Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1993
S7474
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maufiroh
"Kesiapan peran menjadi ibu merupakan solusi yang krusial terhadap kesehatan ibu dan anak. Penelitian ini bertujuan mengetahui perbandingan kesiapan peran menjadi ibu pada perempuan berdasarkan usia, paritas, tipe keluarga, dukungan sosial, dan risiko depresi pascapartum. Desain penelitian ini adalah studi komparatif dengan pendekatan cross sectional, melibatkan 152 perempuan 0-4 bulan pascapartum di Kecamatan Bogor Utara yang dipilih dengan teknik consecutive sampling. Kesiapan peran menjadi ibu diukur menggunakan instrumen Maternal Role Attainment Scale Form-B.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bermakna pada kesiapan peran menjadi ibu berdasarkan paritas dan dukungan sosial dengan nilai p value 0,008 dan 0,037. Namun tidak ditemukan perbedaan berdasarkan usia, tipe keluarga, dan depresi pascapartum. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pendidikan, pelayanan kesehatan, dan penelitian keperawatan untuk meningkatkan kesiapan peran menjadi ibu pada perempuan.

Women's role readiness on becoming a mother is crucial solution for maternal and children?s health. This study aimed to compare women?s role readiness on becoming a mother at the formal-informal stages according to age, parity, family type, social support, dan postpartum depression risk. Research design in this study was comparative study with crossectional approach, involved 152 women at 0-4 months postpartum period in Kecamatan Bogor Utara which were selected by consecutive sampling. Women?s role readiness was measured by Maternal Role Attainment Scale Form B.
Results of this study indicated that there were significant differences of women's role readiness according to parity and social support with p value 0,008 and 0,037. Meanwhile, there were no significant differences according to age, family type, and postpartum depression. This study was expected to be beneficial for nursing education, health services, dan research to increase readiness of maternal role on becoming a mother among women.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2016
S63117
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Dewi Sri Ratna Sari
"ABSTRAK
Studi ini merupakan salah satu upaya mendeskripsikan perbandingan jaringan komunikasi formal dan informal di suatu organisasi / perusahaan serta melihat peran anggota jaringan. Tujuan studi ini adalah menggambarkan jaringan dan arus komunikasi baik formal maupun informal serta membandingkannya untuk mengetahui tingkat ketumpangtindihan antara jaringan komunikasi formal dan jaringan komunikasi informal. Tipe penelitian studi ini mengarah pada tipe penelitian deskriptif dengan studi gabungan antara kualitatif dan kuantitatif.
Metode pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan cara kuesioner dan observasi parsipatoris, sedangkan data sekunder diperoleh dari data atau dokumen yang dihasilkan oleh perusahaan. Data-data yang didapat kemudian diukur dengan menggunakan survei sosiometri dan indeks/matriks keterhubungan (connectedness index).
Pemilihan sampel dilakukan dengan desain "snowball sampling" dengan penarikan sampel secara sampel secara random (acak) dari empat jenjang jabatan, yakni Manager, Supervisor, Chief Leader dan Staff dengan 25 responden di tiap jaringan, baik formal maupun informal. PT. Tancho Indonesia, Tbk dan perusahaan distributornya PT. Tanesia dipilih sebagai lingkup penelitian berdasarkan pertimbangan terhadap ukuran dan tingkat kompleksitas yang cukup. Seluruh anggota perusahaan ini kemudian menjadi populasi dalam penelitian dengan jumlah sampel yang menjadi responden adalah karyawan-karyawati perusahaan tersebut dan total sampel keseluruhan adalah 88 orang.
Dalam menganalisa data digunakan dua bentuk, yakni tabel distribusi frekuensi untuk menganalisa data mengenai jaringan komunikasi yang berdasarkan pada karakteristik sosio-demografis responden dan mengetahui perbedaan jaringan komunikasi formal dan informal, serta bagan jaringan komunikasi formal dan informal.
Berdasarkan basil data sosio-demografis, terungkap bahwa pengetahuan para responden akan struktur organisasi perusahaan yang sedikit banyak merupakan rujukan dalam melakukan komunikasi hubungan formal sangat kurang. Faktor yang dapat menjadi penyebab tingginya tingkat ketumpangtindihan (overlap) antara komunikasi formal dengan komunikasi informal dalam perusahaan. Rata-rata persentase tiap jenjang jabatan lebih dan 50%. Pada jenjang jabatan Manager adalah sebesar 72%; pada jenjang jabatan Supervisor sebesar 76%; pada jenjang jabatan Chief Leader sebesar 80% dan pada jenjang jabatan Staff sebesar 72%.
Analisis bagan jaringan komunikasi menunjukkan bahwa para responden yang menjadi star dalam jaringan komunikasi formal sebagian besar berasal dari departemen-departemen yang terkait dengan kegiatan produksi produk yang dihasilkan perusahaan. Sedangkan para star dalam jaringan komunikasi informal cenderung berasal dari departemen tempat responder utama bekerja. Bagan juga memperlihatkan bahwa jenjang jabatan bukanlah faktor paling menentukan dalam menentukan jaringan komunikasi informal karena departemen tempat seorang karyawan bekerja lebih menentukan dalam berhubungan informal dengan rekan-rekan satu kantor.
Dan melihat tingginya minat karyawan terhadap isu seputar perusahaan, maka sebaiknya perusahaan berusaha lebih terbuka dalam memberikan informasi tentang manajemen untuk meredusir rumor yang dapat berakibat fatal. Para karyawan baru juga sebaiknya diberi panduan tentang struktur organisasi agar tidak mencari-cari informasi melalui grapevine yang tidak dapat menjamin kebenaran informasi. Perusahaan juga sebaiknya memperhatikan para karyawan yang menjadi star dalam jaringan komunikasinya karena mereka dapat menjadi penghubung yang baik antara perusahaan dan para karyawan bila perusahaan sedang berada dalam situasi krisis untuk menjelaskan masalah yang dihadapi perusahaan maupun meluruskan berita.

"
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andi Muh Tommy Nganroputra
"DKI Jakarta memiliki bonus demografi angkatan kerja yang tercermin dari peningkatan angka pencari kerja perkotaan. Pencari kerja memiliki kecenderungan tertentu pada sektor pekerjaan yang bersifat formal maupun informal. Namun, belum banyak penelitian yang membahas preferensi tersebut berdasarkan faktor demografi dan aksesibilitas. Faktor demografis dapat memberikan gambaran karakteristik pencari kerja dan preferensinya sedangkan faktor aksesibilitas memiliki kaitan erat dengan kemudahan dalam mencapai lokasi pekerjaan yang juga dapat menentukan preferensi pencari kerja. Pengetahuan tentang pengaruh faktor-faktor tersebut dapat memberikan masukan dalam perencanaan kebijakan berbasis wilayah serta pengembangan perkotaan yang mengakomodasi kebutuhan layanan akses pada pusat-pusat ekonomi kota. Dalam penelitian ini diterapkan autokorelasi spasial pada data pencari Kerja di Jakarta dengan menggunakan variabel bebas jumlah penduduk, usia produktif, luas wilayah dan lokasi pelatihan (sebagai representasi aspek pendidikan) sebagai faktor demografis. Sementara itu, untuk mengetahui faktor aksesibilitas pencari kerja digunakan variabel jarak tempuh, waktu perjalanan, dan biaya perjalanan. Analisis data dilakukan dengan menggunakan pendekatan spasial untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing wilayah (kecamatan) di DKI Jakarta Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan pengumpulan data menggunakan kuesioner yang disebarkan secara online. Hasil penelitian menunjukkan adanya kecenderungan responden untuk memilih sektor pekerjaan formal dibandingkan informal. Secara kewilayahan juga ditemukan bahwa kecamatan dengan jumlah pencari kerja tertinggi berada di kecamatan Tanjung Priok (Jakarta Utara), Kalideres (Jakarta Barat), dan Duren Sawit di Jakarta Timur. Hasil analisis spasial juga menemukan variabel jumlah penduduk, penduduk usia produktif dan jumlah lokasi pelatihan berpengaruh terhadap preferensi pencari kerja. Sementara itu, variabel aksesibilitas juga signifikan dan berpengaruh terhadap preferensi pencari kerja (jarak tempuh, waktu tempuh, dan biaya perjalanan) untuk memilih pekerjaan di sektor formal.

DKI Jakarta has a demographic bonus of the labor force which is reflected in the increase in the number of urban job seekers. Job seekers have certain tendencies in the formal and informal job sectors. However, there have not been many studies that discuss these preferences based on demographic and accessibility factors. Demographic factors can provide an overview of the characteristics of job seekers and their preferences, while accessibility factors have a close relationship with the ease of reaching job locations which can also determine the preferences of job seekers. Knowledge of the influence of these factors can provide input in area-based policy planning as well as urban development that accommodates the needs of access services in urban economic centers. In this research, autocorrelation is applied to the data on job search in Jakarta by using independent variables of population, productive age, area, and location of training (as a representation of educational aspects) as demographic factors. Meanwhile, to find out the accessibility of job seekers, variables distance, travel time, and travel costs are used. Data analysis was carried out using a spatial approach to determine the influence of each region (observation) in DKI Jakarta This study used a quantitative approach by collecting data using questionnaires that were disseminated online. The result shows respondents’ tendency to choose formal rather than informal work sectors. Regionally, it was also found that the districts with the highest number of job seekers in Tanjung Priok (North Jakarta), Kalideres (West Jakarta), and Duren Sawit sub-districts in East Jakarta. The results of spatial analysis also found that the variables number of population, population age and, number of occupation exercise affect the preferences of job seekers. Meanwhile, accessibility is also significant and influences the preferences of job seekers (mileage, travel time, and travel costs) to choose jobs in the formal sector."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yuda Andika Darmawan
"Studi ini menganalisis bagaimana pengalaman migrasi ke Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi) dan kota metropolitan lainnya di Indonesia berpengaruh terhadap pendapatan, baik pekerja formal maupun informal. Penelitian ini menggunakan data dari Indonesia Family Life Survey (IFLS) tahun 2007 dan 2014 serta data BPS dan Simreg Bappenas. Dengan menggunakan regresi fixed effect, penelitian ini menemukan bahwa pengalaman migrasi ke Jabodetabek tidak memberikan pengaruh terhadap pendapatan, baik bagi pekerja formal maupun informal. Sementara pengalaman migrasi ke kota metropolitan selain Jabodetabek berpengaruh terhadap pendapatan baik bagi pekerja formal maupun informal. Akan tetapi, pekerja di Jabodetabek memperoleh pendapatan lebih tinggi sementara pekerja di kota-kota metropolitan tidak. Temuan ini menunjukkan adanya ketimpangan kesempatan dan ekonomi antara Jabodetabek sebagai primate city dan kawasan lainnya. Selain itu, penelitian ini juga mengkonfirmasi adanya learning effect bagi pekerja formal dan informal. Learning effect tersebut justru lebih tinggi untuk pekerja informal. Hal ini dikarenakan mudahnya melakukan imitasi untuk pekerjaan sektor informal. Selain itu, tingkat kepercayaan serta network externalities lebih kuat antar pekerja informal yang memungkinkan terjadinya transaksi atau kerjasama yang berulang.

This study examines how migration experience to large agglomeration economies of Jabodetabek (Jabodetabek, Bogor, Depok, Tangerang, and Bekasi) and other metropolitan cities in Indonesia affect income of both formal and informal workers. This study employs data from the Indonesia Family Life Survey (IFLS) in 2007 and 2014 as well as macro data from BPS and Simreg Bappenas. Using fixed effect regression, this study finds that migration experience to Jabodetabek has no effect on income, both formal and informal workers. Meanwhile, migration experience to a metropolitan city other than Jabodetabek increase the income of formal and informal workers. However, workers in Jabodetabek earn higher incomes while workers in metropolitan cities do not. These findings show that there is inequality of opportunity and economy between Jabodetabek as a primate city and other areas. In addition, this study also confirms the existence of a learning effect for formal and informal workers. Interestingly, learning effect is higher for informal workers. This is because it is relatively easy to imitate a product produced by informal sector. In addition, trust and network externalities are stronger among informal workers which allow them to make repeated transactions or partnerships."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hutagalung, Inge
"Organisasi adalah sistim kerja atau daya dari dua orang atau lebih yang dikoordinasi secara sadar dengan unsur meliputi komunikasi, kerelaan mengabdi, dan tujuan bersama.
Fungsi komunikasi dalam organisasi merupakan sarana untuk memodifikasi perilaku, mempengaruhi perubahan, memproduktifkan informasi, dan untuk mencapai tujuan organisasi.
Komunikasi dalam organisasi sangat berbeda dengan proses komunikasi di luar organisasi. Hal ini disebabkan adanya struktur hierarki yang merupakan karateristik dari setiap organisasi. Kenyataan menunjukkan bahwa dalam kehidupan organisasi, komunikasi tidak selalu mengikuti pola dalam struktur organisasi. Pola komunikasi di luar struktur yang bersifat informal dapat terjadi. Pada komunikasi formal maupun informal, komunikasi antar pribadi banyak memainkan peranan penting. Adanya komunikasi antar pribadi yang efektif akan sangat membantu untuk pencegahan pertentangan yang berlanjut. Jika pertentangan berkelanjutan dalam suatu organisasi maka pada akhirnya akan merugikan organisasi dalam pencapaian tujuannya.
Pada sebagian organisasi komunikasi informal tidaklah dianggap sebagai 'pengganggu' daripada komunikasi formal. Lebih jauh kehadiran jaringan komunikasi informal dimanfaatkan untuk melengkapi adanya jaringan komunikasi formal, melalui pengembangan kegiatan yang dilakukan secara berkesinambungan.
Adanya iklim organisasi yang kondusif bagi berlangsungnya komunikasi baik formal maupun informal menumbuhkan komunikasi antar pribadi yang efektif. Keterbukaan komunikasi berlangsung dari tingkatan pimpinan hingga bawahan. Keanekaragaman forum komunikasi baik formal maupun informal dimanfaatkan untuk membina rasa kekeluargaan dan kebersamaan diantara sesama pelaku kerja.
Keefektifan komunikasi antar pribadi yang terjadi, menjadikan konflik yang timbul pada organisasi dipandang sebagai sesuatu hal yang manusiawi dan wajar. Dan menjadi salah satu tolak ukur keharmonisan komunikasi yang berlangsung.
Konflik pada organisasi lebih dipandang sebagai bagian dinamika pekerjaan daripada sesuatu yang bersifat pribadi, karena komunikasi khususnya antar pribadi telah berjalan baik."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2002
T2902
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umar Riyadi
"ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh "momong cucu" oleh kakek-nenek terhadap status bekerja ibu, dengan memanfaatkan data SUPAS 2015. Sebagai unit analisis adalah perempuan menikah usia 15-54 tahun yang memiliki anak usia 12 tahun ke bawah dan tinggal bersama suami/pasangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keberadaan kakek-nenek dalam sebuah keluarga memberi pengaruh positif terhadap peluang seorang ibu untuk bekerja baik di sektor formal maupun informal, meskipun kakek-nenek tidak terlibat dalam mengasuh cucu. Pengaruh ini semakin besar ketika kakek-nenek turut serta dalam mengasuh anak, dalam bentuk momong cucu.

ABSTRACT
This study aims to investigate the effect of grand-parenting on mother's work participation, uses SUPAS 2015 data. The unit of analyses are married women aged 15-54 years who live with their husbands or spouses and also have children 12 years old age and younger. The results of this study indicate that the existence of grandparent in a family gives a positive influence on a mother's chances to work both in the formal and informal sectors, although grandparents are not involved in grandparenting. The effect is greater when grandparents participate in childcare, in the form of grandparenting."
2017
T48334
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isnaini Zulhusna
"Keberadaan anggota rumah tangga khususnya anak merupakan salah satu jaring pengaman lansia di masa tua selain bekerja. Hal ini dikarenakan masih kurangnya jaminan sosial di Indonesia. Pandemi Covid-19 mengancam kestabilan ekonomi lansia sehingga ketergantungan finansial lansia pada keluarga terutama anak semakin meningkat. Tetapi, potensi dukungan yang dilihat dari keberadaan anggota keluarga yang tinggal bersama menunjukkan tren menurun khususnya pada masa pandemi covid-19 dibandingkan sebelumnya. Penelitian ini bertujuan menganalisis dukungan keluarga yang dilihat dari keberadaan anggota keluarga dalam rumah tangga khususnya anak terhadap keputusan bekerja lansia sebagai pekerja formal dan informal dengan mempertimbangkan ketergantungan finansial anak yang tinggal bersama serta bagaimana perubahannya selama masa pandemi Covid-19. Hasil analisis regresi multinomial dengan membandingkan dua data cross section Susenas Maret 2018 dan 2021 menemukan bahwa kecenderungan lansia yang tinggal sendiri, bersama dengan pasangan, dengan anak tertanggung, dan lainnya untuk bekerja sebagai pekerja formal dan informal lebih tinggi dibandingkan tinggal bersama anak yang mandiri. Ketidakhadiran anak yang mandiri secara finansial meningkatkan tekanan ekonomi lansia saat pandemi sehingga kecenderungan untuk bekerja meningkat. Selain itu pada tahun 2021, kecenderungan untuk bekerja meningkat lebih besar pada pekerja informal dibanding pekerja formal yang mengindikasikan adanya tekanan ekonomi yang lebih besar saat pandemi. Tinggal dengan anak yang mandiri secara finansial disarankan untuk menjaga kestabilan status ekonomi lansia tetapi juga harus diikuti oleh dukungan emosional. Selain itu, keberadaan jaminan hari tua penting untuk menjaga kestabilan ekonomi lansia ditengah ketiadakhadiran anak yang mandiri secara finansial.

Apart from work, household members, especially children, are a safety net for the older adults due to Indonesia's lack of social security. The COVID-19 pandemic threatens the economic stability of the older adults so they become more financially dependent on families, especially children. However, the potential for support seen from the presence household members living together tends to decrease, especially during the COVID-19 pandemic. This study aims to analyze family support as seen from the presence of family members in the household, especially children with older adults decisions to work as formal and informal workers, by considering the financial dependence of children who live together and how it changes during the Covid-19 pandemic. The results of multinomial regression analysis by comparing two cross-sectional data from the March 2018 and 2021 Susenas found that the likelihood of the older adults living alone, with their spouse, with the dependent children, and others to work as formal and informal workers is higher than living with independent children. The absence of financially independent children increases the economic pressure on the elderly during the pandemic, so the likelihood to work increases. In 2021, the likelihood to work is more prominent in informal workers than formal workers, indicating more significant economic pressure during the pandemic. Living with a financially independent child is recommended to maintain the stability of the older adults's economic status but must also be accompanied by emotional support from family. The existence of an old-age social security system is essential to maintain the economic stability of the older adults in the absence of financially independent children."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Umar Wahyu Widodo
"Di Indonesia diperkirakan menjelang talmn 2000 belum dapat terhindar dari permasalahan penduduk berikut aspek-aspek yang terkait didalamnya dan sekaligus berfungsi sebagai pilar untuk mencapai kestabilan politik maupun ekonomi. Jika permasalahan ini ditempatkan dalam suatu kerangka pembangunan dari negara yang sedang berkembang ternyata masih banyak kegiatan ekonomi yang tergantiung pada keadaan penduduk seperti halnya masalah kemiskinan, rendahnya tingkat upah pekerja, penyerapan tenaga kerja di sektor .formal dan yang lebih penting semakin rendahnya kualitas sumber daya manusia dalam arti luas.
Kenyataan menunjukkan bahwa mobilitas penduduk terkonsentrasi di. kota besar terutama di DKI Jakarta yang merupakan pusat pemerintahan yang sarat dengan fasilitas umum serta fasilitas sosial sehingga menjadikan Jakarta sebagai pusat industri, pusat perdagangan dan juga merupakan pusat kebudayaan. Kondisi yang demikian akan membawa dampak berkembangnya sektor informal yang semakin luas diberbagai lingkup kegiatan ekonomi yang merupakan daya tarik bagi penduduk di kota kecil untuk melakukan migrasi yang secara bertahap semakin meningkat jumlahnya.
Propinsi Jawa Timur merupakan propinsi pengirim terbesar kedua setelah propinsi Jawa Tengah, sedangkan DKI Jakarta masih merupakan wilayah yang relatif mempunyai prosentase migran netto tertinggi di Indonesia Menitik beratkan mengenai keadaan di kedua wilayah tersebut dipandang cukup menarik untuk ditelaah secara mendalam mengenai determinant sosial ekonomi peluang migran asal Jawa Timur untuk memperoleh pekerjaaan pada sektor formal-informal di DKI Jakarta dan untuk selanjutnya dari hasil kajian tersebut akan dapat menjelaskan pekerjaan migran secara jelas berikut latar belakang sosial ekonominya.
Secara umum dapat diungkapkan bahwa dalam kurun waktu 25 tahun sejak 1960 jumlah penduduk DKI Jakarta mengalami peningkatan 2,6 kali lipat. Dengan demikian laju pertumbuhan penduduk relatif sangat cepat yang disebabkan karena faktor daya tarik yang sangat kuat di DKI Jakarta seperti, pusat pemerintahan, perkembangan perekonomian yang cukup pesat dan peluang dalam menciptakan kesempatan kerja yang cukup besar dan kesemuanya tersebut merupakan faktor yang sangat potensial terjadinya migrasi masuk.
Kondisi migran asal Jawa Timur di DKI Jakarta dilihat dari segi pendidikan tampak sangat bervariasi antara migran yang berpedidikan rendah dengan migran yang berpendidikan tinggi. Bagi migran yang berpendidikan rendah didorong oleh kemauan untuk mendapatkan pekerjaan demi kelangsungan hidup yang layak, sedangkan bagi migran yang berpendidikan tinggi mempunyai motivasi untuk meningkatkan keadaan sosial ekonominya yang lebih tinggi dibandingkan ditempat asal.
Pola migran dilihat dari status kawin, bagi migran asal Jawa Timur menunjukkan pola yang cukup berimbang antara yang kawin dan belum kawin. Namun demikian untuk migran yang berstatus belum kawin dapat dikatakan relatif cukup besar hampir mendekati 50 % hal ini menunjukkan bahwa motivasi utama dari migran asal Jawa Timur untuk melakukan migrasi adalah untuk mendapatkan pekerjaan. Jika dilihat dari jenis kelamin maka untuk migran perempuan relatif lebih banyak dibandingkan dengan migran laki-laki meskipun perbedaan tersebut dipandang kurang berarti. Kenyataan ini diduga bahwa migran perempuan merupakan pekerja informal untuk kelompok menengah kebawah dengan suatu motivasi untuk memperoleh pekerjaan.
Pola migran asal Jawa Timur berdasarkan karakteristik sosio demografi tidak secara keseluruhan mengikuti pola migran secara umum di DKI Jakarta, sehingga banyak bertentangan dengan beberapa pendapat maupun temuan secara umum, disebutkan bahwa ciri dari migran mayoritas adalah : berusia muda, tingkat pendidikan relatif tinggi status belum kawin dan jenis kelamin adalah laki-laki.
Hasil analisa menunjukkan bahwa migran berasal dari Jawa Timur pada kelompok umur muda dan pada umumnya justru bekerja di sektor formal yang berstatus belum kawin dan tingkat pendidikan terkonsentrasi pada tamat SD kebawah. Pada kelompok umur tua hampir keseluruhan bekerja pada sektor informal baik migran yang berpendidikan rendah maupun migran yang berpendidikan tinggi SLTA keatas .Karakteristik yang sangat berbeda jika dikaitkan dengan status kawin maka bagi migran pada kelompok umur ini yang bekerja pada sektor formal pada umumnya berstatus sudah kawin dan yang bekerja pada sektor informal berstatus belum kawin.
Berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan model regresi berganda dilakukan dengan 2 model ialah model -1 dan model -1A. Hasil analisa menunjukkan bahwa untuk model I -A tidak dapat digunakan mengingat tidak satupun variabel yang dimasukkan mempunyai nilai yang significant, sehingga model -1 merupakan model yang terpilih. Dari model terpilih terlihat variabel yang significant adalah UI kelompok umur 10-19 tahun dengan menggunakan nilai a = 0,05 maka (Pr < Chi = 0,0589 ) dan variabel selanjutnya yang terlihat signifikan adalah U2 kelompok umur 20-29 tahun dengan menggunakan nilai a = 0,05 maka (Pr < Chi = 0,0070 ) dan variabel selanjutnya adalah PD I kelompok pendidikan tamat SD kebawah dengan menggunakan nilai a yang sama maka ( Pr < Chi = 0,0043 ), sehingga variabel yang dibahas dalam analisa ini adalah variabel yang signifikan.
Migran asal Jawa Timur berdasarkan analisa yang tertuang dalam model -1 dapat diungkapkan bahwa untuk kelompok umur 10-19 tahun yang sudah kawin dan tingkat pendidikannya semakin tinggi, kecil peluangnya untuk bekerja disektor' informal dibandingkan dengan migran yang berstatus belum kawin. Sebaliknya bagi migran pada kelompok umur tersebut dengan status belum kawin dan semakin tinggi tingkat pendidikannya mempunyai peluang yang cukup besar untuk masuk ke sektor formal dibandingkan dengan migran yang berstatus kawin.
Pada kelompok umur 20- 29 tahun yang berstatus kawin semakin tinggi pendidikannya akan semakin kecil peluangnya untuk bekerja disektor informal dibandingkan dengan migran yang berstatus belum kawin. Untuk migran yang berasal Dari Jawa Timur pada kelompok umur ini terlihat peluangnya yang cukup besar adalah masuk ke sektor formal jika migran tersebut berstatus belum kawin.
Bagi migran yang mempunyai pendidikan tamat SD kebawah semakin tua umurnya dan berstatus sudah kawin mempunyai peluang yang cukup besar untuk memasuki sektor informal, jika migran pada kelompok ini berstatus belum kawin dengan tingkat pendidikan yang relatif sama maka peluangnya untuk masuk kesektor informal relatif kecil, sehingga ada kecenderungan untuk masuk ke sektor formal."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Gusvina Dewi
"ABSTRAK
Paper ini membahas pengaruh upah minimum terhadap distribusi upah pada tahun 2007 dan 2014 dan bagaimana kenaikan upah minimum pada tahun 2014 mempengaruhi distribusi perbedaan upah antara tahun 2007 dan 2014. Penelitian ini menggunakan metode regresi Recentered Influence Function RIF untuk memperkirakan fungsi upah dengan menggunakan regresi kuantil tanpa syarat. Selanjutnya, untuk mengukur pengaruh kenaikan upah minimum pada tahun 2014 terhadap distribusi perbedaan upah digunakan metode Oaxaca-Blinder Decomposition. Dengan menggunakan balanced panel data dari Indonesian Family Life Survey IFLS ditemukan bahwa upah minimum mengurangi kesenjangan upah pada tahun 2007 dan 2014. Kebijakan upah minimum pada tahun 2014 menyebabkan peningkatan dalam perbedaan upah antara tahun 2007 dan 2014, dengan perbedaan upah terbesar pada tengah distribusi yang mana merupakan masyarakat yang berpenghasilan kelas menengah.

ABSTRACT
This paper examines the effect of the minimum wage on wage distribution in 2007 and 2014 and how the minimum wage increases in 2014 affected the distribution of wage differences or wage gap between 2007 and 2014. This study employ the Recentered Influence Function RIF regression method to estimate the wage function by using unconditional quantile regression. Furthermore, to measure the effect of the minimum wage increase in 2014 on the distribution of wage differences, this study uses the Oaxaca ndash Blinder decomposition method. Using balanced panel data from the Indonesian Family Life Survey IFLS , it found that the minimum wage mitigates wage disparity in 2007 and 2014. The minimum wage policy in 2014 leads to an increase in the wage difference between 2007 and 2014, with the largest wage difference being in the middle distribution."
2017
T49780
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>