Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 20 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bagyo Witjaksono
Abstrak :
ABSTRAK
Untuk menekan laju pertambahan penduduk Indonesia yang cepat yaitu 2,32 pertahun diperlukan usaha menurunkan angka kelahiran melalui Program Nasional Keluarga Berencana (PHKB). Dalam pelaksanaannya PHKB mengalami banyak hambatan karena belum ditemukannya kontrasepsi ideal yang bebas dari efek samping dan kegagalan. Beberapa peneliti melaporkan adanya perubahan-perubahan faktor pembekuan darah karena efek estrogen yang ada dalam kontrasepsi pil. Sedangkan efek progesteron lebih sedikit dibandingkan estrogen.

Penelitian ini bertujuan menyelidiki pengaruh pemakaian kontrasepsi Norplant yang berisi hormon progesteron terhadap parameter pembekuan darah, disamping itu untuk bahan perbandingan dilakukan penelitian pada kelompok pemakai kontrasepsi pil kombinasi.

Penelitian dilakukan pada 6 kelompok individu. Kelompok 1 (kontrol) terdiri dari 25 orang diambil dari donor darah PHI dan paramedis RSCH. Kelompok 2 sampai dengan 5 adalah pemakai kontrasepsi Horplant 2th,3th,4th dan 5 th dari Klinik Raden Saleh. Kelompok 2 dan 3 masing-masing 25 orang sedangkan kelompok 4 dan 5 masing-musing 20 orang. Kelompok 6 terdiri dari 25 orang pemakai kontrasepsi pil kombinasi Noriday 5 th dari Rumah Sakit AURI Halim. Terhadap masing-masing kelompok diperiksa masa protrombin plasma, masa tromboplastin parsial teraktivasi, kadar fibrinogen, aktivitas AT III, aktivitas F VII dan X. Perbandingan antara masing-masing kelompok dilakukan dengan uji statistik anova dan Scheffe 5 test. Pemeriksaan dilakukan antara bulan Februari sampai dengan bulan Oktober 1987 di Bagian Patologi Klinik FKUI-RSCH Jakarta.

Penelitian ini mengungkapkan bahwa pada pemakaian Norplant selama 5 tahun semua parameter pembekuan darah yang diperiksa tidak berbeda bermakna dengan kontrol walaupun ada kecenderungan pemendekan masa protrombin plasma dan masa tromboplastin parsial teraktivasi, peningkatan kadar fibrinogen dan penurunan aktivitas AT III. Selain itu pada pemakaian kontrasepsi pil kombinasi semua parameter pembekuan darah yang diperiksa berbeda bermakna bila dibandingkan kelompok kontrol.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa pemakaian Horplant aman sampai dengan 5 tahun. Setelah 5 tahun dianjurkan pemeriksaan masa protrombin plasma, masa tromboplastin parsial teraktivasi, kadar fibrinogen dan aktivitas AT III secara berkala tiap tahun sekali.

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Norplant lebih aman daripada kontrasepsi pil kombinasi.

1988
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusri Kartika
Abstrak :
ABSTRAK
Nama : Yusri KartikaProgram Studi : EpidemiologiJudul : Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Hormonal dengan Obesitas padaWanita Usia Subur di Indonesia Analisis Data IFLS 5 Tahun 2014 Pembimbing : Prof. Dr. dr. Sudarto Ronoatmodjo, SKM, M.ScPada tahun 2013 di Indonesia, prevalensi obesitas pada perempuan 32,9 . Kontrasepsihormonal pil, suntikan dan implant merupakan jenis kontrasepsi yang paling banyakdigunakan oleh wanita usia subur WUS di Indonesia, dengan prevalensi sebesar 38,2 .Tujuan penelitian ini untuk melihat apakah wanita usia subur WUS yang menggunakankontrasepsi hormonal berisiko mengalami obesitas. Penelitian ini menggunakan data IFLS 5tahun 2014, dan jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 6045. Analisis data yangdigunakan adalah Cox Regression. Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaankontrasepsi hormonal tidak ada hubungan atau tidak meningkatkan risiko obesitas padaWUS di Indonesia PR 0,939; CI 95 0,869 ndash; 1,013 .Kata kunci: Kontrasepsi Hormonal, Obesitas
ABSTRACT
Name Yusri KartikaStudy Program EpidemiologyTitle The Correlation of Hormonal Contraceptive Use and Obesity ofReproductive Age Women in Indonesia 5th IFLS Data Analysis Counsellor Prof. Dr. dr. Sudarto Ronoatmodjo, SKM, M.ScIn 2013, prevalence of obesity of females in Indonesia is 32,9 . Hormonal contraceptives pills, injections and implants are the most widely used by reproductive age women WUS in Indonesia, the prevalence is about 38,2 . The aim of this study was to see thatreproductive age women WUS who used hormonal contraceptives were at risk of obesity.This study was using 5th IFLS data. Data analysis was Cox Regression. The results of theanalysis showed that hormonal contraceptive use had no relationship or did not increase therisk of obesity in WUS in Indonesia PR 0,939 CI 95 0,869 ndash 1,013 .Key words Hormonal Contraception, Obesity
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50039
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Frides Susanty
Abstrak :
Servisitis merupakan bagian dari Infeksi Menular Seksual (IMS), dengan perkembangan bidang sosial, demografik dan meningkatnya migrasi penduduk, populasi berisiko tinggi akan semakin meningkat. WHO memperkirakan 376 juta infeksi baru dengan 1 dari 4 IMS yaitu: klamidia (127 juta), gonore (87 juta), sifilis (6,3 juta) dan trikomoniasis (156 juta). Penelitian Gatot dkk menunjukkan 11,9 % pasien mengalami servisitis. Penelitian Iskandar, dkk prevalensi infeksi serviks (klamidia 9,3 % dan gonore 1,2 %). Berdasarkan hasil SDKI, terjadi peningkatan tren pemakaian kontrasepsi di Indonesia sejak tahun 1991 sampai 2017. Secara statistik terdapat hubungan yang signifikan antara servisitis dengan infeksi HPV, sehingga bila servisitis tidak ditangani dengan baik, maka akan meningkatkan risiko untuk terinfeksi HPV. Seseorang dengan gejala servisitis mukopurulen meningkatkan risiko terjadinya kanker serviks.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penggunaan kontrasepsi hormonal dengan kejadian servisitis. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif, dengan desain cross sectional study. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari hasil pemeriksaan IVA puskesmas yang didampingi Female Cancer programme (FcP) di DKI Jakarta tahun 2017-2019. Jumlah sampel 3563 orang, yaitu memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis yang digunakan logistic regression. Prevalensi penyakit servisitis pada penelitian ini 11,20%. Terdapat hubungan penggunaan kontrasepsi hormonal dengan kejadian servisitis yang bermakna signifikan secara statistik dengan p-value =0,0000 POR 1,673 95% CI (1,323 - 2.115). Perlu dilakukan pemeriksaan secara berkala pada perempuan yang menggunakan kontrasepsi hormonal untuk mencegah terjadinya servisitis dan kanker leher rahim. ......Cervicitis is one of the Sexually Transmitted Infections (STIs). There is a correlation between socio-demographic development and migration with increase of the number of high-risk populations. WHO estimates there are 376 million new infections by 1 out of 4 STIs, such as chlamydia (127 million), gonorrhea (87 million), syphilis (6.3 million) and trichomoniasis (156 million). Gatot et al, showed that 11.9% of patients had cervicitis. Iskandar, et al, also showed the prevalence of cervical infections (chlamydia 9,3% and 1,2% gonorrhea). Based on the results of the SDKI, there had been an increasing trend in contraceptive use in Indonesia from 1991 to 2017. There was a statistically significant association between cervicitis and HPV infection. It will increase the risk of getting infected by HPV if cervicitis is left untreated. Additionally, a person with mucopurulent cervicitis symptoms has an increased risk of cervical cancer. This study aims to determine the relationship between the use of hormonal contraceptives and the incidence of cervicitis. This is a quantitative study with a cross sectional study design. This study used secondary data from the results of the VIA examination at the primary health care supervised by the Female Cancer Program (FcP) in DKI Jakarta in 2017-2019. The number of samples were 3563 people, who met the inclusion and exclusion criteria. This study used logistic regression to analyze the data. The prevalence of cervicitis in this study was 11.20%. There is a relationship between hormonal contraceptive use and the incidence of cervicitis which is statistically significant with p-value<0.0001. Thus, it is necessary to carry out periodic checks on women who use hormonal contraception to prevent cervicitis and cervical cancer
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2020
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Syeri Febriyanti
Abstrak :
Hipertensi masih menjadi masalah kesehatan dunia. Prevalensi hipertensi diprediksi akan terus meningkat hingga tahun 2025 nanti. Di Indonesia, penderita hipertensi didominasi oleh penduduk berjenis kelamin perempuan. Salah satu faktor risiko yang bisa menyebabkan kejadian hipertensi adalah penggunaan kontrasepsi hormonal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penggunaan kontrasepsi hormonal pasca salin dengan kejadian hipertensi pada wanita usia subur. Desain penelitian adalah cross sectional dilakukan pada Januari-Juni 2023 menggunakan data Riskesdas 2018. Kelompok terpajan adalah 45.178 responden yang menggunakan kontrasepsi hormonal dan kelompok tidak terpajan adalah 30.845 responden yang tidak menggunakan kontrasepsi hormonal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengguna kontrasepsi hormonal pasca salin dengan kejadian hipertensi setelah mengendalikan umur dan indeks masa tubuh dengan nilai PR=1,10 (1,06– 1,12). Pada penelitian ini juga menilai hubungan antara jenis kontrasepsi hormonal pasca salin diantaranya kontrasepsi suntikan 3 bulan dengan nilai PR=1,08 (CI 95% 1,05-1,12); kontrasepsi suntikan 1 bulan dengan nilai PR 0,99 (CI 95% 0,93-1,05); kontrasepsi implan PR 0,90 (CI 95% 0,84-0,96); dan kontrasepsi pil PR 1,30 (CI 95% 1,23-1,35). Hal ini diharapkan bisa menjadi gambaran bahwa pemilihan kontrasepsi sangatlah penting untuk mencegah hipertensi dikemudian hari. ......Hypertension is one of diseases caused world health problems. The prevalence of hypertension is predicted will be increase. Hypertension in Indonesia are dominated by the female population. One of the risk factors caused hypertension is the use of hormonal contraception. This study aims to determine the association between the last birth hormonal contraception and the prevalence of hypertension. The research design was cross-sectional from January to June 2023 used the 2018 Riskesdas data. The exposed group was 45,178 respondents who used hormonal contraception and the unexposed group was 30,845 who did not use hormonal contraception. The results showed that there was a significant association between the use of hormonal contraception and the prevalence of hypertension after controlling for age and body mass index with AdjPR 1.10 (95% CI 1.06–1.12). This study also assessed the association between types of hormonal contraception including 3-month injection contraception with AdjPR value of 1.08 (95% CI 1.05-1.12); 1-month injectable contraception with AdjPR value of 0.99 (95% CI 0.93-1.05), implant contraceptive AdjPR 0.90 (95% CI 0.84-0.96), and contraceptive pill AdjPR 1.30 (95% CI 1.23-1.35). This is expected to illustrate the importance of choosing the right contraception to prevent the hypertension.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Noorwati Sutandyo
Abstrak :
ABSTRAK
Pasien kanker payudara usia muda cenderung meningkat di RS Kanker Darmais. Faktor hormonal (estrogen) diketahui berperan penting pada karsinogenesis kanker payudara, namun faktor-faktor pertumbuhan, seperti insulin-like growth factor-1 (IGF-1) dan Her-2 juga berperan. Banyak Studi mengaitkan kanker payudara usia muda dengan estrogen reseptor (ER) negatif, sedangkan ER negatif dikaitkan dengan overekspresi Her-2. Alur pensinyalan proliferatif faktor pertumbuhan sebagian besar memakai sistem mitogen-activated protein kinase (MAPK). Hasil rangsangan proliferatif Ialu memicu transkripsi protein siktus set. Protein siklus set yang pertama terbentuk adalah siklin D1 yang transkripsinya dapat dirangeang baik oleh estrogen maupun faktor pertumbuhan. Belum diketahui apakah ada perbedaan komponen alur pensinyalan tersebut antara penderita kanker payudara usia muda (35 tahun atau kurang) dan yang Iebih dari 35 tahun.

Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari perbedaan pola pensinyalan antara penderita kanker payudara berusia 35 tahun atau kurang dan pasien yang berusia lebih dari 35 tahun.

Metode: Pasien kanker payudara sporadik wanita direkrut untuk penelitian ini dan dibagi dalam dua kelompok, yaitu 35 tahun atau kurang dan lebih dari 35 tahun. Spesimen tumor diambil dari biopsi atau pengangkatan tumor yang dikonfirmasikan secara histopatologik. Ekspresi ER, 1GF-1R, Her-2, MAPK, dan siklin D1 diperoleh dengan iniunonisfokimia. Spesimen darah diambil untuk pemeriksaan kadar estrogen dan IGF-1 serum serta pemeriksaan mutaei gen BRCA-1 dan BRCA-2.

Hasil: Sebanyak 93 orang pasien berhasil direkrut sejak September 2004 sampai Desember 2005. Terdapat 43 orang yang berusia 35 tahun atau kurang. Lebih dari 90% pasien mernpunyai tipe karsinoma duktal invasif dan Iebih dari separuhnya memiliki grade 2. Pulasan imunohistokimia berhasil dilakukan pada 90 spesimen. Ekspresi ER negatif pada 33 (78,6%) pasien berusia 35 tahun atau kurang dan 32 (66.7%) orang yang berusia lebih dari 35 tahun. Ekspresi IGF-1R, Her-2, MAPK, dan siklin D1 positif berturut-turut pada 17 (40,5%), 11 (26,2%), 26 (66,7%), dan 7 (16,7%) kasus dalam kelompok usia 35 tahun atau kurang dan 16 (37,5%), 11 (22,9%), 37 (77,?I%), dan 9 (16.6%) kasus dalam kelompok usia Iebih dari 35 tahun. Tidak ada perbedaan yang bermakna secara statistik pada kedua kelompok. ER negatif terdapat pada 72,2% dan MAPK positif terdapat pada 76,7% kasge. Variasi pola pensinyalan terbanyak adalah ER-/IGF-1R-/Her-2- (26 kasus), ER-/IGF- 1R+/Her-2- (19 kasus), dan ER-/IGF-1R-/Her-2+ (16 kasus).

Kesimpulan: Pasien kanker payudara usia 35 tahun atau kurang memperlihatkan pole ekepresi ER, IGF-1R, Her-2, MAPK, dan siklin D1 yang sama dibandingkan pasien berusia Iebih dari 35 tahun. Sebagian besar subyek menunjukkan ER negatif yang memberi kesan bahwa estrogen tidak berperan dominan. Tingginya ekspresi MAPK menimbulkan dugaan peran faktor pertumbuhan yang lebih dominan pada populasi penelitian ini. Terdapat banyak variasi pola pensinyalan yang membutuhkan penelitian lebih Ianjut
Abstract
Background: Early onset breast cancer patients tend to increase in Dharmais Cancer Hospital. Hormonal factor (estrogen) has been known to play important rote in breast cancer carcinogenesis, but growth factors such as insulin-like growth factor-1 (lGF- 1) and Her-2 also have roles. Many studies have linked young onset breast cancer with the negativity of estrogen receptor (ER), white negative ER is associated with Her-2 overexpression. Proliferative signaling path ways from growth factors mostly use the kinase system of mitogen-activated protein kinase (MAPK). The proliferative stimuli then activate the transcription of cell cycte proteins. The first cell cycle protein is cyclin D1 which could be generated either by estrogens or growth factors? stimuli. it is not known whether signaling pathways are different between young onset breast cancer patients (35 years old or less) and the older ones (more than 35 years old).

Objective: The aim of this study was to find signaling pathway differences between breast cancer patients aged 35 years old or less and patients aged more than 35 years old.

Method: Sporadic, female breast cancer patients were consecutively recruited and divided into two age groups, i.e. 35 years or less and more than 35 years old. Specimens were obtained by biopsy or surgical removal of the tumors and were confirmed by histopathological examination. The expression of ER, IGF-1R, Her-2, MAPK, and cyclin D1 were obtained by immunohisto-chemistry method. Blood specimens were taken from patients for estrogen and serum lGF-1 assay and gene mutation analysis of BRCA1 and BRCA2.

Results: Ninety-three patients were recruited since September 2004 to December 2005. Forty-three patients were 35 years or below. More than 90% of the patients within the two groups showed invasive ductal carcinomas and more than half of them were grade 2. immunohistochemical staining was successfully done in 90 patients. ER expression was negative in 33 (78.6%) of patients below 35 years old and 32 (66.7%) of older patients. The expressions of IGF-1R, Her-2, MAPK and cyclin D1 were positive in 17 (40,5%), 11 (26,2%), 28 (66, 7%), and 7 (16, 7%) cases within the group of 35 years old or less, respectively and 18 (37,5%), 11 (22,9%), 37 (77,1%), and 9 (18, 8%) cases within the group of more than 35 years old. There is no significant difference statistically between the two groups. ln all subjects, ER was negative in 72,2% C8868 and MAPK was positive in 76, 7% cases. The most frequent variations of signaling pathway are ER-/IGF-1R-/Her-2- (26 cases), ER-/IGF-1R+/Her-2- (19 cases), and ER-/IGF-1R-/Her-2+ (16 cases).

Conclusions: Breast cancer patients aged 35 years or less showed similar ER, IGF-1R, Her-2, MAPK, and cyclin D1 expressions compared to the patients aged more than 35 years old. ER negativity was predominant in these series, suggesting that estrogen do not play a dominant role. The high expression of MAPK raises a possibiiity of the more dominant role of growth factors in these patients. There are many variations of signaling pathways in breast cancer patients that need further studies.
2006
D777
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Razina
Abstrak :
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian "Cross sectional study" pada akseptor yang telah menggunakan kontrasepsi hormonal antara 1 sampai 5 tahun d bandingkan dengan akseptor yang menggunakan kontrasepsi bukan hormonal Tujuan penelitian ini adalah mengetahui perbedaan kadar glukosa darah dan "glycosylated protein" (HbA 1) pada akseptor yang telah menggunakan kontrasepsi hormonal jangka lama dan pada mereka yang menggunakan AKDR tipe Lippes Loop. Ada 2 golongan subyek penelitian yaitu akseptor KB yang telah menggunakan pil oral kombinasi Noriday, yang berisi mestranol 0,05 mg dan noretindron 1 mg secara terus menerus, dan akseptor KB yang telah menggunakan AKDR tipe Lippes Loop secara terus menerus. Masing-masing golongan terdiri dari 40 orang berusia antara 20 sampai 40 tahun Penentuan kadar glukosa darah dengan metode Trinder dkk Hemoglobin A, di tentukan dengan modifikasi menurut. Schneck dan Schoeder : kesemuanya dilakukan dengan menggunakan Kits Boeheringer Mannheim. Dengan uji statistik "student t-test " di dapatkan hal-hal sebagai berikut Kadar rata-rata glukosa darah pada akseptor pil oral lebih tinggi bermakna dari akseptor AKDR. Tidak terdapat perbedaan bermakna dari kadar rata-rata "glycasylated" HhA 1 , usia dan berat badan antara akseptor pil oral dan AKDR.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Vries, Jan de
Abstrak :
Teddy bears left by their owners in a hospital for sick children become "The Bear Brigade" - who can be seen by the children there but not by any parents or staff. Royalties from the sale of this collection of short stories are being donated to The Royal Hospital for Sick Children in Edinburgh
German: Mainstream, Edinburgh, 1992
618.172 VRI m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Amita Nur Yudhani
Abstrak :
ASI Eksklusif memegang peranan penting dalam kehidupan anak baik jangka pendek maupun jangka panjang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penggunaan alat kontrasepsi hormonal (suntik, pil, dan susuk) pada ibu terhadap kegagalan pemberian ASI eksklusif pada anaknya yang dikontrol oleh beberapa variabel sosial, ekonomi, dan demografi baik di tingkat individu maupun kelompok. Penelitian ini menggunakan data Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2017. Berdasarkan hasil dari analisis inferensia menggunakan model regresi Gompertz Proportional Hazard, penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan alat kontrasepsi secara signifikan memengaruhi kelangsungan pemberian ASI eksklusif pada bayi, dimana bayi yang ibunya menggunakan alat kontrasepsi hormonal memiliki risiko yang lebih kecil untuk mengalami kegagalan pemberian ASI eksklusif. Variabel kontrol yang memiliki pengaruh signifikan dalam memengaruhi kelangsungan pemberian ASI eksklusif adalah umur ibu, paritas, kuintil kekayaan, dan pendidikan ayah. Menurut kuintil kekayaan, semakin tinggi kondisi ekonomi maka akan semakin memperbesar risiko untuk mengalami kegagalan pemberian ASI eksklusif. Sementara menurut umur ibu, paritas, dan pendidikan ayah menunjukkan bahwa semakin tua umur ibu, semakin banyak paritas yang dimiliki ibu, dan semakin tinggi tingkat pendidikan ayah memiliki risiko yang lebih kecil untuk mengalami kegagalan pemberian ASI eksklusif pada bayi. Berdasarkan hasil penelitian ini maka disarankan akan pentingnya konseling/edukasi dari tenaga kesehatan mengenai pentingnya pemberian ASI eksklusif pada bayi serta pentingnya pemilihan penggunaan dan waktu pemasangan alat kontrasepsi yang aman bagi ibu menyusui agar tidak mengganggu proses pemberian ASI eksklusif, seperti minipil progestogen dan suntik progestogen.
Exclusive breastfeeding plays an important role in children's lives both short and long term. This study aims to determine the relationship between the use of hormonal contraceptives (injections, pills, and implants) in mothers against the failure of exclusive breastfeeding for their children which is controlled by several social, economic, and demographic variables both at the individual and group levels. This study uses data from the Indonesian Health Demographic Survey in 2017. Based on the results of inferential analysis using the Gompertz Proportional Hazard regression model, this study shows that contraceptive use significantly influences the continuity of exclusive breastfeeding in infants, where infants who use hormonal contraception have a smaller risk  to experience exclusive breastfeeding failure. Control variables that have a significant influence in influencing the continuity of exclusive breastfeeding are maternal age, parity, wealth quintile, and father's education. According to the wealth quintile, the higher the economic condition, the greater the risk for exclusive breastfeeding failure. While according to maternal age, parity, and father's education shows that the older the mother's age, the more parity the mother has, and the higher the level of education the father has a lower risk of failing exclusive breastfeeding in infants. Based on the results of this study, it is recommended that the importance of counseling/education from health workers regarding the importance of exclusive breastfeeding to infants and the importance of choosing the use and timing of safe contraceptive use for nursing mothers so as not to interfere with exclusive breastfeeding processes, such as minipill progestogen and progestogen injections.
Depok: Universitas Indonesia, 2019
T54709
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dana Zakiyyah Rifai
Abstrak :
Latar Belakang: Kanker payudara merupakan kanker dengan insidensi tertinggi kedua di dunia pada tahun 2018. Setiap 100.000 wanita di Indonesia, 40 mengidap kanker payudara. Mortalitas pada kanker payudara paling banyak disebabkan oleh kejadian metastasis organ viseral yang dilaporkan memiliki prognosis lebih buruk dibandingkan metastasis non viseral. Ekspresi reseptor hormonal (HR) dan protein HER2 atau subtipe intrinsik molekular diindikasikan dapat memprediksi jenis atau lokasi metastasis kanker payudara. Karena itu, perlu ada penelitian tentang hubungan HR dan HER2 terhadap jenis metastasis kanker payudara, terutama pada populasi di Indonesia untuk memperkirakan perjalanan penyakit. Tujuan: Mengetahui hubungan antara reseptor hormonal dan HER2 terhadap jenis metastasis kanker payudara, viseral maupun non viseral. Metode: Penelitian dengan desain cross sectional ini menggunakan data dari sembilan puluh satu pasien kanker payudara dengan metastasis yang dipilih dengan cara consecutive sampling dari RSCM dan RS MRCCC Siloam. Status HR dan HER2 diambil dari pemeriksaan imunohistokimia, sedangkan jenis metastasis diambil dari hasil pemeriksaan radiologi atau patologi anatomi. Data diolah dengan uji chi square dan disajikan dalam bentuk tabel. Hasil: Analisis bivariat antara HR dengan metastasis viseral menghasilkan nilai OR 0,549 (95% CI 0,165-1,829), dengan metastasis non viseral OR 1,533 (95% CI 0,565-4,157), dan dengan kedua metastasis viseral dan non viseral OR 0,960 (95% CI 0,351-2,624). Untuk analisis antara protein HER2 dengan metastasis viseral menghasilkan OR 2,333 (95% CI 0,825-6,599), dengan metastasis non viseral OR 0,538 (95% CI 0,223-1,302), dan dengan kedua metastasis viseral dan non viseral OR 1,061 (95% CI 0,442-2,549). Semua analisis menghasilkan p>0,05. Kesimpulan: Tidak ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara HR maupun HER2 terhadap jenis metastasis kanker payudara
Background: Breast cancer is a cancer with the second highest incidence in the world in 2018. For every 100,000 women in Indonesia, 40 suffer from breast cancer. Mortality in breast cancer is mostly caused by the incidence of visceral organ metastases which are reported to have a worse prognosis than non-visceral metastases. Hormonal receptor (HR) and protein expression HER2 or molecular intrinsic subtypes are indicated to predict the type or location of breast cancer metastases. Therefore, there needs to be research on the relationship between HR and HER2 to the type of breast cancer metastases, especially in the population in Indonesia to estimate the course of the disease. Objective: To determine the relationship between hormonal receptors and HER2 on the type of breast cancer metastasis, visceral and non-visceral. Methods: This cross-sectional design study used data from ninety-one breast cancer patients with metastases selected by consecutive sampling from RSCM and MRCCC Siloam Hospital. HR and HER2 status were taken from immunohistochemical examination, while the type of metastasis was taken from the results of radiological examination or anatomical pathology. Data processed with chi square test and presented in tabular form. Results: Bivariate analysis of HR with visceral metastases resulted in OR 0.549 (95% CI 0.165-1.829), with non-visceral metastases OR 1.533 (95% CI 0.565-4.157), and with both visceral and non-visceral metastases OR 0.960 (95% CI 0.351-2.624). For analysis between HER2 protein and visceral metastases resulted in an OR of 2.333 (95% CI 0.825-6.599), with non-visceral metastases OR 0.538 (95% CI 0.223-1.302), and with both visceral and non-visceral metastases OR 1.061 (95% CI 0.442-2.549). All analyzes yielded p>0.05. Conclusion: There was no significant relationship between HR and HER2 on the type of breast cancer metastases
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Kenney, W. Larry
Abstrak :
Physiology of sport and exercise, sixth edition, frames research findings in physiology in a reader-friendly format. This resource offers a simple way for students to develop an understanding of the body's abilities to perform various types and intensities of exercise and sport, to adapt to stressful situations, and to improve its physiological capacities. Written by a team of distinguished researchers, all past presidents of the American College of Sports Medicine, this updated sixth edition has been enhanced with new elements to facilitate learning comprehension. The redesigned photos, illustrations, and medical artwork of the fifth edition that clarified difficult concepts and illustrated how the body performs are now complemented by new digital components. Seven animations have been added, bringing the total to 25 and providing a dynamic way to experience course material. The 60 audio clips provide explanations of complex physiological processes to aid students' understanding of important illustrations in the text, and approximately 20 video clips from leaders in the field discuss recent developments and real-world applications to help students connect theoretical and practical concepts.
Champaign: Human Kinetics, 2015
612.044 KEN p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>