Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rif Abrar Raflis
Abstrak :
[ABSTRAK
Desentralisasi fiskal di Indonesia dewasa ini diharapkan dapat menjadi jawaban untuk meningkatkan kapasitas dan kinerja perekonomian wilayah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan memberikan pelayanan publik yang lebih baik bagi masyarakat. Namun, hal ini menjadi perdebatan seiring hasil penelitian- penelitian yang beberapa diantaranya menunjukkan hasil yang bertentangan di beberapa negara atau wilayah. Untuk menjawab pola pengaruh penerapan desentralisasi fiskal di Indonesia, thesis ini melakukan analisis empiris pengaruh pelaksanaan desentralisasi fiskal terhadap pembangunan ekonomi wilayah dan untuk mengidentifikasi dampaknya merujuk pada efisiensi ekonomi, keadilan fiskal horisontal, dan efek spillover pertumbuhan ekonomi regional. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data panel 33 provinsi di Indonesia rentang periode 2005-2012 yang didasarkan pada model Solow-Swan, yang mengasumsikan bahwa hubungan antara output ekonomi, tenaga kerja dan modal dengan skala hasil konstan dan mengurangi kembali ke setiap masukan dan adanya peningkatan teknologi. Dalam hal ini teknologi kembali diasumsikan sebagai fungsi yang dipengaruhi oleh variabel eksogen terkait dan desentralisasi fiskal. Pembangunan ekonomi dalam thesis ini diungkapkan dengan Growth Model dan Level Model. Growth model menjelaskan pertumbuhan ekonomi daerah menggunakan derajat desentralisasi fiskal dan pertumbuhan / proxy variabel penjelas lainnya secara normatif. Sedangkan Level Model mengidentifikasi model yang didasarkan dari Growth Model dengan perubahan variabel yang tidak dibentuk dalam kerangka pertumbuhan variabel-variabelnya tetapi pada tingkat nilai variabel tersebut yang dinormalisasikan menggunakan logaritma. Terkait desentralisasi fiscal, tingkat desentralisasi fiskal diwakili oleh rasio total belanja pemerintah daerah dan pendapatan terhadap total belanja dan pendapatan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Dan terkait efek spillover pertumbuhan ekonomi wilayah, analisa spasial yaitu Local Index Spatial Analysis (LISA) diterapkan untuk melihat koefisien regresi atas ruang (Anselin, 1995). Dalam analisis ini variabel seperti PDRB dan beberapa variabel dummy diperkenalkan untuk mengukur autokorelasi spasial terhadap pertumbuhan ekonomi.
ABSTRACT
Fiscal decentralization is offered as a way to accelerate the performance of each province?s economic capability to encourage economic growth and better public services for their people. However, this approach is still a debate. Previous studies show a contradictory result on the effect of fiscal decentralization in various countries and regions. This thesis performs empirical analysis of influences of fiscal decentralization on regional economic development to see the implementation of fiscal decentralization on developing country like Indonesia and to figure out the effects on traditional economic goals including economic efficiency, horizontal fiscal equity, and spillover effects of regional economic growth. The study is conducted using panel data of 33 provinces in Indonesia from 2005 to 2012 and the model is basically based on the Solow-Swan Model, assuming a relation between economic output and labour and capital with constant returns to scale and diminish returns to each input and the existence of technology improvement, which is assumed as a function of other exogenous variables and fiscal decentralization. The economic development in this thesis is expressed by a growth model and a level model. The growth model explains regional economic growth using the degree of fiscal decentralization and the growth/proxy of other explanatory variables. The level model regresses the level of province?s GRDP on the degree of fiscal decentralization and the level or proxy of other explanatory variables. The degree of fiscal decentralization is represented by the ratio of total local government expenditure and revenue to the total expenditure and revenue of central government and local government. Regarding the spatial spillover effect, Local Index Spatial Analysis (LISA) is introduced to see the regression coefficients over space (Anselin, 1995). In this analysis variables such as GRDP and some dummy variables are introduced to measure the spatial autocorrelation with respect to economic growth., Fiscal decentralization is offered as a way to accelerate the performance of each province’s economic capability to encourage economic growth and better public services for their people. However, this approach is still a debate. Previous studies show a contradictory result on the effect of fiscal decentralization in various countries and regions. This thesis performs empirical analysis of influences of fiscal decentralization on regional economic development to see the implementation of fiscal decentralization on developing country like Indonesia and to figure out the effects on traditional economic goals including economic efficiency, horizontal fiscal equity, and spillover effects of regional economic growth. The study is conducted using panel data of 33 provinces in Indonesia from 2005 to 2012 and the model is basically based on the Solow-Swan Model, assuming a relation between economic output and labour and capital with constant returns to scale and diminish returns to each input and the existence of technology improvement, which is assumed as a function of other exogenous variables and fiscal decentralization. The economic development in this thesis is expressed by a growth model and a level model. The growth model explains regional economic growth using the degree of fiscal decentralization and the growth/proxy of other explanatory variables. The level model regresses the level of province’s GRDP on the degree of fiscal decentralization and the level or proxy of other explanatory variables. The degree of fiscal decentralization is represented by the ratio of total local government expenditure and revenue to the total expenditure and revenue of central government and local government. Regarding the spatial spillover effect, Local Index Spatial Analysis (LISA) is introduced to see the regression coefficients over space (Anselin, 1995). In this analysis variables such as GRDP and some dummy variables are introduced to measure the spatial autocorrelation with respect to economic growth.]
2014
T42897
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Susanti Toha
Abstrak :
Salah satu analisis fundamental yang sering digunakan untuk menilai harga saham adalah analisis PER. PER dapat dihitung dengan membagi harga saham pada suatu saat dengan laba perlembar saham (earning per share IEPS) suatu periode tertentu. PER mencerminkan seberapa besar investor bersedia membayar harga suatu saham dibandingkan dengan labanya. Analisis ini sering digunakan karena kesederhanaannya yaitu mudah menghitungnya karena informasi mengenai harga dan laba mudah diperoleh. variabel deviden payout ratio, return on equity dan risiko perusahaan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi PER, dimana variabel risiko perusahaaan diwakili oleh standard deviasi tingkat pertumbuhan EPS, standard deviasi return dan beta, penulis ingin mengetahui pengaruh variabel-variabel tersebut terhadap PER. Untuk proxy resiko akan dilihat variabel manakah dari ketiga proxi resiko tersebut yang lebih mewakili faktor risiko di Bursa Efek Jakarta. Disamping itu juga penulis mencoba untuk menilai kewajaran harga saham perusahaan-perusahaan go publik di BEJ berdasarkan analisis PER dan ingin mengetahui apakah saham-saham yang dinyatakan undervalued berdasarkan analisis PER dapat memberikan return yang lebih tinggi daripada saham-saham yang dinyatakan overvalued. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi linear berganda berdasarkan Dividend Discount Model. Periode observasi dimulai tahun 1994 sampai dengan tahun 1996 dengan mengambil sampel perusahaan go publik yang telah terdaftar di BEJ dan memenuhi beberapa kriteria yang telah ditetapkan. Perusahaan akan dimasukkan sebagai sampel jika : perusahaan membagikan deviden selama periode pengamatan, laba dan ROE perusahaan tidak negatif selama periode pengamatan dan perusahaan tidak mengeluarkan ekuiti baru. Kriteria yang terakhir adalah bahwa saham perusahaan minimal telah tercatat di BEJ selama 4 tahun sebelum periode pengamatan. Berdasarkan analisis hasil penelitian diperoleh bahwa rata-rata PER tahun 1994 - 1996 adalah 11.85 - 12 kali, dengan standard deviasi 6.55 - 6.72. Secara keseluruhan dari tahun 1994 - 1996 korelasi antara PER dan ROE tidak sesuai dengan ekspektasi. Bahkan korelasi keduanya adalah negatif dan signifikan, yang berarti berlawanan dengan yang diharapkan. Sedangkan korelasi PER dengan variabel babas lainnya tidak signifikan. Hasil pooling regression menunjukkan bahwa ROE dan risiko yang diwakili oleh standard deviasi return adalah signifikan dan berpengaruh negatif terhadap PER dengan kesalahan duga (a) 5%, sedangkan beta adalah signifikan dan berpengaruh positif terhadap PER dengan kesalahan duga 10%. Hasil regresi juga menunjukkan bahwa rata-rata PER pada tahun 1995 adalah signifikan dan lebih rendah dari rata-rata PER pada tahun 1994. Sedangkan rata-rata PER pada tahun 1996 adalah lebih tinggi dari rata-rata PER tahun 1994, namun perbedaannya tidak signifikan. Secara keseluruhan untuk ketiga tahun pengamatan F-statistik menunjukkan hasil yang signifikan. Sedangkan Adjusted R Square untuk ketiga model dalam tahun pengamatan 1994, 1995 dan 1996 mampu menjelaskan variabilitas PER 9.25% - 18.3% oleh pengaruh-pengaruh variabel bebasnya. Keadaan ini mengindikasikan bahwa lebih dari 81.7% - 90.75% variabilitas PER dijelaskan oleh faktor-faktor lain diluar variabel-variabel tersebut. Regresi pertahun (annual regression) yang dilakukan juga memberikan hasil yang tidak jauh berbeda dari hasil pooling regression. Untuk menilai kewajaran harga saham penulis menggunakan dua pendekatan. Metode pertama adalah dengan membandingkan besamya rasio PER/ROE. Metode kedua membandingkan PER aktual dengan PER prediksi yang diperoleh dari hasil regresi. Untuk pengamatan 1994, hasil uji t-statistik menunjukkan bahwa rata-rata return kelompok saham yang dinyatakan undervalue adalah tidak lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok saham yang dinyatakan overvalue. Hal ini tidak sesuai dengan ekspektasi semula dimana diharapkan saham yang dinyatakan dalam kelompok undervalue akan memberikan rata-rata return yang lebih tinggi dari saham yang dinyatakan overvalu. Namun pengamatan 1995 pada kedua metode yang digunakan menunjukkan bahwa rata-rata return kelompok saham yang dinyatakan undervalue adalah lebih tinggi bila dibandingkan dengan kelompok saham yang dinyatakan overvalue. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kedua metode yang digunakan tidak memberikan hasil yang konsisten dan tahun ke tahun. Ternyata kelompok saham yang dinyatakan undervalue tidak selalu memberikan return lebih tinggi dari kelompok saham yang dinyatakan overvalue. Ketidak konsistenan tersebut nampaknya dikarenakan investor di BET melakukan investasi dalam saham tidak hanya melihat faktor-faktor fundamental saja, tetapi juga dipengaruhi oleh faktorfaktor nonfundamental seperti rumor-rumor yang beredar di pasar modal, kondisi politik dan lain-lain. Disamping itu juga mungkin dikarenakan adanya factor-faktor lain yang mempengaruhi harga saham di BET yang tidak dimasukkan dalam model yang digunakan dalam analisis ini. Sehingga harga saham tidak hanya mencerminkan variabel-variabel yang termasuk dalam model saja.
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Revi Hernina
Abstrak :
Perubahan penutup lahan yang signifikan dapat mengancam keberadaan lokasi wisata Green Canyon. Peran stakeholder sangat menentukan bagi perkembangan lokasi wisata. Tujuan riset ini adalah untuk menganalisis perubahan penutup lahan, kerentanan wilayah, dan melihat peran stakeholder dan model kerjasama diperbatasan kedua kabupaten, sehingga tercipta model pertumbuhan ekowisata berkelanjutan. Riset ini menggunakan geographyc information system (GIS) dan penginderaan jauh yaitu multi actor multi criteria analysis (MAMCA) dan CA-Markov. Hasil riset menunjukkan bahwa pada tahun 2000 sampai tahun 2020 terjadi peralihan penutup lahan sebesar 54%. Lokasi wisata Green Canyon terdapat pada lokasi dengan indeks kerentanan bahaya tinggi. Pemain utama/Key Players (KP) adalah kelompok stakeholder yang memiliki peran sangat penting bagi pengembangan lokasi wisata Green Canyon. Berdasarkan persepsi masyarakat, maka di Desa Medalsari dan Desa Cikutamahi kerjasama yang diprioritaskan yaitu pariwisata, lapangan pekerjaan, dan pendidikan. Kesimpulan riset ini adalah menurut stakeholder KP pada tahun 2030 model pertumbuhan lokasi wisata diprediksi akan berkembang menjadi kebun campuran dan lahan terbangun. ......A significant land use/land cover change could jeopardize the existence of Green Canyon. Stakeholders' role play important role in preserving Green Canyon.This research aims to analyze LULCC, spatial vulnerability, stakeholder role, and cooperation model within the border of two regencies, so that sustainable ecotourism growth. The method used in this research is geographic information system (GIS), remote sensing, multi-actor multi criteria analysis (MAMCA), and CA-Markov. Results show that from 2000-2020 there is a 54% conversion between one LULC class to another. This study finds that GCW is located within a high vulnerability zone. Key Players (KP) is a stakeholder group with a crucial role in GCW development. Based on community perception in Cikutamahi and Medalsari Villages, future cooperation should be focusing on tourism, culture, employment, and education. It can be concluded that according to the KP stakeholder group, in 2030 it is predicted that the tourism growth model in the west border will become mix plantation and built-up.
Jakarta: Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia, 2024
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dandy Hermawan
Abstrak :
Paper ini bertujuan untuk meneliti tentang beberapa determinan dari pertumbuhan pendapatan perkapita 34 provinsi di Indonesia serta melihat apakah terjadi kondisi dimana pertumbuhan pendapatan perkapita antarprovinsi mengalami konvergensi. Penelitian ini menggunakan model conditional convergence yang berdasar pada teori pertumbuhan Solow untuk meneliti mengenai pengaruh beberapa determinan pertumbuhan pendapatan pada nilai pendapatan perkapita antarprovinsi sepanjang tahun observasi yaitu 1998-2018. Metode estimasi yang digunakan adalah panel data. Dengan adanya lag dari variabel dependen, menimbulka masalah endogeneity. Metode panel data dinamis dalam hal ini adalah GMM System digunakan agar hasil tidak bias. Hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel yang dapat menjadi determinan dari pertumbuhan pendapatan berdasarkan model Solow yakni investasi dan human capital signifikan mempengaruhi nilai pendapatan perkapita 34 provinsi di Indonesia. Selain itu hasil estimasi juga menunjukkan bahwa terlihat adanya kecenderungan bahwa pertumbuhan pendapatan perkapita diantara 34 provinsi akan konvergensi meskipun dalam rate yang cukup kecil yakni 2,5% atau half-life 28,8 tahun. Jadi, dibutuhkan waktu 28,8 tahun untuk menghilangkan setengah angka perbedaan pertumbuhan yang ada antara 34 provinsi di Indonesia. ......This paper aim to observe several determinant of economic growth and see whether the growth of income among the 34 provinces in Indonesia is converging or diverging. This research is using conditional convergence model that based from Solow growth model to find out the impact of several determinant of economic growth to income, also to see whether the growth among provinces is converging or diverging on the period of observation 1998-2018. The lag of dependent variable in the model caused endogeneity problem. Dynamic panel data method (GMM-System) used to estimate the result so that the result is not biased. Estimated using dynamic panel data method, results show that determinants of economic growth based on Solow model such as investment and human capital is significant affecting the number of GDRP of 34 provinces in Indonesia. The result shows that the growth among 34 provinces is converge although it is at a small rate, that is 2,5% or equal to half life 28,8 years. So, it took 28,8 years to eliminate half of the difference in growth numbers between 34 provinces in Indonesia.
Depok: Fakultas Ekonomi dan BIsnis Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Riandy Laksono
Abstrak :
Abstract Economic and political systems might have a great share in determining the speed of the economic growth in an economy. Majority of the researchs in the past relied on physical input accumulation in determining economic growth, without taking into account the contribution of institutional characteristics. This research is aimed to test the hypothesis that economic freedom and political system affect the economic growth. Using panel data method (pooled least square approach) in eight ASEAN countries during the period of 1997-2007 and based on a framework of Solow economic growth model, it is showed that the more free and efficient economy leads to faster economic growth, and political democracy can otherwise hinder economic growth. Economy can grow higher if public policies are directed to the creation of: a stable monetary conditions, a more efficient in intermediation of financial markets, appropriate public budget policy, straightforward and efficient regulations, corruption eradication, as well as lower taxes. Nevertheless the index of investment freedom and property rights are far away from the behaviors of existing theories and hypothesis, so further research is needed.
2010
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Andes Hamuraby Rozak
Abstrak :
Forest fire is a massive threat towards tropical forest causing various negative impacts to nature and human being. Forest fire often leads to alteration of forest structure and its functions. This study of tree growth after forest fire was conducted using a model simulation. The model was performed at the individual level of plant community and built to analyze the potential of tree growth and its scenario for post-fire recovery. Five important tree species from montane forest of Mount Ciremai were chosen to build the model based on four main parameters i.e. plant growth rate, diameter at breast height (DBH), tree-to-grass competition and tree-to-tree competition. The scenario of post-fire recovery was performed by replanting similar species with 5 cm DBH seedling. Prediction from our model showed that most of the chosen species would recover to its pre-fire condition after 37 - 50 years. Considering the limitation of competition after re-planting, it was suggested to minimize tree to tree competition and applied silvicultural treatments to maximize tree growth and tree community recovery.
Bogor: Seameo Biotrop, 2016
634.6 BIO 23:2 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library