Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 41 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arini Aristia Saputra
"Penelitian ini bertujuan membuat madu kering melalui pemanasan dengan oven pada temperatur 90-110°C dari kristal madu dengan menggunakan kasein sebagai bahan anti caking. Untuk itu diteliti komposisi yang tepat antara kasein dengan madu kristal untuk memperoleh madu kering yang tidak menggumpal.
Lima variasi konsentrasi kasein ditetapkan pada 20, 30, 40, 50, 60 dan 70% berat. Madu kering terbaik yang diperoleh adalah konsentrasi kasein 60 dan 70% namun kadar airnya masih cukup tinggi, yaitu masing-masing 13,5 dan 7,4%. Penggunaan oven sebagai pengering kurang memberikan hasil yang maksimal.

The purpose of this research is to make a dry honey from honey crystal through a heating by oven at 90-110°C with casein as anti caking material. The right composition of casein with honey crystals examined in order to obtain a dry honey which isn't clot.
Five concentration variation set at 20, 30, 40, 50, 60 and 70% of dry casein. The best dry honey obtained from 60 and 70% of casein but the water contents are still high (13,5 and 7,4% respectively). The use of oven as a dryer didn?t give the best results as expected.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2012
S43195
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Cambridge, UK: At the University Press, 1965
821.914 IRO IV
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Alex Novandra
"Kontribusi Sektor Kehutanan terhadap perolehan Produk Domestik Bruto masih kecil, salah satu langkah untuk meningkatkan perolehan PDB dari sektor kehutanan adalah dengan meningkatkan ekspor madu. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat keunggulan komparatif madu Indonesia dan mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap ekspor madu Indonesia ke negara importir utama (Singapura dan Malaysia). Metode yang digunakan adalah dengan menghitung indeks RCA dan menganalisis model ekspor dengan menggunakan Error Correction Model (ECM). Tingkat daya saing produk madu Indonesia menunjukan indeks RCA sebesar 0,4 yang berarti Indonesia kurang memiliki keunggulan komparatif. Dalam jangka panjang kenaikan GDP riil negara importir akan meningkatkan ekspor madu ke negara importir utama, kenaikan harga madu China akan menurunkan ekspor, depresiasi nilai tukar riil efektif China akan meningkatkan ekspor, kemudian setelah adanya kebijakan perdagangan bebas ASEAN (AFTA) ekspor madu lebih tinggi daripada sebelum diberlakukannya kebijakan tersebut. Sementara dalam jangka pendek hanya harga madu China dan nilai tukar riil efektif China yang mempengaruhi ekspor madu Indonesia.

The forest sector contribution to GDP in Indonesia is small and one of the policy to increase Indonesian GDP contribution is increase honey export. This study analysed the factor that affect the export demand of Indonesian's honey to the major importing country (Singapore and Malaysia) and analysed the level of comparative competitiveness index of Indonesian's honey. This study used base RCA and error correction model (ECM) methods. The result of this study showed that the RCA index of Indonesian's honey in 0.4. It showed that Indonesian's honey have less of the comparative competitiveness. In the long run, real GDP of importing country increased the export of honey, increasing price of China's honey reduced the export and depreciation of China's real efective exchange rate increased export. Furthermore ASEAN free trade area (AFTA) increased of for Indonesian's export demand. However in the short run, price of China's honey and China's real efective exchange rate affected Indonesia's honey export."
Depok: Universitas Indonesia, 2013
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anna Valentine
"Lansia merupakan suatu kelompok usia yang seringkali merasakan dampak dari penuaan. Salah satunya yaitu lebih lamanya penyembuhan luka pada lansia dan jika tidak ditangani dengan tepat, maka luka akut bisa menjadi luka kronik. Di lain sisi, sejak dahulu, madu telah digunakan untuk merawat luka karena memiliki sifat antimikroba, anti inflamasi, dan debridement luka yang membantu proses penyembuhan luka. Bahkan jika dibandingkan dengan antibakteri lain, perawatan luka dengan madu dapat mempercepat penyembuhan luka lebih baik dari yang lain. Oleh karena itu, pengembangan tatalaksana berbasis bukti dalam melakukan perawatan luka menggunakan madu dilakukan untuk mendukung proses penyembuhan luka dan meningkatkan kenyamanan lansia. Dalam karya ilmiah ini, perawatan luka dengan madu menghasilkan peningkatan penyembuhan luka dan pengurangan kualitas nyeri pada lansia setelah dua minggu intervensi. Hasil ini dibuktikan dengan adanya penurunan skala Bates-Jensen Wound Assessment Tool dan Visual Analog Scale serta Numeric Rate Scale setelah perawatan dua minggu. Skala BWAT klien dari 30 menjadi 15, nilai VAS 2 dan Numeric Rating Scale 3 (nyeri ringan) menjadi 0 atau tidak nyeri. Setiap intervensi dilakukan sehari sekali selama 5-10 menit. Kesimpulannya, setelah dilakukan intervensi, terdapat penyembuhan luka diamati dengan tidak adanya jaringan nekrotik, pus, dan adanya jaringan granulasi yang menutupi keseluruhan luka.

The elderly are an age group that often feel the impact of aging. One of them is the longer healing time of wounds in the elderly and if not treated properly, then acute wounds can become chronic wounds. On the other hand, honey has long been used to treat wounds as it has antimicrobial, anti-inflammatory, and wound debridement properties that help the wound healing process. Even when compared to other antibacterials, wound treatment with honey can accelerate wound healing better than others. Therefore, the development of evidence-based management in performing wound care using honey is carried out to support the wound healing process and improve the comfort of the elderly. In this scientific work, wound care with honey resulted in improved wound healing and reduced pain quality in the elderly after two weeks of intervention. This result was evidenced by a decrease in the Bates-Jensen Wound Assessment Tool scale and Visual Analog Scale and Numeric Rate Scale after two weeks of treatment. The client's BWAT scale from 30 to 15, VAS value 2 and Numeric Rating Scale 3 (mild pain) to 0 or no pain. Each intervention is done once a day for 5-10 minutes. In conclusion, after the intervention, wound healing was observed with the absence of necrotic tissue, pus, and granulation tissue covering the entire wound.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
PR-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Vina Damayanti
"Fungsi madu lokal Indonesia Apis dorsata dorsata dan Tetragonula sp.sebagai antibakteri dan antioksidan belum secara spesifik terjelaskan. Protein salah satu kandungan yang ternyata memiliki aktivitas antibakteri dan antioksidan pada jenis ndash; jenis madu tertentu. Pengujian aktivitas protein madu sebagai antibakteri dan antioksidan melalui beberapa tahap diantaranya isolasi, analisis SDS-PAGE, uji bradford, uji aktivitas antibakteri dengan metode difusi sumur dan uji aktivitas antioksidan dengan metode DPPH. Didapatkan metode pengisolasian protein yakni berupa pemekatan menggunakan membran milipore bagi madu Tetragonula sp. dan membran filtrasi dot blot bagi madu Apis dorsata dorsata. Uji bradford menunjukkan madu Apis dorsata dorsata memiliki kandungan protein < 5?g/ml, sedangkan madu Tetragonula sp. memiliki kandungan protein sebesar 97 ?g/ml.
Hasil karakteristik profil berat molekul protein menunjukkan madu Tetragonula sp. memiliki 3 pita protein yang terdiri atas 52, 96 ndash; 61,9 kDa, 63,35 ndash; 65,92 kDa dan 86,16 ndash; 91,4 kDa, sedangkan madu Apis dorsata dorsata memiliki 5 pita protein yang terdiri atas 45,2 ndash; 46,6 kDa, 50,2 ndash; 50,9 kDa, 62,5 ndash; 62,9 kDa, 73,1 ndash; 73,9 kDa, 83,9 ndash; 86,9 kDa. Isolat protein madu Apis dorsata dorsata tidak memiliki aktivitas antioksidan dan antibakteri Staphylococcus aureus dan Eschericia coli, sedangkan isolat protein madu Tetragonula sp. memiliki aktivitas antibakteri terhadap Eschericia coli."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S68096
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sitorus, Gina Yunita Joice
"
Latar Belakang: Madu telah digunakan sebagai makanan dan obat-obatan di banyak negara sejak dahulu kala. Untuk tujuan pengobatan, madu juga digunakan dalam perawatan luka kronis dan kompleks. Telah banyak studi yang menyatakan fungsi madu dan efek yang menguntungkan selama perawatan. Luka kronis adalah luka yang gagal untuk melalui fase penyembuhan normal secara tepat. Studi ini merupakan studi dengan hewan percobaan yang membandingkan dua madu lokal dan madu Manuka untuk menemukan madu lokal yang memiliki efek yang lebih baik dalam perawatan luka kronis
Metode: menggunakan 36 hewan percobaan tikus dengan strain Sprague Dawley yang dibuat perlukaan pada bagian kulit punggung dan diberi bakteri Pseudomonas Sp. hingga luka memiliki gambaran sebagai luka kronis dan luka dirawat dengan Manuka Honey, Madu Murni Nusantara dan Java Honey. Evaluasi makroskopis dilakukan pada hari 0, 3, 5, 7, 10 dan 13 pasca perawatan dan pada hari 5 dan 13 pasca perawatan, hewan dinekropsi. Parameter yang diamati, luas luka, presentasi jaringan nekrotik, slough dan granulasi dievaluasi dengan aplikasi Image J dan dibandingkan diantara tiga kelompok perawatan madu.
Hasil: secara statistik, didapatkan perbedaan yang signifikan antara tiga kelompok perawatan madu pada parameter luas luka pada hari 3 – hari 0 (p=0.021) dengan analisa post-hoc didapatkan perbedaan signifikan antara Manuka Honey dan Java Honey (p=0.009) serta Madu Murni Nusantara dan Java Honey (p=0.03) dan presentasi slough pada hari 3 – hari 0 (p=0.025) dengan analisa post-hoc didapatkan perbedaan signifikan antara Manuka Honey dan Java Honey (p=0.059) serta Madu Murni Nusantara dan Java Honey (p=0.008). Hari perawatan selanjutnya tidak didapatkan perbedaan signifikan pada semua parameter evaluasi makroskopis.

Kesimpulan: madu lokal dapat digunakan sebagai modalitas alternative pada perawatan luka kronis, seperti halnya Manuka Honey, namun dengan biaya rendah dan kemudahan mendapatkannya di pasaran.


Background: Honey has been used for food and medicine in many centuries and countries. For medicinal purposes, honey is used to treat chronic and complex wounds. There have been many reports stating its function and beneficial effect during treatment. A chronic wound is a wound that fails to progress through the normal phases of healing in an orderly and timely manner. This research is an experimental animal study comparing two local honey and Manuka Honey to find which has a better effect in chronic wound treatment

Methods: 36 rats, Sprague Dawley strain were had wounded at muscle based on the dorsum side and were given bacteria Pseudomonas Sp. until the wound has a chronic wound appearance and then treated with Manuka Honey, Madu Murni Nusantara, and Java Honey. A Macroscopic evaluation was observed on day 0, 3, 5, 7, 10, and 13 post wound treatment and on day 5 dan day 13 post wound treatment, the rats were euthanized. The observed parameters, wound area, presentation of necrotic tissue, slough and granulation were evaluated by Image J application and compared between the three honey treatment groups.
Result: Statistically, there was a significant difference between the three honey treatment groups on the wound area parameters on day 3 - day 0 (p = 0.021) with post-hoc analysis found a significant difference between Manuka Honey and Java Honey (p = 0.009) and Madu Murni Nusantara and Java Honey (p = 0.03) and slough presentation on day 3 - day 0 (p = 0.025) with post-hoc analysis found significant differences between Manuka Honey and Java Honey (p = 0.059) and Madu Murni Nusantara and Java Honey (p = 0.008). The next day of treatment there was no significant difference in all macroscopic evaluation parameters.

Conclusion: Local honey can be used as an alternative modality for wound chronic treatment the same as Manuka Honey, but with low cost and easily available in the market.

"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2020
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Linni Fitria
"Latar Belakang: Madu diproduksi oleh lebah madu diantaranya Apis malivera dan Apis dorsata. Berdasarkan sumber nectar flora dibedakan monoflora dan polyflora. Madu monoflora seperti madu randu dan madu lengkeng dengan konsentrasi 25% dan 50% telah diteliti memiliki efektivitas anti bakteri terhadap bakteri S. mutans. Salah satu madu polyflora adalah madu putih Dompu yang dihasilkan oleh lebah hutan kering Dompu. Di bidang kedokteran gigi S. mutans khususnya S. mutans serotype c merupakan bakteri utama penyebab karies gigi.
Tujuan: Menganalisa perbedaan zona hambat antara Madu putih Dompu dan madu randu terhadap pertumbuhan bakteri S. mutans serotype c.
Metode: Desain penelitian Ekperimen laboratorik. Koloni S. mutans serotype c hasil biakan dalam broth TYS20B dengan konsentrasi 28x108 CFU diratakan dalam media agar selektif TYS20B, di tengah medium agar letakkan paper disk dengan diameter 12 mm yang kemudian ditetesi 50 madu putih Dompu dan madu randu yang telah dilakukan pengenceran 12,5%,25% dan 50% dimasukkan dalam jar yang telah diberi gas anaerob di inkubasi selama 46 jam pada suhu 370C. Perhitungan zona hambat dilakukan sebanyak 3 kali dengan mengukur lingkaran terluar dikurangi lingkaran terdalam di bagi dua.
Hasil: Nilai rerata zona hambat madu putih Dompu 25% terhadap koloni S. mutans serotype c menunjukkan nilai tertinggi (4,1633±0.9312) dan zona hambat madu randu 50% terhadap S. mutans serotype c menunjukan nilai terendah (2,106±1,264). Hasil uji statistik menunjukkan adanya perbedaan tidak bermakna antara zona hambat madu putih Dompu dan madu randu pada semua konsentrasi (p>0,01).
Kesimpulan: Terdapat perbedaan yang tidak bermakna antara zona hambat pada madu putih Dompu dan madu randu terhadap pertumbuhan bakteri S. mutans serotype c.

Background: Honey is produced by honey bee include Apis mellifera and Apis Dosrsata. Based on the nectar source, honey was differentiated become monoflora and polyflora. Monoflora honey such as randu honey and polyflora honey such as Dompu white honey with a concentration of 25% and 50% have been investigated that antibacterial effectiveness against bacteria S. mutans. In dentistry, S. mutans especially S. mutans serotype c is a major cause of dental caries.
Objective: To analyze the differences of inhibition zone between Dompu white honey and randu honey on the growth of bacteria S. mutans serotype c.
Method: Design of research is laboratory experiments. Colonies of S. mutans serotype c from the results of TYS20B broth culture in a concentration of 28x108 CFU flattened in an agar medium selective TYS20B, in the middle of the medium, in order to place the paper disk with its diameter of 12 m, then etched with 50 of Dompu white honey and randu honey have been diluted 12 5%, 25% and 50% put in a jar that had been gassed with anaerobic incubation for 46 hours at a temperature of 370C. Calculations of Inhibition zone was done 3 times by measuring the outermost circle minus the innermost circle divided by two.
Results: The mean of inhibition zone Dompu white honey 25% towards the colonies of S. mutans serotype c show the highest value (4.1633 ± 0.9312) and inhibition zone randu honey 50% towards S. mutans serotype c shows the lowest value (2.106 ± 1.264). Statistical test results showed no significant difference between the inhibition zone Dompu white honey and randu honey in all concentrations (p> 0.01).
Conclusion: There are no significant differences of inhibition zone between Dompu white honey and randu honey on the growth of bacteria S. mutans serotype c.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2016
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Bayu Suhartadi
"ABSTRAK
Latar Belakang
Surgicel (Oxidized Regenerated Celulose) telah digunakan secara luas di bidang
Bedah Plastik untuk mengatasi perdarahan saat operasi. Dalam penyembuhan
luka, madu mempunyai banyak sekali manfaat. Madu terbukti mempercepat
epitelisasi dan penyembuhan luka. Untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan
yang dimiliki madu sekaligus di saat mengatasi perdarahan, beberapa konsulen
senior merendam agen hemostasis local (ORC) dalam madu. Tetapi sampai saat
ini belum ada laporan mengenai pengaruh madu terhadap ORC. Penelitian ini
diharapkan mampu mengetahui interaksi antara madu dan ORC.
Metode
Dibuat penelitian pada hewan coba untuk menilai kemampuan hemostsasis ORC
setelah direndam dalam madu. Sebanyak 27 tikus dibagi dalam 3 kelompok dan
dibuat laserasi hepar pada setiap klompok, dan masing-masing laserasi pada tiap
kelompok dirawat dengan ORC saja, ORC yang direndam dalam madu dan
kontrol. Banyaknya perdarahan dari laserasi hepar dan waktu perdarahan dinilai.
Hasil
Kemampuan hemostasis ORC saat direndam dalam madu tidak berubah. Waktu
perdarahan pada kelompok ORC adalah 57,2 + 18,5 detik pada kelompok ORC
madu adalah 56 + 25,3 detik, nilai P 0,997 (> 0,05). Jumlah perdarahan pada
kelompok ORC madu adalah 126,9 + 87,5 miligram, 124 + 80,1 miligram pada
kelompok ORC saja dan 543,7 + 333,5 miligram pada kelompok control. Nilai P
adalah 1,000 (>0,05).
Kesimpulan
Efek hemostasis ORC tidak mengalami perubahan saat direndam dalam madu

ABSTRACT
Background
Surgicel (oxidized regenerated cellulose/ ORC) widely use as local hemostatic
agent to minimise surgical bleeding in plastic surgery. Honey has numerous
advantage in wound healing. It has been proven to accelerate epithelialisation and
promote wound healing. In order to adopt this numerous advantages of honey
while control surgical bleeding, some of our senior consultant soak local
hemostatic agent (ORC) with honey. But there isn?t any information regarding
interaction between honey and ORC. This research aimed to asses this
interaction.
Methods
An animal study design to asses hemostatic performance of ORC after been
soaked with honey. 27 rats were divided into 3 groups, where each group of
lacerated liver treated with ORC alone, honey soaked ORC and control. Amount
of blood exanguinated from liver laceration and the bleeding time were
recorded.
Result
Honey soaked ORC has no difference in term of haemostatic property compared
with ORC alone. Bleeding time ORC group was 57,2 + 18,5 second, and in
honey soaked ORC group was 56 + 25,3 second, P value 0,997 (> 0,05). Amount
bleeding in honey soaked ORC is 126,9 + 87,5 miligram, ORC alone 124,9 +
80,1 miligram and control 543,7 + 333,5 miligram. P value of Post Hoc test
1,000 (> 0,05),
Conclussion
Been soaked with honey, ORC doesn?t change it?s hemostatic properties."
2016
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Euis Reni Yuslianti
"Proses penyembuhan luka melibatkan radikal bebas. Senyawa antioksidan diperlukan untuk menghasilkan penyembuhan luka yang optimal. Penelitian ini bertujuan mendapatkan madu rambutan sediaan topikal untuk penyembuhan luka. Penelitian adalah eksperimental laboratorik in vitro dan in vivo yang mencakup pengambilan sampel murni, uji parameter madu dan penetapan standar farmasitikal, uji kandungan antioksidan, uji toksisitas akut, uji sitotoksisitas, dan uji khasiat preklinik. Penelitian ini merupakan penelitian analitik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa madu rambutan memenuhi persyaratan standar simplisia, dapat dibuat standar farmasitikal, mengandung flavonoid rutin dan asam askorbat, tidak toksik secara sistemik, tidak bersifat sitotoksik, mempunyai khasiat aktivitas antioksidan in vitro dan in vivo dengan mempercepat penyembuhan luka, menurunkan kadar MDA, meningkatkan kadar TGF-?1, meningkatkan jumlah sel fibroblas, dan menurunkan jumlah sel-sel inflamasi. Dengan demikian madu rambutan mempunyai potensi sebagai antioksidan dalam bentuk sediaan topikal untuk penyembuhan luka mukosa mulut bermutu standar farmasitikal, aman, dan berkhasiat menuju obat herbal terstandar.

Wound healing process involves free radical. Antioxidant compound is needed to obtain optimal wound healing. This research objective was to obtain topical rambutan honey for wound healing. The research was laboratory experiment in vitro and in vivo which covered pure isolate sampling, honey parameter test and pharmaceutical standard establishment, antioxidant content test, acute toxicity test, cytotoxicity test, and pre-clinic efficacy test. This research was analytic research. The result of the research showed that rambutan honey complied to the requirement of simplisia standard, can be made for pharmaceutical standard, contain rutin flavonoid and ascorbic acid, systemically nontoxic, was not naturally cytotoxic, had in vitro and in vivo antioxidant activity by accelerate wound healing, decreased MDA level, increased TGF-?1 level, increased fibroblast cell amount, and decreased inflammation cell amount. Therefor rambutan honey has potential as topical antioxidant pharmaceutical standard oral wound healing towards standardized herbal medicine."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2015
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>