was a cross sectional which studied 150 cases in which 75 cases were from special ward and 75 cases from a regular yet similar level ( conducted April 1997 - September 1997 ). Data were acquired from the medical record of the hospital information unit. Univariat, bivariat and multivariat analyze were employed. Seven out of 13 independent variables which showed significant difference by univariat analyse and bivariat analyze, were candidate of the multivariat analysis. Those are : Patient class, acute or chronic disease, complication, family, day of check - out and medical record ( resume ) completely. The multivariat analysis result showed that difference ward was related to the length of stay. The main factors that influence of diseases length of stay in special ward was the chronic disease, complication of diseases, no family and incomplete medical record. The hypothesis which had been made based on these concept were not all supported in this study. Not all of risk factors could be proved statistically significant. Of this research result can be made steps to decrease the length of stay special ward patient Budhi Asih Hospital. This research has indicated several suggestions to reduce the length of stay in special ward, such as to develop an outreach program for the nursing home to reduce chronic cases to be refered to this hospital Bibliography: ( 1973 - 1978 )
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mursalin
Abstrak :
[ABSTRAK
Diabetes Mellitus merupakan penyakit epidemik yang menjadi ancaman global. Selain tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi, juga menyebabkan sebagian besar negara di dunia mengeluarkan anggaran kesehatan yang besar. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung besarnya biaya langsung medis dan faktor-faktor yang mempengaruhinya pada penderita rawat jalan diabetes mellitus tipe 2. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari ? Pebruari 2015 di RSUD dr. Abdul Aziz Singkawang, Kalimantan Barat. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif analitik dengan menggunakan data sekunder yang dikumpulkan secara retrospektif berdasarkan data tahun 2013 dengan jumlah sampel sebanyak 200. Hasil analisis multivariat, terdapat perbedaan yang signifikan biaya langsung medis pada setiap tipe penatalaksanaan, lama sakit dan komplikasi yang dialami penderita. Upaya promotif dan preventif perlu ditingkatkan untuk mencapai efektivitas dan efisiensi pengobatan dan meningkatkan kualitas hidup penderita.
ABSTRACT
Diabetes mellitus has epidemic diseases that seriously global threated. Except, hight level of morbidity and mortality, its also caused most countries in the world spend a lot of money for health care. This study purpose to count direct medical costs and factors of influence on type 2 diabetes mellitus outpatient care. This study conduct on January to February 2015 in RSUD dr. Abdul Aziz Singkawang at West Kalimantan. Design study used cuantitative analysis by secondary data that retrospectively collected on 2013 data and number of samples are 200. Result of multivariate analysis, there were significant difference means of direct medical costs of type 2 diabetes mellitus outpatient care on type of care, diseases duration, and complication. Health promotion and prevention on type 2 diabetes mellitus intervention must be increasingly to achieve effective and efficient cost of care and to increase patient?s quality of life., Diabetes mellitus has epidemic diseases that seriously global threated. Except, hight level of morbidity and mortality, its also caused most countries in the world spend a lot of money for health care. This study purpose to count direct medical costs and factors of influence on type 2 diabetes mellitus outpatient care. This study conduct on January to February 2015 in RSUD dr. Abdul Aziz Singkawang at West Kalimantan. Design study used cuantitative analysis by secondary data that retrospectively collected on 2013 data and number of samples are 200. Result of multivariate analysis, there were significant difference means of direct medical costs of type 2 diabetes mellitus outpatient care on type of care, diseases duration, and complication. Health promotion and prevention on type 2 diabetes mellitus intervention must be increasingly to achieve effective and efficient cost of care and to increase patient’s quality of life.]
2015
T28912
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ida Leida M.R. Th
Abstrak :
Angka Kematian Bayi di Indonesia masih cukup tinggi yaitu 58 per 1000 kelahiran hidup, dengan pola penyakit penyebab kematian masih berkisar penyakit infeksi yaitu ISPA, tetanus neonatorum dan diare, campak. Pola ini hampir serupa dengan penyebab kematian Balita. Masih tingginya angka kematian bayi dan balita disebabkan oleh karena upaya-upaya yang dilakukan pada tingkat pelayanan kesehatan dasar (Puskesmas) lebih menekankan pada aspek promotif dan preventif, sebaliknya upaya kuratif dan rehabilitataif kurang mendapat perhatian. Selain itu, penanganan kasus masih bersifat terkotak-kotak pada setiap penyakit. Dengan demikian, kondisi tersebut ikut memberikan sumbangan terhadap meningkatnya resiko kematian. Selain penyebab masalah program, diduga masalah kinerja petugas juga perlu diperhitungkan sebagai salah satu faktor yang ikut mempengaruhi fenomena pelayanan kesehatan saat ini. Untuk itu, penelitian ini ingin melihat bagaimana tatalaksana kasus yang telah mempunyai standar baku dari Depkes pada tingkat operasional dilapangan. Pertanyaan tentang konsistensi tatalaksana baku kemudian menjadi penting,apakah telah dilaksanakan oleh petugas dan bagaimana peranan sarana pendukung sehingga ikut meningkatkan tatalaksana yang berkualitas. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik, yang bertujuan melihat hubungan dengan besarnya kualifikasi petugas, sarana dan logistik serta pengetahuan teoritis mengenai tindakan medis dan non medis dengan kualitas tatalaksana kasus pada bayi dan balita yang menderita ISPA, Diare, Campak dan KKP. Jenis studi berbentuk cross sectional. Populasi yang diteliti sekaligus merupakan sampel penelitian, yaitu semua bayi dan balita yang datang ke 12 Puskesmas dengan gejala batuk pilek atau panas atau mencret. Data dikumpulkan dengan wawancara dan observasi, kemudian dianalisis dengan menggunakan program STATA versi 3.1 dan SPSS Versi 6.0 for Windows versi 3.1.1. Dari hasil penelitian didapatkan cut off point untuk kualitas tatalaksana sebesar 60%, dengan proporsi pada tiap kasus yang sangat rendah yaitu dibawah 20%, hasil analisis bivariat pada kasus gabungan menunjukan bahwa ada hubungan antara jumlah staf yang cukup, tersedianya obat, barang cetakan serta pengetahuan dengan kualitas tatalaksana kasus, sedangkan pada kasus ISPA variabel yang berhubungan adalah lama kerja, staf dan pengetahuan. Untuk kasus diare hanya obat dan barang cetakan yang berhubungan dengan kualitas tatalaksana. Analisis multivariat, dengan cara logistic regresi didapatkan tiga model yang dianggap sangat berpengaruh terhadap kualitas tatalaksana kasus, sehingga model tersebut menjadi bahan pertimbangan untuk membuat strategi tatalaksana kasus yang berkualitas di Kabupaten Cianjur. ...... The Factors Which Influence of the Babies Case Management Quality and Children Under Five Years Old Sick at Public Health Centre of Cianjur, West Java The infant mortality in Indonesia are being high enough at least for about 58/1000 birthness, by the pattern of that case about infectious or Acute Respiratory Infection (ARI), Tetanus neonatorum, Diarrhea and Measles, this pattern almost the same as chlidren under five rears old mortality. The highest infant and child mortality because of health service effort in this case caressingly on preventive and promotive aspects, other wise rehabilitative and curative lack of attention. Beside that to do the case is still, so that the condition like this will give an increasingly of deadness risk. Beside amain case problem it seems that the human resources need to be though over , it's as a factor influence of health services phenomena. So, this research would to know how a case management has standard from health department on a filed operational. The question about consistency that would be important weather it has already done by the provider and how supporting materials in order to increase of management quality. The objective of this descriptive analytical study, the main point in order to be known a link or relation with provider qualification, logistic and facility and also theoretic knowledge in handling medically and non-medically, by the quality of case management how got ARI, diarrhea, measles and malnutrition. The design of the study was cross sectional. A population was researched as a research sample, all babies and child under five years old who are coming to 12 public health centers by a symptom of cought, fever and "menceret". These data?s were collected by interviewing and observation then analyzed by using STATA program of version 3.1, SPSS for version 6.0 windows version 3.1.1. From the result of research could be got cut of point for management quality 60% with a proportion each case very low 20%. The result of bivariate analysis in combined case, showed that there were a number of relations among staff available of drug, printed materials and also knowledge of case management quality, but in the case of ARI variable association was duration of working, staff and knowledge. For the case diarrhea were drugs and printed materials only wich management quality. Multivariate analize by logistic regression cold be got three models, which influence of case management quality. So that those models as a consideration to make case management strategy, in order to be had quality in Cianjur regency.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 1997
T3978
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rina Susanti
Abstrak :
Penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi sikap konsumen dalam menentukan pilihan terhadap lembaga kursus Bahasa Inggris di Depok, sehingga dapat diidentifikasi faktor-faktor tersebut, yang pada akhirnya dapat memberikan input dan saran bagi tiga lembaga kursus Bahasa Inggris tersebut pada khususnya, dan pada lembaga kursus Bahasa Inggris lain, pada umumnya. Penelitian ini dilakukan didaerah Depok. Sedang obyek penelitian di batasi pada tiga lembaga kursus Bahasa Inggris yang ada di Depok, yaitu Central For English Learning (CEL), International Language Program ( ILP ) dan Build Better Communication (BBC). Walaupun jumlah lembaga kursus Bahasa inggris di Depok ada enam lembaga tapi penelitian ini hanya dibatasi pada tiga lembaga saja. Pertimbangan memilih ke tiga lembaga kursus ini adalah untuk memudahkan penelitian itu sendiri. Pemilihan tiga lembaga ini dilakukan secara random sampling. Dengan anggapan bahwa semua populasi dianggap sama. Fenomena ini sangat menarik dikarenakan masing-masing lembaga mempunyai karakter konsumen yang berbeda - beda. Penelitian dilakukan dengan memakai pendekatan kuantitatif dan dilaksanakan dengan metode survey. Teknik ini digunakan karena melibatkan populasi yang besar, sehingga diambil sejumlah sample sebagai sumber penggalian data dalam rangka untuk menarik inferensi. Populasi penelitian adalah konsumen atau siswa lembaga itu sendiri dan tidak ditujukan secara langsung pada calon konsumen atau calon siswa. Populasi penelitian adalah siswa CEL, ILP, dan BBC . Sampling dilakukan secara random. Data digali menggunkan kuesioner yang disusun berdasarkan Skala Likert . Kemudian uji statistik dilakukan dengan menggunakan faktor analisis, hal ini karena berkaitan dengan besarnya jumlah variabel penelitian dengan dua puluh satu indikator. Faktor analisis adalah uji statistik interdependensi, dimana variabel tidak dibedakan dalam kategori independen dan dependen. Faktor analisis dilakukan dalam rangka mereduksi sekian banyak variabel menjadi beberapa faktor atas dasar kesamaan dimensi. Hasil Uji Statistik Faktor Analisis menunjukkan bahwa dari dua puluh satu variabel untuk siswa CEL tereduksi menjadi 4 faktor, yaitu : menggunakan instruktur asing, terjalin hubungan yang akrab dengan seluruh karyawan dilembaga ini, dukungan orang tua, dan mudahnya transportasi ke lembaga ini. Untuk lembaga kursus ILP variabel tereduksi menjadi 6 faktor, yaitu suasana kelas yang menyenangkan, metode pengajaran yang menarik, instruktur dilembaga ini ahli dibidangnya, biaya kursusnya murah, dukungan orang tua, tertarik pada program beasiswa. Dan untuk lembaga kursus BBC, variabel tereduksi menjadi 6 faktor, yaitu : biaya kursus murah, pelayanan yang ramah dari FO, terjalinnya hubungan yang baik dengan seluruh karyawan dilembaga ini, mudahnya transportasi kelembaga ini, suatu kebanggaan belajar dilembaga ini, materi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan . Hasil pengujian statistik didapatkan, pada lembaga kursus CEL terlihat bahwa r pearson's sebesar 0,054. ILP didapatkan r pearson's sebesar 0,065. Sementara itu, untuk Lembaga kursus bahasa inggris BBC , pada hasil pengujian statistik didapatkan r pearson's sebesar 0,085. Dan nilai eigenvalue pada masing-masing lembaga adalah : CEL 5.449, ILP 3.140, dan BBC 4.483. Uji regresi pada lembaga CEL menunjukkan bahwa masing-masing variabel memiliki koefisien positif. Hal ini menerangkan bahwa semua variabel dependent berhubungan. berbanding lurus dengan variabel independen. Pada lembaga kursus GEL variabel dependen yang paling besar pengaruhnya terhadap variabel independen adalah variabel lembaga ini sudah terkenal, Pada lembaga ILP, variabel dependen yang paling besar pengaruh terhadap variabel independen materi yang diberikan sesuai dengan kebutuhan, Dan pada lembaga BBC, terdapat pada variabel biaya kursus yang murah. Kegiatan komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh ketiga lembaga tersebut menggunakan saluran komunikasi yang hampir sama, antara lain: media massa, kerjasama, brosur dan sponsorship,serta mengadakan event-event khusus,tetapi berbeda dalam hal content dan intensitasnya. The Factors That Influence Consumers Attitude To Decide In Choosing English Course Survei of Marketing Communication for Three of English Course In Depok )This research is done to know the factors with influences students attitude to decide in choosing English Course. Three numbers of English Course that were researched are Central for English Language (GEL), International English Program (ILP), and Build Better Communication (BBC) in Depok. The consideration Why three English Course are chosen, to make easier the research itself. The research used Quantitative approach with survey method. It takes population of students from GEL, ILP and BBC English Course with random Systematic. The data are collected by using questionaire that ordered based on likert scale. Then the data are tested by statistical factor analysis that related with the number of research variabel which used 21 indicators. The result of statistical test of factors analysis show that from twenty one variabel for CEL students become reduction into 4 factors, were : used foreigner instructor, good relationship with customers, the agreement from parents and the easier transportation to the course. For ILP course there were 6 factors : good atmosphere, Front office service, good of teaching methods, good of SDM (Human Resource Development), easier cost, the agreement from parents and interested with scholarship. BBC English Course were reduction become 6 factors, were easier cost, good service from Front Office (FO), good relationship with all of employee in that course, easier transportation, proud of study in this course, and the material that given were needed. The result of statistical test also show that : r pearson's for CEL course is 0,054, ILP 0, and BBC 0,085.Eigenvalue result for each courses are CEL ( 5.449, ILP (3.140 and BBC (4.483). Regression test for CEL, show that each variable have positive coefficient. It's explained that all of dependent variable are the same with independent variable. The dependent variable for CEL course that most influences is the course is famous. For ILP is the material that given is needed. And for BBC course is the cheaper cost. The Marketing Communication that have done of three courses used media, brosure and sponsorship, special event, but it's different in content.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T 8826
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yudi Perbawaningsih
Abstrak :
Derajat familiarity terhadap teknologi komunikasi dan informasi, dan derajat exposure pada informasi tentang teknologi komputer merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi derajat budaya teknologi di kalangan akademisi, baik di kalangan akademisi perguruan tinggi negeri maupun pada akademisi perguruan tinggi swasta. Dua faktor ini juga merupakan variabel yang mampu membedakan antara derajat budaya teknologi tinggi dan rendah. Namun demikian, kemampuan dua faktor tersebut dalam mempengaruhi derajat budaya teknologi dan mengklasifikasi derajat budaya teknologi tinggi dan rendah, lebih kuat pada kalangan akademisi di Universitas Gadjah Mada - yang adalah perguruan tinggi negeri-dibanding pada kalangan akademisi Universitas Atma Jaya Yogyakarta, yang merupakan perguruan tinggi swasta. Perbedaan kemampuan memprediksi dan mengklasifikasi di dua perguruan tinggi yang berbeda ini lebih disebabkan oleh adanya perbedaan kesenjangan yang lebih tajam antar akademisi di UGM pada berbagai faktor tersebut, dibanding di UAJY. Mengingat masih terbatasnya faktor-faktor yang mempengaruhi derajat budaya teknologi dalam penelitian ini, perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk dapat menemukan faktor yang lebih comprehensive menjelaskan budaya teknologi. Dengan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi derajat budaya teknologi di. kalangan akademisi, diharapkan siapa pun pemerhati masalah pendidikan akan dapat menentukan upaya untuk menciptakan masyarakat yang " melek teknologi tanpa harus meninggalkan sense of humanity.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1998
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Watimena, Calvin S.
Abstrak :
Penyakit ISPA pada balita di Puskesmas Curug Kabupaten Tangerang selama 3 tahun berturut-turut selalu menempati posisi 3 besar penyakit dan berdasarkan laporan Puskesmas Curug tahun 2003 menempati urutan pertama (26,8%) dari 10 besar penyakit yang ada. Hal ini diduga karena kondisi fisik rumah, PM10 dan status gizi yang menyebabkan tingginya penyakit ISPA. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian faktor lingkungan rumah yang mempengaruhi hubungan kadar PM10 dan gizi dengan kejadian ISPA. Desain penelitian menggunakan cross sectional, dirnana data dikumpulkan secara bersamaan dengan jumlah sampel sebanyak 120 rumah tangga yang ada balitanya (14 hari 59 bulan) secara proporsional berdasar jumlah balita yang ada di wilayah Puskesmas Curug Kabupaten Tangerang. Faktor-faktor yang diteliti adalah PM10, status gizi dan faktor lingkungan rumah (jenis lantai, pencahayaan, ventilasi, kepadatan hunian rumah, kepadatan hunian kamar, penggunaan obat nyamuk, asap rokok dan bahan bakar) yang merupakan confounding PM10 dengan kejadian ISPA pada balita. Hasil analisis bivariat dengan derajat kepercayaan 95% menunjukkan 8 variabel yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita, yaitu PM10 dengan nilai p = 0,000 (26,047; 3,362-201,783), status gizi p = 0,001 (5,980; 2,090-17,110), pencahayaan p = 0,001 (0,841; 0,756-0,9937), ventilasi p = 0,019 (2,565; I,225-5,361), kepadatan huni kamar p = 0004 (4,930; 1,682-14,451), penggunaan obat nyamuk p = 0,000 (7,115; 1,142-16,114), asap rokok p = 0,000 (4,241; 1,172-15347), bahan bakar p = 0,027 (4,680; 1,259-17397). Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa PM10, kepadatan hunian kamar, penggunaan obat nyamuk, asap rokok, dan status gi i mempunyai nilai p C 0,05. Pemodelan lengkap antara variabel utama (PM10) dan confounding (kepadatan hunian kamar, penggunaan obat nyamuk, asap rokok) termasuk interaksi, menunjukkan tidak ada interaksi di antara variabel-variabel tersebut. Penilaian confounding menunjukkan bahwa variabel kepadatan human kamar dan obat nyamuk merupakan confounding terhadap PMI0 dengan kejadian ISPA ppada balita (indexs confounding > 10%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa kadar PM10 berhubungan dengan kejadian ISPA pada balita setelah variabel kepadatan hunian kamar dan obat nyamuk dikendalikan. Dari penelitian ini disarankan untuk menghindari pemakaian obat nyamuk bakar dan rumah tidak padat murni sehingga mengurangi kadar PMIO. Risiko kejadian ISPA dapat dikutangi dengan membuka jendela membuka jendela setiap hari, luas ventilasi rumah minimal 10% luas lantai, tidak merokok dalam rumah, membuat lubang asap dapur, dan pemantauan tumbuh kembang anak dengan melakukan penimbangan secara rutin setiap bulan. ......House Environmental Factors that Influence the Corellation between the Level of PM10 with the Incedence of Acute Respiratory Infections in Toddlers in Curug Public Health Center Area, Tangerang District, in 2004The incidence of Acute Respiratory Infections (ART) ini toddlers in Curug public health centre, Tangerang District, in 3 consecutive years HAS always BEEN Ranked in the TOP three of all cases of diseases. The report from Curug public Health Centre in 2004 shows that ARI was ranked first (26,8%) out of to diseases in that particular public health centre. It is suspected that physical condition or the house, the level of PM10, and nutritional status are the factors causing the high incidence or ART. Design of study is cross sectional, where data were colleted simultaneously. The number of samples is 120 house holds that have toddlers (14 day-59 months old). The number of toddlers was proportional to the number of toddlers living in the area surrounding Curug public health centre. Factors being studied werf PM10, nutritional status, in house environmental factors (type of floor, the amount of light ini the house, ventilation, density of house occupants, density of occupants in a room, the use of mosquito repellent, cigarette smoke, and fuel), which are the confounding factors of PMIO with the incidence of ari in toddlers. The result of bivariate analysis with degree of confidence of 95% show that there are & variables that correlate with incidence or ari in toddlers, namely PMI0 with pvalue = 0,000 (26.047,3,362-201.78). Nutritional status p value = 0,001 (5,980 ; 2,090-17,110), Ventilation p value = 0,019 (2,565 ; 1,225 - 5,36!). Density of occupants in a form p value = 0,004 (4,920 ; 1,682 - 14,451), the use of mosquito repellent p value - 0,000 (7,115 ; 1,142 - 16,114), Cigarette smoke p value = 0,000 (4,241 ; 1,172 - 15,347) fuel p value = 0,027 (4,680 ; 1,259-17.397). The results of multivariate analysis show that PM10, density of occupant in a room, and the use of mosquito repellent, cigarette smoke, and nutritional status have p value <0,05, complete mode lung between the main variable (PM10) and confounding factors (density of occupants in a room, /the use of mosquito repellent, and cigarette smoke), as well as the interaction, shows that there is no interactions between those variables. Confounding show that the variables such as density of occupants in the a room and the use of cigarette smoke are the confounding factors to PM10 with the incidence of ari in toddlers (confounding index >10%). This it can be concluded that the level of PM10 correlates with the incedence of ari in toddlers , when the two confounding factors are under control. It can be recommended from this study that the use of mosquito repellent should be avoided and the density of occupants in the house is reduced, as to decrease the level of PM1Q. The risks of ari can be minimized by opening windows daily, making a hole for smoke to escape from the kitchen, ensuring that the ventilation in the house is at least 10% of total house area, not smoking inside the house, and routinely maintain the toddlers health each month for example is routine body weighing).
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T12820
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library