Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Krisna Budiman
"Skripsi ini membahas mengenai Hegemoni Dolar yang dibedah melalui pemikiran Hegemoni Antonio Gramsci. Tulisan ini mengantarkan pembaca ke dalam sebuah pemahaman bahwa Dolar menjadi elemen hegemoni yang mengantarkan Amerika Serikat sebagai negara hegemon dalam kancah ekonomi politik global. Skripsi ini menjelaskan tentang berkembangnya fungsi mata uang yang melampaui fungsi asasinya. Dolar bukan lagi sekedar alat tukar, melainkan menjadi sebuah alat dan simbol bagi proses Hegemoni Amerika Serikat. Dolar kini menjadi sebuah hiperealitas murni yang abstrak dan menjadi elemen vital dalam dinamika ekonomi politik global. Skripsi ini menyimpulkan bahwa Dolar menjadi alat hegemoni karena persetujuan yang diberikan negara-negara lain kepada Amerika Serikat atas penetapan Dolar sebagai mata uang hegemon dalam kesepakatan Bretton Woods 1944.

This study discuss about the hegemony of the dollar which is described by Antonio Gramsci Hegemony thoughts. This paper bring readers into an understanding that the dollar became a hegemony element which deliver the United States as a hegemon country in the global political economy arena. This study explain about the development of the currency function beyond its basic function. The dollar is no longer just a medium of exchange, but became a tool and symbol of the United States Hegemony. Dollar has became a pure abstract hyper reality and became a vital element in the dynamics of the global political economy. This study concluded that the dollar became the instrument of hegemony because of the approval given by other countries to the United States for the determination of Dollar as a hegemon currency in the Bretton Woods Agreement in 1944."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S16173
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rifki Elindawati
"Politik kebudayaan merupakan salah satu usaha yang digunakan oleh pemerintah nasional dalam mempromosikan budaya di berbagai negara untuk mencapai kepentingan nasionalnya. Italia berusaha mengimplementasikan politik kebudayaannya dengan melihat gastronomi sebagai alat diplomasi atau gastrodiplomasi. Sementara Spanyol juga melakukan hal yang serupa namun dengan alat diplomasi budaya khas Spanyol, yaitu flamenco. Tulisan ini menganalisis alasan Italia dan Spanyol untuk mengimplimentasi politik budaya dengan cara gastrodiplomasi dan flamenco. Serta tulisan juga akan melihat relasi politik kebudaayan dengan dampak positif dari segi ekonomi dengan adanya politik budaya yang diimplementasikan di kedua negara tersebut, yaitu melalui kebijakan gastrodiplomasi dan Spanyol melalui kebijkan flamenco. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah negara integral Hegemoni Gramsci, konsep diplomasi kebudayaan, konsep ekonomi budaya, dan konsep ekonomi kreatif. Metode penelitian yang akan digunakan dalam tulisan ini adalah metode penelitian kualitatif. Sementara metode pengumpulan data yang digunakan adalah pengumpulan data studi dokumen, yaitu dengan mengumpulkan informasi dan data yang relevan. Sumber data yang digunakan merupakan sumber data sekunder. Sumber data yang dimaksud adalah dokumen resmi atau artikel promosi budaya terkait yang diterbitkan oleh pemerintah Italia dan Spanyol dan data penelitian sebelumnya, seperti jurnal, buku dan laporan resmi dan hasil penelitian. Beberapa sumber seperti berita yang berasal dari media massa maupun media online juga digunakan. Hasil penelitan ini menemukan bahwa kebijakan budaya diimplementasikan oleh berbagai elemen lapis negara, faktor yang terlibat adalah lembaga swadaya masuarakat, media, institusi pendidikan dan pelaku bisnis untuk mempelihatkan hegemoninya. Sementara itu, negara mendapatkan keuntungan ekonomi yang dapat dilihat dari berbagai variabel ekonomi kreatif.

Cultural politics is one of the efforts used by national governments in promoting culture in various countries to achieve their national interests. Italy tries to implement its cultural politics by seeing gastronomy as a diplomatic tool or gastrodiplomacy. Meanwhile, Spain also does similar policy but with a typical Spanish cultural diplomacy tool, namely flamenco. This theses analyzes the reasons for Italy and Spain to implement cultural politics by means of gastrodiplomacy and flamenco. The theses attempts to look at the relation of cultural politics with positive impacts from an economic perspective with the existence of cultural politics implemented in the two countries, namely through gastrodiplomacy policies and Spain through flamenco policies. The theory used in this research is the integral state of Gramsci's Hegemony, the concept of cultural diplomacy, the concept of cultural economy, and the concept of the creative economy. The research method that will be used in this paper is a qualitative research method. Meanwhile, the data collection method used is document study data collection by gathering relevant information and data. The data source used is a secondary data source. The data sources in question are official documents or related cultural promotion articles published by the Italian and Spanish governments and previous research data, such as journals, books and official reports and research results. Several sources such as news from mass media and online media are also used. The results of this study found that cultural policies are implemented by various elements of the state, the factors involved are non-governmental organizations, the media, educational institutions and business people to show cultural hegemony. The state also gains economic benefits that could be seen from various creative economy variables."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ardhi Arsala Rahmani
"

Perubahan iklim merupakan ancaman terbesar bagi kesintasan umat manusia. Sejak perubahan iklim masuk ke dalam pertimbangan kebijakan di tahun 1980an, tanggapan global atas perubahan iklim berupa perjanjian iklim internasional. Di balik negosiasi perjanjian iklim internasional, pengurangan emisi dan komitmen untuk berubah selalu tidak memadai atau tidak mencukupi. Proses pembingkaian perjanjian iklim internasional sarat akan pertikaian, dominasi dan marginalisasi narasi yang bergantung pada kekuatan struktural dan material aktor-aktor negosiator. Dengan itu, tesis ini mempertanyakan gagasan dominan yang terbentuk dalam sebuah diskursus dan melandasi ketidakcukupan dalam penanganan perubahan iklim, khususnya kemudian bagaimana diskursus tersebut memengaruhi pembentukan perjanjian iklim. Melalui metode analisis diskursus yang dipandu oleh pendekatan Gramsci, dikemukakan bahwa ada dominasi gagasan yang melenceng dari isu perubahan iklim itu sendiri.

 


Climate change represents the single greatest threat to humanities survival. Ever since it`s entrance into the policy dialogue in the 1980s, global response to climate change has been in the form of international climate agreements. Behind the negotiations on international climate change agreements, emissions reductions and commitments to change have always been inadequate. The process of developing international climate agreements are faced with conflicts, domination and marginalization of narrations which are dependent upon the structural and material powers of the negotiating actors. That being said, this thesis questions the dominating ideas formed within a discourse and becomes the underlying basis driving inadequacies in climate change response, specifically how said discourses influence the development of international climate agreements. Through a discourse analysis method guided by a Gramscian approach, this thesis finds a dominant idea that deflects from the issue of climate change itself.

"
2019
T52897
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Khanza Defeorenzia Salsabila
"Tesis sarjana ini difokuskan pada studi supremasi kulit putih sebagai salah satu dari banyak manifestasi hegemonik budaya, yaitu kelas dominan yang berhasil makmur dengan bantuan doktrin yang konstan dan halus dari media yang dikonsumsi masyarakat umum dan tanpa sadar menerima. Studi ini membahas tentang bagaimana franchise film terbesar dan paling menguntungkan dalam sejarah sinematik, Marvel Cinematic Universe, adalah salah satu agen yang bertanggung jawab untuk menyebarkan doktrin supremasi kulit putih dengan cara mereka memilih untuk membingkai ulang poin plot, narasi, dan pilihan casting mereka.

This undergraduate thesis is focused on the study of white supremacy as one of the many hegemonic manifestations of culture, namely the dominant class that prospered with the help of constant and subtle doctrine from the media consumed by the general public and unconsciously accepting. This study discusses how the biggest and most profitable film franchise in cinematic history, the Marvel Cinematic Universe, is one of the agents responsible for spreading the doctrine of white supremacy by the way they choose to reframe their plot points, narratives, and casting choices."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Aulia
"Penelitian ini adalah analisis kritis terhadap hegemoni, konflik kepentingan, serta politik luar negeri Prancis dan Uni Eropa di 6 kawasan Teritori Seberang Lautan (Territoire dOutre Mer) Prancis yang juga merupakan Outermost Region (OR) Uni Eropa, yakni Guadeloupe, Guyana Prancis, Réunion, Martinique, Mayotte, dan Saint-Martin. Keenam teritori itu ialah bekas jajahan Prancis yang kini terintegrasi secara politik dengan Uni Eropa sebagai Teritori Seberang Lautan Prancis. Penelitian ini memiliki 2 tujuan. Pertama, untuk memperoleh penjelasan atas motivasi yang mendorong Prancis dan Uni Eropa mempertahankan 6 OR itu meskipun terpaut jarak yang jauh, dependen secara ekonomi, dan memiliki budaya yang berbeda dari Prancis Metropolitan. Kedua, untuk mengetahui bagaimana kebudayaan yang terbentuk akibat interaksi Prancis, UE, dan OR. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode kualitatif dengan pendekatan hubungan internasional dan sejarah kebudayaan. Adapun teori yang dipakai sebagai instrumen analisis ialah teori Hegemoni Gramsci-baik yang menggunakan perspektif HI, maupun kebudayaan-teori Neofungsionalisme Ernst B. Haas, serta teori Praktik Budaya Pierre Bourdieu. Di akhir penelitian ini, terlihat bahwa motivasi Prancis dan UE tetap mempertahankan keenam OR Prancis ialah (1) keuntungan ekonomi, (2) ekspansi Euro dan politik UE di luar Eropa Daratan, (3) kekuasaan kelompok elit, serta (4) idealisme Prancis untuk mempertahankan pengaruhnya sebagai sebuah imperium yang besar. Interaksi antara Prancis dan OR lebih mempengaruhi kebudayaan OR dibandingkan sebaliknya. Hal ini disebabkan oleh kekuatan simbolik yang dimiliki Prancis lebih besar dibandingkan OR. Prancis mengakibatkan lahirnya kreolitas dan identitas ganda di OR, sedangkan OR mengubah Prancis yang mulanya tidak menoleransi kreolitas menjadi negara yang mengakui fenomena itu sebagai bagian dari kekayaan nasional. Interaksi itu juga mengubah sistem pendidikan Prancis menjadi lebih terbuka pada kebutuhan untuk mempelajari bahasa-bahasa minor teritorinya.

This study is a critical analysis of hegemony, conflict of interest, as well as French and European Union foreign policy in 6 French Overseas Territories (Territoire dOutre Mer) which are also the European Unions Outermost Region (OR), namely Guadeloupe, French Guiana, Réunion, Martinique, Mayotte, and Saint-Martin. The six territories are former French colonies which are now politically integrated within the European Union as the French Overseas Territory. This study has 2 objectives. First, to get an explanation of the motives that pushed France and the European Union to maintain the 6 ORs even though they were at a great distance, economically dependent, and has had a different culture from Metropolitan France. Second, to gain understanding on how culture is formed due to France, the EU and the ORs interaction. This study employes qualitative methods within international relations and cultural approaches. The theories which were used as instruments of analysis were Gramscis Hegemony theory, Ernst B. Haas Neofunctionalism theory, and Pierre Bourdieus Cultural Practice theory. At the end of this study, it appears that the motivation of France and the EU to maintain its ORs are (1) economic benefits, (2) Euro and EU expansion outside of Mainland Europe, (3) elite group power, and (4) French idealism to maintain its influence as a great empire. The interaction between France and its ORs has more influence on OR culture than vice versa. This is due to the symbolic powers that France possesses are far greater than ORs. Such interaction has resulted in the birth of creativity and multiple identities in the ORs. On the other hand, ORs had also promted France to shift from a regime which did not tolerate creolness into a country that acknowledges divesity as a national asset. The interaction also changed French education system to be more open to territorial minor languages."
Depok: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2019
T54691
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Adzani Adri Rahmanti
"ABSTRAK
Penelitian ini membahas mengenai banyaknya produk makanan dan minuman berbahasa Jepang yang sudah masuk ke pasar Indonesia, yang diteliti melalui toko swalayan berskala nasional di kawasan Jalan Raya Margonda, Depok. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan kuantitatif. Dengan menggunakan teori hegemoni budaya oleh Antonio Gramsci, hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui kerja sama ekonomi dan Cool Japan Initiative, Jepang menanamkan budayanya melalui produk makanan dan minuman. Kemudian, masuknya produk-produk makanan dan minuman yang menggunakan bahasa Jepang tersebut merupakan bentuk dari hegemoni budaya Jepang di Indonesia.

ABSTRACT
This study discusses the number of Japanese food and beverage products that have entered the Indonesian market, which is examined through a national scale supermarket in Margonda Highway, Depok. This research is qualitative and quantitative research. Using the theory of cultural hegemony by Antonio Gramsci, research results show that through economic cooperation and Cool Japan Initiative, Japan cultivates its culture through food and beverage products. Then, the entry of Japanese food and beverage products is a form of Japanese cultural hegemony in Indonesia."
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library