Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
"pangsa pasar ritel tradisional tendensinya makin menurun,bersamaan dengan makin meningkatnya jumlah dan kapitalisasi bisnis ritel modern.Penguasaan pasar sebesar seoertiga sampai setengahnya oleh ritel modern sangat rawan mendatangkan potensi biaya ekonomi,sosial dan politik yang tinggi...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Tomi Yanto
"Semakin meningkatnya persaingan antar industri ritel besar di Indonesia memaksa peritel untuk selalu mencari keunggulan bersaing agar tetap bertahan. Variasi dalam jumlah assortment yang ditawarkan menjadi salah satu altematif untuk meraih keunggulan bersaing tersebut, dan semakin diakui-selain harga dan lokasi-sebagai alasan utama mengapa konsumen beriangganan pada suatu toko ritel. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan panduan kebijakan efficient assortment secara global dengan dasar analisis perceived assortment dan analisis peta persepsi assortment. Penelitian yang dilakukan di tiga hypermarket ini (Carrefour ITC Depok, Hypermart Depok Town Square, dan Giant Margo City) menunjukkan bahwa untuk mencapai strategi efficient assortment, peritel, selain harus meningkatkan efisiensi biaya outlet, juga harus mengevaluasi persepsi assortment konsumen sehingga apa yang sebenarnya ditawarkan peritel dapat memenuhi ekspektasi konsumen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi konsumen dalam hal assortment berakar dari beberapa indikator, terutama jumlah stock-keeping units (SK.U) yang ditawarkan, ketersediaan merek favorit, dan ketersediaan merek nasional. Penelitian ini juga menunjukkan persepsi assortment konsumen terhadap tingkatan toko didasarkan kepada persepsi assortment pada tingkat kategori produk yang menurut konsumen penting untuk memiliki variasi yang tinggi. Hasil peta persepsi yang dibentuk dengan model compensatory menunjukkan Carrefour ITC Depok sebagai hypermarket yang paling mendekati keinginan ideal konsumen dalam hal assortment, diikuti oleh Hypermart dan Giant.

In order to be surviving in tightened competition, volume retailers need to seek the way to gain their leading edge and competitive advantage. Variety of assortment is progressively admitted -besides price and location attributes- as the main reason why consumers patronize their favourite stores. This research goal is to provide guidelines for building the global efficient assortment policy in the basis of perceived assortment and assortment perceptual map analysis. The research which conducted in three hypermarkets (Carrefour ITC Depok, Hypennart Depok Town Square, and Giant Margo City), shows that to reach their prime goal of building an efficient assortment policy, retailers need, besides increasing the outlet`s cost-efficiency, to evaluate consumer`s assortment perceptions so that what the store actually offers can tailored to meet customer`s needs and expectations. Our findings reveal that consumer`s perceptions of the assortment range stems from the combination of few indicators, mainly the number of stock-keeping units proposed, favourite brand availability, and the availability of the national brands. This research also demonstrates that to form a global assortment image of the store, consumer draw on their perceived assortment in the product categories where they are highly sensitive to the assortment range. Assortment perceptual map, which is build using compensatory model, shows that Carrefour ITC Depok is a hypermarket that closest to the ideal expectations of consumer`s perceived assortment, followed by Hypennart and Giant."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2006
S50052
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Glory Teresa Febriana
"Sejak dikeluarkannya kebijakan liberalisasi ritel pada tahun 2000, hypermarket sebagai salah satu bentuk ritel modern mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan yang pesat itu perlu diawasi untuk mencegah adanya persaingan yang tidak sehat di dalamnya sehingga sangat menarik untuk mengetahui kondisi struktur, perilaku, dan kinerja yang terbaru dari industry hypermarket dengan menggunakan metode Structure Conduct Performance (SCP) dan juga untuk mengetahui hubungan antara tingkat konsentrasi dan kinerja perusahaan. SCP diasumsikan sebagai suatu hubungan sebab-akibat yang stabil antara struktur suatu industri, perilaku perusahaan, dan kinerja perusahaan-perusahaan di dalamnya. Penggunaan metode ini diharapkan dapat melihat bagaimana konsentrasi pada pasarnya, hambatan dalam memasuki pasar, tingkat persaingan, dan lain sebagainya. Berdasarkan data 2002-2006, Industri hypermarket di Indonesia berstruktur oligopoli dengan konsentrasi tinggi dengan nilai rata-rata CR4 sebesar 91,23%, dan nilai rata-rata HHI sebesar 2363,99. Perilaku perusahaan dalam menghadapi persaingan yang sangat pesat itu dilakukan dengan memilih lokasi gerai yang strategis, memberikan produk yang lengkap, teknologi canggih, harga yang lebih murah, promosi melalui media cetak dan media elektronik, dan lain sebagainya. Kinerja perusahaan dinilai melalui rasio keuangan menunjukkan kemampuan setiap perusahaan dalam menghasilkan laba dan memenuhi pembayaran hutang jangka pendeknya sangat kecil. Perusahaan juga sangat bergantung kepada modal dari luar dalam menjalankan kegiatannya. Hubungan tingkat konsentrasi dan kinerja perusahaan tidak berpengaruh secara signifikan.

Since retail liberalization policy was issued in the year 2000, hypermarket, one of modern retail industry, has experienced a significant growth. The fast growth of modern retail has drawn huge attention from the government in order to maintain healthy and fair competition within the industry. This condition makes the retail industry an interesting subject to be observed, particularly in important aspects, such as the structure, conduct, and performance of companies that become the players within the industry. One of the best ways to observe these characteristics of a certain industry is by the Structure Conduct Performance (SCP) approach. SCP is assumed as a firm cause and effect relation between the structure of a certain industry with the behaviour (conduct) and performance of the companies within the industry. The application of this method aims to portray the market concentration of the industry, the level of competition, barriers in entering the industry, and other related information regarding condition of the industry. Based on the collected data from the year 2002-2006, hypermarket follows an oligopoly structure that has high concentration level with CR4 value as much as 91.23% and HHI value as much as 2363,99. The behaviour (conduct) of the companies, in dealing with the competition in the industry, mostly by placing their stores in strategic places, delivering various products to the customers, utilization modern technology, competitive pricing, promotion through medias, etc. Performance measurement of each company is measured by measuring financial ratios, and the result explains that the ability of the companies to gain profits is somewhat low. This result also applies in the ability of the companies in paying debts and the effectiveness of the usage of their source of payment. Companies also demonstrate high reliance on external source of payment. The relation between the level of market concentration and companies' performance are insignificant."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
S50398
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Peranginangin, Kristian Yudha
"Salah satu bentuk perilaku konsumen yang tidak terencana adalah terjadinya impulse buying. Industri ritel, terutama hypermarket, berkembang seiring dengan perubahan di masyarakat dan dalam beberapa tahun terakhir telah berkembang pesat di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Hypermarket Carrefour dipilih sebagai objek penelitian karena perkembangannya yang cukup pesat di Indonesia. Penelitian ini mencoba untuk melihat bagaimana pengaruh karakteristik demografis (jenis kelamin, usia, dan penghasilan), tipe produk, serta store atmosphere terhadap tendensi pembelian impulsif dan frekuensi pembelian impulsif. Penelitian ini menggunakan T-Test, One-Way ANOVA, serta analisis regresi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik demografis (jenis kelamin, usia, penghasilan), tipe produk, dan store atmosphere memiliki pengaruh terhadap tendensi pembelian impulsif. Karakteristik demografis (jenis kelamin, penghasilan) dan store atmosphere juga memiliki pengaruh terhadap frekuensi pembelian impulsif.

Impulse buying is one form of unplanned consumer behavior. Retail industry, especially hypermarket, evolves with changes in society and in recent years has expanded rapidly in many parts of the world, including Indonesia. Carrefour is chosen to be the research object in term of its significant development in Indonesia. This research tried to see how is the influence of demographic (sex, income, and age), product type, and store atmosphere affect to impulse buying tendency and impulse buying frequency. This research is using TTest, One-way Annova and regression analysis. The results of this research showed that demographics (gender, age, income), product type, and store atmosphere have effect on impulse buying tendency. The results of this research also indicate that demographics (gender, income), and store atmosphere have effect on impulsive buying frequency."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2011
T29460
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Debbie C.R.
"Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan di suatu hypermarket dan menghasilkan atribut yang menjadi prioritas untuk ditingkatkan kualitas layanannya. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer berupa kuesioner. Hasil dari penelitian ini dapat diketahui bahwa nilai gap masih bernilai negatif pada setiap atribut. Hal ini menandakan bahwa semua atribut masih diperlukan peningkatan kualitas pelayanan.
Berdasarkan grafik importance-performance terdapat dua atribut yang berada pada kuadran II dimana tingkat kepuasan rendah namun tingkat kepentingannya tinggi. Dengan menggunakan metode PGCV indeks dapat diketahui atribut yang harus dijadikan prioritas utama dalam peningkatan kualitas pelayanan adalah permasalahan mengenai kelengkapan barang.

This research was conducted to determine the level of customer satisfaction on a hypermarket and produce a priority attribute to improved service quality. Data used in this research is the primary data in the form of a questionnaire. Results from this study can be seen that the value gap is still negative value on each attribute. This indicates that all attributes are still required to improve the quality of service.
Based on the importance-performance charts, two attributes are in quadrant II, where the level of performance was low but high important rates. By using, a method index PGCV can be known attributes that should be a priority in improving the service quality is a problem concerning the completeness of the goods.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2010
S51748
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Lilik Trianah
"ABSTRAK
Perkembangan pasar modern (ritel) di Indonesia yang pesat akhir-akhir ini membawa perubahan pada kebiasaan belanja masyarakat. Masyarakat yang tadinya berbelanja pada pasar tradisional, perlahan-lahan beralih ke pasar modern dengan berbagai alasannya. Demikian pula dengan krisis ekonomi yang telah melanda negara ini, membuat masyarakat semakin pandai dalam membelanjakan uangnya. Kehadiran pasar modern asing (hypermarket) yang dalam satu sisi menawarkan sebagian produk dengan harga yang rendah dan pada sisi yang lain tetap menjaga kualitas, menimbulkan berbagai persepsi harga. Persepsi harga ini yang di dalam penelitian ini merupakan variabel independen, dibedakan dalam peran yang negatif dan peran yang positif.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berbagai hal tentang persepsi harga konsumen dan pengaruhnya terhadap perilaku belanja pada hypermarket asing serta menguji modelnya. Beberapa pertanyaan penelitian yang berkaitan dengan konsep atau konstruk persepsi harga dan perilaku belanja pada hypermarket asing (Carrefour) berusaha untuk dicari jawabannya. Kuesioner disebarkan kepada individu yang berbelanja pada Carrefour. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan Structural Equation Model (SEM) dengan bantuan PRELIS-2 dan LISREL-8.
Pada model persepsi harga - perilaku belanja, persepsi harga merupakan model konfirmatori 2 tingkat, yang mempunyai 2 variabel laten tingkat satu, dan diukur melalui 7 variabel teramati atau indikator. Demikian pula dengan perilaku belanja yang menunjukkan model konfirmatori 2 tingkat, yang mempunyai 2 variabel laten tingkat satu, dan diukur melalui 5 variabel teramati. Sedangkan pada model alternatif persepsi harga - pencarian harga dan respon terhadap obral, untuk persepsi harga tetap menggunakan model konfirmatori 2 tingkat dengan 2 variabel laten tingkat satu, yang diukur melalui 7 variabel teramati. Sedangkan pencarian harga merupakan model konfirmatori 1 tingkat, yang diukur melalui 3 variabel teramati. Demikian pula dengan respon terhadap obral merupakan model konfirmatori 1 tingkat, yang diukur melalui 2 variabel teramati.
Dalam hubungan kausal untuk model persepsi harga - perilaku belanja dapat disimpulkan bahwa persepsi harga tidak berpengaruh terhadap perilaku belanja. Sedangkan pada model alternatif persepsi harga - pencarian harga dan respon terhadap obral dapat disimpulkan bahwa persepsi harga berpengaruh secara signifikan terhadap pencarian harga dan respon terhadap obral. Implikasi penelitian ini bagi manajemen ritel adalah perlunya meningkatkan faktor-faktor selain harga (misalnya pelayanan) dalam pasar persaingan monopolistik.
Tesis yang disusun ini merupakan exercise dari pembentukan dan pengembangan model dalam pemasaran, sehingga masih terdapat banyak keterbatasan-keterbatasan yang dapat dilihat pada Kesimpulan di bab VI di halaman 97.

"
2000
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dondokambey, Johan
"Mencoba produk di tempat dapat menimbulkan pengalaman dengan produkserta berbagai perasaan dalam benak konsumen. Dalam perkembangan terkini, para pengelola usaha retail, khususnya hypermarket, mulai marak menyediakan sarana bagi konsumennya untuk mencoba produk yang mereka pajang secara langsung dalam lingkungan belanja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seperti apa pengaruh Store Atmosphere terhadap perilaku konsumen dalam mencoba produk di tempat, perasaan positif yang dihasilkan dari perilaku tersebut, serta pengaruh demografi konsumen terhadap perilaku tersebut. Penelitian ini dilakukan terhadap konsumen yang berbelanja di hypermarket Carrefour. Penelitian ini menggunakan metode statistika Multiple Regression Analysis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa di antara enam elemen store atmosphere yang diteliti, hanya kebersihan yang berpengaruh terhadap perasaan positif hasil perilaku mencoba produk di tempat.

Product trial activity can enrich consumers with product experience and induce certain kinds of feelings. In recent trends, the management in retail outlets, especially hypermarkets, are increasing in their effort to facilitate consumers in trying the productson display directly in the shopping environment. This research aims to identify how do store atmosphere influence the consumer behavior of product trial demonstration, especially toward the positive feeling resulting from such behavior, and also the influence of consumer demographics to the behavior. This research employs statistical method of Multiple Regression Analysis. The research is done using shoppers at Carrefour hypermarket as respondents. The results of this research shows that from six elements of store atmosphere researched, only cleanliness positively influences the positive feelings resulting from product trial demonstration activities."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2011
T30022
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Tonny Sarbawono Suryokusumo
"Fenomena globalisasi pada industri ritel di Indonesia telah ditandai dengan hadirnya global hypermarket Carrefour yang dalam waktu kurang dari tiga tahun (1998-2000) telah membuka 7 big box di dalam kota Jakarta. Dengan kehadiran Carrefour tersebut, daerah liputan pasar ritel global dan ritel kecil lokal menjadi tumpang tindih. Apabila prinsip zero sum game berlaku pada pasar lokal, maka kehadiran toko Carrefour dapat berdampak substansial pada perdagangan lokal.
Penelitian ini mempelajari bagaimana ritel kecil lokal bersaing dalam perdagangan lokal tersebut, dengan menguji hubungan antara respon-respon persaingan yang dilakukan dan kinerja usaha yang dicapai. Ada 13 respon persaingan sebagai variabel bebas yang diuji pengaruhnya terhadap kinerja usaha ritel kecil lokal atau sebagai variabel terikatnya. Kinerja usaha diukur berdasarkan perkembangan nilai penjualan dan perkembangan perolehan laba bersih. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan skala Likert 5 titik. Untuk variabel bebas, titik ekstrim 1 = tidak dilakukan dan 5 = sangat dilakukan. Sedangkan untuk variabel terikat, titik ekstrim 1 = sangat menurun dan 5 = sangat meningkat.
Sampel bersifat purposive, yaitu terdiri dari toko-toko ritel kecil yang terdapat di sekitar 7 lokasi Carrefour. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara mengirim kuesioner secara acak kepada 500 toko ritel kecil dengan sampling frame berupa toko ritel dengan luas lantai komersil maksimum sekitar 140 M2 yang terdapat di dalam radius 5 KM dari lokasi Carrefour. Pengembalian kuesioner dilakukan melalui pos atau melalui faksimili. Kuesioner yang diperoleh kembali dan dapat digunakan adalah sebanyak 117 kuesioner atau tercapai usable response rate 23,40%.
Hasil penelitian ini memperlihatkan 3 kategori ritel kecil lokal, yaitu yang terpengaruh positif, yang tidak terpengaruh, dan yang terpengaruh negatif oleh adanya Carrefour. Bagi yang terpengaruh positif sebagian besar dalam keadaan untung dan sebagian besar respon persaingan tidak mempengaruhi kinerja usahanya. Ritel kecil lokal kategori ini berjumlah sekitar 21% dari seluruh sampel, yang berarti ada sekitar 21% ritel kecil lokal yang sukses dan aman dengan adanya Carrefour. Bagi yang tidak terpengaruh, sebagian besar dalam keadaan untung dan sebagian besar respon persaingan berpengaruh positif terhadap kinerja usahanya. Bagi yang terpengaruh negatif, sebagian besar dalam keadaan rugi dan sebagian besar respon persaingan tidak mempengaruhi kinerja usahanya. Ritel kecil lokal kategori ini berjumlah sekitar 24% dari seluruh sampel, yang berarti ada sekitar 24% ritel kecil lokal yang kalah dalam persaingan dan terancam bangkrut."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
T8045
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rita Margaretha
"Penelitian ini menggunakan metode Data Envelopment Analysis (DEA) untuk melakukan evaluasi kualitas pelayanan pada hypermarket di lokasi berbeda yang tersebar di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya. Secara umum, hasil efisiensi DMU yang diperoleh merupakan interaksi perbandingan input dan output. Organisasi yang diteliti disebut sebagai Decision Making Units (DMU); sedangkan input terdiri dari dimensi kualitas pelayanan pada bidang retail, yang terdiri dari aspek fisik, stok barang, interaksi pegawai, penyelesaian masalah, dan kebijakan toko. Output yang digunakan adalah penjualan kotor per tahun dan loyalitas pelanggan.
Metode ini akan menghasilkan nilai efisiensi untuk tiap DMU, di mana dapat digunakan untuk mengidentifikasi penyesuaian yang perlu dilakukan pada DMU yang inefisien supaya mendekati efficient frontier. Dengan memfokuskan pada dimensi yang penting, maka organisasi akan menghasilkan kualitas pelayanan yang sesuai dengan keinginan pelanggan dan meningkatkan output organisasi pada saat yang bersamaan.

Using Data Envelopment Analysis (DEA), this study attempts to evaluate and manage service quality of an Indonesian hypermarket at different store locations in Jakarta area. In general, DEA mathematically determines the efficiency score of Decision-Making Units (DMU) by comparing interaction of input and output. The organizational under analysis are designated as DMU; meanwhile the inputs are the dimensions use to define service quality in retail setting which consists of physical aspect, reliability, personal interaction, problem solving, and policy.
The outputs included in this study are gross sales, and customer loyalty. Then, efficiency scores were generated for each store, which can be used to identify prospective adjustments to an inefficient DMU's that would help the DMU move toward the efficiency frontier. By focusing on the most important areas, the organization will provide a service that more adequately meets customers' needs and desires while at the same time maximizing the organization's goal.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2009
S52083
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Yanthi Adriani
"Berbagai variasi produk yang ditawarkan dalam toko Hypermarket yang berukuran luas kemungkinan menyebabkan kesulitan bagi konsumen untuk menemukan lokasi produk yang mereka inginkan, Papan petunjuk lokasi produk sebagai bentuk dari komunikasi visual dapat membantu konsumen mengatasi kesulitan tersebut. Papan petunjuk yang sesuai baik dari segi perancangan maupun peletakan akan memudahkan konsumen untuk menangkap informasi yang tertera dengan jelas. Untuk mewujudkannya, dilakukan kajian ergonomi dalam perancangan dan peletakannya dengan memperhatikan kemampuan dan keterbatasan yang terkait dengan salah satu indera manusia, yaitu mata. Dengan menggunakan alat Eyetracking yang terdapat pada Ergonomic Center, Teknik Industri, Universitas Indonesia, maka dapat diperoleh perancangan maupun peletakan papan petunjuk terbaik menurut ?preferensi? mata manusia berdasarkan fiksasi mata terbanyak. Dalam penelitian ditemukan bahwa papan petunjuk dengan latar abu-abu terang dan tulisan hitam serta bentuk huruf Segoe UI adalah desain terbaik. Untuk peletakan, papan petunjuk yang terletak pada tengah jalan utama dan jalan border adalah yang terbaik.

Thousands of product offered in the huge hypermarket store, can be possibly difficult for costumer to find product location they needed. Directional Signage, one of the Visual Communication, can provide a solution for that situation. A good design and placement of the signage can result the understandable and clear information provided on the signage. To create a good signage, ergonomic principles have to be accounted in the design and placement in associated with the capabilities and limitations of human?s eyes. Using a tool called Eyetracking provided in Ergonomic Centre, Industrial Engineering, Universitas Indonesia, eye movements can be detected. Thus, the best design and placement of directional signage can be determined based on visual preferences and most eye fixations. The researches found that signage in light grey and black font with font type Segoe UI is the best design. Besides, the best placement of the signage is in the middle of the aisle between racks."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2011
S693
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>