Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Agnia Nurul Hikmah
Abstrak :
Kekurangan zat gizi di Indonesia masih menjadi masalah di berbagai kalangan usia termasuk usia anak sekolah. Kekurangan gizi pada anak usia sekolah terjadi akibat kurangnya keragaman pangan dan asupan zat gizi makro yang dapat mengakibatkan efek siklik kurang gizi dikehidupan selanjutnya. Kabupaten Lebak merupakan kabupaten peringkat ke-2 tertinggi kasus balita gizi buruk di Provinsi Banten pada tahun 2016, dan Provinsi Banten merupakan provinsi dengan kasus gizi kurang tertinggi di Pulau Jawa pada tahun 2018. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi berdasarkan Dietary Diversity Score (DDS), kecukupan zat gizi makro, karakteristik anak (usia, jenis kelamin), karakteristik ibu (usia kehamilan, usia ibu saat hamil), karakteristik keluarga (penghasilan orangtua, pendidikan ayah, pendidikan ibu) faktor orang tua (pendidikan ayah dan pendidikan ibu), riwayat penyakit infeksi, riwayat pemberian ASI eksklusif. Penelitian ini menggunakan data sekunder dan desain studi cross-sectional dengan sampel sebanyak 137 siswa yang diambil menggunakan metode purposive sampling. Analisis dalam penelitian ini menggunakan uji chi-square dan regresi logistik ganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 20,5% siswa memiliki status gizi kurang. Adanya hubungan signifikan antara DDS OR 2,582 (95%CI: 1,082-6,163) dan kecukupan lemak OR 3,638 (95%CI: 1,010-13,10) dengan status gizi kurang. Kecukupan lemak merupakan faktor dominan determinan status gizi kurang. ......Lack of nutrients in Indonesia is still a problem in various age groups, including school-age children. Thinness in school-age children occurs due to lack of food diversity and macronutrients intake. Thinness can lead to a cyclical effect of malnutrition in later life. Lebak Regency is the district with the 2nd highest number of severe underweight cases in Banten Province in 2016, and Banten is the province with the highest thinness cases in Java Island in 2018. This study aims to determine the relationship of thinness based on the Dietary Diversity Score (DDS), macronutrient adequacy, child characteristics (age, gender), maternal characteristics (gestational age, maternal age at pregnancy), sociodemographic characteristics (parental income, father's education, mother's education) parental factors (father's and mother's education), history of infectious disease and exclusive breastfeeding. This study uses secondary data and a cross-sectional study design with a sample of 137 students taken using the purposive sampling method. The study was conducted through quantitative analysis with univariate, bivariate with chi-square test, and multivariate with logistic regression. 20.5% of students were thinness and severe thinness. There is a significant relationship between dietary diversity score OR 2,582 (95%CI: 1,082-6,163) and adequacy of fat intake OR 3,638 (95%CI: 1,010-13,10) with thinness. Adequacy of fat intake is the dominant factor in thinness.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syaufi Zahrah
Abstrak :
Prevalensi obesitas di Indonesia menunjukkan peningkatan yang bermakna dari tahun ke tahun, termasuk di dalamnya prevalensi obesitas sentral yang dapat diukur melalui lingkar pinggang. Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain potong lintang yang bertujuan untuk melihat korelasi antara asupan energi total, asupan lemak, dan lingkar pinggang dengan kadar HbA1c pada obesitas. Penelitian dilakukan di kantor Balai Kota DKI Jakarta dari akhir bulan November sampai Desember 2013. Pengambilan subyek dilakukan dengan cara consecutive sampling, didapatkan 47 subyek yang memenuhi kriteria penelitian. Karakteristik subyek yang diambil adalah usia, jenis kelamin dan indeks massa tubuh (IMT). Variabel data yang diteliti adalah asupan energi total, asupan lemak, lingkar pinggang, dan kadar HbA1c. Hasil penelitian didapatkan subyek terbanyak berusia antara 36-50 tahun (93,6%), sebagian besar berjenis kelamin perempuan sebanyak 27 subyek (57,4%), dan sebanyak 35 subyek (74,5%) termasuk kategori obes I, karena sebagian besar subyek berada pada rentang usia 36 sampai 50 tahun, maka selanjutnya analisis data dan pembahasan dilakukan pada 44 subyek dengan rentang usia tersebut. Asupan energi total 32 subyek (72,7%) dibawah AKG (˂ 70% AKG). Median (min-maks) asupan energi total adalah sebesar 1225,8(766,0-4680) kkal. Sebagian besar subyek penelitian mengonsumsi lemak lebih dari persentase KET yang dianjurkan yaitu sebanyak 42 orang subyek (95,5%). Seluruh subyek laki-laki dan sebagian besar subyek perempuan (84%) memiliki LP lebih. Rerata kadar HbA1c pada subyek laki-laki adalah 6,3±0,2% dan perempuan 6,3±0,3%, dan hampir sebagian besar (68,2%) memiliki kadar HbA1c berisiko tinggi. Terdapat korelasi negatif tidak bermakna antara asupan energi total dengan kadar HbA1c pada subyek laki-laki (r=-0,15, p=0,536) dan korelasi positif tidak bermakna pada subyek perempuan (r=0,28, p=0,898). Korelasi negatif tidak bermakna dijumpai antara asupan lemak dengan kadar HbA1c pada seluruh subyek (r=-0,06, p=0,687). Korelasi positif tidak bermakna antara lingkar pinggang dengan kadar HbA1c terdapat pada seluruh subyek (r=0,18, p=0,236). ...... The prevalence of obesity in Indonesia is increasing and also the prevalence of central obesity which can be measured by waist circumference. The aim of this cross sectional study was to find the correlation between total energy intake, fat intake, and waist circumference with HbA1c levels in obes subject. Data collection was conducted during November to December 2013 in the institution of Balaikota DKI Jakarta. The subjects was obtained by consecutive sampling, and 47 subjects who meet study criteria were enrolled in this study. The data collection were characteristics of the subjects including age, gender and body mass index (BMI), as well as total energy intake, fat intake, waist circumference, and HbA1c levels. The results showed the highest age between 36-50 years (93.6%), majority of the subjects were female (57.4%), and catagorized as obese I (74.5%). Because most of the subjects were in the range of age 36 to 50 years, the data analysis and discussion conducted on 44 subjects. Most of the subject had total energy intake under RDI requirements, i.e., 13 people (68.4 %) of male and 19 subjects (76%) of female subjects. Most of the subjects (42 subjects, 95.5%) had fat intake over recommended percentage of total energy requirement. All of the male and most of female subjects (84%) have waist circumference greater than the normal criteria. Mean of HbA1c levels were 6.3±0.2%, for male subjects and almost the same levels for female subjects, while 68.2% of the subjects were categorized as high risk. The were no significant negative correlation between total energy intake and HbA1c levels in male subjects (r =-0.15, p=0,536) and no significant in female subjects (r=0.28, p=0.898). There were no significant negative correlation between fat intake and HbA1c levels in all subjects (r=-0.06, p=0.687), while non significant positive correlation between waist circumference and HbA1c levels were found in all subjects (r=0.18, p=0.236).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Monika Nanda Ginagustin Wiseno
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor- faktor yang berhubungan dengan kejadian pre-diabetes di PT. X pada tahun 2015. Penelitian pada pekerja penting untuk dilakukan mengingat masih sedikitnya penelitian terkait gizi kerja sementara kesehatan pekerja akan berpengaruh terhadap produktivitas kerja. Rancangan penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian kuantitatif dengan desain kasus kontrol. Perbandingan yang digunakan antara kasus dan kontrol adalah 1: 3. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei ? Juli 2015 kepada 80 (20 kasus : 60 kontrol) orang pekerja pabrik. Pengolahan data menggunakan uji chi-square untuk melihat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan bermakna antara usia, riwayat keluarga dengan diabetes mellitus, dislipidemia, indeks masa tubuh, asupan energi, dan asupan lemak dengan kejadian pre-diabetes. Pre-diabetes sebaiknya ditangani sebelum berkembang lebih lanjut menjadi diabetes mellitus. Pencegahan dapat dilakukan dengan membiasakan pola hidup sehat, menjaga berat badan ideal, aktif secara fisik, dan mengatur pola makan sesuai dengan gizi seimbang.
The purpose of this study is to determine association between pre-diabetes risk factors with pre-diabetes in factory workers. Since worker?s health status has a strong correlation with work productivity, as one of health aspect, more research regarding nutrition in workers need to be done. Design of this study is quantitative with case control method. Comparison between case and control is 1 : 3 with 20 cases and 60 controls. This research was held between May ? July 2015. Chi square was used to analyze association between dependent and independent variables. The result of bivariate analysis found an association between age, body mass index, family history with type-2 diabetes, dyslipidemia, energy intake, and fat intake with pre-diabetes in factory workers. As an early state of diabetes mellitus type 2, pre-diabetes should be taking more seriously to prevent its developing into type 2 diabetes. Being physically active and applying balanced nutrition concept on daily basis could be the best way to prevent pre-diabetes.
Depok: Universitas Indonesia, 2015
S59080
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kathlene Ronauli Martini
Abstrak :
ABSTRAK
Garam dan lemak merupakan dua substansi yang penting bagi tubuh manusia namun jika jumlahnya berlebih akan mengakibatkan hipertensi dan obesitas yang akan meningkatkan risiko seseorang terpapar penyaki degeneratif. Stres, efikasi diri, dan beberapa faktor lainnya dapat memengaruhi konsumsi garam dan lemak seseorang dengan cara yang berbeda-beda. Studi potong lintang ini bertujuan mengetahui perbedaan stres, efikasi diri, dan faktor lainnya usia, jenis pekerjaan, total asupan energi, IMT, pengetahuan gizi dalam konsumsi garam dan lemak pada pekerja lelaki dewasa di PT X tahun 2018. Responden N = 172 yang dipilih secara acak ditimbang berat badannya, ditanyakan tinggi badan berdasarkan pemeriksaan kesehatan terakhir, diminta mengisi kuesioner mengenai stress PSE , efikasi diri, GSE , dan pengetahuan gizi GNKQ , serta diwawancara 24-hour recall dan FFQ makanan tinggi garam dan lemak. Ditemukan perbedaan stres, jenis pekerjaan, total asupan energi, dan pengetahuan gizi dalam konsumsi garam, namun tidak ditemukan perbedaan faktor-faktor tersebut dalam konsumsi lemak.
ABSTRACT
Salt and fat, both are crucial substances to the human body but if intake is over the limit may cause hypertension and obesity. Futhermore it may also increases the risk of degenerative diseases. Stress, self efficacy, and many more factors may affect one rsquo s salt and fat intake with different ways. This cross sectional study aims to find out the difference of stress, self efficacy and other factors such as age, type of job, total energy intake, BMI, and nutrition knowledge in salt and fat intake among adult male workers at company X in year 2018. Randomized respondents N 172 were weighted, asked height based on the last medical check up, completed questionnaire that tap into stress PSE , self efficacy GSE , and nutrition knowledge GNKQ , and finished with having a 24 hour recall and salty fatty food FFQ interview. Findings indicate difference of stress, type of job, total energy intake, and nutrition knowledge within salt intake, but no within fat intake.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhiya Nadira
Abstrak :
Latar Belakang. Prevalensi balita wasting di Provinsi Nusa Tenggara Barat mencapai 10%, hal ini dapat memengaruhi tumbuh kembang anak balita. Hasil penelitian sebelumnya menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara infeksi dan asupan nutrisi terhadap wasting. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui karakteristik balita, prevalensi wasting, dan asupan karbohidrat, protein, dan lemak serta hubungannya terhadap wasting pada balita di Desa Sembalun Bumbung, NTB. Metode. Studi potong lintang telah dilaksanakan dengan melibatkan 112 balita usia 6-59 bulan di Desa Sembalun Bumbung, Kecamatan Sembalun, Lombok Timur, NTB pada Agustus 2019. Data antropometri berupa tinggi badan dan berat badan diukur untuk menentukan status gizi. Wawancara menggunakan kuesioner dilakukan untuk mendapatkan data demografi, sedangkan untuk mendapatkan asupan makronutrien balita menggunakan multiple-pass 2x24 hour food recall terhadap ibu balita. Data antropometri diolah menggunakan WHO Anthro Survey Analyser, sedangkan kuesioner diolah dengan bantuan perangkat lunak Epidata versi 4.4. Data asupan makanan dari food recall diolah menggunakan Nutrisurvey 2004. Data dianalisis menggunakan uji Fisher’s Exact Test pada SPSS versi 20. Hasil. Prevalensi balita wasting di Desa Sembalun Bumbung adalah 7%. Uji bivariat menyatakan bahwa asupan karbohidrat, protein, dan lemak tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap wasting (p>0.05). Kesimpulan. Asupan karbohidrat, lemak, dan protein tidak memiliki hubungan terhadap wasting pada balita usia 6-59 bulan di Desa Sembalun Bumbung
Background. Wasting prevalence in children under-five in Nusa Tenggara Barat Province is 10%, while wasting is an important factor affecting children’s growth and development. Current research shows that infection and nutrition intake affect wasting. This research is aimed to identify characteristics, prevalence of wasting, and association between carbohydrate, protein, and fat intake on wasting in children under-five at Sembalun Bumbung Village, NTB. Method. A cross sectional study was conducted in Desa Sembalun Bumbung, Kecamatan Sembalun, Lombok Timur, NTB in August 2019; 112 children of 6-59 months age were recruited. Anthropometry data including height and weight was obtained to analyze nutritional status. Children’s mothers were interviewed to collect sociodemographic data and macronutrient intake through multiple multiplepass 2x24 hour food recall using food portion pictures from Indonesian Ministry of Health. Anthropometry and questionnaire data were processed using WHO Anthro Survey Analyser and Epidata version 4.4. According to Indonesian Ministry of Health Food Composition Data, macronutrient intake from dietary recall was processed using Nutrisurvey 2004. Statistical data was analyzed with Fisher’s Exact Test using SPSS version 20. Result. Wasting prevalence of children under-five in Sembalun Bumbung Village was 7%. Bivariate analysis showed that carbohydrate, protein, and fat intake were not statistically significant on wasting prevalence (p>0.05). Conclusion. Carbohydrate, fat, and protein intake was not associated with wasting in children under-five in Sembalunbumbung Village
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Risma Berliana
Abstrak :
Status gizi lebih menjadi masalah kesehatan global dan membawa dampak buruk bagi kesehatan maupun psikososial bagi remaja. Prevalensi kegemukan dan obesitas pada anak usia 5-12 tahun di Jakarta Utara tahun 2018 sebesar 29.03%, yang mana angka ini melampaui prevalensi nasional dan provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini membahas mengenai faktor yang berkaitan dengan kejadian status gizi lebih berdasarkan pengukuran persen lemak tubuh pada siswi kelas 6 sekolah dasar di Jakarta Utara pada tahun 2018. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari penelitian tentang kegemukan dan obesitas pada anak sekolah dasar dengan indikator indeks massa tubuh menurut umur. Penelitian ini menggunakan metode cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 25.43% siswi di Jakarta Utara mengalami status gizi lebih. Terdapat perbedaan proporsi yang signifikan antara asupan lemak (p-value 0.015) dan status menarche (p-value 0.006) terhadap kejadian status gizi lebih, dengan status menarche sebagai faktor dominan. Tidak terdapat perbedaan yang signfikan antara asupan energi, asupan protein, asupan karbohidrat, kebiasaan sarapan, konsumsi buah dan sayuran, konsumsi minuman manis dalam kemasan, aktivitas fisik, durasi menonton TV, dan menggunakan gawai dengan kejadian status gizi lebih. Hasil penelitian ini menyarankan bahwa perlu dilakukan edukasi terkait pola makan seimbang dan aktivitas fisik bagi remaja putri untuk menjaga status gizi normal. ...... Over nutritional status has been the global health problem and will become a negative impact on health and psychosocial for adolescents. Based on Riskesdas 2018, prevalence of overweight and obesity in children aged 5-12 years in North Jakarta is 29.03%, which is higher prevalence than the national and province DKI Jakarta. This research objectively investigated factors that related with over nutritional status in grade 6 elementary school students in North Jakarta in 2018 that used body fat percentage assessment. This study used secondary data from rencetly research about obesity in student grade 6 elementary school in North Jakarta. This study used a cross sectional method. The results showed that 25.43% of female students in North Jakarta changed obesity. There was a significant difference between fat intake (p-value 0.015) and menstrual status (p-value 0.006) to the incidence of over nutritional status, with menstrual status as a dominant factor. There is no significant proportional differences between energy intake, protein intake, carbohydrate intake, breakfast, fruit and vegetable consumption, consumption of sugar sweetened beverages, physical activity, TV viewing and gadget time, with over nutritional status. The results of this study prove that education related to balanced diet and physical activity isimportant for adolescent girl according their needs to normal nutritional status.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nesia Kristian
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian pendek pada siswa SDN Cideng 09 dan 10 Pagi Jakarta. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Sampel penelitian ini berjumlah 156 orang yang didapat dengan metode simple random sampling. Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampaiMei 2015. Pengumpulan data dilakukan melalui pengukuran tinggi badan siswa, pengisian angket oleh Ibu siswa, dan wawancarakepada siswa dengan formulir FFQ semikuantitatif. Analisis data dilakukan dengan uji chi-square. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 16,0% siswa mengalami pendek. Analisis uji statistik menunjukkan adanya hubungan bermakna antara asupan lemak rendah dan riwayat tidak ASI predominan dengan kejadian pendek. Penelitian ini menyarankan agar pemerintah dan sekolah terus mengedukasi siswa dengan pedoman gizi seimbang. ...... The objective of this research is to determine the description and relationship factors of stunting children among primary school student at SDN Cideng 09 and 10 Pagi Jakarta. The method of this research is cross sectional design. There are 156 students was being the samples which selected by simple random sampling. The research was held on April until Mei 2015. The database were collected by measuring of student`s height, self-administered questionnaire by students`s mother and semiquantitative FFQ interview with student. The result of this research found that proportion of the respondents who are stunting was 16,0%. The result of statistic analysis showed that the unsufficient fat intake andpredominant breast-feeding had a significant association with child-stunting. This research suggest the government and school educate the students about nutrition education.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2015
S60254
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rizal Hidayatullah
Abstrak :
Indonesia merupakan salah satu negara yang memilki penduduk dengan status gizi rendah. Data Riskesdas menunjukkan bahwa 13,3% anak laki-laki dan 10,9% anak perempuan berada dalam status gizi kurang. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui apakah status gizi tersebut berhubungan dengan asupan lemak yang dikonsumsi. Penelitian ini dilakukan pada kelompok remaja yang berusia 13-18 tahun. Quesioner food-record diisi oleh responden selama 3 hari dalam 1 minggu yaitu dari tanggal 15 Januari 2011 sampai 22 Januari 2011 digunakan untuk mengetahui asupan lemak dan data pengukuran Indeks Massa Tubuh digunakan untuk menentukan status gizi. Responden dalam penelitian ini berjumlah 90 orang. Dari 90 responden tersebut, terdapat 1 (1,1%) responden dengan status gizi kurang, 64 (71,1%) responden dengan status gizi cukup, dan 25 (27,8%) responden dengan status gizi lebih. Dengan uji Kolmogorov-Smirnov, didapatkan hasil bahwa dalam penelitian ini tidak ditemukan hubungan antara asupan lemak dengan status gizi (p=0,736).
Malnutrition continues to be a primary cause of ill health and mortality among children in developing countries like Indonesia. Riskesdas showed that 13.3% males and 10.9% females under 18 years of age in Indonesia were under-nutrition. In the present study, an attempt was made to find the prevalence of under-nutrition among school children 13-18 year age group and its association with fat intake. Nutritional status of the children was assessed by measuring Body Mass Index (BMI) and their fat intake for three day (Januari 15-22, 2011) was recorded using food-record questionnaire. A total 90 students were randomly selected from the study area. Among 90 students, 1.1% students were found to be undernutrition, 71.1% normal, and 27.8% overnutrition. There was no significant difference (Kolmogorov-Smirnov p>0.05) between prevalence of under-nutrition and fat intake. It was concluded that the prevalence of under-nutrition among school children 13-18 year age group was not associated with fat intake.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Denissa Indriana
Abstrak :
Prevalensi balita wasting di Jakarta Timur tahun 2017 merupakan prevalensi tertinggi kedua di DKI Jakarta yakni sebesar 11%. Prevalensi wasting di Jakarta Timur termasuk masalah kesehatan masyarakat yang serius. Wasting merupakan masalah kesehatan yang serius karna dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas balita. Usia 24-30 bulan merupakan usia yang rentan mengalami wasting karena sudah tidak mendapatkan ASI sehingga diperlukannya asupan gizi yang adekuat. Wasting memiliki beberapa faktor langsung dan tidak langsung sehingga tujuan penelitian ini adalah mengetahui faktor dominan kejadian wasting pada anak usia 24-30 bulan di Kecamatan Cakung, Jakarta Timur tahun 2019. Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional dengan sampel penelitian 221 anak usia 24-30 bulan. Hasil penelitian menunjukkan 14,9% anak usia 24-30 bulan di Kecamatan Cakung, Jakarta Timur tahun 2019 mengalami wasting. Terdapat hubungan positif antara asupan energi, asupan karbohidrat, asupan protein, asupan protein hewani, asupan lemak, frekuensi asupan susu, dan jumlah asupan susu dengan kejadian wasting. Risiko wasting lebih tinggi pada anak dengan asupan energi, karbohidrat, protein, protein hewani, dan lemak yang tidak adekuat serta frekuensi dan jumlah asupan susu yang kurang. Faktor dominan dari penelitian ini yakni asupan protein yang berarti asupan protein tidak adekuat mempunyai peluang 2,8 kali untuk menjadi wasting dibandingkan dengan anak dengan asupan protein adekuat setelah dikontrol oleh asupan energi, asupan asupan karbohidrat, asupan protein hewani, asupan lemak, riwayat ISPA, riwayat diare, usia minum susu, frekuensi asupan susu, jumlah asupan susu, IMD, dan pendidikan ibu. Maka dari itu diperlukannya asupan protein khususnya susu untuk mencegah kejadian wasting.
The prevalence of wasting toodlers in East Jakarta in 2017 is the second highest prevalance in DKI Jakarta is 11%. The prevalence of wasting in East Jakarta is a serious problem public health. Wasting is a serious problem because it can cause morbidity and mortality in children. Age 24-30 months is the age high risk of wasting because its not getting breast milk anymore, so adequate nutritional intake is needed. Wasting has several direct and indirect factors, the purpose of this study is to find out dominant factors of wasting in children aged 24-30 months in Cakung Sub District, East Jakarta in 2019. This study used a cross-sectional method with 221 children aged 24-30 month. The results showed 14,9% of children aged 24-30 months in Cakung District, East Jakarta in 2019 had wasting. There is a relationship between energy intake, carbohydrate intake, protein intake, animal source protein intake, fat intake, frequency of milk intake, amount of milk intake with wasting. The risk of wasting is higher in children with energy, carbohydrate, protein, animal protein, and inadequate fat intake and less frequency and amount of milk intake. The dominant factor of this study is protein intake which means that inadequate protein intake has higher risk 2,8 times to be wasting compared to children with adequate protein intake after being controlled by energy intake, carbohydrate intake, animal source protein intake, fat intake, acute respiratory infection, diarrhea, age of drinking milk, frequency of milk intake, amount of milk intake, initiation of breast feeding, and mother education. Adequancy protein intake is needed especially milk intake to prevent wasting in children.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library