Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rahmania Sekar Wulandari Nitimihardjo
"Makalah ini berisi refleksi saya saat melakukan kegiatan magang di Proyek GTOM yang berada di bawah naungan PT XYZ dalam menghadapi berbagai dinamika dan proses beradaptasi di lingkungan kerja yang kompleks. Saya mencoba memberi analisis pribadi berkenaan dengan konsep fleksibilitas kerja melalui nilai adaptif dan fleksibel yang selalu ditekankan kepada para anak magang oleh pihak PT XYZ. Pengimplementasian konsep fleksibilitas kerja melalui kedua nilai tersebut rasanya memposisikan saya dalam situasi yang gamang dan rentan sehingga menimbulkan efek yang abusif. Berdasarkan hasil refleksi pribadi saya, ditemukan bahwa kondisi ini membuat saya secara natural mengimplementasikan konsep situated learning sebagai bentuk adaptasi terhadap situasi magang yang penuh kegamangan itu. Saya juga menyoroti pentingnya peran hubungan pertemanan (relasi sosial) dalam mengondisikan proses dan pengalaman situated learning. Secara keseluruhan, pengalaman magang saya di proyek GTOM memberikan pemahaman mendalam tentang dinamika dunia kerja yang sebenarnya dan menekankan pentingnya dukungan dan struktur yang jelas dalam menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan produktif.

This paper reflects on my internship experience in the GTOM Project under PT XYZ, where I faced various dynamics and adaptation processes in a complex work environment. I provide a personal analysis regarding the concept of work flexibility through the adaptive and flexible values emphasized by PT XYZ on interns. The implementation of these flexibility concepts often placed me in uncertain and vulnerable situations, resulting in a sense of being in an abusive environment. Based on my personal reflections, I found that these conditions naturally led me to apply the concept of situated learning as a form of adaptation to the unsettling internship environment. Additionally, I highlight the crucial role of peer relationships (social connections) in shaping the process and experience of situated learning. Overall, my internship experience in the GTOM project offered deep insights into the true dynamics of the workplace and underscored the importance of support and clear structures in creating a healthy and productive work environment.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Vike Mawadathan Thoyibah
"Fleksibilitas kerja dan job burnout menjadi salah satu alasan mengapa karyawan memilih untuk mengundurkan diri dari tempat kerja yang pada akhirnya menyebabkan terjadinya turnover di perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji, menganalisis, dan membuktikan pengaruh fleksibilitas kerja dan kejenuhan kerja terhadap kepuasan karyawan serta hubungannya dengan turnover pada perusahaan startup. Metode penelitian ini menggunakan desain penelitian kuantitatif. Data dikumpulkan melalui survei elektronik melibatkan 176 karyawan startup yang mendapatkan fleksibilitas kerja dari perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fleksibilitas kerja berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja dan berpengaruh negatif terhadap turnover intention. Kemudian, job burnout berpengaruh negatif terhadap kepuasan kerja dan berpengaruh positif terhadap turnover intention. Selain itu, kepuasan kerja dapat memediasi fleksibilitas kerja dan job burnout terhadap turnover intention.

Job flexibility and job burnout are one of the reasons why employees choose to resign from the workplace which ultimately causes turnover in the company. This study aims to test, analyze, and prove the effect of job flexibility and job burnout on employee satisfaction and its relationship with turnover in startup companies. This study method applied quantitative research design. The data were collected through electronic survey involved 176 startup employees who get job flexibility from the company. The results showed that job flexibility has a positive effect on job satisfaction and a negative effect on turnover intention. Then, job burnout has a negative effect on job satisfaction and a positive effect on turnover intention. In addition, job satisfaction can mediate job flexibility and job burnout on turnover intention."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adetya Surya Kresna Murti
"Tingkat turnover sektor teknologi informasi termasuk yang tertinggi dibandingkan sektor lainnya. Kehadiran pekerja teknologi informasi (TI) memegang peranan penting dalam perusahaan guna mendukung kegiatan operasional bisnis masing-masing. Untuk meminimalkan tingkat turnover intention, perusahaan perlu mempertimbangkan beberapa faktor yang terkait dengan hal tersebut, antara lain beban kerja, fleksibilitas kerja, work-life balance, dan kepuasan kerja. Beban kerja diketahui memberikan pengaruh yang besar terhadap kesejahteraan karyawan. Selain itu, telah menjadi perhatian kritis untuk retensi tenaga kerja ini. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara beban kerja, kerja fleksibel, dan turnover intention pada pekerja teknologi informasi. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner secara online. Data yang diperoleh meliputi 272 responden dengan latar belakang pegawai teknologi informasi (TI) di Indonesia. Metode Structural Equation Modeling (SEM) digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel-variabel tersebut dengan menggunakan software Lisrel. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa worklife balance dan fleksibilitas kerja secara signifikan mampu mempengaruhi kepuasan kerja, work-life balance dan fleksibilitas kerja memiliki hubungan tidak langsung terhadap turnover intention dimediasi oleh kepuasan kerja. Selain itu, pada penelitian ini ditemukan bahwa beban kerja tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja. Kemudian penelitian ini pun menemukan bahwa kepuasan kerja tidak mampu memediasi hubungan beban kerja terhadap turnover intention pekerja teknologi informasi di Indonesia.

The turnover rate in the information technology sector is one of the highest compared to other sectors. The presence of information technology (IT) employees play an important role in companies in order to support operational activities of each business. To minimize the turnover intention rate, companies need to take into consideration several factors related to this, including workload, work flexibility, work-life balance, and job satisfaction. Workloads are known for giving a big impact on employee’s well-being. In addition, it has become a critical concern for the retention of this workforce. The main aim of this study is to analyze the relationships between workload, flexible working, and turnover intention among information technology employees. This research is a quantitative study with a cross-sectional design. Data were collected by distributing questionnaires online. The data obtained data covered 272 respondents with a background in information technology (IT) employee in Indonesia. Structural Equation Modeling (SEM) method was used to analyze the relationships between these variabel using Lisrel software. The results of this study indicate that work-life balance and flexible working has significant and positive influence on job satisfaction. Beside that, this research proves that job satisfaction significantly mediates the relationship between work-life balance and flexible working with turnover intention. In the other hands, workload has no significant impact on job satisfaction, therefore job satisfaction has no mediating a relationship between workload and turnover intention in information technology employees in Indonesia."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Arif Sofyan
"Fleksibilitas kerja semakin menjadi perhatian utama di berbagai sektor industri, terutama dalam konteks kesejahteraan subjektif pekerja. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji hubungan antara pengaturan kerja fleksibel dan kesejahteraan subjektif pada pekerja di sektor industri swasta di Indonesia, khususnya di DKI Jakarta, Banten, dan Jawa Barat. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain non-eksperimental korelasional. Partisipan penelitian adalah 87 pekerja berusia 19-60 tahun yang telah bekerja dengan pengaturan kerja fleksibel minimal selama 3 bulan. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang terdiri dari The PERMA-Profiler dan Flexible Working Arrangement Scale (FWAS). Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara fleksibilitas waktu kerja dan kesejahteraan subjektif (r = 0,487; p < 0,01; two tailed) serta antara fleksibilitas tempat kerja dan kesejahteraan subjektif (r = 0,532; p < 0,01; two tailed). Temuan ini mengindikasikan bahwa pekerja yang memiliki kontrol lebih besar atas waktu dan lokasi kerja mereka cenderung memiliki tingkat kesejahteraan subjektif yang lebih tinggi. Oleh karena itu, disarankan bagi organisasi untuk merancang kebijakan kerja yang lebih fleksibel dan memberikan dukungan yang memadai untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja.

Work flexibility has increasingly become a major focus in various industrial sectors, especially concerning the subjective well-being of employees. This study aims to examine the relationship between flexible working arrangements and subjective well-being among workers in the private sector in Indonesia, particularly in DKI Jakarta, Banten, and West Java. This research employs a quantitative method with a non-experimental correlational design. The participants of the study are 87 employees aged 19-60 years who have been working with flexible working arrangements for at least 3 months. Data were collected through questionnaires consisting of The PERMA- Profiler and the Flexible Working Arrangement Scale (FWAS). The results of the study show a significant positive relationship between flexible working hours and subjective well-being (r = 0,487; p < 0,01; two tailed) as well as between flexible work location and subjective well-being (r = 0,532; p < 0,01; two tailed). These findings indicate that employees who have greater control over their work hours and locations tend to have higher levels of subjective well-being. Therefore, it is recommended for organizations to design more flexible work policies and provide adequate support to enhance employee well-being."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library