Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Juliano Syauqi Farrell
Abstrak :
Bencana iklim telah menjadi topik diskusi dalam beberapa tahun terakhir; jika urgensi perubahan iklim tidak ditangani, itu adalah skenario yang tak terhindarkan yang mencakup keruntuhan alam global. Tesis sarjana ini berkonsentrasi pada desain bangunan multi-hunian campuran dengan kepadatan menengah di kota Perth pada tahun 2043 dengan tujuan untuk menciptakan ruang dan komunitas yang inklusif secara radikal dan sadar lingkungan. Pengembangan proyek ini didasarkan pada analisis data dan statistik terbaru, serta proyeksi skenario masa depan terkait kondisi demografis, lingkungan, dan iklim di Perth, Australia Barat, dan negara bagian secara keseluruhan, tempat lokasi bangunan ini berada. Selain itu, diharapkan proyek ini akan menunjukkan posisi perspektif ilmu arsitektur dalam fenomena perubahan alam ini sebagai metode penanggulangan keadaan bencana iklim dengan memanfaatkan cadangan air, pelestarian flora dan fauna, dan aspek psikologis dari klien. ......Climate catastrophe has become a topic of discussion in recent years; if the urgency of climate change is not addressed, it is an inevitable scenario that includes global natural collapse. This undergraduate thesis concentrates on the design of medium density mixed-use multi-residential buildings in the city of Perth in the year 2043 with the intention of creating spaces and a community that are radically inclusive and environmentally conscious. The development of this project is based on analysis of the latest data and statistics, as well as projections of future scenarios regarding demographic, environmental, and climatic conditions in Perth, Western Australia, and the state as a whole, where this building site is located. In addition, it is anticipated that this project will demonstrate the position of the perspective of architectural science in this natural change phenomenon as a method of coping with the climate catastrophe circumstances by utilising water reserves, the conservation of flora and fauna, and psychological aspects of the client.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aghnia Zahrah
Abstrak :
Hunian berimbang merupakan salah satu langkah pemerintah dalam menyediakan hunian bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Filosofi utama dari adanya hunian berimbang ini adalah untuk menjaga keserasian sosial dalam masyarakat, melalui hidup berdampingan diantara beragam strata sosial dalam satu lingkungan. Filosofi ini sejalan dengan prinsip inklusivitas. Selama ini, parameter inklusivitas hanya terfokus pada keterjangkauan (affordability). Penulis mempertimbangkan bahwa aksesibilitas (accessibility) merupakan aspek spasial yang juga sangat berpengaruh untuk memenuhi prinsip inklusivitas. Sehingga dapat disimpulkan, parameter inklusivitas terdiri dari keterjangkauan (affordability) dan aksesibilitas (accessibility). Namun, apakah perumahan dengan aturan hunian berimbang sudah memenuhi prinsip inklusivitas? Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sejauh mana prisip inklusivitas diterapkan pada perumahan yang dibangun dengan aturan hunian berimbang, khususnya secara aksesibilitas (accessibility). Penulis menggunakan metode penelitian campuran dengan data yang diperoleh melalui wawancara dan observasi lapangan. Melalui proses penelitian, penulis menemukan bahwa secara finansial tidak semua MBR dapat menjangkau harga rumah di perumahan dengan hunian berimbang. Secara fisik, perumahan hunian berimbang aksesibilitasnya tidak mudah. Maka dari itu, perumahan dengan aturan hunian berimbang memenuhi prinsip inklusivitas dari segi keterjangkauan (affordability) tetapi belum memenuhi prinsip inklusivitas dari segi aksesibilitas (accessibility). ...... Balanced housing is one of the government's steps in providing housing for low-income people. The main philosophy of the existence of balanced housing is to maintain social harmony in society, through coexistence among various social strata in one environment. This philosophy is suitable with the principle of inclusivity. So far, inclusivity parameter focuses on affordability. Author consider that accessibility is a spatial aspect that is also very influential to fulfill the principle of inclusivity. So it can be concluded, inclusivity parameters consist of affordability and accessibility. However, does housing with balanced housing regulations already meet the principle of inclusivity? This study aims to identify the extent to which inclusivityis applied to housing constructed with a balanced housing regulation, especially in accessibility. This research uses mixed methods research with data obtained through interviews and observations. Through the research process, the author found that financially not all low-income people can reach housing prices in housing with balanced housing. Therefore, housing with balanced housing regulations meets the principle of inclusivity in terms of affordability but has not yet fulfilled the principle of inclusivity in terms of accessibility.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
T50350
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ali Permadi Satriotomo
Abstrak :
Praktik workgroup inclusivity diperlukan agar karyawan perempuan dapat berkontribusi secara maksimal. Performa karyawan dapat dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan, iklim organisasi, dan self-efficacy karyawan. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional non eksperimental kuantitatif untuk mengetahui peran workgroup inclusivity sebagai mediator pada hubungan antara transformational leadership dengan self-efficacy. Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 144 karyawan perempuan yang bekerja di perusahaan dengan mayoritas karyawan laki-laki pada rentang usia 21 - 57 tahun di daerah Jabodetabek dengan pengalaman kerja minimal 1 tahun. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh transformational leadership terhadap self-efficacy melalui mediasi penuh dari inklusivitas (c’ = 0.0112, SE = 0.0355, p = 0.7516, CI[-0.0588, 0.0813]). Adanya penemuan ini membuat workgroup inclusivity dan transformational leadership menjadi penting untuk dipraktikkan oleh perusahaan agar karyawan perempuan memiliki self-efficacy yang baik. ......The practice of workgroup inclusivity is necessary so that female employees can contribute maximally. Employee performance can be influenced by leadership styles, organizational climate, and employee self-efficacy. This study is a non-experimental quantitative correlational research to determine the role of workgroup inclusivity as a mediator in the relationship between transformational leadership and self-efficacy. The participants in this study were 144 female employees who worked in companies with a majority of male employees, aged between 21 and 57 years, in the Jabodetabek region, with a minimum work experience of 1 year. The research results showed that there is an influence of transformational leadership on self-efficacy through the full mediation of inclusivity (c’ = 0.0112, SE = 0.0355, p = 0.7516, CI[-0.0588, 0.0813]). This finding highlights the importance of practicing workgroup inclusivity and transformational leadership by companies to ensure that female employees have good self-efficacy.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Andhika Pramudya
Abstrak :
Skripsi ini membahas tentang proses pemberdayaan guna membangun inklusivitas kepada mantan warga binaan yang pada kehidupannya mengalami pengucilan atau tereksklusi akibat stigma negatif yang telah tertanam didalam masyarakat. Oleh karena itu Yayasan Inspirasi Indonesia Membangun memberikan kesempatan dan peluang dengan melaksanaan program pelatihan kewirausahaan barista. Penelitian ini menyorot konsep inklusi sebagai suatu kondisi dimana individu atau kelompok dapat mengakses kebutuhannya dalam berpartisipasi di masyarakat seutuhnya. Adapun dalam penelitian ini juga menjelaskan penggunaan istilah yang baik dan benar antara narapidana, warga binaan, mantan narapidana, dan mantan warga binaan yang dalam UU No.12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan mendefinisikan Narapidana sebagai terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakatan (LAPAS) dan Warga Binaan Pemasyarakatan dengan konsep yang lebih luas lagi yaitu golongan individu yang mencakup Narapidana, Anak Didik Pemasyarakatan, dan Klien Pemasyarakatan yang diberikan program pelatihan hidup sebagai bekal setelah kembali ke masyarakat di LAPAS dan/atau Balai Pemasyarakatan (BAPAS) sesuai dengan sistem pemasyarakatan yang ditetapkan. Penjelasan definisi ini dilakukan dengan tujuan agar kedepannya masyarakat dapat lebih memahami penggunaan-penggunaan istilah tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan bagaimana proses pemberdayaan mantan warga binaan dijalankan dapat membangun inklusivitas serta faktor pendukung dan faktor penghambat yang mempengaruhi pelaksanaan pemberdayaan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan studi deskriptif. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juli – November tahun 2021 ditengah kondisi pandemik pada Kantor Pusat Yayasan Inspirasi Indonesia Membangun, Kebayoran Baru, Jakarta. Data dikumpulkan melalui melalui studi literatur dan wawancara secara daring dengan total 7 informan yang berinteraksi atau mengetahui pelaksanaan kegiatan pemberdayaan di Yayasan Inspirasi Indonesia Membangun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pemberdayaan mantan warga binaan melalui pelatihan kewirausahaan barista oleh YIIM telah menerapkan konsep pemberdayaan dengan baik meliputi pemberdayaan yang berlandaskan empat prinsip penting dalam pemberdayaan, mencapai tujuan pemberdayaan yaitu menghasilkan masyarakat yang mandiri dan berdaya, penyusunan strategi yang sesuai dengan kebutuhan yang dirasakan target sasaran, dan tahapan pemberdayaan yang dengan dilakukan secara bertahap, terstruktur, mencapai capaian keberhasilan dari masing-masing tahapan yang dapat ditemukan dalam kegiatan utamanya yaitu pemberian materi, pemagangan, dan pembinaan. Selain itu proses pemberdayaan yang dilakukan oleh YIIM dalam pelatihan kewirausahaan barista juga berhasil membangun inklusi terhadap mantan warga binaan dengan meningkatkan keterampilan, penerimaan dan kepercayaan sehingga mereka dapat berpartisipasi dan berkontribusi kembali ke dalam masyarakat sehingga terpenuhi kesejahteraannya baik sendiri maupun keluarga dalam memenuhi kebutuhan penting sehari- harinya. Faktor pendukung yang mempengaruhi pelaksanaan pemberdayaan dalam pelatihan barista adalah motivasi yang tinggi dari peserta program yang berhasil berubah, dukungan penuh dari Yayasan Inspirasi Indonesia Membangun dan seluruh mitra yang terlibat, dukungan dari keluarga dan kerabat dekat, dan dukungan dari Bapas Kelas 1 Jakarta Pusat. Sedangkan faktor yang menjadi penghambat dalam berasal dari peserta program yang kurang memiliki kesadaran untuk melakukan suatu perubahan, kurangnya hubungan interpersonal yang terjalin antara peserta program dengan staf lembaga, kurangnya SDM lembaga, dan kondisi pandemi yang mempengaruhi aktivitas dan kegiatan pelatihan barista. ......The focus of this study discusses the empowerment process in order to build inclusiveness for former inmates who experienced exclusion due to negative stigma that has been embedded in society, therefore Yayasan Inspirasi Indonesia Membangun (YIIM) provides opportunities by implementing a barista entrepreneurship training program. This study highlights the concept of inclusion as a condition where individuals or groups can access their needs in participating in the whole community, in where this relates to the existence of former inmates in the community who experience difficulties in interacting normally again. This study also explains the use of good and correct terms between inmates, inmates, ex- convicts, and ex-inmates which UU No. 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan defines prisoners as convicts who undergo the crime of missing independence in Correctional Institutions (LAPAS). and Correctional Inmates with a broader concept, namely individual groups that include prisoners, correctional students, and correctional clients who are given life training programs as provisions after returning to the community in LAPAS and/or Correctional Centers (BAPAS) in accordance with the correct correctional system set. The explanation of this definition is carried out with the aim that in the future, the public can better understand the uses of these terms. The purpose of this research is to explain how the process of empowering former inmates can build inclusiveness, as well as the supporting and inhibiting factors that affects the implementation of empowerment. This research is a qualitative research with a descriptive study. Data collection was carried out in July – November 2021 in the midst of a pandemic condition at the Head Office of the Yayasan Inspirasi Indonesia Membangun, Kebayoran Baru, Jakarta. Data was collected through literature studies and online interviews with a total of 7 informants who interacted or knew about the implementation of empowerment activities at the Inspirasi Indonesia Building Foundation. The results show that the the empowerment of former inmates through barista entrepreneurship training by YIIM was implemented well, including the four important principles in empowerment, which are achieving empowerment goals, namely producing an independent and empowered community, formulating strategies that are in accordance with perceived needs. targets, and stages of empowerment which are carried out in stages, structured, achieving the success of each stage which can be found in its main activities, namely the provision of materials, apprenticeship, and coaching. In addition, the empowerment process carried out by YIIM in the barista entrepreneurship training has also succeeded in building inclusion of former inmates by increasing skills, acceptance and trust so that they can participate and contribute back to society. Supporting factors that influence the implementation of empowerment in barista training are the high motivation of program participants who have succeeded in changing, full support from YIIM and all partners involved, support from family and close relatives, and support from Bapas Kelas 1 Jakarta Pusat. Meanwhile, the inhibiting factors came from program participants who lacked awareness to make a change, lack of interpersonal relationships that existed between program participants and institutional staff, lack of institutional human resources, and pandemic conditions that affected the barista training activities and activities.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aldilla Audy Shabrina
Abstrak :
ABSTRAK
Tren kecantikan Korea mulai mendapatkan perhatian dari negara-negara internasional sebagai akibat dari fenomena gelombang Korea, atau yang dikenal dengan hallyu, yang telah melebarkan sayapnya ke penjuru dunia. Konsep kecantikan Korea sangat erat kaitannya dengan kulit putih, yang mana berarti konsep kecantikan tersebut tidak inklusif. Meskipun begitu, tren kecantikan Korea ini tidak hanya menarik perhatian orang-orang Asia atau Barat yang pada dasarnya berkulit putih, tetapi juga berhasil menarik perhatian orang-orang kulit hitam. Meskipun warna kulit hitam orang-orang ini tidak sesuai dengan konsep kecantikan Korea, mereka tetap menunjukkan ketertarikannya pada tren kecantikan Korea. Dua dari orang-orang kulit hitam yang kerap mengikuti tren kecantikan Korea ini adalah influencer perempuan kulit hitam di YouTube, yaitu Darcei Amanda dan Kennie JD. Konten mereka terhadap tren kecantikan Korea telah memberikan pengaruh kepada industri kecantikan Korea, sehingga industry kecantikan Korea perlahan menjadi lebih inklusif dalam melayani pelanggan mereka yang berkulit hitam. Oleh karena itu, karya ilmiah ini disusun untuk melakukan observasi mengenai bagaimana dua vlogger ini menggunakan platform mereka dalam memberi pengaruh terhadap fenomena kecantikan Korea. Penelitian ini mengungkapkan bahwa peran influencer perempuan kulit hitam di YouTube memberikan pengaruh dalam mengubah konsep kecantikan Korea.
ABSTRACT
The trend of Korean beauty has started to gain attention from international countries as the phenomenon of Korean wave a.k.a. hallyu has spread globally. The concept of Korean beauty itself is known to be highly associated with having fair skin, which is not inclusive. However, it is surprising that Korean beauty does not only attract Asians or Western people with fair skin, but also some black women become Korean beauty enthusiasts. Although their dark skin colour does not fit the concept of K-beauty, they devotedly follow the trend. Two of them are YouTube black female influencers, Darcei Amanda and Kennie JD, who like to create contents related to Korean beauty. Their contents on Korean beauty has influenced Korean beauty industry to become more inclusive and to cater for dark-skinned women. Hence, this paper aims at exploring how these female vloggers use their platform to give impact on the phenomenon of Korean beauty. The research findings revealed that the role of these black beauty influencers on YouTube gives influence on changing the concept of Korean beauty.

2020
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Dalal Aassouli
Abstrak :
This article provides a roadmap for sustainable recovery that can aid policymakers in implementing sustainable recovery and improving the well-being of people. The roadmap will prioritize three areas of action: sustainability, digitalization, and inclusivity. This article emphasizes the involvement of the private sector and innovative financing solutions (including Islamic finance) in meeting the financing gap for investment in relevant infrastructure for all three pillars. This articles demonstrates that financial innovation, investment in green and social projects, market awareness, and synergies among the various sustainable finance segments will form the foundation for long-term recovery and create a vibrant and resilient economy.
Jakarta: PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia, 2022
658 JIPM 5:1 (2022)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Yasintus Toin Runesi
Abstrak :
Tesis ini merupakan penelisikan teoritis mengenai pluralitas masyarakat semasa ini, dalam kerangka pemikiran teori kritis Axel Honneth. Berangkat dari faktisitas sosio-politik, yang ditandai dengan intensitas keragaman nilai, ideologi, gaya hidup, terjadi pula penajaman perbedaan identitas entah itu bersifat etno-kultural maupun etno-religius. Akibatnya, di satu sisi, kita menemukan dalam masyarakat adanya gejala eksklusivitas mayoritas terhadap minoritas, atau antaretnis dan antaragama akibat gesekan-gesekan sosial, dan di sisi lain, ada upaya untuk mengatasi problem semacam itu dengan mendorong inklusivitas sosial dalam masyarakat. Dengan menggunakan teori pengakuan Axel Honneth, yang dipahaminya sebagai sarana realisasi-diri individu, tesis ini menyatakan bahwa melalui pengakuan intersubjektif, terbuka kemungkinan masyarakat semasa menemukan jalan dialog bagi kebertemuan yang secara legal-normatif menjamin hidup bersama secara berdamai dan berkeadilan. Sehubung itu, dalam tesis ini, pengakuan intersubjektif disebut sebagai prinsip pro-eksistensi masyarakat plural.
This thesis is a theoretical scrutinize of the plurality of contemporary society, in the framework of critical theory of Axel Honneth. Departing from socio-political facticity, which is characterized by the intensity of the diversity of values, ideology, lifestyles, there is also sharpening difference whether it is the identity of ethno-cultural as well as ethno-religious. What emerges is, on the one hand, we find in society the symptoms of exclusivity between different societies, majority against minority, or interethnic and interreligious due to social friction, and on the other, there is an attempt to overcome such problems by encouraging social inclusiveness in agonistic society. By using the theory of Axel Honneth of intersubjective recognition, which is understood as a means of individual selfrealization, this theses states that through intersubjective recognition, opens the condition of finding the path of dialogue during the society for meeting between different socially community, which legally guarantees coexist peacefully and equitably. In this way, I call intersubjective recognition as the principle of proexistence in a plural society.
Depok: Universitas Indonesia, 2015
T43830
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Giovanni Cornelia
Abstrak :
Dengan mempertimbangkan inklusivitas perempuan dan perkembangan dari representasi keragaman budaya di media Barat, Walt Disney Animation Studio telah mempromosikan identitas Asia Tenggara dan emansipasi perempuan dalam waralaba Disney’s Princess. Dengan mayoritas penontonnya adalah perempuan dari generasi muda, Disney memiliki tuntutan untuk menyajikan keragaman dan kesetaraan gender di layar kaca (Giroux & Pollack, 2010). Berdasarkan survei yang dilakukan terhadap delapan siswi SMP swasta Malang, penelitian ini menggunakan film Raya and the Last Dragon (2021) sebagai sarana untuk mendiskusikan tujuan hidup perempuan Asia Tenggara di era modern yang melampaui standar stereotip patriarki. Menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan literasi kritis, survei dilakukan melalui esai jurnal dan pertemuan Zoom. Tulisan ini menganalisis tanggapan yang diberikan oleh para siswi setelah menonton film untuk mengetahui apakah film tersebut membantu untuk memahami penjelasan mengenai pandangan hidup dan cita-cita perempuan di Asia Tenggara dan apakah mahasiswa mampu bersikap kritis terhadap isu-isu terkait di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa tidak hanya mampu mengidentifikasi isu-isu terkait dengan ambisi perempuan Asia Tenggara yang tergambar secara implisit dalam film, tetapi juga mampu membangkitkan ambisi dan soft skill dalam kehidupan pribadi mahasiswa dengan menganalisis secara kritis film tersebut, berbagi pengalaman dan cita-cita, serta menjelaskan cara untuk mencapainya meskipun adanya tantangan yang akan ditemui. ......Taking women’s inclusivity and cultural diversity representation development in Western media into account, Walt Disney Animation Studio has promoted Southeast Asian identity and women emancipation in their Disney’s Princess franchise. With the majority of the audience of its franchise being the young female generation, Disney has been in demand to bring diversity and gender equality to the screen (Giroux & Pollack, 2010). Based on the survey conducted with eight Malang private middle school female students as respondents, the study utilized Raya and the Last Dragon (2021) as a tool to discuss the transcending patriarchal expectations of Southeast Asian women’s life purpose in the modern era. Using a qualitative research method with a critical literacy approach, the survey was conducted through journal essays and Zoom meetings. This paper analyzed the responses given by the students after they watched the film to find out whether the film helps to understand the explanations regarding women’s views of life and end goals in Southeast Asia and whether the students are able to be critical of these related issues in Indonesia. The finding showed that students were not only able to identify the issues related to Southeast Asian women’s life ambitions which have been portrayed implicitly in the film, but also to incite ambitions and soft skills in students’ personal life by critically analyzing the movie, sharing their future goals, and explaining the ways to achieve them despite the foreseeable challenges.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Buti, Luigi Bandini
Abstrak :
This book offers a clear, yet comprehensive guide to how to structure a design project, focusing in particular on the key questions designers, architects, policy makers and health professionals should consider when working towards inclusion through design. The book is based on a series of lessons held by the author and his colleague Avril Accolla, whose aim was to train technicians at all levels to be capable of catering for the needs of the elderly. It clearly draws the outline of their “Ask the Right Question” approach, whose purpose is to help convey the notions in question appropriately to people with such widely different backgrounds, curricula, interests and cultures. Using a minimalist approach, based mainly on the discussion of eye-catching real-life examples placed in logical order and a crystal clear, engaging style, this book is a must-have for designers, technicians, customers and health practitioners, as well as social scientists and policy makers who deal with inclusive design at different levels and anyone interested in topics related to technological evolution and social integration.
Switzerland: Springer Cham, 2019
e20502634
eBooks  Universitas Indonesia Library