Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jihan Farah Nadhifa
Abstrak :
Pandemi COVID-19 mengakibatkan keadaan menjadi serba tidak pasti yang kemudian menyebabkan meningkatnya gangguan psikologis pada remaja. Salah satu faktor protektif yang dapat membantu remaja selama masa pandemi COVID-19 adalah harapan. Dukungan sosial merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan harapan. Salah satu dukungan sosial yang terdekat bagi remaja adalah hubungan orang tua-anak. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah hubungan orang tua-anak dapat memprediksi harapan pada remaja madya selama masa pandemi COVID-19. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental dengan pendekatan kuantitatif. Partisipan dalam penelitian ini adalah 651 remaja madya berjenis kelamin perempuan dan laki-laki dengan rentang usia 15-18 tahun (M = 16.33). Hubungan orang tua-anak diukur dengan menggunakan Parent-Adolescent Relationship Scale. Sedangkan harapan diukur dengan menggunakan Adult Hope Scale. Hasil pengujian analisis regresi linear sederhana menunjukkan bahwa hubungan orang tua-anak secara positif signifikan dapat memprediksi harapan pada remaja (p < 0,01) dengan nilai R2 sebesar 18,3% dan dan β = 0,428. Penelitian ini menyarankan untuk membangun hubungan orang tua-anak yang positif guna meningkatkan tingkat harapan pada remaja, terutama pada masa pandemi COVID-19. ......The COVID-19 pandemic left the situation in a state of uncertainty which then led to an increase in psychological disorders in adolescents. One of the protective factors that can help adolescents during the COVID-19 pandemic is hope. Social support is one of the factors related to hope. One of the closest social supports for adolescents is the parent-child relationship. This study aims to see whether the parent-child relationship can predict hope in middle adolescents during the COVID-19 pandemic. This research is a non-experimental research with a quantitative approach. The participants in this study were 651 middle adolescents, female and male, with an age range of 15-18 years (M = 16.33). The parent-child relationship was measured using the Parent-Adolescent Relationship Scale. Meanwhile, hope is measured using the Adult Hope Scale. The test results of simple linear regression analysis showed that the parent-child relationship positively significantly predicted the hope of adolescents (p < 0.01) with an R2 value of 18.3% and and β = 0.428. This study suggests building a positive parent-child relationship in order to increase the level of hope in adolescents, especially during the COVID-19 pandemic.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tiara Arieza Fitrizqa
Abstrak :
Pandemi COVID-19 terbukti meningkatkan tingkat distres psikologis pada remaja. Kondisi emosi remaja cenderung mudah terguncang ketika menghadapi situasi yang tidak biasa, seperti situasi pandemi. Salah satu faktor protektif terhadap terjadinya distres psikologis pada remaja adalah hubungan orang tua-anak. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki apakah hubungan orang tua-anak dapat memprediksi distres psikologis pada remaja madya di masa pandemi COVID-19. Partisipan dalam penelitian ini yaitu kelompok remaja madya berusia 15-18 tahun (M = 16.33, SD = 0,742), berjenis kelamin laki-laki dan perempuan dan berdomisili di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental. Pengambilan data dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yaitu dengan cara menyebarkan kuesioner secara daring kepada 651 partisipan. Hubungan orang tua-anak diukur dengan menggunakan Parent-Adolescent Relationship Scale. Sedangkan, untuk mengukur distres psikologis pada remaja digunakan alat ukur Kessler Psychological Distress Scale (K10) yang telah diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia. Hasil uji statistik regresi linear sederhana menunjukkan bahwa hubungan orang tua-anak dapat memprediksi distres psikologis pada remaja madya dengan nilai R2 = 6,3% dan β =-0,254 yang berarti setiap kenaikan 1% nilai hubungan orang tua-anak maka nilai distres psikologis berkurang sebesar 0,254. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat hubungan orang tua-anak, maka akan menurunkan tingkat distress psikologis. Maka disarankan untuk meningkatkan relasi hubungan orang tua- anak agar dapat menurunkan tingkat distres psikologis pada remaja, khususnya selama masa pandemi COVID-19. ......The COVID-19 pandemic has been shown to increase the level of psychological distress in adolescents. The condition of adolescents tends to be unstable when faced with unusual situations, such as a pandemic. One of the protective factors against adolescent distress is the parent-child relationship. Therefore, this study aims to investigate the role of parent-child relationship in predicting psychological distress among adolescents during the COVID-19 pandemic. Participants in this study were middle adolescents aged 15-18 years (M = 16.33, SD = 0,742) males and females who lived in Indonesia. This research is a non-experimental study. Data was collected using a quantitative approach by distributing questionnaires online to 651 participants. The questionnaires used include Parent-Adolescent Relationship Scale to measure the level of Parent-child relationship, Kessler Psychological Distress Scale (K10) to measure the level of psychological distress. In addition, the results of simple linear regression analysis shows that parent-child relationships negatively significant predicted adolescents psychological distress with R2 = 6.3% and β =-0,254 which means that for every 1% increase in the value of the parent-child relationship, the psychological distress value decreases by 0.254. Therefore, it can be said that the higher the parent-child relationship, the lower the level of psychological difficulties. Thus, it is suggested the need to develop the parent-child relationship to reduce psychological distress in middle adolescents, especially during the COVID-19 pandemic.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rania Nadinda
Abstrak :
Regulasi emosi merupakan salah satu kemampuan yang diperlukan untuk mencegah masalah dalam aspek sosial emosional anak seperti perilaku internalizing dan externalizing. Usia prasekolah merupakan masa yang kritikal untuk mengembangkan regulasi emosi yang optimal. Orang tua memiliki peranan penting dalam perkembangan regulasi emosi anak. Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah kualitas hubungan orang tua-anak dapat memprediksi regulasi emosi anak usia prasekolah. Partisipan penelitian ini adalah 133 partisipan orang tua dengan anak usia prasekolah (3-6 tahun) di Indonesia. Pengukuran regulasi emosi anak dilakukan menggunakan alat ukur Emotion Regulation Checklist (ERC), sementara pengukuran kualitas hubungan orang tua-anak dilakukan menggunakan alat ukur Child-Parent Relationship Scale (CPRS). Pengolahan data dilakukan dengan analisis regresi linear. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas hubungan orang tua-anak secara signifikan memprediksi regulasi emosi anak usia prasekolah. ......Emotion regulation is one of the skills needed to prevent problems in children’s socio-emotional aspects such as internalizing and externalizing behavior. Preschool is considered to be a critical period for the optimal emotional regulation development. Parents have an important role in the development of children's emotional regulation. This study aims to see whether the quality of parent-child relationship can predict the emotional regulation of preschoolers. There were 133 Indonesian parents of 3-6 years old children involved in the study. Children's emotion regulation was measured using the Emotion Regulation Checklist (ERC), and the quality of the parent-child relationship was measured using the Child-Parent Relationship Scale (CPRS). Data processing is done by linear regression analysis. The results showed that the quality of the parent-child relationship significantly predicted the emotional regulation of preschoolers. It was also shown that both conflict and closeness significantly predicted emotion regulation of preschoolers.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library