Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 18 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Liza Amelia
Abstrak :
Pendahuluan: Perdarahan Intraventrikel Intraventricular Hemorrhage / IVH merupakan perdarahan spontan yang terjadi di dalam sistem ventrikel, 30-45 sering berhubungan dengan Intracerebral Hemorrhage ICH . Evaluasi aktifitas sehari-hari yang akurat dan tepat pada pasien pasca stroke sangat penting untuk kualitas perawatan dan pengukuran luaran pasca perawatan stroke. Modified Rankin Scale mRS merupakan skala pengukuran disabilitas yang dipakai secara global untuk evaluasi pemulihan dari stroke. Tujuan: Menelaah data luaran penderita perdarahan intraventrikel yang dilakukan operasi di Departemen Bedah Saraf Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo berdasarkan mRS. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif dengan desain potong lintang cross sectional . Adapun variabel independent yaitu lokasi lesi perdarahan intraserebral, IVH-skor, GCS awal, dan variabel dependent yaitu luaran berdasarkan skoring mRS. Subjek penelitian adalah semua pasien penderita perdarahan intraventrikel yang dikelola Departemen Bedah Saraf RSUPN Cipto Mangunkusumo selama periode Januari 2010 sampai dengan Agustus 2016. Jumlah sampel pada penelitian ini didapatkan 23 sampel. Data penelitian diperoleh melalui catatan rekam medis, subjek dihubungi via telepon, kemudian subjek atau keluarga diwawancara untuk menilai status fungsionalnya dengan mRS. Data diolah dengan menggunakan program SPSS 21. Hasil: Luaran 6 bulan IVH dengan menggunakan mRS secara keseluruhan didapatkan independent 11 pasien 47,8 dependent 4 pasien 17,3 dan 8 pasien meninggal 34,9 . IVH sebagian besar berusia di bawah 60 tahun 60,8 dan 39,2 yang berusia diatas 60 tahun, dari penelitian didapatkan IVH skor terbanyak adalah >15 sebanyak 15 pasien 65,2 . GCS rata-rata 7,6 2,14 . MAP terbanyak adalah >100 dengan jumlah 20 pasien 87 , dan faktor resiko yang mengalami hipertensi sebanyak 19 pasien 82,6. Diskusi: mRS dapat digunakan sebagai standar penilaian luaran IVH. ...... Introduction: Intraventricular hemorrhage IVH is a spontaneous hemorrhage occurring within the ventricular system, 30 40 often associated with Intracerebral hemorrhage ICH, Accurate and precise daily evaluating activity in post stroke patients is critical for the quality of care and measurement of post stroke outcomes. Modified Rankin Scale mRS is a global disability measurement scale used for the evaluation of stroke recovery. Aims: Configuring outcome data of patient with intraventricle hemorrhage operated at neurosurgery departmen of cm hospital based on mRS. Methods This was an observational study with cross sectional design. The independent variables are location of intracerebral hemorrhage lesion, IVH score, initial GCS, and dependent variable is outcome based on mRS scores. Subjects of research were all patients with intraventricular hemorrhage administered by Department of Neurosurgery Cipto Mangunkusumo Hospital during January 2010 until August 2016 period. The number of samples in this study were obtained 23 samples. Research data was obtained through medical record and transferred into data entry format, patients was contacted by telephone, then patients or family were interviewed to assess their functional status with Modified Rankin Scale. Data is processed by using SPSS 21 program. Results: 6 months IVH overall outcomes are 11 independent patients 47.8 4 dependent patients 17.3 and 8 patients died 34.9. IVH were mostly under 60 years old 60,8 and 39,2 were aged over 60 years, from the study obtained IVH most scores were 15 as many as 15 patients 65.2. GCS averages 7.6 2.14 . Most MAPs were 100 with 20 patients 87, and hypertension risk factors were 19 patients 82.6. Discussion: mRS can be used as standard outcome assessment of IVH.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Mangunsong, Maruli
Abstrak :
Latar belakang : Stroke masih merupakan penyebab kematian ketiga setelah penyakit jantung koroner dan kanker. Kematian karena perdarahan intraserebral dalam 7 hari pertama masih tinggi. Banyak faktor yang berpengaruh dan dapat dilakukan intervensi pada perawatan khusus.

Tujuan : Mengetahui faktor faktor prognostik kematian dini di RSUD R Syamsudin SH Sukabumi.

Bahan dan Cara : Pasien yang ikut penelitian ini adalah pasien stroke dengan perdarahan intraserebral yang dirawat di RSUD R Syamsudin SH yang memenuhi kriteria inklusi sejak 1 Januari 2005 sampai 30 Juni 2006.

Metode : Penelitian kohort prospektif dan dianalisis dengan analisis survival.

Hasil : Dari 117 pasien perdarahan intra serebral didapatkan kematian dini sebanyak 26,5%. Variabel yang sangat berpengaruh sebagai faktor prognosis kematian dini perdarahan intraserebral adalah gangguan kesadaran HR= 4,31 Interval Kepercayaan (2,0-9,19) p{1,000 sedangkan volume perdarahan HR=5,3 Interval Kepercayaan (2,34-11,9) p=0,000 serta kadar gula darah HR= 2,15 Interval Kepercayaan (0,99-4,65) p=0,051.

Kesimpulan : Kematian karena perdarahan intra serebral masih cukup tinggi yaitu 26,5%. Perlu penanganan segera faktor yang sangat berpengaruh terhadap terjadinya kematian dini yaitu gangguan kesadaran, gula darah, dan volume perdarahan sehingga dapat menurunkan angka kematian.
Background: Stroke is still known as the third leading cause of death after coronary heart disease and cancer. Death due to intra-cerebral hemorrhage in the first 7 days is having high rote. Many factors are able to influence the incidence, although it can he inter vent through special care.

Objectives: To find out prognostic factors on early death due to infra-cerebral hemorrhage at the District General Hospital of R. Syanisudin SH (DGH-RS) at Kota Sukabumi.

Objects and Technique: Respondents involved in the study are stroke patients that suffer with infra-cerebral hemorrhage. The patients are being treatment at the DGH-RS and have fulfilled the inclusion criteria of the study, from 1st `January 2005 until 30rd June 2006.

Method: The study is a prospective cohort study and is analyzed by using survival analysis.

Results: Of 117 patients with intro-cerebral hemorrhage, an early death has occurred at 26.5%. The most influence variables, as prognostic factor to early death of infra-cerebral hemorrhage, are: consciousness disorders HR= 4.31 Confidence interval (2.0 - 9.19) p= 0.000, blood depletion volume HR= 5.3 Confidence interval (2.34 - 11.9) p= 0.000, and blood sugar level l-IR= 2.15 Confidence Interval (0.9[9 - 4.65) p= 0.051.

Conclusion: The rate of death as a result of infra-cerebral is still high, i.e. 26.5%, There is an urgent need on controlling those factors affected the incidence of early death, namely consciousness disorders, blood sugar, and blood depiction volume, in order to decrease the death rate.
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T19094
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dessy Rakhmawati Emril
Abstrak :
Latar belakang: Sebuah skala prediktor yang dapat secara konsisten memprediksi keluaran pasien perdarahan intraserebral spontan (PIS) sangat diperlukan dalam penatalaksanaan pasien. Semakin cepat prognosis diketahui akan semakin baik karena sangat erat kaitannya dengan efektifitas terapi. Tujuan: Mengetahui faktor-faktor yang berperan sebagai prediktor independen terhadap keluaran pasien perdarahan intraserebral spontan di supratentorial, dan membuat sebuah skala prediktor PIS yang sesuai dengan pola penderita PIS di RSCM Disain dan Metode: Penelitian ini merupakan suatu studi kasus kontrol yang kemudian dilanjutkan dengan pembuatan skala prediktor berdasarkan variabel yang terbukti sebagai prediktor independen keluaran penderita PIS. Hasil: Faktor yang berperan sebagaai prediktor independent terhadap keluaran 30 hari pasien PIS adalah Skala koma Glassgow (p< 0.001), perluasan perdarahan ke intraventrikel (p= 0.001), dan volume lesi (p=-0.010). Skala prediktor PIS adala total nilai masing-rasing komponen yang terdiri Bari: SKG 34 (=2), 9-12 (=1), 13-15 (=0); IVH ya (=1), tidak (=0); volume Iasi ? 30 cc (=1), < 30 cc ff.)). Subyek dengan total skor 0, 1, 2, 3, 4, berturut-turut memiliki probabilitas meninggal 1.3%, 9.2-13.16%, 52.7-63.5%, 92:5-95.1%, dan 99.3%. Probabilitas keluaran meninggal meningkat sebanding dengan peningkatan total skala prediktor. Kesimpulan: Faktor yang berperan sebagai prediktar keluaran 30 hari pasien PIS spontan supratentorial adalah Skala koma Glassgow, perluasan perdarahan ke intraventrikel, dan volume hematom. Berdasarkan prediktor independent tersebut dapat dibuat skala prediktor untuk memprediksi keluaran pasien. Probabilitas meninggal meningkat sebanding dengan peningkatan total skala prediktor.
Background. The predictor scale that predict consistently the outcome of patients with ICH is very important. Prognosis has strong relationship with effectiveness of treatment Objective. To found the factors that act as the predictors of 30-day outcome for spontaneous intracerebral hemorrhage and to define a predictor scale or modified ICH scoring . Methods. These was a case control study that continued by defined a predictor scale for ICH which use a criteria that was predictive of outcome. Result. Factors independently associated with 30-day mortality were Glasgow Coma Scale score (p< 0.001), presence of intraveniricular hemorrhage (p0 001), and ICH volume (p=O.0I). The predictor scale of ICH was the sum of individual points assigned as follows: GCS score 3 to 8 (= 2 points), 9 to 12 (= 1 point), 13 to 15 point (41); Intraventricular hemorrhage yes (-I), no (41); ICH volume 30 cc (=1), < 30 cc (4). Thirty-day mortality rates for subjects with predictor scale of ICH of 0,1,2,3,and 4 were 1.3%, 9.2-13.6%, 52.7-63.5%, 92.5 - 95.1%, and 99.3% respectively. Thirty-day mortality increased steadily with predictor scale of ICI Conclusions. Factors independently associated with 30-day mortality is Glasgow Coma Scale score, presence of intraventricular hemorrhage, and ICH volume. The ICH predictor scale can predict the risk stratification on patients with ICH. The use of a scale such ICH predictor scale could improve standardization of clinical treatment protocols.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan
Abstrak :
Postpartum Hemorrhage (PPH) merupakan suatu keadaan dimana kehilangan darah 500 ml atau lebih dalam 24 jam setelah persalinan ibu. PPH menduduki posisi pertama pada penyebab langsung pada kematian ibu dengan menyumbang 19,7% kematian ibu pada tingkat global. Berbagai kebijakan telah dikeluarkan untuk mengatasi masalah tingginya angka PPH, namun sampai saat ini angka kejadian PPH masih dapat dikatakan tinggi. Untuk dapat mengetahui penyebab yang mempengaruhi proses implementasi kebijakan pencegahan PPH dapat dilakukan melalui studi implementasi kebijakan publik. Penelitian ini membahas mengenai implementasi kebijakan pencegahan PPH diberbagai negara di dunia tahun 2022. Analisis implementasi kebijakan dilakukan menggunakan gabungan teori implementasi kebijakan publik yang dikemukakan oleh Van Meter and Van Horn, Grindle, Sabatier and Mazmanian, Edward III dan Peters. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui analisis implementasi kebijakan pencegahan Postpartum Hemorrhage pada ibu dari berbagai negara di dunia. Penelitian ini menggunakan studi literature review melalui delapan database, yaitu Ebsco, Emerald, Sage, Science Direct, Scopus, Pubmed, BMC dan PMC. Terdapat 13 artikel terinklusi dari 7.153 artikel yang diidentifikasi dari kedelapan database. Hasil studi menunjukkan terdapat hubungan faktor komunikasi, sumber daya, disposisi, struktur birokrasi, standar dan sasaran kebijakan dan lingkungan terdapat pelaksanaan implementasi kebijakan PPH di berbagai negara. ......Postpartum Hemorrhage (PPH) is a condition in which blood loss of 500 ml or more within 24 hours after delivery of the mother. PPH occupies the first position in the direct cause of maternal death by contributing 19.7% of maternal deaths at the global level. Various policies have been issued to address the problem of the high rate of PPH, but until now the incidence of PPH is still high. To be able to find out the causes that affect the process of implementing PPH prevention policies, it can be done through a study of the implementation of public policies. This study discusses the implementation of PPH prevention policies in various countries in the world in 2022. Analysis of policy implementation is carried out using a combination of public policy implementation theories proposed by Van Meter and Van Horn, Grindle, Sabatier and Mazmanian, Edward III and Peters. The aim of this study was to determine the analysis of the implementation of Postpartum Hemorrhage prevention policies in mothers from various countries in the world. This study uses a literature review study through eight databases, namely Ebsco, Emerald, Sage, Science Direct, Scopus, Pubmed, BMC and PMC. There were 13 included articles out of 7,153 articles identified from the eight databases. The results of the study show that there is a relationship between communication factors, resources, disposition, bureaucratic structure, policy standards and objectives and the environment on the implementation of PPH policies in various countries.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Wirdayanto
Abstrak :
Latar Belakang: Perdarahan intraserebral spontan (PISS) berkaitan dengan luaran yang buruk dibandingkan dengan infark serebral, dapat menyebabkan disabilitas berat, yaitu menyebabkan kecacatan fisik, psikologis, dan fungsi sosial. Pada pasien yang secara CT scan terbukti terdapat hematom intraserebral supratentorial, pembedahan dan perawatan neurointensif mengurangi angka kematian atau kecacatan dibandingkan hanya dengan terapi medis saja. Pembedahan yang dilakukan dapat meningkatkan luaran pasien dengan PISS yang selektif. Tujuan: Menilai luaran 6 bulan pasca operasi penderita perdarahan intraserebral spontan supratentorial yang di kelola Departemen Bedah Saraf RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo periode Januari 2013-Agustus 2014 serta faktor-faktor yang mempengaruhi luaran tersebut. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang terhadap pasien perdarahan intra serebral spontan supratentorial yang dilakukan operasi evakuasi hematom di Departemen Bedah Saraf RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo periode Januari 2013-Agustus 2014 menggunakan modified Rankin Scale (mRS). Data penelitian ini diperoleh melalui catatan rekam medis. Hasil: Luaran 6 bulan setelah dilakukan operasi didapatkan luaran independent 7 pasien (38,9%) dan dependent 11 pasien (61,1%). Tidak didapatkan pasien meninggal selama follow up 6 bulan setelah operasi dari data ini. Berdasarkan lokasi perdarahan supratentorial, perdarahan lobar dengan luaran lebih baik dimana luaran independent 50% dibandingkan perdarahan deep seated dengan luaran independent 16,7%. Faktor faktor yang mempengaruhi seperti jenis kelamin, GCS, volume hematom, komorbiditas hipertensi serta diabetes melitus dan jenis tindakan tidak dapat dilakukan uji kemaknaan karena jumlah sampel yang sedikit. Kesimpulan: Luaran 6 bulan PISS supratentorial pasca operasi evakuasi hematom secara keseluruhan didapatkan lebih banyak dependent dibandingkan independent, dimana pasien perdarahan intraserebral spontan supratentorial lobar lebih baik dibandingkan dengan deep seated. ...... Background: Spontaneous intracerebral hemorrhage associated with poor outcomes compared with cerebral infarction, can cause severe disability, that causes physical disability, psychological, and social functioning. In patients who are the CT scan proved there supratentorial intracerebral hematoma, surgery and neurointensive care reduce mortality or disability compared only with medical therapy alone. Surgery can improve the outcome of patients with selective spontaneous intracerebral hemorrhage. Purpose: Assessing outcomes 6 months postoperatively supratentorial spontaneous intracerebral hemorrhage patients who managed the Department of Neurosurgery Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital, the period January 2013-August 2014 and the factors that affect these outcomes. Method: A cross sectional study on patients with supratentorial spontaneous intracerebral hemorrhage and evacuation operation conducted in the Department of Neurosurgery Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital the period January 2013-August 2014. Evaluate outcomes using the modified Rankin Scale (mRS). The research data was obtained through medical record. Result: Outcome 6 months after surgery obtained independent outcomes 7 patients (38.9%) and dependent 11 patients (61.1%). There were no patients died during the follow-up 6 months after surgery of this data. Based on the location supratentorial hemorrhage, lobar hemorrhage with better outcomes in which the outcome of the independent 50% compared to the deep-seated bleeding with independent outputs of 16.7%. Factors influencing such as sex, GCS, hematoma volume, comorbid hypertension and diabetes mellitus and type of action can not be performed because of the significance of test sample size slightly. Conclusion: Outputs 6 months postoperatively PISS supratentorial hematoma evacuation as a whole gained more dependent than independent, which supratentorial spontaneous intracerebral hemorrhage patients with lobar better than the deep-seated.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fetty Fauziyah Hidayat
Abstrak :
Stroke merupakan penyebab utama kecacatan jangka panjang hingga kematian karena penyumbatan/pecahnya pembuluh darah yang mengakibatkan tidak tercukupinya pasokan darah yang membawa oksigen ke otak sehingga terjadi kematian sel/jaringan. Stroke hemoragik lebih mengancam kesehatan bahkan nyawa dibandingkan dengan stroke iskemik. Perdarahan intraserebral atau intracerebral hemorrhage (ICH) menjadi jenis stroke hemoragik yang paling banyak terjadi dengan berbagai manifestasi klinis tergantung dengan bagian otak yang terkena. Salah satu dampak dari ICH yang termasuk berbahaya yaitu peningkatan tekanan intrakranial (TIK). Studi ini bertujuan untuk menganalisis penerapan elevasi kepala 30° - 45° sebagai manajemen TIK pada pasien dengan ICH dan riwayat tanda-tanda peningkatan TIK. Intervensi elevasi kepala telah dilakukan selama 3 hari dengan durasi 24 jam dan hasil yang didapatkan yakni kestabilan tanda-tanda vital dan tidak adanya tanda-tanda peningkatan TIK. ......Stroke is the main cause of long-term death due to rupture of blood vessels resulting in insufficient blood supply that carries oxygen to the brain resulting in cell/tissue death. Hemorrhage strokes are more threatening than ischemic strokes. Intracerebral hemorrhage or ICH is the most common type of hemorrhage stroke with various clinical manifestations depending on the brain affected. One of the harmful effects of ICH is an increase of intracranial pressure (ICP). This study aimed to analyze the implementation of head elevation 30° - 45° as ICP management in patient with ICH and history of signs of elevated ICP. The head elevation intervention has been carried out for 3 days with a duration of 24 hours and the result obtained are the stability of vital signs and no signs of increased ICP.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
by Rumita S. Kadarisman
Abstrak :
Untuk mengetahui effektivitas dan keamanan injeksi intravitreal gas Sulfur Heksaflorida (SF6) tanpa tissue Plasminogen Activator (tPA) pada perdarahan subhialoid di premakula, 5 mata dari 5 pasen dimasukkan dalam penelitian ini. Setelah parasentesis cairan akuos, 0.3 ml gas sulfur hexafluoride murni disuntikkan intravitreal dan penderita diharuskan mempertahankan posisi muka kebawah selama 5 hari.. Foto fundus dibuat pre injeksi,pada 1 hari dan 7 hari pasca injeksi. Perdarahan subhialoid bergeser pada 4/5 (80%) mata dengan lama perdarahan subhialoid kurang dari 2 minggu. Tajam penglihatan pre-operatif pada ke-lima mata adalah hitung jari, dan mengalami perbaikan pasca-operatif pada 4/5 (80%) mata dalam 3 hari sampai 7 hari.. Tajam penglihatan berkisar antara 6/20 hingga 6/6. Penyakit sistemik yang mendasari, terdiri dari hiperkoagulasi pada 1 pasien, diabetes mellitus pada 2 pasien, hipertensi pada 1 pasien dan tidak ditemukan pada 1 pasien. Komplikasi akibat tindakan tidak ditemukan pada semua mata yang diinjeksi. Sebagai kesimpulan, injeksi gas SF6 tanpa penggunaan tPA ke dalam vitreus mampu menggeser perdarahan subhialoid, bila dilakukan dalam 14 hari, dan dapat menghasilkan perbaikan tajam penglihatan yang cepat. Tindakan ini terbukti aman. (Med J Indones 2007; 16:104-7).
To assess the efficacy and safety of intravitreal injection of Sulfur Hexafluoride (SF6) gas without the use of tissue Plasminogen Activator (tPA) in premacular Subhyaloid Hemorrhage ( SHH ), 5 eyes of 5 patients with premacular SHH were enrolled. After performing paracentesis of the anterior chamber, 0.3 ml pure SF6 gas was injected through pars plana with a 30 gauge needle. Facedown position was maintained for 5 days. Subhyaloid Hemorrhage was displaced in 4/5 ( 80% ) eyes with a duration of SHH less than 2 weeks. The pre-injection visual acuity of all 5 eyes was finger counting and improved in 4/5 ( 80% ) eyes within 3 days to 7 days post-injection to 6/20 - 6/6. The underlying disease was hypercoagulation in 1 patient , diabetes mellitus in 2 patients , hypertension in 1 patient and unknown in 1 patient. No complications were encountered. In conclusion, SF6 gas injected into the vitreous without the use of tPA, can displace SHH if performed within 14 days of duration, and results in rapid visual recovery. This procedure is proven to be safe. (Med J Indones 2007; 16:104-7).
Medical Journal of Indonesia, 2007
MJIN-16-2-AprJun2007-104
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Depok : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia , 2019
610 JKI 22:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>