Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Esther Widhi Andangsari
Abstrak :
ABSTRAK
Masa remaja merupakan masa yang menarik untuk diteliti karena kondisi mereka yang sedang dalam ttansisi. Termasuk hal yang menarik untuk ditelaah adalah kehidupan reinaja di tengah-tengah keluarganya. Dimana keluarga menjadi tempat yang penting bagi remaja untuk pembentukan sosial dan emosional mereka khususnya dalam kondisi mereka yang memasuki masa transisi. Masa remaja juga merupakan periode dari perubahan yang dramatis terhadap perubahan relasi kelekatan (attachment). Mereka masih tetap membutuhkan dukungan dan perlindungan dari tokoh attachment pada masa kanak-kanaknya (Colin, 1996). Secara tradisional teori kelekatan (attachment) digunakan untuk menjabarkan ikatan afeksi antara seorang bayi dengan pengasuhnya (caregiver), tetapi konsep kelekatan (attachment) sekarang Ielah digunakan untuk meneliti relasi interpersonal yang lebih luas lagi termasuk di dalamnya relasi hubungan yang intim selama masa remaja dan dewasa muda (Walker & Ehrenberg, I 998). Tokob ibu begitu penting dalam kehidupan remaJa bahkan karena pentingnya peran ibu tersebut dikatakan dapat mempengaruhi keterampilan pemecahan masaJah sosial anak (Santrock, 2001). Tetapi kehidupan remaja semakin kompleks ketika orang tua bercerai, kemudian ibu memasukkan mereka ke dalam panti asuhan. Ketika mereka masih berada di dalam panti asuhan, ibu men.ikah kembali tanpa memberitahukan anaknya. Hal ini tentu menjadi beban tersendiri bagi remaja dalam relasinya dengan ibunya. Sehingga akhirnya diputuskan untuk meneliti tentang kelekatan (attachment) remaja putri yang tinggal di panti asuhan dengan ibu yang menikah kembali. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan menggunakan metode observasi dan wawancara, dimana peneliti menggunakan interview guide checklist untuk memudahkan wawancara. Subyek terdiri atas 3 remaja putri berusia 15-17 tahnn yang tinggal di panti asuhan Dorkas, dimana ketika orang tua bercerai mereka dimasukkan ke dalam panti asuban dan kemudian ibu mereka menikah kembali tanpa memberitahokan mereka tentang kondisi tersebut. Dari penelitian ini diketahui bahwa 2 dari 3 subyek memiliki hubungan kelekatan yang insecure attachment dan satu orang secure attachment. Dari yang memiliki hubungan insecure attachment tersebut, mereka memiliki kerenggangan hubungan dengan ibu, menolak dan tidak perduli ternadap pernikahan ibu kembali, serta memiliki hubungan yang kurang baik dengan ayah tiri dan sibling rivalry dengan saudara tiri.
2005
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Klaus, Marshall H.
St. Louis: Mosby Comp., 1982
618.920 1 KLA p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Riesti Fadryona
Abstrak :
ABSTRAK
Skripsi ini membahas tentang bentuk pelaksanaan konsep bakti di Cina Xiao yang muncul dalam film Ju Dou dan keterkaitannya dengan kerumitan permasalahan rumah tangga di pedesaan yang menjadi konflik dalam film tersebut. Peran masing-masing anggota keluarga akan dianalisis dengan melihat bagaimana mereka melaksanakan Xiao sesuai dengan posisi mereka yang diatur oleh konsep Wu Lunn Lima Hubungan dalam filsafat Cina. Sumber data penelitian ini adalah film Ju Dou serta buku-buku kebudayaan Cina dan kajian apresiasi film.
ABSTRACT This thesis discusses the implementation of Chinese concept of filial piety Xiao which appeared in the movie Ju Dou and its interrelatedness with complexity of a rural household family that serves as conflict of this movie. Each family members role will be analyzed as to how they practice Xiao according to their position in Wu Lun The Five Confucian Relationship in Chinese philosophy. The data source of this research is the film Ju Dou and books on Chinese culture and film appreciation studies.
2016
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Devina Oktavia Rizqi Sekar Arum
Abstrak :
Masalah kesehatan mental yang sering ditemukan pada masa dewasa awal adalah ide bunuh diri. Munculnya masalah tersebut paling banyak terjadi pada rentang usia 18 – 23 tahun. Pada rentang usia tersebut, sebagian besar individu sedang memiliki status sebagai pelajar yang duduk di bangku perkuliahan. Faktor protektif yang dapat menurunkan tingkat ide bunuh diri pada mahasiswa adalah efikasi diri dan keeratan hubungan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara efikasi diri dan keeratan hubungan keluarga dengan ide bunuh diri pada mahasiswa Universitas Indonesia khususnya pada program sarjana regular dan paralel. Desain penelitian analitik korelatif digunakan sebagai metode penelitian ini dengan pendekatan cross sectional yang dilakukan pada 441 mahasiswa program sarjana. Data diambil dengan menggunakan empat bentuk kuesioner, yaitu kuesioner data demografi, General Self-Efficacy, Index Family Relation, dan Scale for Suicide Ideation. Hasil penelitian menunjukan terdapat hubungan yang bermakna antara efikasi diri dengan keeratan hubungan keluarga. Hubungan antara kedua faktor protektif tersebut memiliki hubungan dengan arah negatif terhadap ide bunuh diri. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pertimbangan dalam intervensi dan pengembangan program, khususnya pada bidang keperawatan, dalam menenurunkan ide bunuh diri pada mahasiswa serta meningkatkan faktor protektif pada mahasiswa seperti efikasi diri dan keeratan hubungan keluarga.
Suicidal ideation is mental health problems that most commonly found during the early adulthood. The emergence of the problem is most prevalent in the range of 18 and 23 years old. In that range, most individuals are currently in the status of university students.Protective factors which can reduce the level of suicidal ideation in university students are self efficacy and family relationship. The purpose of this study was to determine the relationship between self-efficacy and family relationship with suicide ideation among students on Universitas Indonesia, especially students who attend on regular and parallel undergraduate program. Correlative analytical research design used as the research method with cross sectional approach and this study conducted on 441 undergraduates. Data were collected with four questionares: demographic data, General Self-Efficacy, Index Family Relation, and Scale for Suicide Ideation. The results showed that there was a significant relationship between two protective factors with suicide ideation. The relationship between self-efficacy and family also has a relationship with a positive direction. The results of this study can be used as a basis consideration for intervention and program development, especially in nursing, to depress the idea of suicide and increase protective factors in students such as self-efficacy family relationships.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Maury Putri Amanda Delia
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk melihat apakah hubungan saudara kandung dapat menjadi prediktor efikasi diri dalam keputusan karier siswa kelas 9 di Jakarta. Pengukuran hubungan saudara kandung dilakukan dengan menggunakan alat ukur The Lifespan Sibling Relationship (LSRS), dan pengukuran efikasi diri dalam keputusan karier diukur menggunakan alat ukur Career Decision Self-Efficacy Short Form (CDSE-SF). Partisipan penelitian ini berjumlah 111 siswa kelas 9 di Jakarta Selatan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan saudara kandung dapat menjadi prediktor efikasi diri dalam keputusan karier siswa kelas 9, dan menunjukkan bahwa semakin baik hubungan saudara kandung yang dipersepsikan siswa, maka semakin baik pula efikasi diri dalam keputusan kariernya. Pada penelitian ini, hubungan saudara kandung memiliki kontribusi sebesar 9% terhadap efikasi diri dalam keputusan karier, sehingga masih ada faktor-faktor lain yang memiliki kontribusi terhadap efikasi diri dalam keputusan karier siswa. Oleh karena itu, pada penelitian selanjutnya, penting untuk dipertimbangkan faktor eksternal lainnya yang memiliki kontribusi terhadap efikasi diri dalam keputusan karier siswa kelas 9 dan memperbanyak jumlah sekolah yang diteliti dengan SMP yang lebih bervariasi. ...... This study aimed to see whether the sibling relationship could be a predictor of career decision self-efficacy regarding 9th grade students in Jakarta. Sibling relationship was measured using The Lifespan Sibling Relationship (LSRS), and the career decision self-efficacy was measured using the Career Decision Self-Efficacy Short Form (CDSE-SF). This study involved 111 participants from the 9th grade students in South Jakarta. The result found that sibling relationship has a role in career decision self-efficacy on 9th grade students and indicated the higher the sibling relationship perception of 9th grade students, the higher became their career decision self-efficacy. In this study, sibling relationship has only 9% contribution to career decision self-efficacy. Therefore, for further research, it is important to consider other external factors that may contribute to career decision self-efficacy on 9th grade students and it is also suggested to have more participants from more variant schools.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rike Triana
Abstrak :
ABSTRAK
Gangguan jiwa mulai terjadi pada usia 10-29 tahun sebanyak 10-20%. Faktor protektif untuk mencegah terjadinya gangguan jiwa pada remaja adalah harga diri (self-esteem), hubungan keluarga dan dukungan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor protektif: self-esteem, hubungan keluarga dan dukungan sosial dengan kesehatan jiwa remaja. Desain penelitian menggunakan deskriptif korelatif dengan teknik purposive sampling dan jumlah responden sebanyak 452 orang. Data diambil menggunakan lima kuesioner yaitu data demografi, Rossenberg Self-Esteem Scale, Index Family Relation, Child and Adolescent Sosial Support Scale, Mental Health Continuum Short Form. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas remaja SMP memiliki kesehatan jiwa tingkat sedang (moderate). Faktor protektif yang dimiliki remaja diantaranya harga diri tingkat sedang, hubungan baik dalam keluarga serta memperoleh dukungan sosial yang tinggi dari orang tua, guru, teman sekelas dan teman dekat. Remaja kurang mendapatkan dukungan sosial dari sekolah. Faktor protektif: self-esteem, hubungan keluarga dan dukungan sosial (orang tua, guru, teman sekelas, teman dekat dan sekolah) memiliki hubungan bermakna dengan kesehatan jiwa remaja. Penelitian ini diharapkan menjadi dasar dalam pengembangan program promosi kesehatan jiwa remaja dengan meningkatkan faktor protektif: harga diri, hubungan keluarga dan dukungan sosial.
ABSTRACT
Mental disorders begin to occur at the age of 10-29 years about 10-20 %. Protective factors to prevent mental disorders in adolescents were self-esteem, family relationships and social support. This study aims to determine the relationship of protective factors: self-esteem, family relationships and social support to adolescent mental health. The desain study was descriptive correlative and sample using purposive sampling technique with 452 people. Data were collected by five questionnaires: demographic data, Rossenberg Self-Esteem Scale, Family Relation Index, Child and Adolescent Social Support Scale, Mental Health Continuum Short Form. The results showed that the majority of junior high school adolescents have moderate mental health. Protective factors of adolescents include moderate self-esteem, good relationships in the family and high social support from parents, teachers, classmates and close friends. Adolescents got less social support from school. Protective factors: self-esteem, family relationships and social support (parents, teachers, classmates, close friends and school) have a meaningful relationship with adolescent mental health. This research is expected for basic the development of youth mental health promotion program by increasing the protective factors: self esteem, family relationship and social support.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dinda Putri Azzahra
Abstrak :
Berdasarkan analisis dari UNAIDS Tahun 2012, salah satu penyebab tingginya kejadian HIV di dunia adalah stigma dan diskriminasi. Selain dari lingkungan sekitar, masih banyak stigma yang diterima Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dari tenaga kesehatan. Salah satu faktor yang berperan dalam terbentuknya stigma khususnya pasa tenaga kesehatan adalah tingkat pengetahuan. Selain itu, hubungan keluarga sebagai faktor eksternal juga akan diteliti hubungannya dengan stigma terhadap ODHA. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan tingkat pengetahuan tentang HIV/AIDS dan hubungan keluarga dengan stigma terhadap ODHA pada mahasiswa kesehatan. Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional pada 283 responden yang diambil dengan metode non random sampling dengan teknik quota sampling. Hasil analisis uji chi-square mendapatkan hasil bahwa secara statistik terdapat hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan dan stigma terhadap ODHA (p = 0,001). Sedangkan pada hubungan keluarga, hasil secara statisik menunjukkan tidak terdapat hubungan antara hubungan keluarga dengan stigma terhadap ODHA (p = 0,097). Diharapkan penelitian selanjutnya berfokus kepada faktor lain yang menghubungkan antara hubungan keluarga dan stigma terhadap ODHA. ......Based on analysis from UNAIDS in 2012, one of the causes of the high incidence of HIV in the world is stigma and discrimination. Apart from the surrounding environment, there is still a lot of stigma that people living with HIV/AIDS (PLWHA) receive from health workers. One of the factors that plays a role in the formation of stigma, especially among health workers, is the level of knowledge. Apart from that, family relationships as an external factor will also be examined in relation to stigma towards PLWHA. This study aims to examine the relationship between the level of knowledge about HIV/AIDS and family relationships with stigma towards PLWHA among health students. The research design used was cross sectional on 283 respondents taken using a non-random sampling method with a quota sampling technique. The results of the chi-square test analysis showed that statistically there was a significant relationship between the level of knowledge and stigma towards PLWHA (p = 0.001). Meanwhile, regarding family relationships, the results statistically show that there is no relationship between family relationships and stigma towards PLWHA (p = 0.097). It is hoped that future research will focus on other factors that link family relationships and stigma against PLWHA.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Veronika Ayu Florensa
Abstrak :
ABSTRAK
Remaja berisiko mengalami masalah kesehatan jiwa. Sebesar 50 dari gangguan jiwa dialami pada usia 14 tahun, dan ditemukan sebesar 81.41 kejadian prodroma early psychosis pada remaja SMP yang sehat. Tujuan dilakukannya penelitian ini untuk melihat pengaruh terapi kognitif perilaku kelompok dan psikoedukasi keluarga terhadap faktor risiko, faktor protektif serta kesehatan jiwa remaja SMP. Penelitian kualitatif ini dilakukan dengan desain penelitian quasi experiment dengan metode pre test-post test with control group. Kelompok intervensi 1 diberikan tindakan keperawatan ners TKN dan latihan mandiri TKN, sedangkan kelompok intervensi 2 diberikan TKN, terapi kognitif perilaku kelompok TKPK dan psikoedukasi keluarga dengan jumlah sampel sebanyak 43 remaja pada masing-masing kelompok. Uji analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu independent t-test, chi-square, repeated Anova serta uji korelasi spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian tindakan keperawatan ners, terapi kognitif perilaku kelompok dan psikoedukasi keluarga mampu meningkatkan kesehatan jiwa remaja, menurunkan prodroma early psychosis, menurunkan masalah emosi, meningkatkan efikasi diri serta meningkatkan hubungan keluarga remaja secara bermakna. Tindakan keperawatan ners dapat digunakan sebagai alternatif promosi kesehatan jiwa remaja di sekolah. Terapi kognitif perilaku dan psikoedukasi keluarga juga dapat digunakan sebagai promosi kesehatan dan prevensi masalah kesehatan jiwa remaja berbasis sekolah.
ABSTRACT
Adolescence have a risk to have mental health problem. Fifty percent of mental health problem start from 14 years old, and a research found that 81.41 of healthy adolescence in secondary school suffer from prodromal early psychosis. The aim of this study is to know the effect of cognitive behavior group therapy and family psychoeducation to adolescences mental health. This quantitative study used quasi experimental design, pre test post test with control group. Group intervention 1 was given the general nursing intervention and self practicing for the intervention, on the other side the group intervention 2 was given the general nursing intervention, cognitive behavior group therapy and family psychoeducation. There are 43 adolescences for each group. This study used independent t test, chi square, repeated Anova and Spearman correlation to analyze the data. The result show that the using of general nursing intervention, cognitive behavior group therapy and family psychoeducation significantly increasing mental health, reducing prodromal early psychosis and emotional problem, and increasing self efficacy and family relationship in adolescence. General nursing intervention could be used as alternative of mental health promotion in school. Cognitive behavior therapy and family psychoeducation recommended to used as mental health promotion and prevention therapy to healthy adolescence based on school.
2018
T50331
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library