Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 63 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aldisa Ayu Pratiwi
Abstrak :
Stres dapat menyebabkan perubahan perilaku individu dan timbulnya gangguan kesehatan yang dapat menurunkan produktivitas kerja. Sebanyak 60% karyawan mengalami penurunan produktivitas kerja yang disebabkan oleh stres. Pengetahuan dan penelitian tentang hubungan stres dengan kadar glukosa darah di Indonesia masih sedikit dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah mencari hubungan antara stres dengan peningkatan kadar glukosa darah pada karyawan Fakultas Kedokteran Universitas X. Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional, dengan teknik pengambilan sampel secara consecutive sampling. Sampel penelitian sebanyak 111 yang berasal dari karyawan FKUX. Studi ini menggunakan data primer berupa kadar glukosa darah subjek yang diperiksa langsung oleh peneliti dengan menggunakan glukosameter merk Nesco. Sedangkan, data stres didapatkan dari kuesioner SRQ20. Analisis statistik penelitian ini menggunakan uji Fisher, jika nilai p < 0,05 menunjukkan adanya hubungan antara kedua variabel. Hasil analisis didapatkan sebanyak 71,4% karyawan yang mengalami gangguan stres memiliki kadar glukosa darah yang meningkat. Selain itu, hasil analisis statistik menunjukkan terdapat hubungan antara stres dengan kadar glukosa darah (p= 0,035). Stres fisik maupun psikologis akan menimbulkan reaksi yang sama di dalam tubuh berupa aktivasi fight or flight respone, sehingga timbul rangsangan sistem saraf autonomik dan pelepasan berbagai hormon seperti kortisol, epinefrin, glukagon dan hormon pertumbuhan yang mengakibatkan peningkatan glukoneogenesis di hati. Selain itu, efek epinefrin dapat menghambat sekresi insulin menyebabkan peningkatan glukosa darah. ...... Stress may lead to changes in individual behaviour and reduce worker`s productivity. As many as 60% of employees decreased work productivity due to stress during work. However, knowledge and study on the relationship between stress and blood glucose levels in Indonesia is still rarely done. The aim of this study was to find the relationship between stress and blood glucose levels in FMUX employees. This study used a cross-sectional, with consecutive sampling technique. As many as 111 staff of FKUX were taken as sample in this study. This study uses primary data such as blood glucose levels directly examined by researchers using Nesco brand glukosameter. Meanwhile, the stress data obtained from the questionnaires SRQ20. The data were analysed by Fischer test, if the value of p <0,05, the study shows significant relationship between variables. There are 71,4% of employees who experience stress disorders have elevated blood glucose level. Fisher test analysis results obtained Significancy value of 0.035 which states significant relation between stress and blood glucose levels. Stress may lead to activation of the autonomic nervous system and release hormones such as cortisol, epinephrine, glucagon, and growth hormone which causes an increase in blood glucose level. Furthermore, epinephrine may reduce insulin secretion which increase blood glucose level.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wafa
Abstrak :
ABSTRAK
Diabetes melitus adalah salah satu penyakit tidak menular yang menyebabkan 4% kematian di Indonesia. Efektivitas obat antidiabetes tipe 2 biasanya dilihat dari nilai HbA1c yang mencerminkan rata-rata glukosa darah pasien, glukosa darah 2 jam postprandial dan glukosa darah puasa. Terapi diabetes melitus tipe 2 memiliki berbagai pola terapi kombinasi. Terapi yang berbeda akan memberikan efektivitas yang berbeda pula. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas terapi kombinasi metformin-sulfonilurea dan metformin-akarbose terhadap parameter glikemik pasien diabetes melitus tipe 2 yaitu nilai HbA1c, glukosa darah 2 jam postprandial dan glukosa darah puasa. Penelitian ini merupakan penelitian kohort retrospektif dengan pengumpulan data primer dan sekunder menggunakan teknik total population sampling. Data primer yang digunakan adalah hasil pengisian kuesioner dan data sekunder didapatkan dari rekam medis dan sistem informasi rumah sakit. Hasil analisis menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara responden yang menggunakan metformin-sulfonilurea dibandingkan dengan responden yang menggunakan metformin-akarbose terhadap perubahan nilai HbA1c (p value=0.060). Hasil analisis juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara metformin-sulfonilurea dan metformin-akarbose dengan nilai glukosa darah 2 jam postprandial akhir (p value=0.655) dan nilai glukosa darah puasa akhir (p value=0.460). Variabel olahraga mempengaruhi efektivitas metformin-sulfonilurea dan metformin-akarbose terhadap perubahan nilai HbA1c, variabel jenis kelamin terhadap perubahan nilai glukosa darah 2 jam postprandial dan variabel diet terhadap perubahan nilai glukosa darah puasa. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Tidak terdapat perbedaan bermakna pada perbandingan efektivitas antara terapi kombinasi metformin-sulfonilurea dan metformin-akarbose.
ABSTRACT
Diabetes mellitus is an uninfectious disease that causes 4% of deaths in Indonesia. The effectiveness of type 2 antidiabetic drugs is usually seen from the HbA1c value that reflects the patient's average blood glucose, 2-hour postprandial blood glucose and fasting blood glucose. Type 2 diabetes mellitus therapy has various combination therapy patterns. Different therapies will provide different effectiveness. This study aims to compare the effectiveness of metformin-sulfonylurea and metformin-acarbose combination therapy on glycemic parameters of type 2 diabetes mellitus patients, namely HbA1c value, postprandial 2 hours blood glucose and fasting blood glucose. This research is a retrospective cohort study with primary and secondary data collection using purposive sampling technique. Primary data used are the results of filling out the questionnaire and secondary data obtained from medical records and hospital information systems. The analysis showed that there was no significant difference between respondents who used metformin-sulfonylurea compared with respondents who used metformin-acarbose to changes in the HbA1c value (p value=0.060). The analysis also showed that there was no significant relationship between metformin-sulfonylurea and metformin-acarbose with 2 hours postprandial blood glucose value (p value=0.655) and fasting blood glucose value (p value=0.460). Sports variable affects the effectiveness of metformin-sulfonylureas and metformin-acarbose on changes in HbA1c values, gender variable on changes in postprandial 2 hours blood glucose values and dietary variable on changes in fasting blood glucose values. The conclusion of this study is that the effectiveness comparison of metformin-sulfonylurea and metformin-acarbose combination therapy is not significant.
2019
T55013
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pricellya
Abstrak :
Penyakit Diabetes Melitus bila tidak dikontrol dengan baik dapat mengakibatkan berbagai komplikasi, salah satunya hipertensi. Losartan merupakan antihipertensi golongan Angiotensin Receptor Blocker yang umum digunakan oleh penderita hipertensi-diabetes. Metformin merupakan obat antidiabetes golongan biguanid yang biasa digunakan oleh penderita diabetes tipe II. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian losartan terhadap penurunan kadar glukosa darah oleh metformin pada tikus putih jantan. Penelitian dilakukan dengan rancangan acak lengkap menggunakan 25 ekor tikus putih jantan galur Sprague- Dawley yang terbagi dalam 5 kelompok : (1) kontrol normal yang hanya diberi akuades; (2) kontrol metformin (90mg/200 g bb); (3) kontrol losartan (18mg/200g bb); (4) diberikan larutan kalium losartan dosis I (9 mg/200 g bb) dan larutan metformin hidroklorida (90 mg/200 g bb); (5) diberikan larutan kalium losartan dosis II (18 mg/200 g bb) dan larutan metformin hidroklorida (90 mg/200 g bb). Semua larutan uji diberikan secara per oral. Satu setengah jam setelah perlakuan, masing-masing tikus diberikan larutan glukosa monohidrat secara per oral dengan dosis 440 mg/200 g bb tikus. Kadar glukosa darah diukur pada menit ke 0,90, 105,120,135,150,165,180,195,dan 210 menggunakan glukometer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian losartan memberikan pengaruh terhadap penurunan kadar glukosa darah oleh metformin pada tikus putih jantan dengan menurunkan kadar glukosa darah pada waktu 15-120 menit setelah pemberian glukosa.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2010
S33124
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Apri Budianto
Abstrak :
Senam diabetes merupakan jenis latihan aerobik yang bermanfaat mengontrol kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe 2. Penelitian ini bertujuan mengetahui perubahan kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 yang melakukan senam diabetes. Pada penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan pengamatan pada serangkaian waktu (Time Series Design) dengan tehnik pengambilan sampel concecutive sampling. Besarnya sampel pada penelitian ini 87 orang, setiap responden mengikuti senam selama 60 menit, 3 kali seminggu, selama 1 minggu. Hasil penelitian didapatkan ada perubahan yang signifikan terhadap penurunan kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 yang melakukan senam diabetes (p value <0.05). Penelitian ini merekomendasikan bahwa senam diabetes dapat menurunkan kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 serta perlu dikembangkan penelitan lebih lanjut. ......Diabetes exercise is an aerobic exercise that help Diabetes Mellitus (DM) type 2 patient in maintaining normal blood sugar level. The purpose of this study is to examine the changes in DM type 2 patient’s blood sugar level when they are having diabetes exercise. This is descriptive quantitative study using time series observation design. Sample of 87 patients were recruited using consecutive sampling. Each participant had 60 minutes exercise and 3 times in a week. The result shows significant changes in decreasing blood sugar level of DM type 2 patient after diabetes exercise (p value <0.05). This study recommends that diabetes exercise can decrease blood sugar level of DM type 2 significantly, and can be continue to further studies.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
T38699
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nova Yanti
Abstrak :
Peningkatan kadar glukosa darah dapat disebabkan oleh peningkatan hormon kortisol dan epineprin yang terjadi selama stress. Terapi zikir dan relaksasi Benson dapat menurunkan kadar glukosa darah dengan menimbulkan respon relaksasi. Desain penelitian ini adalah kuasi eksperimen yang bertujuan membandingkan efektifitas terapi zikir dengan relaksasi Benson terhadap penurunan kadar glukosa darah pasien diabetes mellitus. Sampel berjumlah 72 orang yang terdiri dari 24 orang kelompok kontrol, 24 orang kelompok zikir, dan 24 orang kelompok relaksasi Benson. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara kadar glukosa darah sebelum dan setelah intervensi pada masing-masing kelompok (p=0,00), selisih rata-rata kadar glukosa darah sebelum dan setelah intervensi antar kelompok (p=0,000), dan rata-rata kadar glukosa darah setelah intervensi antar kelompok (p=0,00). Terapi zikir lebih efektif dibandingkan relaksasi Benson dalam menurunkan kadar glukosa darah. Penelitian ini merekomendasikan agar perawat menerapkan terapi zikir dan relaksasi Benson sesuai dengan keyakinan dan tingkat keimanan pasien serta direkomendasikan penelitian selanjutnya dengan desain Randomized Controlled Trial (RCT) dengan jumlah sampel yang lebih besar.
Increased blood glucose levels can be caused by increased hormone cortisol and epineprin that occur during stress. Dhikr Therapy and Benson relaxation can reduce blood glucose levels by causing a relaxation response. The design was quasi-experimental study aims to compare the effectiveness of dhikr therapy with Benson relaxation to blood glucose levels of patients with diabetes mellitus. Sample of 72 people consisted of a control group of 24 people, 24 people of the group of dhikr therapy, and 24 people of Benson relaxation. The results showed a significant difference between blood glucose levels before and after intervention in each group (p = 0.000), the difference in average blood glucose levels before and after intervention between groups (p = 0.000), and the mean of blood glucose levels after the intervention (p = 0.00). Dhikr therapy is more effective than Benson relaxation on reducing blood glucose levels. This study recommends that nurses to apply treatment dhikr therapy and relaxation Benson in accordance with levels of faith and confidence of patients and recommended further research by design Randomized Controlled Trial (RCT) with a larger number of samples.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
T30917
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Maureen
Abstrak :
ABSTRAK
Prevalensi diabetes melitus tipe 1 (DMT1) pada anak mengalami peningkatan. Upaya pengendalian sejak dini perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup anak. Salah satu caranya adalah dengan menerapkan manajemen diet untuk mengontrol status glukosa darah anak. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara kepatuhan manajemen diet pada anak DMT1 dengan menggunakan studi potong lintang. Sampel penelitian ini berjumlah 37 anak dengan rentang usia 19 tahun. Instrumen yang digunakan adalah Perceived Dietary Adherence Questionnaire (PDAQ) untuk melihat kesesuaian kepatuhan manajemen diet pada anak DMT1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik responden berusia 10-14 tahun (usia sekolah) dan berpenghasilan di atas upah minimum. Hasil uji Fisher-exact ditemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kepatuhan manajemen diet dengan status glukosa darah pada anak DMT (r = 0,413; p-value = 0,01; OR = 0,344). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada risiko kecil anak dengan kepatuhan manajemen diet yang tepat mengalami status glukosa darah tidak terkontrol.
ABSTRACT
The prevalence of type 1 diabetes mellitus (DMT1) in children has increased. Early control efforts need to be made to improve children's quality of life. One way is to implement dietary management to control the child's blood glucose status. This study aimed to examine the relationship between adherence to dietary management in children with DMT1 using a cross-sectional study. The sample of this study amounted to 37 children with an age range of 19 years. The instrument used is the Perceived Dietary Adherence Questionnaire (PDAQ) to see the suitability of dietary management compliance in children with DMT1. The results showed that the characteristics of the respondents were 10-14 years old (school age) and earning above the minimum wage. Fisher-exact test results found that there was a significant relationship between dietary management compliance with blood glucose status in DMT children (r = 0.413; p-value = 0.01; OR = 0.344). The results showed that there was a small risk of children with proper dietary management adherence to uncontrolled blood glucose status.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anindita Basuki
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang dan tujuan: Pemeriksaan MRI T2 pankreas merupakan pemeriksaan yang lebih akurat dalam menilai hemosiderosis pankreas, namun memiliki keterbatasan karena hanya tersedia di kota-kota besar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi nilai T2 pankreas dengan kadar glukosa darah, karakteristik T2 pankreas dan kadar glukosa darah subyek penelitian, serta pengaruh letak ROI terhadap nilai T2 pankreas. Metode: Penelitian menggunakan desain potong lintang pada 52 subyek anak dan 12 subyek dewasa antara September 2015-Juni 2016. Hasil: Nilai T2 pankreas anak antara 2,71-48,77 ms dan dewasa 6,49-41,82 ms. Kadar glukosa darah puasa anak rerata 87,31 11,01 mg/dL dan dewasa 88,00 10,27 mg/dL. Korelasi nilai T2 pankreas terhadap kadar glukosa darah puasa anak r=0,198 p=0,160 dan dewasa r=0,004 p=0,991 . Hubungan nilai T2 pankreas dengan letak ROI didapatkan p=0,105. Kesimpulan: Tidak terdapat korelasi nilai T2 pankreas dengan kadar glukosa darah puasa pada anak dan dewasa. Tidak terdapat perbedaan signifikan nilai T2 pankreas menurut letak ROI.
ABSTRACT
Background and Objective T2 MRI examination is more accurate in assessing pancreatic hemosiderosis but lack of availability to be used routinely in daily practice. This study aimed to determine the correlation value of T2 pancreas with blood glucose levels in thalassemic children and adults. Methods Cross sectional study that held in September 2015 June 2016, involving 52 children and 12 adults. Results Pancreatic T2 values of children are 2.71 to 48.77 ms and values of adults are from 6.49 to 41.82 ms. Mean of fasting blood glucose levels in children are 87.31 11.01 mg dL and mean of adults are 88.00 10.27 mg dL. Correlation r between value of pancreatic T2 against children rsquo s fasting blood glucose levels was 0.198 p 0.160 and adults was 0.004 p 0.991 . Significancy value p of relationship between pancreatic T2 and ROI of pancreas was 0.105. Conclusion There was no significant correlation between pancreatic T2 values with fasting blood glucose levels in children and adults, nor significant difference in T2 values according to ROI of pancreas.
2016
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Wulan Ayudyasari
Abstrak :
Prediktor keparahan pankreatitis bilier yang telah banyak digunakan seperti kriteria Ranson, Imrie modifikasi, dan APACHE II membutuhkan waktu pengumpulan data hingga 48 jam dengan variabel diagnostik multipel sehingga sulit untuk diterapkan. Studi ini bertujuan untuk mencari prediktor keparahan tunggal agar dapat segera ditentukan tatalaksana terbaik bagi tiap pasien.Penelitian ini menggunakan data sekunder dari rekam medis pasien-pasien pankreatitis bilier akut di RSCM tahun 2008-2016. Kadar glukosa darah sewaktu GDS awal, derajat keparahan, dan mortalitas dicatat dan dianalisis menggunakan SPSS 20.0.Sebanyak 41 pasien pankreatitis bilier dari 140 pasien pankreatitis akut memenuhi kriteria inklusi dari studi ini. Rerata usia pasien 49,2 tahun, 24 58,5 laki-laki dan 17 41,5 perempuan. Median kadar GDS kasus ringan, sedang, dan berat adalah 109,5 mg/dL; 131 mg/dL; dan 171 mg/dL. Terdapat perbedaan bermakna antara kadar GDS pada pankreatitis bilier ringan dengan berat, nilai p 0,008.Pada kurva ROC GDS terhadap pankreatitis bilier berat didapatkan AUC 0,885 IK 95 0,743 ndash; 1,000 . Nilai cut-off GDS 154,5 mg/dL memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang optimal dalam memprediksi pankreatitis bilier akut berat, yaitu 75 dan 91,8 . Kadar GDS tersebut memiliki nilai prediksi positif dan negatif sebesar 50 dan 97,1 . Tidak didapatkan hubungan antara kadar GDS dengan mortalitas, nilai p 0,249. Didapatkan hubungan antara derajat keparahan dengan mortalitas dengan nilai p 0,021 dan OR 0,028. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa kadar GDS 154,5 mg/dL dapat memprediksi pankreatitis bilier akut berat dengan akurasi yang baik. ...... The established severity predictors of gallstone pancreatitis such as Ranson criteria, modified Imrie, and APACHE II usually require several days and multiple diagnostic variable to be fulfilled so that they are not convenient to use. This study was held to find a simple severity predictor of gallstone pancreatitis to immediately choose the best management for each patient.The data were derived retrospectively from the medical records of acute gallstone pancreatitis patients during 2008 2016. Random blood glucose RBG level on admission, severity grading, and mortality were recorded and analyzed using SPSS 20.0.Forty one gallstone pancreatitis out of 140 acute pancreatitis patients were included in this study. The mean age was 49,2 years old, 24 58,5 were male and 17 41,5 were female. The median RBG level in mild, moderately severe, and severe disease were 109,5 mg dL 131 mg dL and 171 mg dL respectively. There was a significant difference of RBG level on mild and severe disease, p value 0,008.The ROC curve of RBG and severe gallstone pancreatitis revealed the AUC of 0,885 CI 95 0,743 ndash 1,000 . The cut off point of RBG level 154,5 mg dL had the optimal sensitivity 75 and specificity 91,8 to predict severe disease. The positive and negative predictive value of RBG level 154,5 mg dL were 50 and 97,1 . There was no significant difference between RBG level and mortality, p 0,249. There was a relationship between severity grading and mortality, p 0,021 and OR 0,028. We can conclude that RBG level of 154,5 mg dL can acurately predict severe disease.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Indonesia menepati urutan ke -4 dengan jumlah penderita diabetes melitus (DM) terbesar di dunia setelah India,Cina dan Amerika Serikat.Tidak kurang dari 14 juta penduduk saat ini menderita DM.Pengendalian kadar glukosa darah dapat dilakukan melalui dua cara yaitu dengan obat-obatan dan melalui pengaturan pola makan dan pemilihan jenis makanan yang tepat....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>