Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 27 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Theofani Lidya Charistry
"Kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah Jerman untuk mengatasi COVID-19 memunculkan beberapa kritik dari media massa Jerman, termasuk Heute Show¸ yang kemudian membuat meme-meme di Instagram. Meme-meme tersebut terdiri dari gambar dan kata-kata yang memiliki makna lain. Oleh karena itu, diperlukan dekonstruksi terhadap meme-meme tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis eksplikatur dan implikatur gambar dan tulisan pada meme menggunakan metode kualitatif. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan teori Sperber & Wilson tentang eksplikatur dan implikatur verbal, serta teori Forceville & Clark tentang eksplikatur dan implikatur gambar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari tujuh meme yang dipilih, terdapat satu meme yang mengandung penentuan referen dan satu meme mengandung proses enrichment, proses memperoleh eksplikatur sebuah kalimat dengan memperluas bentuk proposisional, di dalam eksplikatur verbal. Selain itu, pembatasan dan pembelajaran luring di kelas merupakan dua topik yang paling banyak dikritik oleh Heute Show.

The policies issued by the German government to tackle COVID-19 have raised some critiques from German mass media, including Heute Show, who makes memes on Instagram. The memes consisted of pictures and words are likely to have another meaning. Thus, they need to be deconstructed more. This research aims to analyse the explicature and implicature of the pictures and sentences in memes using qualitative method. Besides, it uses Sperber & Wilson’s theory about verbal explicature and implicature, also Forceville & Clark’s theory about explicature and implicature of image. The result shows that from seven selected memes, there are one meme containing reference assignment and one meme containing enrichment process, a process of acquiring explicature of a sentence with extending the propositional form, in verbal explicature. Moreover, restrictions and offline teaching in classrooms are the most two themes, which are often criticised by Heute Show."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
"The anlysis of implicatures made by the legislative candidates in the campaign billboards and banners shows that these two media are basically used for their political struggles...."
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Farah Fakhria Fuad
"Penelitian ini disusun oleh peneliti untuk menjelaskan implikatur percakapan dan pelanggaran maksim yang terdapat dalam tiga iklan layanan masyarakat yang dibuat oleh Bohemian Browser Ballett yang berjudul `Die Spolermafia`, `Flugscham` dan `das gröste Verbrechen unserer Zeit`. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yang diterapkan kepada ketiga iklan tersebut. Setelah dilakukan penelitian secara merinci, hasil yang ditunjukkan memperlihatkan bahwa setiap iklan yang diteliti memiliki makna implisit yang ingin disampaikan kepada penonton yang melihatnya. Makna implisit yang ingin disampaikan merupakan kritik terhadap kejadian yang sedang dialami oleh umat manusia pada masa kini, seperti pembagian spoiler film oleh oknum tidak bertanggungjawab, pemanasan global, dan kapitalisme. Selain itu, di ketiga iklan ini juga terdapat pelanggaran maksim, yaitu ketika seseorang melanggar maksim saat melakukan percakapan. Pelanggaran maksim yang sering muncul dalam ketiga iklan ini adalah pelanggaran pada maksim relevansi dan maksim kuantitas.
This research was compiled by researchers to explain the implications of conversations and maxims violations contained in three public service advertisements made by Bohemian Browser Ballett entitled "Die Spolermafia", "Flugscham" and "das gröste Verbrechen unserer Zeit". The method used in this research is descriptive method applied to the three advertisements. After detailed research, the results shown show that each advertisement studied has an implicit meaning to be conveyed to the viewer who sees it. The implicit meaning to be conveyed is a critique of events currently being experienced by humanity today, such as the distribution of film spoilers by irresponsible people, global warming, and capitalism. In addition, there are also violations on these three advertisements, namely when someone violates the maxims while having a conversation. Maximum violations that often appear in these three ads are violations of the maxim of relevance and quantity maxim."
2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Raden Barrasmara Sandyaputra
"ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana penuturan imperatif dapat menentukan posisi seseorang melalui percakapan dalam pertemuan. Objek penelitian dalam penulisan ini adalah film seri Arrow yang memfokuskan kepada karakter Oliver Queen. Analisis dalam penelitian ini menggunakan teori yang dikemukakan oleh Grice dan Austin. Penulis menganalisis transkrip untuk membantu memahami setiap tuturan pada tiap karakter, terutama Oliver Queen. Sebagai simpulan, penelitian ini menjelaskan bagaimana strategi bahasa dapat menentukan sisi yang dominan dan sisi yang submisif dalam sebuah percakapan di dalam pertemuan.

ABSTRACT
This research studies how being imperative can determine position in meeting conversations. The corpus of this research is the film series Arrow which focuses more on the character Oliver Queen. From there, it will be analyzed further by using Austin rsquo s and Grice rsquo s theory. The research will use transcripts to help understanding each utterance from the characters especially from Oliver Queen. As a conclusion, this research explains that language strategy can point out the dominant and the submissive in meetings conversations."
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2016
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Parasti Fatima Azahra
"Dalam serial drama Berlin, berlin, saya meneliti jenis-jenis implikatur percakapan dan perwujudan ragam bahasa pria dan ragam bahasa wanita berdasarkan 4 episode. Tujuan penelitian ini adalah untuk memaparkan apa saja jenis implikatur percakapan dalam serial drama Berlin, berlin dan juga untuk mendeskripsikan ragam bahasa yang ada pada hubungan antar tokoh pria dan wanita dalam serial drama Berlin,berlin. Metode yang digunakan dalam tugas akhir ini adalah metode kualitatif. Hal ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis implikatur percakapan dalam serial drama Berlin, berlin berdasarkan teori dari Grice dan juga teori ragam bahasa pria dan wanita menurut Opperman & Weber dan Robin Lakoff. Hasil penelitian ini secara umum menunjukkan bahwa terdapat jenis implikatur non-konvensional berdasarkan masing-masing episode dan wujud ragam bahasa pria berdasarkan tokoh pria yang terdapat dalam masing-masing episode yaitu tegas, jelas, mengandung nasehat dan mengandung pola intonasi pertanyaan. Berbeda dengan tokoh wanita, ragam bahasa yang digunakan lebih ekspresif, penuh semangat dan menggunakan ragam bahasa tersirat. Dengan demikian, perbedaan ragam bahasa antara wanita dan pria terjadi dalam kehidupan sehari-hari karena terdapat banyak faktor seperti perbedaan jenis kelamin, sikap, kehidupan sosial dan juga dapat dipengaruhi oleh maksud pembicara.
Berlin,berlin drama series, I researched the types of implicature and a variety languages between male and female based on 4 episodes. The purpose of this study is to describe what Berlin, berlin drama series and also to describe a variety male and female languages that existed in the relationship between men and women in Berlin, berlin drama series. This study used a qualitative method. It aims to determine the types of conversational implicature and variety languages between male and female based on the theory of Grice and the theory of languages according to Opperman & Weber and Robin Lakoff. As a result, this study found that there is a non-conventional type of Implicature based on each episode and the appearance of the variety male language is firmly, clearly and contain the intonation patterns of questions. On the other hand, the variety of female languages used more expressive, zestful, and implied. In general the differences of language between male and female occur because of many factors such as gender, attitudes, social life and also the meaning of speaker."
2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Tartisa Sulistiani
"ABSTRAK
Wawancara merupakan salah satu peristiwa tutur yang memiliki tujuan untuk mendapatkan berbagai informasi dari narasumber yang ada. Tuturan-tuturan yang dihasilkan oleh pewawancara dapat beragam dan tidak mematuhi maksim-maksim percakapan. Akan tetapi, ketidakpatuhan-ketidakpatuhan tersebut dilakukan untuk menciptakan kesantunan. Wawancara yang dilakukan Oprah Winfrey dalam talkshow Oprah Winfrey Show merupakan wawancara yang tidak selalu mematuhi prinsip-prinsip kerjasama untuk menciptakan kesantunan kepada narasumbernya. Dari hasil penelitian, ditemukan bahwa ketidakpatuhan maksim terjadi dengan menciptakan implikaturimplikatur untuk menciptakan strategi kesantunan positif,negatif,dan pelunakan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk lebih memahami prinsip kerjasama, implikatur dan strategi kesantunan.

ABSTRACT
Interview is a kind of speech event that has a goal to obtain some information from the interviewee.The variations of utterances produced by the interviewer may fail to fulfill conversation maxims. However, the non-observances are created to make politeness. The interview done by Oprah Winfrey in Oprah Winfrey Show is an interview that doesn?t apply the cooperative principles in order to make politeness to the interviewee. From this research, the non-observances occur with implicatures to make positive, negative, and off-record politeness strategy. The results is expected to give some benefits to give more understandings about cooperative principle, implicature and politeness strategy. "
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S483
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Nina Syufrida
"Skripsi ini berisi pengkajian terhadap salah satu komik Indonesia yang berjudul Si Juki Komik Strip. Sebagai wacana hiburan sekaligus wahana kritik sosial, komik akan dikaji dari segi pragmatik, khususnya implikatur percakapan. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan implikatur percakapan yang terkandung dalam unsur verbal pada komik. Selain itu, akan dijelaskan pula bentuk dan jenis pelanggaran-pelanggaran prinsip kerja sama yang terjadi dalam unsur-unsur verbal komik sebagai penanda adanya implikatur percakapan. Metode yang digunakan pada penelitian ini, yaitu metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi pelanggaran terhadap keempat maksim prinsip kerja sama dalam unsur verbal pada komik tersebut, dengan kecenderungan terjadi pada maksim relevansi dan maksim cara. Selain itu, ditemukan tiga kategori implikatur yang terkandung dalam unsur verbal pada komik, yaitu kategori direktif, ekspresif, dan representatif. Dari ketiga kategori tersebut, terlihat kecenderungan penggunaan implikatur kategori ekspresif yang terkandung dalam unsur verbal pada komik tersebut.
This thesis discusses one of Indonesian comics called Si Juki Komik Strip. As a discourse and medium of social criticism, the comic is discussed from a point of view of pragmatics, particularly on conversational implicature. This research aims at explaining its conversational implicatures consisting of verbal elements. The types of the violation of the cooperative principle shows conversational implicature, which is also explained in this study. This study used qualitative method. The result shows that there are violations of the four maxims of the cooperative principles?mostly of the maxim of relation and manner. Furthermore, three categories of implicatures were found in the verbal elements in the comic: directive, expressive, and representative. Of the three categories, the expressive implicature is the most frequently found in the verbal elements of the comic."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S61259
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Sekhudin
"[ABSTRAK
Tesis ini membahas tindak tutur dan implikatur percakapan melalui analisis wacana kritis (AWK) dalam tayangan Sentilan Sentilun Episode "Selangkah Menuju RI 1" di Metro TV dengan metode kualitatif. Tujuan penelitian ini untuk menunjukkan bentuk tuturan dan implikatur percakapan yang dikomunikasikan sehingga ditemukan strategi tutur yang digunakan. Hasil analisis wacana kritis (AWK) menunjukkan bahwa tayangan Sentilan Sentilun Episode "Selangkah Menuju RI 1" di Metro TV lebih sering menggambarkan keadaan untuk menyampaikan pesan dan secara jelas menampilkan partisipannya. Strategi tutur yang sering digunakan adalah strategi tindak tutur tidak langsung (TTTL) dibandingkan strategi tindak tutur langsung (TTL). Hal ini terkait dengan penyampaian implikatur percakapan berupa pengungkapan citra Subjek, kritik, ajakan, meyakinkan, sindiran, ejekan, pengharapan, permintaan, saran, pengungkapan kesulitan, perintah, dan penegasan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa untuk menyampaikan implikatur percakapan, partisipan dalam tayangan Sentilan Sentilun Episode "Selangkah Menuju RI 1" di Metro TV terlihat jelas menggunakan strategi persuasif. Baik dengan bentuk tuturan asertif, direktif, maupun komisif.

ABSTRACT
This research discusses the speech acts and conversational implicatures through the critical discourse analysis (CDA) in Sentilan Sentilun Program Episodes "Selangkah Menuju RI 1" on Metro TV by using the qualitative methods. The purpose of this research is to show that the form of speech acts and conversational implicatures has found its strategy to be communicated. The results of the Critical Discourse Analysis (CDA) indicate that the Sentilan Sentilun Program Episodes "Selangkah Menuju RI 1" on Metro TV was more often describing the state of delivering the message and clearly displayed its participants. Speech act strategy was more frequently using the Indirect Speech Acts (ISA) rather than Direct Speech Acts (DSA). Due to this is associated with the conversational implicatures such as subject image, criticism, persuasing, convincing, insinuation, teasing, wishing, asking, suggesting, expression of adversity, orders, and the affirmation. Moreover, it can be concluded that to deliver conversational implicatures, participants in the Sentilan Sentilun Program Episodes "Selangkah Menuju RI 1" on Metro TV apparently used the persuasive strategies neither the form of speech assertive, directive, or commissive, This research discusses the speech acts and conversational implicatures through the critical discourse analysis (CDA) in Sentilan Sentilun Program Episodes "Selangkah Menuju RI 1" on Metro TV by using the qualitative methods. The purpose of this research is to show that the form of speech acts and conversational implicatures has found its strategy to be communicated. The results of the Critical Discourse Analysis (CDA) indicate that the Sentilan Sentilun Program Episodes "Selangkah Menuju RI 1" on Metro TV was more often describing the state of delivering the message and clearly displayed its participants. Speech act strategy was more frequently using the Indirect Speech Acts (ISA) rather than Direct Speech Acts (DSA). Due to this is associated with the conversational implicatures such as subject image, criticism, persuasing, convincing, insinuation, teasing, wishing, asking, suggesting, expression of adversity, orders, and the affirmation. Moreover, it can be concluded that to deliver conversational implicatures, participants in the Sentilan Sentilun Program Episodes "Selangkah Menuju RI 1" on Metro TV apparently used the persuasive strategies neither the form of speech assertive, directive, or commissive]"
2015
T44701
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wilsen Ta Moan
"Indonesia merupakan salah satu negara yang terdapat banyak masyarakat etnis Tionghoa. Di wilayah JABODETABEK, banyak keturunan Tionghoa melakukan bisnis. Bisnis barang merepresentasikan identitas orang Tionghoa sebagai pedagang. Topik dari penelitian ini adalah pemakaian kata “bos” yang ditujukan kepada pebisnis Tionghoa yang merupakan penelitian di bidang bahasa, budaya, dan sosial. Rumusan masalah dari penelitian ini adalah apa saja jenis usaha dagang pebisnis Tionghoa di JABODETABEK, bagaimana hubungan sosial antara penyapa dengan orang yang disapa “bos”, dan apa makna implisit dari penyapa kepada orang yang disapa “bos”. Pengambilan data dilakukan dengan mewawancarai informan untuk memperoleh data yang akan dipilah menjadi data yang siap dianalisis. Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif. Melalui analisis data, penelitian ini membuktikan bahwa sapaan “bos” terhadap pebisnis Tionghoa di JABODETABEK memiliki implikasi pada penggunaan katanya.

Indonesia is one of the countries where there are many ethnic Chinese communities. In the JABODETABEK area, many Chinese descendants do business. The goods business represents the identity of Chinese people as merchants. The topic of this study is the use of the word "boss" which is addressed to Chinese businessmen which is research in the fields of language, culture, and social. The formulation of the problem from this study is what are the types of trading businesses of Chinese businessmen in JABODETABEK, how is the social relationship between the greeter and the person called "boss", and what is the implicit meaning of the greeter to the person called "boss". Data collection is carried out by interviewing informants to obtain data that will be sorted into data that is ready to be analyzed. The research method used in this study is qualitative descriptive method. Through data analysis, this study proves that the greeting "boss" to Chinese businessmen in JABODETABEK has implications for the use of the word."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Sihombing, Hasianna Omega Tessalonika
"Sebagai bahasa yang bergantung pada penggunaan konteks, bahasa Jepang memiliki banyak tuturan dengan informasi yang disampaikan secara implisit. Informasi tersebut dapat berupa presuposisi dan implikatur percakapan. Penelitian ini membahas mengenai persamaan dan perbedaan presuposisi dan implikatur percakapan yang terkandung dalam satu tuturan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan hubungan presuposisi dengan implikatur percakapan dalam tuturan bahasa Jepang. Penelitian dilakukan mengacu pada teori prinsip kerja sama oleh Herbert Paul Grice dan teori presuposisi oleh George Yule dan Robert Stalnaker. Data penelitian diambil dari serial drama Keibuho Daimajin yang dikumpulkan dengan metode simak catat. Penyajian data dilakukan dengan menuliskan aksara Jepang, romaji, glossing, dan terjemahan bahasa Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan 28 data dengan implikatur, 14 data dengan presuposisi, dan enam data dengan presuposisi dan implikatur percakapan dalam satu tuturan. Presuposisi dan implikatur percakapan sama-sama tidak diutarakan secara eksplisit, tetapi terdapat perbedaan antara keduanya. Implikatur percakapan adalah maksud sebenarnya penutur, tetapi presuposisi adalah informasi tambahan yang diselipkan dalam tuturan secara implisit.

Japanese has many utterances with implicitly conveyed information as a language that depends on context. Such information can be in the form of presuppositions and conversational implicatures. This study discusses the similarities and differences between presuppositions and conversational implicatures in an utterance. This study aims to explain the relations between presupposition and conversational implicature in Japanese utterances. The research referred to the theory of cooperation principle by Herbert Paul Grice and the theory of presupposition by George Yule and Robert Stalnaker. The research data were taken from the drama series Keibuho Daimajin and collected by observation and note. Data was presented by writing Japanese characters, romaji, glossing, and translating into Indonesian. The results showed 28 data with implicature, 14 with presupposition, and six with presupposition and conversational implicature in the same utterance. Presupposition and conversational implicature are not explicitly stated, but there are differences between the two. Conversational implicature is the speaker's intention, but presupposition is additional information tucked into the utterance implicitly."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2024
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>