Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Natasya Putri
"Karena meningkatnya kekhawatiran tentang dampak ekologis dan sosial yang berbahaya dari industri fashion, fashion berkelanjutan mengangkat perhatian sebagai model yang mempertimbangkan aspek etika, ekologi, dan sosial. Dengan elektronik dari mulut ke mulut (eWOM) sebagai alat yang ampuh untuk menyebarkan informasi di media sosial, makalah ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan antara eWOM dan fashion berkelanjutan melalui media sosial. Juga, mengeksplorasi hubungan antara sikap yang dibentuk oleh eWOM dan perilaku pembelian terhadap konsumsi mode berkelanjutan. Menggunakan tinjauan literatur, temuan menunjukkan bahwa eWOM memediasi sikap pelanggan terhadap mode berkelanjutan, namun, sikap ini tidak diterjemahkan ke perilaku yang sesuai karena kesenjangan sikap-perilaku. Tidak ada kesimpulan yang ditemukan mengapa kesenjangan sikap-perilaku ini terjadi karena penelitian sebelumnya percaya bahwa sikap positif mengarah pada perilaku positif. Makalah ini menemukan bahwa pelanggan fashion berkelanjutan memiliki karakteristik psikologis yang berbeda dan oleh karena itu peneliti harus mengelompokkan mereka untuk mendapatkan studi menyeluruh tentang pemahaman perilaku mereka. Segmentasi pelanggan pada keberlanjutan menghasilkan hasil yang berbeda. Keterbatasan dalam penulisan ini adalah pengumpulan datanya mengandalkan data sekunder, disarankan untuk penelitian selanjutnya dapat melakukan dual metode pengumpulan data dari sumber primer dan sekunder untuk mendapatkan studi yang lebih kaya.
......Because of the rising concern about the harmful ecological and social impact of the fashion industry, sustainable fashion raises attention as a model that considers the ethical, ecological, and social aspects. With electronic word-of-mouth (eWOM) as a powerful tool to disperse information on social media, this paper aims to explore the relationship between eWOM and sustainable fashion through social media. Also, explore the relationship between attitude formed by eWOM and purchasing behavior toward sustainable fashion consumption. Using the literature review, the finding shows that eWOM mediates customers’ attitudes toward sustainable fashion, however, this attitude doesn’t translate to a corresponding behavior because of the attitude-behavior gap. No conclusion was found on why this attitude-behavior gap occurred because a prior study believes that a positive attitude leads to positive behavior. This paper found that sustainable fashion customers have different psychological characteristics and therefore researchers should segment them to obtain a thorough study on understanding their behavior. Segmentation of customers on sustainability yields different results. The limitation of this paper is that the data gathering relies on secondary data, it’s recommended that future research can do a dual method of gathering data from primary and secondary resources to get a richer study."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Beti Hapsarie
"Industri fashion memiliki berbagai dampak negatif pada keadaan lingkungan, dan ketimpangan sosial, dan ekonomi, terutama terkait model bisnis fast fashion. Karenanya, muncul gerakan fashion berkelanjutan (sustainable fashion) yang berusaha menyediakan solusi bagi permasalahan ini. Penelitian terdahulu menunjukkan 50% konsumen tertarik dengan produk fashion berkelanjutan, namun pangsa pasar akhir hanya berjumlah 1%. Sehingga, fashion berkelanjutan masih dilihat sebagai ceruk pasar (niche market). Penelitian ini bertujuan untuk menggali persepsi dari kelompok konsumen ceruk pasar akan fashion berkelanjutan, serta pengemasan informasi fashion berkelanjutan yang disajikan kepada kelompok konsumen dalam membentuk persepsi tersebut. Riset ini menggunakan adaptasi model persepsi konsumen Wells & Prensky (1996), dengan melibatkan konsep persepsi, stimuli, dan kelompok referensi. Beranjak dari paradigma konstruktivisme, penelitian ini mengumpulkan data menggunakan metode wawancara mendalam terhadap 5 orang perempuan yang secara sadar telah mengkonsumsi produk fashion berkelanjutan dan atau mempraktikkan pola konsumsi yang sesuai kaidah fashion berkelanjutan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumen melihat fashion berkelanjutan sebagai lebih dari sebuah produk yang bisa dibeli, melainkan sebuah praktik sebagai bagian dari gaya hidup. Pemahaman dan praktik fashion berkelanjutan yang mengakar perlu dimiliki oleh konsumen dan publik untuk menghindari persepsi fashion berkelanjutan hanya sekedar tren. Jika tidak, akan berlawanan dengan filosofi ‘berkelanjutan’ itu sendiri.
......The fashion industry has various negative impacts on environmental conditions, and social and economic inequality, especially related to the fast fashion business model. Because of this, Sustainable Fashion movement has emerged to provide a solution to this problem. Previous research shows that 50% of consumers are interested in sustainable fashion products, but the final market share is only 1%. Thus, Sustainable Fashion is still seen as niche market. This study aims to explore the perceptions of niche market consumer groups for Sustainable Fashion, as well as the packaging of Sustainable Fashion information presented in shaping these perceptions. This research uses an adaptation of Wells & Prensky's (1996) consumer perception model, involving the concepts of perception, stimuli, and reference groups. Using the constructivism paradigm, this study collects data using in-depth interviews with 5 women who have consciously consumed sustainable fashion products and or practiced consumption patterns according to sustainable fashion philosophy. The results show that consumers see sustainable fashion as more than products to be bought, but a practice as part of their lifestyle. A deep-rooted understanding and practice of sustainable fashion needs to be shared by consumers and the public. Otherwise, it would be against the philosophy of 'sustainability' itself."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia , 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Elvira Herdiani
"Pesatnya pertumbuhan industri fashion dinilai menjadi penyebab utama munculnya era fast-fashion yang membawa eksternalitas negatif berupa kerusakan lingkungan di dunia, tak terkecuali di Indonesia. Indonesia, sebagai negara yang nilai-nilai keagamaan melekat pada masyarakatnya, telah menarik perhatian penulis untuk meneliti tentang bagaimana pola konsumsi produk fashion yang dilakukan oleh masyarakatnya. Hal ini dikarenakan tidak ada agama yang mengajarkan umatnya untuk membuat kerusakan, termasuk dalam hal kegiatan pembelian produk fashion yang dalam proses pembuatannya banyak mengorbankan orang lain maupun lingkungan. Dengan latar belakang tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh religiositas, green thinking, dan green altruism terhadap intensi mengonsumsi produk sustainable fashion di Indonesia. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode analisis Structural Equation Modelling (SEM) dan melibatkan 522 responden di Indonesia. Dengan mengadopsi model Theory of Planned Behavior, hasil penelitian menunjukkan bahwa religiositas berpengaruh positif signifikan terhadap intensi pembelian produk sustainable fashion melalui variabel attitude towards behavior dan perceived behavioral control, sementara subjective norms terbukti tidak signifikan. Lebih lanjut, green thinking ditemukan berpengaruh positif signifkan terhadap intensi pembelian produk sustainable fashion, sedangkan green altruism terbukti tidak signifikan. Berdasarkan hasil koefisien determinasinya, penelitian selanjutnya diharapkan dapat lebih memfokuskan pada penggunaan variabel independen yang lebih bervariatif, serta dapat menghimpun responden dengan latar sosio-demografis yang lebih seimbang agar dapat membuka analisis lainnya dan menambah khazanah pengetahuan pembaca.
......The rapid growth of the fashion industry is considered to be the main cause of the emergence of the fast-fashion era which brings negative externalities in the form of environmental damage in the world, including in Indonesia. Indonesia, as a country that has religious values attached to its people, has attracted the author to examine how the consumption pattern of fashion products is carried out by them. It is because there is no religion that teaches its adherents to cause damage, including in terms of buying fashion products, which in the manufacturing process sacrifice other people and the environment. Against this background, this study aims to analyze the effect of religiosity, green thinking, and green altruism on the intention to consume sustainable fashion products in Indonesia. This study used a quantitative approach with the Structural Equation Modeling (SEM) analysis method and involved 522 respondents in Indonesia. By adopting the Theory of Planned Behavior model, the research results show that religiosity has a significant positive effect on purchase intentions of sustainable fashion products through the attitude towards behavior and perceived behavioral control, while the subjective norms proves to be insignificant. Furthermore, green thinking was found to have a significant positive effect on the purchase intention of sustainable fashion products, while green altruism proved to be insignificant. Based on the results of the coefficient of determination, further research is expected to focus more on the use of a more varied independent variable, and to gather respondents with a more balanced socio-demographic background in order to open up other analyzes and add insight to the reader's knowledge."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library